Oleh :
LAILATUL KHOIRUNNISAK
10218044
PROGAM STUDI S1
KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
B. ANATOMI FISIOLOGI
Fisiologi Tidur
Menurut Saputa (2013) Aktivitas tidur berhubungan dengan mekanisme
serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Bagian otak yang mengendalikan aktivitas tidur
adalah batang otak, tepatnya pada sistem pengaktifan retikularis atau
Reticular Acrivating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Regional
(BSR). RAS terdapat di batang otak bagian atas dan diyakini memiliki sel-
sel khusus yang dapat mempertahankan kewasapadaan serta kesadaran.
RAS juga diyakini dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran,
nyeri, dan perabaan serta dapat menerima stimulus dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS
melepaskan katekolamin untuk mempertahankan kewaspadaan dan agar
tetap terjaga. Pengeluaran serotonin dari BSR menimbulkan rasa kantuk
yang selanjutnya menyebabkan tidur. Terbangun atau terjaganya seseorang
tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan
system limbik.
a. Ritme
Sirkadian Ritme sirkadian merupakan salah satu ritme tubuh yang
diatur oleh hipotalamus. Ritme ini termasuk dalam bioritme atau jam
biologis. Ritme sirkadian memengaruhu perilaku dan pola fungsi
biologis utama, misalnya suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah,
sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati (Saputra, 2013).
Pada manusia, ritme sirkaian dikendalikan oleh tubuh dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya cahaya, kegelapan,
gravitasi, dan faktor eksernal (misalnya aktivitas sosial dan rutinitas
pekerjaan). Ritme sirkadian menjadi sinkron jika individu memiliki
pola tidur sampai bangun yang mengikuti jam biologisnya, yaitu
individu akan terjaga pada saat ritme fisiologis dan psikologisnya
paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme fisiologis
dan psikologisnya paling rendah (Saputra,2013).
b. Tahapan
Tidur Tidur dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu non-rapid
eyemovement (NREM) dan ropid eye movement (REM).
1) Tidur NREM Tidur NREM disebabkan oleh penurunan kegiatan
dalam system pengaktifan retikularis. Tahap tidur ini disebut juga
tidur gelombang lambat (slow wave sleep), karena gelombang otak
bergerak dengan sangat lambat.
Tidur NREM ditandai dengan penurunan sejumlah fungsi fisiologis
tubuh termasuk juga metabolism, kerja otot dan tanda-tanda vital,
misalnya tekanan darah dan frekuensi napas. Hal ini yang juga
terjadi pada saat tidur NREM adalah pergerakan bola mata
melambat dan mimpi berkurang.
Tidur NREM terbagi menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut :
a) Tahap I
Tahap I merupakan tahap paling dangkal dari tidur dan
merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur. Tahap ini
ditandai dengan individu yang cenderung rileks, masih sadar
dengan lingkungannya, merasa mengantuk, bola mata
bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas
sedikit menurun, seta mudah dibangunkan. Tahap I
normalnya berlangsung sekitar 5 menit atau sekitar 5% dari
total tidur. a) Tahap I Tahap I merupakan tahap paling
dangkal dari tidur dan merupakan tahap transisi antara
bangun dan tidur. Tahap ini ditandai dengan individu yang
cenderung rileks, masih sadar dengan lingkungannya, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,
frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, seta mudah
dibangunkan. Tahap I normalnya berlangsung sekitar 5 menit
atau sekitar 5% dari total tidur.
b) Tahap II
Tahap II merupakan tahap ketika individu masuk pada tahap
tidur, tetapi masih dapat bangun dengan mudah. Tahap I dan
tahap II ini termasuk dalam tahap tidur ringan (light sleep).
Pada tahap II, otot mulai relaksasi, mata pada umumnya
menetap, dan proses-proses di dalam tubuh terus menurun
yang ditandai dengan penurunan denyut jantung, frekuensi
napas, suhu tubuh, dan metabolism. Tahap II normalnya
berlangsung Selma 10-20 menit dan merupakan 50-55% dari
total tidur.
c) Tahap III
Tahap III merupakan awal dari tahap tidur dalam atau tidur
nyenyak (deep sleep). Tahap ini dicirikan dengan relaksasi
otot menyeluruh serta pelambatan denyut nadi, frekuensi
napas, dan proses tubuh yang lain. Pelambatan tersebut
disebabkan oleh dominasi system saraf parasimpatetik. Pada
tahap III, individu cenderung sulit dibangunkan. Tahap III
berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari
total tidur.
d) Tahap IV
Pada tahap IV, individu tidur semakin dalam atau delta sleep.
Tahap IV ditandai dengan perubahan fisiologis, yaitu EEG
gelombang otak melemah serta penurunan denyut jantung,
tekanan darah, tonus otot, metabolism, dan suhu tubuh. Pada
tahap ini, individu jarang bergerak dan sulit dibangunkan.
Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan
10% dari total tidur (Saputra, 2013)
2) Rapid Eye Movement (REM)
Menurut Saputra (2013) tidur REM juga tidur paradoks. Tahapan
ini biasanya terjadi rata-rata setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5- 20 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM dan
biasanya sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Tidur REM
penting untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu, tahapan
tidur ini juga berperan dalam proses belajar, memori, dan adaptasi.
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi
20-25 % dari tidurnya.
1. Tahap REM ditandai dengan:
→ Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari
tahap-tahap sebelumnya.
→ Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
→ Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai.
→ Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
→ Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan
darah yang berfluktuasi.
→ Metabolisme meningkat.
→ Lebih sulit dibangunkan.
→ Sekresi ambung meningkat.
→ Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-
rata 20 menit.
2. Karakteristik tidur REM
→ Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
→ Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
→ Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
→ Nadi : Cepat dan ireguler.
→ Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
→ Sekresi gaster : Meningkat.
→ Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
→ Gelombang otak : EEG aktif.
→ Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
3. Siklus Tidur Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang di
dalamnya terdapat pergantian antara tahap tidur NREM dan REM
secara berulang. Siklus tidur pada individu dapat diringkas sebagai
berikut :
a. Pergeseran dari tidur NREM tahap I-III selama 30 menit
b. Pergeseran dari tidur NREM tahap III ke tahap IV. Tahap IV
ini berlangsung selama 20 menit
c. Individu kembali mengalami tidur NREM tahap III dan tahap
II yang berlangsung selama 20 menit
d. Pergeseran dari tidur NREM tahap II ke tidur REM. Tidur
REM ini berlangsung selama 10 menit
e. Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap II f. Siklus
tidur pun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian dengan tidur
REM. Siklus ini normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan
setiap orang umumnya melalui 4-5 siklus selama 7-8 jam tidur
(Saputra, 2013)
C. KLASIFIKASI
Menurut Hidayat (2015), jenis tidur dibagi menjadi dua yaitu, slow wave
sleep atau tidur gelombang lambat atau disebut pola tidur biasa dan pola tidur
paradox yang juga disebut Rapid eye movement.
1. Pola Tidur Biasa Pola tidur biasa juga disebut sebagai tidur Non-REM
(Non-Rapid Eye Movement). Pada keadaan ini, sebagian besar organ
tubuh secara berangsur-angsur menjadi kurang aktif, pernapasan teratur,
kecepatan denyut jantung berkurang, otot mulai berelaksasi, mata dan
muka diam tanpa gerak. Fase Non-REM berlangsung ± 1 jam, dan pada
fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya,
sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya.
(Hidayat. 2015)
2. Pola Tidur Paradoksal
Pola tidur paradoksal disebut juga sebagai tidur REM (Rapid Eye
Movement). Pada fase ini, akan terjadi gerakan-gerakan mata secara
cepat, denyut jantung dan pernapasan yang naik turun, sedangkan otot-
otot mengalami pengendoran (relaksasi total). Proses relaksasi total ini
sangat berguna bagi pemulihan tenaga dan penghilangan semua rasa
lelah. Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) berlangsung selama ±20
menit. Pada fase ini, sering timbul mimpi-mimpi, mengigau, atau bahkan
mendengkur. Dalam tidur malam yang berlangsung 6-8 jam, kedua pola
tidur tersebut (REM dan Non-REM) terjadi secara bergantian sebanyak
4-6 siklus. (Mubarak, 2015)(Mubarak, 2017)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan,
enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap
permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti
permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang
tua.
c. Sering bangun saat malam hari
Tanda –tanda kualitas tidur yang kurang dapat dibagi menjadi tanda fisik dan
tanda psikologis (Hidayat, 2015).
1. Tanda Fisik Ekspresi wajah (gelap di area sekitar mata, bengkak di
kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung),
kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu berkosentrasi
(kurangnya perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti
penglihatan kabur, mual dan pusing
2. Tanda Psikologis Menarik diri, apatis dan respon menurun, merasa
tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat menurun, bingung,
timbul halusinasi, dan ilusi pengliihatan atau pendengaran,
kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.
b. Terapi Farmakologi
Menurut Rahmadani,(2017)Mengingat banyaknya efek samping yang
ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya
boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara
pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping
dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi
mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering,
dsb(Rahmadani, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, H. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Tidur. Jurnal Keperawatan, III(1), 10–16.
Fatmawati, Z. I. (2015). LAPORAN PENDAHULUAN. Acta Universitatis
Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis, 53(9), 1689–1699.
Retrieved from
http://publications.lib.chalmers.se/records/fulltext/245180/245180.pdf%0Aht
tps://hdl.handle.net/20.500.12380/245180%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jsa
mes.2011.03.003%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.gr.2017.08.001%0Ahttp://dx.
doi.org/10.1016/j.precamres.2014.12.0
Mubarak. (2017). Konsep istirahat dan tidur universitas muhammadiah malang.
Journal of Chemical Information and Modeling, 110(9), 1689–1699.
Rahmadani, E. (2017). ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR DI
RUANGAN TRAUMA CENTER ( TC ) BEDAH RSUP . Dr . DJAMIL
PADANG ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR DI
RUANGAN TRAUMA CENTER ( TC ) BEDAH RSUP . Dr . DJAMIL
PADANG.