ISTIRAHAT TIDUR
NIM: 16010119
2019
1
PERSETUJUAN
Laporan pendahuluan konsep dasar manusia pada kasus pasien dengan kebutuhan
istirahat tidur telah dibuat pada tanggal 12 Agustus 2019, pada pasien di ruang Anggrek
Rumah Sakit Baladhika Husada Jember.
(………………………….) (………………………….)
NIP/NIK. NIK.
Kepala ruangan
(………………………….)
NIP/NIK.
2
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun
yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan
emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas) .Tidur merupakan fungsi protektif yang
dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan jaringan
setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun
juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain
c. Mengetahui apa yang terjadi
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
e. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya (Perry &
Potter, 2006).
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran
yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang
cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur memberikan
waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk periode keterjagaan yang
berikutnya (Perry & Potter, 2006). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. tidur diperlukan untuk
menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan. Seseorang dapat
dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
3
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis.
Perubahan tersebut, antara lain:
1.2 FISIOLOGIS
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh
integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam
system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular. Tiap
rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan
seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks
serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram
(EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis
tidur. Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme
serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk
mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain
menyebabkan tertidur (Tjay, 2008).
System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR
dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR
menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks serebral
(misalnya Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun
merupakan hasil neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti
norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam
system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut
daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR ). Ketika seseorang
mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus
ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya
menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih yang menyebabkan tidur (Perry
& Potter, 2006).
4
1.3 SIKLUS TIDUR
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur. selama orang terjaga kemudian timbul rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi untuk
seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam atau lebih,
tahapan tidur dibagi dalam beberapa tahap antara lain :
1. Tidur Non Rapid Eye Movement ( NREM) (Aziz, 2008).
a. Tahap 1 tidur NREM
1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti
suara
5) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun
b. Tahap II NREM
1) Tahap II merupakan periode tidur bersuara
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Untuk terbangun masih relative mudah
4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
5) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
c. Tahap III NREM
1) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
4) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
5) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
d. Tahap IV NREM
1) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini
5
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam
terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
2. Rapid Eye Movement (REM)
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM.
Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.T
b. ahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c. Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,
fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi
tekanan darah
d. Terjadi tonus otot skelet penurunan
e. Peningkatan sekresi lambung
f. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit
(Aziz, 2008).
6
nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan
menghambat seseorang untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin
darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV
NREM dan REM. Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011
tentang “Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak
Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi
dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak
akan mengalami stres hospitalisasi yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah tidak teratasi,
maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan kesembuhan anak
itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak mengalami stres
hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri
dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging,
dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya,
minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan
yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada
pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan
amfetamin akan menurunkan tidur REM (Asmadi, 2008).
7
1.5 POLA TIDUR BERDASARKAN TINGKATAN USIA
Tingkat
Pola Tidur Normal
Perkembangan/ Usia
Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
Bayi
pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
8
1.6 MASALAH/ DIAGNOSA MEDIS
1. Herpes Zoster
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella
Zoster yang sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri radikuler,
unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang
diinervasi satu ganglion saraf sensoris. Pada penderita herpes ini sering
mengalami gangguan tidur dikarenakan rasa panas dan nyeri yang menjalar di
area herpes zoster (Stephen, 1995).
10
yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang. Obat-
obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis
obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut diantarnya jenis
ampetamin (Aziz, 2008).
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun
atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan
berteriak, pucat dan ketakutan (Aziz, 2008).
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung
dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang
turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas
pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika
dilewati udara pernapasan (Aziz, 2008).
11
1.7 KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam
berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca
buku, buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang;
5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien
mengalami gangguan tidur
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental
memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur.
Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien,
misalnya apakah klien mengalami stres emosional atau ansietas?,
juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
8) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
b. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat
lesu
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata
merah, semangat menurun
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-
gosok mata, bicara lambat, sikap loyo
c. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti
suhu, obesitas dan deviasi septum (Doengoes, 2002).
12
2. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada pasien
1) Sentuhan terapeutik: karena dengan sentuhan ini dipercaya akan menambah
energy positif dari perawat ke pasien.
2) Mendengarkan music: terapi mendengarkan musik ini dapat merilekskan
anak dan dapat menghantarkan anak untuk tertidur.
3) Kompres hangat: untuk memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu
tubuh yang tinggi.
4) Terapi obat: terapi obat adalah terapi pilihan terakhir disaat terapi-terapi non
farmakologi tidak berhasil mengatasi hipertermi yang menyebabkan pasien
sulit tidur.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas,
konsumsi obat-obatan dan stimulan
2. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi
buruk, dimensia, nyeri saat tidur
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan dan proses
penyakit tertentu
4. Kesiapan meningkatkan tidur (NANDA, 2013).
13
14
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O HASIL
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Perry, P., & Potter, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
18