Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ISTIRAHAT DAN TIDUR

DISUSUN OLEH :
MIA, S.Kep
113063J120094

PEMBIMBING AKADEMIK :
DYAH TRIFIANINGSIH, S.Kep.,Ners.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN PRESEPTOR

Laporan Pendahuluan Aktivitas dan Latihan disusun oleh Mia, S.Kep, NIM 113063J10094.
Laporan Pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Preseptor Akademik dan
Koordinator Stase KDP.

Banjarmasin, September 2020


Koordinator Stase KDP Preseptor Akademik

Oktovin, S.Kep.,Ners, M.Kep Dyah Trifianingsih, S.Kep.,Ners. M.Kep

Mengetahui
Kaprodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Sr. Margaretha Martini, SPC, BSN, MSN


BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu individu yang sehat adalah adanya kemampuan melakukan aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan misalnya berdiri, berjalan, dan bekerja. Aktivitas adalah suatu energi
atau keadaan untuk bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas
seseorang dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persarafan, otot dan tulang, atau sendi.
Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan
dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti
istirahat.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan untuk menjaga
kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara pergerakan dan
fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain
itu, laihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan
meningkatkan selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila
seseorang tidak dapat melakukan akivitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat
membuat otot abdomen menjadi lemah sehingga fungsi eleminasinya kurang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan fisik pada seseorang
termasuk didalamnya adalah makan atau minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi
tempat tidur, berpindah dan ambulasi atau ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat
meningkatkan harga diri sera gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan
aktivitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan
yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan
intoleransi aktivitas harus diprioritaskan.
BAB II
KONSEP TEORITIS

1.1 Konsep Kebutuhan Istirahat dan Tidur


1.1.1. Definisi
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai
menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta
melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan, atau
menjengkelkan. dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan
keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan
(ansietas). Tidur merupakan fungsi protektif yang dimiliki semua organisme
memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan jaringan setelah aktivitas.
Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun
juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain. Mengetahui apa yang
terjadi
c. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
d. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya. Mengetahui adanya
bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya. (Perry & Potter, 2013).
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. jika seseorang memperoleh
periode tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini
bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh
untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Perry & Potter, 20013). Tidur
merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali
dengan indra atau rangsangan yang cukup. tidur diperlukan untuk menjaga
keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan. Seseorang dapat
dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya
c. Terjadi perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respon terhadap rangsangan dari luar
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis.
Perubahan tersebut antara lain:
a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi
b. Dilatasi pembuluh darah perifer.
c. Kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
d. Relaksasi otot-otot rangka
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.

1.1.2. Fisiologi Sistem Istirahat dan Tidur


Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh
integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan
dalam system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan
muscular. Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola
aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur
aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur
tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata,
memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur. Kontrol dan pengaturan
tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang
mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk
mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang
lain menyebabkan tertidur.
System aktivasi reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR
dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga.
SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks
serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun
merupakan hasil neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti
norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu
dalam system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak
juga disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR).
Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam
posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka
aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih,
yang menyebabkan tidur. (Perry & Potter).
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi
untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam
atau lebih, tahapan tidur dibagi dalam beberapa tahap antara lain:
a. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)
1) Tahap I tidur NREM
a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolism
d) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
e) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun
2) Tahap II NREM
a) Tahap II merupakan periode tidur bersuara
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Untuk terbangun masih relative mudah
d) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
e) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3) Tahap III NREM
a) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
b) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
e) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
4) Tahap IV NREM
a) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam
b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini
d) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam
terjaga
e) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
b. Rapid Eye Movement (REM)
1) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM.
Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.T
2) ahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
3) Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,
fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi
tekanan darah
4) Terjadi tonus otot skelet penurunan
5) Peningkatan sekresi lambung
6) Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
7) Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit
(Aziz, 2014)

1.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur


Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada
yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan.
Seseorang bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya
sebagai berikut (Asmadi, 2008):
a. Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan
istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat
tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada
sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak
mungkin dapat istirabat dan tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk
tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur
dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan
menghambat seseorang untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur.
Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan
nonepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi
tahap IV NREM dan REM. Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun
2011 tentang “Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur
Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan
hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di rumah sakit,
sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi yang ditunjukkan dengan
adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah tidak
teratasi, maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan
kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak
mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit
Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia
prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu,
daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya,
minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek
menyebabkan ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat
golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM

1.1.4. Dampak gangguan istirahat dan tidur


Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada Kebutuhan Istirahat
dan Tidur :
a. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan
tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari
tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia Ada
tiga jenis insomnia diantaranya:
1) Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur
2) Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur atau
keadaan sering terjaga tidur.
3) Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami


insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa,
dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien
mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan
yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada beberapa
tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia
yaitu:

1) Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu
2) Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
3) Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
4) Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak
pada waktu kesadaran penuh
5) Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
6) Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang
tidur
7) Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha
untuk tidur
b. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi,
berjalan kaki, dan berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada
anak-anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang mengalami
somnabulisme mempunyai risiko terjadinya cedera. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengantisipasi somnabulisme yaitu dengan membimbing
anak. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah
dengan membuat lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan
menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.
c. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi
pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab
secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari
stres, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung
kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
d. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan
yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah
serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap
saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi
secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat kerusakan genetika sistem
saraf pusat dimana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan
narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu
mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-
putar, atau berada di tepi jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk
mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat
tidur. Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
e. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6
tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga
dan berteriak, pucat dan ketakutan.
f. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di
hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi
faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat
saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu
bergetar jika dilewati udara pernapasan.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Istirahat dan Tidur
1.2.1 Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai
gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenal:
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa
biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku,
buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang;
5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami
gangguan tidur
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu
mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah
klien mengalami stres emosional atau ansietas? juga dikaji sumber stres
yang dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata,
bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang
terlihat cekung;
b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah
klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau
terlihat bingung;
c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
9) Gejala klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi,
apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva
merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
10) Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis,
narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll
11) Pemeriksaan Fisik
a) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
b) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat
c) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosokgosok
mata, bicara lambat, sikap loyo
b. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas,
deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Elektroencefalogram (EEG)
2) Elektromiogram (EMG)
3) Elektrookulogram (EOG)

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


a. Diagnosa 1 : Insomnia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola
aktivitas, ansietas, konsumsi obat-obatan, dan stimulan.
1) Definisi : Ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik
secara kualitas maupun kuantitas.
2) Batasan karakteristik :
a) Afek tampak berubah
b) Tampak kurang energi
c) Peningkatan ketidakhadiran ditempat kerja/sekolah
d) Pasien melaporkan perubahan alam perasaan
e) Pasien melaporkan penurunan status kesehtan
f) Pasien melaporkan penurunan status kualitas hidup
g) Pasien melaporkan kesulitan berkonsentrasi
h) Pasien melaporkan kesulitan untuk tidur
i) Pasien melaporkan kesulitan untuk tetap tidur
3) Faktor yang berhubungan :
a) Pola aktifitas (Misalnya, pengaturan waktu, jumlah)
b) Ansietas
c) Depresi
d) Faktor lingkungan (Misalnya suara bising lingkungan sekitar,
pencahayaan siang hari/malam hari, suhu/kelembapan lingkungan
sekitar, tatanan yang asing)
e) Ketakutan
f) Pergantian hormone terkait gender
g) Berduka

a. Diagnosa 2 : Gangguan Pola Tidur


1) Definisi : Kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dan
perubahan waktu tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan
dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
2) Batasan Karakteristik :
a) Perubahan pola tidur normal
b) Ketidakpuasan tidur
c) Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
3) Faktor yang berhubungan :
a) Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan).
b) Kurang kontrol tidur
c) Kurang privasi
d) Tidak familiar dengan peralatan tidur

b. Diagnosa 3 : Kesiapan Peningkatan Tidur


1) Definisi : Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang
memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang
diinginkan dan dapat ditingkatkan.
2) Batasan karakteristik :
a) Subjektif :
(1) Mengungkapkan perasaan dapat istirahat setelah tidur
(2) Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan tidur
b) Objektif :
(1) Jumlah tidur yang selaras dengan kebutuhan perkembangan
(2) Melakukan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur
(3) Terkadang menggunakan obat untuk menginduksi tidur
3) Fakor yang berhubungan : a) Menurunnya produksi metabolisme
b) Kekurangan energi
c) Ketidakmampuan melakukan aktivitas

1.2.3 Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan


b. Diagnosa 1 : Insomnia
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
Insomnia pada klien dapat teratasi dengan kriteria
hasil sebagai berikut :
a) Pasien tertidur dalam waktu cukup (6 jam)
b) Tekanan darah normal
c) Nadi 60-100 x/ menit irama reguler
d) Wajah tidak pucat
2) Intervensi keperawatan :
a) Kaji penyebab insomnia
Rasional : Insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
lingkungan, cemas atau obat-obatan
b) Kondisikan lingkungan sesuai dengan kenyamanan pasien
Rasional : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas
tidur pasien.
c) Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
Rasional : Kerja sama dalam perawatan holistik
d) Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
Rasional : Teknik relaksasi dan distraksi dapat membuat pasien
merasa tenang dan nyaman.

c. Diagnosa 2 : Gangguan Pola Tidur


1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
Gangguan pola tidur klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
b) Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c) Perasaan segar sesudah tidur atau isirahat
d) Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
2) Intervensi keperawatan :
a) Kaji penyebab terganggunya pola tidur
Rasional : Gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh banyak
faktor seperti lingkungan, cemas dan obat-obatan.
b) Kondisikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
Rasional : Lingkungan nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur
pasien.
c) Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur
Rasional : Rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang
sehingga dapat menenangkan pikiran.

d. Diagnosa 3 : Kesiapan Peningkatan Tidur


1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
keletihan pada klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Pasien tidur cukup dalam waktu 6-8 jam / hari
2) Intervensi keperawatan :
a) Kaji pola tidur pasien
Rasional : dengan mengkaji pola tidur maka perawat dapat
mengetahui kualitas tidur pasien.
b) Motivasi pasien untuk tetap mempertahankan waktu tidur yang
adekuat.
Rasional : Motivasi dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas
tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman. T. Heather & Kamitsuru. S. 2015. Nanda International Inc: Diagnosis


Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Nurarif. A. Huda & Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Ralph. S. Sparks & Taylor. M. Cynthia. 2014. Diagnosis Keperawatan: Dengan Rencana
Asuhan, Ed. 10. Jakarta: EGC.
Tarwoto, Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta.
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Mia, S.Kep


NIM : 113063J120094
Judul LP : Istirahat dan Tidur
Nama Preseptor Akademik : Dyah Trifianingsih, S.Kep.,Ners, M.Kep

No Hari/Tanggal Materi Saran Paraf


Bimbingan Pembimbing Pembimbing
1. Jumat, 25/09/2020 LP dan ANSIS Pre conference via zoom
Masukan :
a. Perbaiki diagnosa
b. Analisa sintesa
sesuaikan dengan
diagnosa keperawatan

2. Minggu, 27/09/2020 LP dan ANSIS Acc

Anda mungkin juga menyukai