DISUSUN OLEH :
MIA, S.Kep
113063J120094
PEMBIMBING AKADEMIK :
DYAH TRIFIANINGSIH, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Laporan Pendahuluan Aktivitas dan Latihan disusun oleh Mia, S.Kep, NIM 113063J10094.
Laporan Pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Preseptor Akademik dan
Koordinator Stase KDP.
Mengetahui
Kaprodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin
Salah satu individu yang sehat adalah adanya kemampuan melakukan aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan misalnya berdiri, berjalan, dan bekerja. Aktivitas adalah suatu energi
atau keadaan untuk bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas
seseorang dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persarafan, otot dan tulang, atau sendi.
Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan
dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti
istirahat.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan untuk menjaga
kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara pergerakan dan
fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain
itu, laihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan
meningkatkan selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila
seseorang tidak dapat melakukan akivitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat
membuat otot abdomen menjadi lemah sehingga fungsi eleminasinya kurang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan fisik pada seseorang
termasuk didalamnya adalah makan atau minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi
tempat tidur, berpindah dan ambulasi atau ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat
meningkatkan harga diri sera gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan
aktivitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan
yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan
intoleransi aktivitas harus diprioritaskan.
BAB II
KONSEP TEORITIS
1) Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu
2) Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
3) Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
4) Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak
pada waktu kesadaran penuh
5) Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
6) Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang
tidur
7) Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha
untuk tidur
b. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi,
berjalan kaki, dan berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada
anak-anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang mengalami
somnabulisme mempunyai risiko terjadinya cedera. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengantisipasi somnabulisme yaitu dengan membimbing
anak. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah
dengan membuat lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan
menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.
c. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi
pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab
secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari
stres, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung
kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
d. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan
yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah
serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap
saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi
secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat kerusakan genetika sistem
saraf pusat dimana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan
narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu
mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-
putar, atau berada di tepi jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk
mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat
tidur. Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
e. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6
tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga
dan berteriak, pucat dan ketakutan.
f. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di
hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi
faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat
saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu
bergetar jika dilewati udara pernapasan.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Istirahat dan Tidur
1.2.1 Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai
gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenal:
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa
biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku,
buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang;
5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami
gangguan tidur
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu
mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah
klien mengalami stres emosional atau ansietas? juga dikaji sumber stres
yang dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata,
bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang
terlihat cekung;
b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah
klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau
terlihat bingung;
c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
9) Gejala klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi,
apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva
merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
10) Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis,
narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll
11) Pemeriksaan Fisik
a) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
b) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat
c) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosokgosok
mata, bicara lambat, sikap loyo
b. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas,
deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Elektroencefalogram (EEG)
2) Elektromiogram (EMG)
3) Elektrookulogram (EOG)