DISUSUN OLEH :
KRISNA
113063J122013
BANJARMASIN
2022
I. Konsep Kebutuhan Tidur dan Istirahat
I.1 Definisi kebutuhan tidur dan istirahat
Istirahat dan tidur merupakan dasar untuk menjaga kesehatan.
Seseorang yang sedang sakit memerlukan kebutuhan istirahat dan tidur
yang lebih dibandingkan dengan orang yang sehat. Istirahat dan tidur
adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik
dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah istirahat
dan tidur yang berbeda.Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada manusia. Tanpa
jumlah istrirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi,
membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan hari-hari
akan menurun (Budiantoro, 2019).
Tidur adalah proses yang berhubungan dengan mata tertutup
selama beberapa periode yang memberikan istirahat total bagi mental dan
aktivitas fisik manusia, kecuali fungsi beberapa organ vital seperti jantung,
paru-paru, hati, sirkulasi darah dan organ dalam lainnya (Retnaningsih,
2018). Penelitian terbaru Lange et al. menunjukkan bahwa tidur bertindak
untuk membantu peningkatan tahap awal dari respons imun. Irama
sirkadian yang menjaga waktu tidur dikendalikan oleh pusat utama yang
terletak di inti suprachiasmatic dari hipotalamus. Substrat neuroanatomi
dari tidur NREM terutama terletak di nukleus preoptik ventrolateral
hipotalamus dan tidur REM terletak di pons (Reza, Karima, & Budiarto,
2019).
Sedangkan istirahat merupakan keadaan tidak beraktivitas dan
keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional serta memerlukan
ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan
lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan
diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan (Siregar & Risha, 2018).
I.2 Fisiologi sistem/ Fungsi normal sistem kebutuhan tidur dan istirahat
Pengaturan kegiatan tidur terjadi karena adanya mekanisme
serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak
agar dapat tidur kemdian terbangun. Pusat pengaturan aktivitas
kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon bagian atas spons
serta sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur. Sistem tersebut yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar
Sybchronizing Regional (BSR). Dalam prosesnya, tidur dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu tidur gelombang lambat (Slow Wave Sleep) atau
disebut juga tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) yang dibagi menjadi
tiga tahap (N1, N2, N3, N4) dan tidur paradoks atau tidur Rapid Eye
Movement (REM) (Dhamayanti, 2021).
I.2.1 Tidur Gelombang Lambat (Slow Wave Sleep) atau Tidur Non-
Rapid Eye Movement (NREM)
Jenis tidur gelombang lambat merupakan jenis tidur yang
disebabkan menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktifan
retikularis dan dikenal dengan dengan tidur yang dalam, istirahat
penuh atau nyenyak. Pada tidur gelombang lambat, gelombang otak
bergerak lebih lambat sehingga menyebabkan tidur tanpa mimpi.
Tidur gelombang lambat juga disebut gelombang delta. Ciri-ciri
tidur gelombang lambat, antara lain tubuh dalam kondisi benar-
benar istirahat, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun,
pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan kecermatan
metabolisme basal berkurang 10-30%. Tidur gelombang lambat
bukan berarti tidak mengalami mimpi sama sekali, tetapi pada
tahap ini juga timbul mimpi dan kadang-kadang mimpi buruk, seta
mimpi dalam tidur NREM tidak dapat diingat kembali berbeda
dengan tidur REM. Jadi, pada tidur NREM tidak terjadi konsolidasi
mimpi dalam ingatan. Tahapan tidur jenis gelombang lambat dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur
dengan ciri-ciri, antara lain tubuh rileks, masih sadar dengan
lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari
samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun
segera. Tahap ini berlangsung selama 5 menit.
b. Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri-ciri antara lain bola mata menetap, denyut
jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh
menurun, serta metabolisme menurun. Tahap ini berlangsung
pendek dan berakhir 10-15 menit dan 40-45% total tidur.
c. Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan
frekuensi napas serta proses tubuh lainnya melambat karena
disebabkan oleh dominasi sistem saraf parasimpatis. Tahap ini
sulit untuk bangun.
d. Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan
jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak sulit
dibangunkan, gerak bola mata cepat, dan sekresi lambung
menurun, serta tonus otot menurun. Terjadi 30-40 menit setelah
onset tidur.
II. Rencana Asuhan Keperawatan dengan ganguan kebutuhan tidur dan istirahat
II.1 Pengkajian
II.1.1 Riwayat tidur dan istirahat
Pengkajian tidur dan istirahat meliputi kuantitas (lama tidur),
kualitas tidur siang maupun malam hari, aktivitas, rekreasi yang
dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum atau pada saat tidur,
lingkungan tidur, dengan siapa klien tidur, obat yang dikonsumsi
sebelum tidur, asupan (makan dan minum) sebelum tidur, tentang
kesulitan tidur, dan perubahan pola tidur yang dialami klien.
II.1.2 Pemeriksaan fisik (Fokus pemeriksaan)
Gejala klinis dikaji melalui obsevasi keadaan umum klien, area
wajah, dan perilaku klien. Klien kurang istirahat dan tidur
memiliki gejala klinis berupa kehitaman didaerah sekitar mata,
kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, klien mengeluh mata
perih, mata tampak sayu dan sakit kepala. Perilaku klien
menunjukkan kelelahan, klien tampak tidak fokus, bicara lambat,
tremor, dan bingung.
II.1.3 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik kadang kala perlu dilakukan untuk
memastikan gangguan istirahat dan tidur klien. Berikut ini
merupakan pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk
merekam tahapan tidur klien, baik NREM maupun REM :
a. Electrosepalogram (EEG), adalah alat uji kedokteran yang
digunakan untuk menilai kerja otak.
b. Electromyogram (EMG), adalah tes untuk memeriksa kondisi
otot dan sel-sel saraf yang mengontrolnya (neuron motorik).
Tes ini dapat membantu mendeteksi adanya gangguan pada
saraf, otot, atau masalah dengan sinyal yang dikirimkan saraf
ke otot.
c. Electrooculography (EOG) adalah suatu teknik atau metode
yang didasarkan pada pengamatan dan pengukuran potensial
akibat gerakan mata.
II.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Gangguan Pola Tidur
II.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan :
- Pengurangan kecemasan
- Tingkat kenyamanan
- Tingkat nyeri
- Istirahat : tingkatkan pola
- Tidur : tingkatkan pola
Kriteria hasil :
- Jumlah jam tidur dalam batas normal (6-8 jam/hari)
- Pola tidur, kualitas dalam batas normal
- Perasaan segar sebelum tidur atau istirahat
- Mampu mengidentifikasikan hal-hal yang meningkatkan tidur
Reza, R. R., Karima, N., & Budiarto, A. (2019). Fungsi Tidur dalam Manajemen
Kesehatan. Journal Majority , 247-255.
Siregar, T., & Risha, A. (2018). Hubungan Lama Terpasang Infus Dengan
Kualitas Tidur Anak Di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota.
Jurnal Persada Husada Indonesia, 36-37.