DISUSUN OLEH :
AIDATUL FITRI
NIM :195STYC22
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan ini. Semoga
shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. AAmin.
Semoga Laporan ini ember wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun Laporan ini
memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga
Laporan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah. Amin.
LAPORAN
PRAKTIK PUSKESMAS CAKRANEGARA
DIAJUKAN OLEH
AIDATUL FITRI
MENYETUJUI:
A. PENGERTIAN
1. Istirahat
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan diri, diam
menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun yang membosankan,
menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan
keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas) Tidur
merupakan fungsi protektif yang dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan
dan pemulihan jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis Perubahan tersebut,
antara lain:
B. FISIOLOGIS TIDUR
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi
tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam system saraf
peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular Tiap rangkaian duidentifikasi
dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram
(EEG). yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang
mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan
informasi struktur aspek fisiologis tidur Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan
antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak
tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang
lain menyebabkan tertidur
System aktivasi reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercaya terdiri atas
sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori
visual, auditori, nyeri dan taktil Aktivasi korteks serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga
menstimulasi SAR Saat terbangun merupakan hasil neuron dalam SAR yang mengeluarkan
katekolamin seperti norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel
tertentu dalam system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah Daerah otak juga
disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar Synchronizing region, BSR) Ketika seseorang
mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR
menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun Pada
beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur [CITATION Pat061 10571
C. SIKLUS TIDUR
secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur,
selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode
im secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk
tidur, akan berlangsung satu jam atau lebih, tahapan tidur dibagi dalam beberapa tahap antara
lain
1. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)
a Tahap 1 tidur NREM
1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap
tanda-tanda vital dan metabolisme
4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
b. Tahap II NREM
d. Tahap IV NREM
3) Jika terjadi kurang tidur maka orang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang
pada tahap ini
a Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM.Mimpi yang kurang hidup
dapat terjadi pada tahap yang lain.T
C. Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan
kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit CITATION Hid081
2017]
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT TIDUR
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. antaranya sebagai
berikut (Asmadi, 2018)Seseorang bisa tidur maupun tidak dipengaruin oleh beberapa faktor,
diantarnya
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan nyenyak. Tetapi
pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidumya tidak dapat dipenuhi
dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita
gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak
mungkin dapat istirabat dan tidur
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang
tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak Sebaliknya lingkungan yang ribut,
bising, dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur Hal ini disebabkan karena
pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat
ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun
2017 tentang "Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah
Di Ruang Anak Rs Baptis Kodin", Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak saat
dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah tidak teratasi, maka hal
ini akan menghambat proses perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin
tersebut terbukti 85% anak mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak
Rumah Sakit Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia
prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat
menyebabkan seseorang mudah tidur Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun
alkohol akan mengganggu tidur
e. Gaya hidup Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah
orang dapat tidur dengan nyenyak Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan
menyebabkan periode tidur REM lebih pendek
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula yang
sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM
[alfiansah,2018]
E. POLA TIDUR BERDASARKAN TINGKAT USIA
1. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas
maupun kumtitas Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat
disebut mengalami insomnia Ada tiga jenis insomnia diantaranya
C.Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya
adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk
tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan,
menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada
beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomma yaitu:
a Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu
d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada
waktu kesadaran penuh
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur
g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha untuk tidur
2.Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya
otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di
tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak
terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnabulisme
mempunyai risiko terjadinya cedera Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi
somnabulisme yaitu dengan membimbing anak. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk
mengatasi somnabulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman dan aman, serta
dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-anak dan remaja,
paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training
yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari res,
hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu)
sebelum tidur.
4. Narkolepsi Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
terkendali untuk tidur Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan mengantuk yang
mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk)
tersebut datang. Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat
kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat dikendalikan
Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu
mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau
berada di tepi jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan
narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut
diantarnya jenis ampetamin
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih. Setelah
tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel
yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur
Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut
mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pemapasan
1. Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan
istirahat dan tidur meliputi pengkaian mengenal
a Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur,
dan keteraturan pota tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air
kecil, dan lain-lain
5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah kondisinya bising, gelap,
atau suhunya dingin
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah peristiwa, yang
dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur
7) Status emosi dan mental klien Status emosi dan mental memengaruhi terhadap kemampuan
klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental
klien, misalnya apakah klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres
vang dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat
gangguan istirahat tidur, seperti:
a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung
b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah klien mudah
tersinggung selalu menguap, kurang konsentrasi atau terlihat bingung,
b. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya kehitaman di
daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit
kepala
c. Penyimpangan Tidur
d. Pemeriksaan fisik
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah, semangat
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ menggosokgosok mata, bicara lambat, sikap loyo
e. Data penunjang yang membabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas, deviasi septum,
TD rendah, RR dangkal dan dalam (alimun ) 2018
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk, dimensia,
nyeri saat tidur
a Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas, konsumsi obat-obatan
dan stimulan
1) Tujuan
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dalam waktu cukup (6 jam) tekanan daran normal nadi 60-100 x menit irama
reguler, wajah tidak pucat
a) Kaji penyebab insomnia
R insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan, cemas atau obat obatan
R kebutuhan spiritual pasien saat memulai tidur merupakan bagian yang penting untuk
memperoleh ketenangan
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat mimpi buruk, dimensia,
nyeri saat tidur
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam deprivasi tidur dapat teratasi
2) Kriteria hasil Pasien tertidur dimalam hari dalam waktu yang cukup (6-8 jam)
R deprivasi tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena KotidistT
lingkungan kecemasan
c) Anjurkan pasien rileks saat memulai tidur Rrileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang
sehingga dapat menenangkan pikiran
1) Tujuan
Setelah dilakukan Save tindakan keperawatan selama jam gangguan pola tidur teratasi1x24
2) Kriteria hasil
Pasien tidur cukup dimalam dan siang hari (6-8 jam )/hari
pasien
c) Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur dan berikan pendidikan kesehatan
mengenai manfaat tidur
R: rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat menenangkan pikiran
Hinartahankan cara adebust
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan waktu tidur dapat dipertahankan secara adekuat
2) Kriteria hasil
Pasien tidur cukup dalam waktu 6-8 jam/hari
3) Intervensi dan rasional
R dengan mengkaji pola tidur maka perawat dapat mengetahui kualitas tidur pasien
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi (2018) Kebutuhan Dasar Manusia Jakarta Salemba Medika Aziz, H. A. (2018).
Kebutuhan Dasar Manusia Jakarta: Salemba Medika Doengoes, M E. (2017). Rencana Asuhan
Keperawatan Jakarta EGC. NANDA. (2017) Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
Jakarta: EGC.Perry, P., & Potter, A. G. (2017), Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta: EGC