Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR MANUSIA KEBUTUHAN

ISTIRAHAT TIDUR

NAMA: Khusnul Chotimah Widiyani

NIM: 16010119

PRODI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

2019

1
PERSETUJUAN

Laporan pendahuluan konsep dasar manusia pada kasus pasien dengan kebutuhan
istirahat tidur telah dibuat pada tanggal 12 Agustus 2019, pada pasien di ruang Anggrek
Rumah Sakit Baladhika Husada Jember.

Jember, 12 Agustus 2019

Pembimbing ruangan Pembimbing Akademik

(………………………….) (………………………….)

NIP/NIK. NIK.

Kepala ruangan

(………………………….)

NIP/NIK.

2
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun
yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan
emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas) .Tidur merupakan fungsi protektif yang
dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan jaringan
setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun
juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain
c. Mengetahui apa yang terjadi
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
e. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya (Perry &
Potter, 2006).
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran
yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang
cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur memberikan
waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk periode keterjagaan yang
berikutnya (Perry & Potter, 2006). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. tidur diperlukan untuk
menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan. Seseorang dapat
dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.

3
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis.
Perubahan tersebut, antara lain:

a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi


b. Dilatasi pembuluh darah perifer
c. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
d. Relaksasi otot-otot rangka
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30% (Asmadi, 2008).

1.2 FISIOLOGIS
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh
integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam
system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular. Tiap
rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan
seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks
serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram
(EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis
tidur. Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme
serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk
mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain
menyebabkan tertidur (Tjay, 2008).
System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR
dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR
menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks serebral
(misalnya Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun
merupakan hasil neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti
norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam
system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut
daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR ). Ketika seseorang
mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus
ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya
menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih yang menyebabkan tidur (Perry
& Potter, 2006).

4
1.3 SIKLUS TIDUR
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur. selama orang terjaga kemudian timbul rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi untuk
seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam atau lebih,
tahapan tidur dibagi dalam beberapa tahap antara lain :
1. Tidur Non Rapid Eye Movement ( NREM) (Aziz, 2008).
a. Tahap 1 tidur NREM
1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti
suara
5) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun
b. Tahap II NREM
1) Tahap II merupakan periode tidur bersuara
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Untuk terbangun masih relative mudah
4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
5) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
c. Tahap III NREM
1) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
4) Tanda-tanda vital  menurun tetapi tetap teratur
5) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
d. Tahap IV NREM
1) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini

5
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam
terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
2. Rapid Eye Movement (REM)
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM.
Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.T
b. ahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c. Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,
fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi
tekanan darah
d. Terjadi tonus otot skelet penurunan
e. Peningkatan sekresi lambung
f. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit
(Aziz, 2008).

1.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang
bisa tidur maupun tidak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai
berikut (Asmadi, 2008):
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga
ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita
gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas,
maka seseorang tidak mungkin dapat istirabat dan tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.
Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan

6
nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan
menghambat seseorang untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin
darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV
NREM dan REM. Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011
tentang “Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak
Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi
dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak
akan mengalami stres hospitalisasi yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah tidak teratasi,
maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan kesembuhan anak
itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak mengalami stres
hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri
dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging,
dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya,
minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan
yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada
pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan
amfetamin akan menurunkan tidur REM (Asmadi, 2008).

7
1.5 POLA TIDUR BERDASARKAN TINGKATAN USIA
Tingkat
Pola Tidur Normal
Perkembangan/ Usia

Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh


sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya
Bayi baru lahir
dilewatkan pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus
sekitar 45-60 menit.

Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
Bayi
pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar

Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak


Toddler tidur pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun

Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode


Pra sekolah terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.

Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu


Usia sekolah
tidur relatif konstan.

Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.

Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10%


Dewasa muda tidur tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-
IV.

Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin


Dewasa pertengahan
mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.

Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap


IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
Dewasa tua
mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
malam hari (Doengoes, 2002).

8
1.6 MASALAH/ DIAGNOSA MEDIS
1. Herpes Zoster
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella
Zoster yang sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri radikuler,
unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang
diinervasi satu ganglion saraf sensoris. Pada penderita herpes ini sering
mengalami gangguan tidur dikarenakan rasa panas dan nyeri yang menjalar di
area herpes zoster (Stephen, 1995).

1.7 GANGGUAN TIDUR


1. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur
baik secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi
merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia Ada tiga jenis
insomnia diantaranya (Perry & Potter, 2006):
a. Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur
b. Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur
atau keadaan sering terjaga tidur.
c. Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami


insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa,
dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien
mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan
yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada beberapa
tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia
yaitu (Perry & Potter, 2006):

a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau


susu
b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
c. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak
pada waktu kesadaran penuh
9
e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang
tidur
g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum
berusaha untuk tidur
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka
pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan kaki, dan
berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan
orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnabulisme mempunyai risiko
terjadinya cedera.Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi
somnabulisme yaitu dengan membimbing anak. Upaya lain yang dapat dilakukan
untuk mengatasi somnabulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman
dan aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan
Valium (Asmadi, 2008).
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada
anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti
belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti
gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum
yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu)
sebelum tidur (Aziz, 2008).
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan
mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana
serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi secara pasti belum
jelas, tetapi diduga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana
periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat
menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja

10
yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang. Obat-
obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis
obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut diantarnya jenis
ampetamin (Aziz, 2008).
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun
atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan
berteriak, pucat dan ketakutan (Aziz, 2008).
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung
dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang
turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas
pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika
dilewati udara pernapasan (Aziz, 2008).

11
1.7 KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam
berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca
buku, buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang;
5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien
mengalami gangguan tidur
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental
memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur.
Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien,
misalnya apakah klien mengalami stres emosional atau ansietas?,
juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
8) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
b. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat
lesu
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata
merah, semangat menurun
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-
gosok mata, bicara lambat, sikap loyo
c. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti
suhu, obesitas dan deviasi septum (Doengoes, 2002).

12
2. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada pasien
1) Sentuhan terapeutik: karena dengan sentuhan ini dipercaya akan menambah
energy positif dari perawat ke pasien.
2) Mendengarkan music: terapi mendengarkan musik ini dapat merilekskan
anak dan dapat menghantarkan anak untuk tertidur.
3) Kompres hangat: untuk memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu
tubuh yang tinggi.
4) Terapi obat: terapi obat adalah terapi pilihan terakhir disaat terapi-terapi non
farmakologi tidak berhasil mengatasi hipertermi yang menyebabkan pasien
sulit tidur.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas,
konsumsi obat-obatan dan stimulan
2. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi
buruk, dimensia, nyeri saat tidur
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan dan proses
penyakit tertentu
4. Kesiapan meningkatkan tidur (NANDA, 2013).

13
14
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O HASIL

1. Setelah dilakukan tindakan 1. gangguan pola tidur dapat


keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Kaji penyebab terganggunya pola tidur disebabkan oleh banyak faktor
diharapkan gangguan istirahat 2. Kondisikan lingkungan yang nyaman seperti lingkungan, cemas,
tidur dapat teratasi sesuai dengan penyakit atau obat-obatan
untuk tidur
kriteria:
3. Anjurkan pasien untuk rileks saat akan 2. lingkungan yang nyaman dapat
1. Mempu mengetahui penyebab meningkatkan kualitas tidur
memulai tidur dan berikan pendidikan
terganggunya pola tidur pasien
kesehatan mengenai manfaat tidur
2. Mampu membuat lingkungan 4. Berkolaborasi dengan tim medis 3. rileks dapat mengendurkan otot-
nyaman untuk tidur otot yang tegang sehingga dapat
menenangkan pikiran
3. Mampu merilekskan diri agar
dapat tertidur

4. Dapat berkolaborasi dengan tim


medis lain untuk pemberian
obat
1. Kaji penyebab insomnia 1. R : insomnia dapat disebabkan
2. Setelah dilakukan tindakan
2. Kondisikan lingkungan sesuai dengan oleh banyak faktor seperti
keperawatan selama 3 x 24 jam
kenyamanan pasien lingkungan, cemas atau obat-
15
3. Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum obatan
diharapkan insomnia dapat teratasi
memulai tidur 2. lingkungan yang nyaman dapat
sesuai dengan kriteria:
1. Pasien tertidur dalam waktu meningkatkan kualitas tidur
cukup (6 – 8 jam) tekanan pasien
darah normal, wajah tidak 3. kebutuhan spiritual pasien saat
pucat memulai tidur merupakan
bagian yang penting untuk
2. Mampu membuat lingkungan
memperoleh ketenangan
nyaman untuk tidur

3. Mampu merilekskan diri agar


dapat tertidur
4. Dapat berkolaborasi dengan
tim medis lain untuk
pemberian obat

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). KONSEP DAN APLIKASI KEBUTUHAN DASAR KLIEN. Jakarta:


Salemba Medika.

Aziz Alimul Hidayat, M. U. (2005). KEBUTUHAN DASAR MANUSIA. Jakarta: EGC.

Peter, T. M. (1997). Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC.

Doengoes, M. E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Morison, M. (2004). Manajemen Luka. Jakarta: EGC.

NANDA. (2013). Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Perry, P., & Potter, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Tjay, T. H. (2008). Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia.

18

Anda mungkin juga menyukai