Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DASAR PADA Tn. D DENGAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR

Oleh :
LAILATUL KHOIRUNNISAK
10218044

PROGAM STUDI S1
KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh


manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki,
kebutuhan dasar menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan
dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga
diri, dan aktualisasi (Wahyudi & Wahid, 2016).(Rahmadani, 2017)
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan. Isirahat berarti berhenti sebentar untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan.(Rahmadani, 2017)
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan
relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan
urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase
kegiatan otak dan badaniah yang kedua. (Tarwoto & Wartonah,2011)
Tidur adalah kondisi tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih merupakan suatu siklus
yang berulang dengan ciri adanya aktivitas minimal, memiliki kesadaran
bervariasi dan terdapat proses fisiologis. Tidur dibutuhkan untuk fungsi
fisiologis karena kebanyakan hormone pertumbuhan disekresi selama tidur.
(Apriyani, 2012)
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun/hilang dan dapat dibangunkan
kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup (Guyton, dalam buku
Haswita, 2017).
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus
dipenuhi oleh semua orang. Istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang
berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan
tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah.
Beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali, terkadang
berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat
(Ambarwati, 2014).(Rahmadani, 2017)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Fisiologi Tidur
Menurut Saputa (2013) Aktivitas tidur berhubungan dengan mekanisme
serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Bagian otak yang mengendalikan aktivitas tidur
adalah batang otak, tepatnya pada sistem pengaktifan retikularis atau
Reticular Acrivating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Regional
(BSR). RAS terdapat di batang otak bagian atas dan diyakini memiliki sel-
sel khusus yang dapat mempertahankan kewasapadaan serta kesadaran.
RAS juga diyakini dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran,
nyeri, dan perabaan serta dapat menerima stimulus dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS
melepaskan katekolamin untuk mempertahankan kewaspadaan dan agar
tetap terjaga. Pengeluaran serotonin dari BSR menimbulkan rasa kantuk
yang selanjutnya menyebabkan tidur. Terbangun atau terjaganya seseorang
tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan
system limbik.
a. Ritme
Sirkadian Ritme sirkadian merupakan salah satu ritme tubuh yang
diatur oleh hipotalamus. Ritme ini termasuk dalam bioritme atau jam
biologis. Ritme sirkadian memengaruhu perilaku dan pola fungsi
biologis utama, misalnya suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah,
sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati (Saputra, 2013).
Pada manusia, ritme sirkaian dikendalikan oleh tubuh dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya cahaya, kegelapan,
gravitasi, dan faktor eksernal (misalnya aktivitas sosial dan rutinitas
pekerjaan). Ritme sirkadian menjadi sinkron jika individu memiliki
pola tidur sampai bangun yang mengikuti jam biologisnya, yaitu
individu akan terjaga pada saat ritme fisiologis dan psikologisnya
paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme fisiologis
dan psikologisnya paling rendah (Saputra,2013).
b. Tahapan
Tidur Tidur dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu non-rapid
eyemovement (NREM) dan ropid eye movement (REM).
1) Tidur NREM Tidur NREM disebabkan oleh penurunan kegiatan
dalam system pengaktifan retikularis. Tahap tidur ini disebut juga
tidur gelombang lambat (slow wave sleep), karena gelombang otak
bergerak dengan sangat lambat.
Tidur NREM ditandai dengan penurunan sejumlah fungsi fisiologis
tubuh termasuk juga metabolism, kerja otot dan tanda-tanda vital,
misalnya tekanan darah dan frekuensi napas. Hal ini yang juga
terjadi pada saat tidur NREM adalah pergerakan bola mata
melambat dan mimpi berkurang.
Tidur NREM terbagi menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut :
a) Tahap I
Tahap I merupakan tahap paling dangkal dari tidur dan
merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur. Tahap ini
ditandai dengan individu yang cenderung rileks, masih sadar
dengan lingkungannya, merasa mengantuk, bola mata
bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas
sedikit menurun, seta mudah dibangunkan. Tahap I
normalnya berlangsung sekitar 5 menit atau sekitar 5% dari
total tidur. a) Tahap I Tahap I merupakan tahap paling
dangkal dari tidur dan merupakan tahap transisi antara
bangun dan tidur. Tahap ini ditandai dengan individu yang
cenderung rileks, masih sadar dengan lingkungannya, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,
frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, seta mudah
dibangunkan. Tahap I normalnya berlangsung sekitar 5 menit
atau sekitar 5% dari total tidur.
b) Tahap II
Tahap II merupakan tahap ketika individu masuk pada tahap
tidur, tetapi masih dapat bangun dengan mudah. Tahap I dan
tahap II ini termasuk dalam tahap tidur ringan (light sleep).
Pada tahap II, otot mulai relaksasi, mata pada umumnya
menetap, dan proses-proses di dalam tubuh terus menurun
yang ditandai dengan penurunan denyut jantung, frekuensi
napas, suhu tubuh, dan metabolism. Tahap II normalnya
berlangsung Selma 10-20 menit dan merupakan 50-55% dari
total tidur.
c) Tahap III
Tahap III merupakan awal dari tahap tidur dalam atau tidur
nyenyak (deep sleep). Tahap ini dicirikan dengan relaksasi
otot menyeluruh serta pelambatan denyut nadi, frekuensi
napas, dan proses tubuh yang lain. Pelambatan tersebut
disebabkan oleh dominasi system saraf parasimpatetik. Pada
tahap III, individu cenderung sulit dibangunkan. Tahap III
berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari
total tidur.
d) Tahap IV
Pada tahap IV, individu tidur semakin dalam atau delta sleep.
Tahap IV ditandai dengan perubahan fisiologis, yaitu EEG
gelombang otak melemah serta penurunan denyut jantung,
tekanan darah, tonus otot, metabolism, dan suhu tubuh. Pada
tahap ini, individu jarang bergerak dan sulit dibangunkan.
Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan
10% dari total tidur (Saputra, 2013)
2) Rapid Eye Movement (REM)
Menurut Saputra (2013) tidur REM juga tidur paradoks. Tahapan
ini biasanya terjadi rata-rata setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5- 20 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM dan
biasanya sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Tidur REM
penting untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu, tahapan
tidur ini juga berperan dalam proses belajar, memori, dan adaptasi.
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi
20-25 % dari tidurnya.
1. Tahap REM ditandai dengan:
→ Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari
tahap-tahap sebelumnya.
→ Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
→ Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai.
→ Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
→ Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan
darah yang berfluktuasi.
→ Metabolisme meningkat.
→ Lebih sulit dibangunkan.
→ Sekresi ambung meningkat.
→ Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-
rata 20 menit.
2. Karakteristik tidur REM
→ Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
→ Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
→ Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
→ Nadi : Cepat dan ireguler.
→ Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
→ Sekresi gaster : Meningkat.
→ Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
→ Gelombang otak : EEG aktif.
→ Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
3. Siklus Tidur Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang di
dalamnya terdapat pergantian antara tahap tidur NREM dan REM
secara berulang. Siklus tidur pada individu dapat diringkas sebagai
berikut :
a. Pergeseran dari tidur NREM tahap I-III selama 30 menit
b. Pergeseran dari tidur NREM tahap III ke tahap IV. Tahap IV
ini berlangsung selama 20 menit
c. Individu kembali mengalami tidur NREM tahap III dan tahap
II yang berlangsung selama 20 menit
d. Pergeseran dari tidur NREM tahap II ke tidur REM. Tidur
REM ini berlangsung selama 10 menit
e. Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap II f. Siklus
tidur pun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian dengan tidur
REM. Siklus ini normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan
setiap orang umumnya melalui 4-5 siklus selama 7-8 jam tidur
(Saputra, 2013)

C. KLASIFIKASI
Menurut Hidayat (2015), jenis tidur dibagi menjadi dua yaitu, slow wave
sleep atau tidur gelombang lambat atau disebut pola tidur biasa dan pola tidur
paradox yang juga disebut Rapid eye movement.
1. Pola Tidur Biasa Pola tidur biasa juga disebut sebagai tidur Non-REM
(Non-Rapid Eye Movement). Pada keadaan ini, sebagian besar organ
tubuh secara berangsur-angsur menjadi kurang aktif, pernapasan teratur,
kecepatan denyut jantung berkurang, otot mulai berelaksasi, mata dan
muka diam tanpa gerak. Fase Non-REM berlangsung ± 1 jam, dan pada
fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya,
sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya.
(Hidayat. 2015)
2. Pola Tidur Paradoksal
Pola tidur paradoksal disebut juga sebagai tidur REM (Rapid Eye
Movement). Pada fase ini, akan terjadi gerakan-gerakan mata secara
cepat, denyut jantung dan pernapasan yang naik turun, sedangkan otot-
otot mengalami pengendoran (relaksasi total). Proses relaksasi total ini
sangat berguna bagi pemulihan tenaga dan penghilangan semua rasa
lelah. Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) berlangsung selama ±20
menit. Pada fase ini, sering timbul mimpi-mimpi, mengigau, atau bahkan
mendengkur. Dalam tidur malam yang berlangsung 6-8 jam, kedua pola
tidur tersebut (REM dan Non-REM) terjadi secara bergantian sebanyak
4-6 siklus. (Mubarak, 2015)(Mubarak, 2017)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan,
enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap
permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti
permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang
tua.
c. Sering bangun saat malam hari
Tanda –tanda kualitas tidur yang kurang dapat dibagi menjadi tanda fisik dan
tanda psikologis (Hidayat, 2015).
1. Tanda Fisik Ekspresi wajah (gelap di area sekitar mata, bengkak di
kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung),
kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu berkosentrasi
(kurangnya perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti
penglihatan kabur, mual dan pusing
2. Tanda Psikologis Menarik diri, apatis dan respon menurun, merasa
tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat menurun, bingung,
timbul halusinasi, dan ilusi pengliihatan atau pendengaran,
kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang
tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan
pernafasan seperti asma, bronchitis, penyakit kardiovaskuler, dan
penyakit persarafan (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan suasana gaduh maka akan menghambat
tidurnya (Tarwoto dan Wartonah, 2011)
3. Motivasi
Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk (Tarwoto dan
Wartonah, 2011).
4. Kelelahan
Kelalahan dapat memperpendek periode pertama pertama dari tahap
REM (Tarwoto dan Wartonah, 2011)..
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkinmeningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah (Tarwoto dan
Wartonah, 2011)
7. Obat-obatan
Menurut Tarwoto dan Wartonah, 2011, ada beberapa jenis obat yang
dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :
1) Diuretik : menyebabkan insomnia
2) Antidepresan : menyupresi REM
3) Kafein : meningkatkan saraf simpatis
4) Beta-bloker : menimbulkan insomnia
5) Narkotika : menyupresi REM

F. MASALAH-MASALAH YANG TERJADI


Gangguan tidur menurut Tarwoto dan Wartonah, 2011 ada enam yang
terganggu tidurnya adalah sebagai berikut :
a. Insomnia
Adalah ketidakamampuan memperoleh secara cukup kualitas dan
kuantitas tidur. Tiga macam insomnia yaitu : insomnia inisial (initial
insomnia) adalah tidak adanya ketidakmampuan untuk tidur, insomnia
intermiten (intermittent insomnia) merupakan ketidakmampuan untuk
tetap mempertahankan tidur karena sering terbangun dan insomnia
terminal (terminal insomnia) adalah bangun lebih awal tetapi tidak
pernah tertidur kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan
fisik, kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak
b. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya
disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal,
liver, dan metabolism.
c. Parasomnia Merupakan sekumpulan penyakit yang menggangu tidur
anak seperti samnohebalisme (tidur sambil berjlan).
d. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu
tidur atau biasa juga disebut dengan istilah mengompol. Enuresa dibagi
menjadi dua jenis yaitu : enuresa nocturnal, merupakan mengompol di
waktu tidur dan enuresa diurnal, mengompol pada saat bangun tidur.
Enuresa nikturnal umumnyamerupakan gangguan pada tidur NREM
e. Narkolepsi
Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak
terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada say tidur sama
dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah
atau endoktrin.
f. Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur bukan dianggap sebagi gangguan tidur, namum bila disertai
apnea maka bisa menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya
rintangan pengeluaran udara di hidung dan mulut, misalnya amandel,
adenoid, otot-otot di belakang mulut mengendor dan bergetar. Periode
apnea berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.
g. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur
REM.
h. Sudden Infant Death Syndrom / SIDS
Gangguan ini dapat terjadi pada bayi 12 bulan pertama. Penyebabnya
tidak diketahui. Berbagai ahli berpendapat bahwa gangguan ini
disebabkan oleh system saraf tidak matang atau apnea saat tidur
(Heriana, 2014).
i. Gangguan Pola Tidur
Secara Umum Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu
keadaan diman individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan
dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan
ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkan(Fatmawati, 2015)
G. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Non Farmakologi
Menurut Rahmadani,(2017) Pilihan utama sebelum menggunakan obat-
obatan karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek
ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
1) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
2) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
3) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
4) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh
tenaga ahli atau dokter psikiatri.
5) CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa
berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
6) Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur
si penderita gangguan tidur.
7) Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu
tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari
meski hanya sesaat.
8) Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
9) Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
10) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.

b. Terapi Farmakologi
Menurut Rahmadani,(2017)Mengingat banyaknya efek samping yang
ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya
boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara
pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping
dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi
mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering,
dsb(Rahmadani, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, H. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Tidur. Jurnal Keperawatan, III(1), 10–16.
Fatmawati, Z. I. (2015). LAPORAN PENDAHULUAN. Acta Universitatis
Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis, 53(9), 1689–1699.
Retrieved from
http://publications.lib.chalmers.se/records/fulltext/245180/245180.pdf%0Aht
tps://hdl.handle.net/20.500.12380/245180%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jsa
mes.2011.03.003%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.gr.2017.08.001%0Ahttp://dx.
doi.org/10.1016/j.precamres.2014.12.0
Mubarak. (2017). Konsep istirahat dan tidur universitas muhammadiah malang.
Journal of Chemical Information and Modeling, 110(9), 1689–1699.
Rahmadani, E. (2017). ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR DI
RUANGAN TRAUMA CENTER ( TC ) BEDAH RSUP . Dr . DJAMIL
PADANG ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR DI
RUANGAN TRAUMA CENTER ( TC ) BEDAH RSUP . Dr . DJAMIL
PADANG.

Anda mungkin juga menyukai