Anda di halaman 1dari 29

PERDARAHAN KEHAMILAN LANJUT

(ANTEPARTUM HAEMORRHAGE)

DISUSUN OLEH :

KRISNA
113063C118017

DOSEN PENGAMPU :

Sr. MARGARETHA MARTINI, SPC, MSN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN
2020-2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepda Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
karuniaNya penulis dapat diberikan kekuatan dan kesehatan untuk menyelesaikan makalah
MATERNITAS II tentang “PERDARAHAN KEHAMILAN LANJUT”

1
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari makalah kami ini, dan penulis sangat
mengharapkan masukan dari pembaca dalam penulis membuat revisi makalah kami dikemudian
hari.

Terimakasih dengan segala kekurangan dengan berusaha melengkapi, dan tetap bekerja
keras dengan sebaik-baiknya.

Banjarmasin, 02 Februari 2020

Kelompok 1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................4

2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II..........................................................................................................................................6

ISI....................................................................................................................................................6

A. Pengertian Perdarahan Kehamilan Lanjut.........................................................................6

B. Tanda-tanda Bahaya Pada Kehamilan Lanjut...................................................................7

C. Diagnosis Banding............................................................................................................9

D. Pengkajian.........................................................................................................................9

E. APH...................................................................................................................................9

F. Jenis-jenis Perdarahan Kehamilan Lanjut.......................................................................11

BAB III..........................................................................................................................................27

PENUTUP.....................................................................................................................................27

A. KESIMPULAN...............................................................................................................27

B. SARAN...........................................................................................................................27

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah dimulai dari proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa dari
pihak pria. Sel telur yang dibuahi akan berkembang menjadi bakal embrio yang kemudian

3
akan menjalani pembelahan sampai menjadi embrio. Bakal janin ini lalu akan menempel di
selaput lender rahim, yang terletak di rongga rahim (Saifudin, 2006;h.89).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan


Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup pada periode tahun
2003 sampai 2007. Pada tahun 2009 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu
390 per 100.000 kelahiran hidup. Dari hasil survey tersebut terlihat adanya peningkatan
angka kematian ibu di Indonesia (Depkes RI, 2009). Sedangkan Angka kematian ibu selama
tahun 2006 sebanyak 237 per 100.000 kelahiran hidup. Dari total 4.726 kasus plasenta
previa pada tahun 2005 didapati kurang lebih 40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa
itu sendiri (Depkes RI. 2005). Sedangkan pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus plasenta
previa didapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta previa (Depkes RI, 2006).
Sedangkan hasil survey di RS.PKU Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2012 terdapat 16
kasus plasenta previa. Dan jumlah kasus plasenta previa sampai bulan April 2013 terdapat 3
kasus.

Berdasarkan laporan World Health Organization, 2008 angka kematian ibu di dunia pada
tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh 25% perdarahan, 20%
penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8%
penyulit persalinan, dan 7% penyebab lainnya. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan
muda disebut abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang
termasuk perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri

Maka dari itu, penulis membuat makalah dengan mengangkat masalah yang terjadi
padda perdarahan kehamilan lanjut yang sangat perlu untuk diketahui seagai seorang tenaga
kesehatan.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Perdarahan Kehamilan Lanjut.
2. Mengetahui jenis-jenis Perdarahan Kehamilan Lanjut.

4
BAB II
ISI

A. Pengertian Perdarahan Kehamilan Lanjut


Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat rusaknya pembuluh
darah. Perdarahan antepartum (antepartum haemorrhage, APH) didefinisikan sebagai

5
perdarahan dari saluran genitalia setelah usia kehamilan 24 minggu. Dalam praktiknya,
perdarahan per vagina yang terjadi setelah ibu memiliki hasil scan anatomi janin yang
normal ditangani oleh APH.

Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi
setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak
segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu
penyebabnya adalah plasenta previa. (Wiknjosastro, 2008).

Berdasarkan laporan World Health Organization, 2008 angka kematian ibu di dunia
pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh 25% perdarahan,
20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi,
8% penyulit persalinan, dan 7% penyebab lainnya. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan
muda disebut abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang
termasuk perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri.

Plasenta previa pada kehamilan premature lebih bermasalah karena persalinan terpaksa,
sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian lainnya oleh proses persalinan.
Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal sekalipun penatalaksanaan
plasenta previa sudah dilakukan dengan benar. Disamping masalah prematuritas, perdarahan
akibat plasenta previa akan fatal bagi jika tidak ada persiapan darah atau komponen darah
dengan segera.

Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. (Nugroho, 2012).
Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan secara pasti, namun kerusakan dari
endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap
sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa.

Menurut (Cunningham, 2005) terjadinya plasenta previa terdapat beberapa faktor


penyebab diantaranya: usia ibu yang lanjut meningkatkan risiko plasenta previa, multipara,
terutama jika jarak antara kelahirannya pendek, riwayat seksio sesarea, primigravida dua,
bekas aborsi, kelainan janin, leiloma uteri, risiko relatif untuk plasenta previa meningkat
dua kali lipat akibat merokok.

6
B. Tanda-tanda Bahaya Pada Kehamilan Lanjut
a) Kehamilan dengan Perdarahan
Perdarahan antepartum atau perdarahan kehamilan lanjut adalah perdarahan pada
trimester dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Pada kehamilan lanjut, perdarahan
yang tidak normal adalah merah, banyak dan tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri
[ CITATION Pan \l 1057 ].
b) Jenis perdarahan antepartum
1) Perdarahan Plasenta Previa adalah merupakan keadaan implantasi plasenta
sedemikian rupa sehingga sehinga dpat menutupi sebagaian atau seluruh mulut
rahim. Perdarahan dapat menimbulkan gangguan perdarahan darah janin dan
sirkulasi ibu sehingga terjadi anemia dan dapat jatuh dalam keadaan syok.
Sebagaian besar terjadi tanpa sebab dan timbul mendadak, terjadi tanpa rasa sakit
bahkan sering terjadi pada saat tidur [ CITATION Pan \l 1057 ].
2) Perdarahan Solusio Plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya dari
implantasinya yang normal (fundus uteri) sehingga meimbulkan rasa sakit dan
gangguan nutrisi pada janin [ CITATION Pan \l 1057 ].
c) Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini
Kehamilan dengan ketuban pecah dini adalah cairan yang keluar tanpa disadari
oleh ibu hamil, melalui jalan lahir berbau khas. Berbahayanya terhadp ibu adalah
infeksi langsung, dan pada janin menyebabkan gerakan janin makin terbatas
[ CITATION Pan \l 1057 ].
d) Kehamilan Dengan Kematian Janin Dalam Rahim
Gerakan janin merupakan tanda penting bahwa janin hidup sehat. Dengan
berkurang atau menghilangnya gerak janin dapat menjadi pertanda bahwa janin
mengalami kematian dlalam rahim. Janin yang telah mati dalam rahim harus
dikeluarkan karena dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah dan dapat
menimbulkan infeksi dalam rahim [ CITATION Pan \l 1057 ].
e) Kehamilan Dengan Pre eklamsi dari Eklamsi
Pre eklamsi dan eklamsi merupakan penyakit yang berkelanjutan dengan batas
atau tambahan kejang atau koma.

7
Gejala pre eklamsi yaitu pandangan mata kabur, sakit kepala, yang berat dan
menetap, nyeri ulu hati, bengkak pada muka dan tangan. Bahayanya bagi ibu adalah
kejang dan kematian sedangkan bagi janin adalah gawat janin dan kematian. Eklamsi
merupakan kelanjutan dari pre eklamsi berat yang disertai kejang atau koma
[ CITATION Pan1 \l 1057 ].

C. Diagnosis Banding
1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta (perdarahan tersembunyi dapat menjadi lebih signifikan
dibandingkan bukti kehilangan darah)
3. Perdarahan dari serviks (ektopi, polip, karsinoma, dll)
4. Vasa previa

D. Pengkajian
1. Kaji kehilangan darah
2. Periksa tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan
3. Jika ibu mengalami syok: kaji jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
4. Singkirkan nyeri abdomen dan kontraksi
5. Singkirkan plasenta previa sebelum melakukan periksa dalam

E. APH
1. APH Minor (Terjadi Kehilangan Darah yang Minimal Saat ibu Masuk Rumah Sakit)
a) Periksa hasil scan terkait posisi plasenta (namun ingat bahwa hasil scan dapat
salah).
b) Lakukan pemeriksaan spekulum.
c) Lakukan hitung darah lengkap, pemeriksaaan golongan darah dan kompatibilitas;
lakukan uji Kleihauer jika ibu Rh-negatif.
d) Lakukan pemeriksaan CTG.
e) Jika ibu Rh negatif, berikan 1000 unit anti-D melalui IM.
f) Pindahkan ibu ke ruang rawat jika tidak terdapat perdarahan mayor, nyeri tekan
pada uterus, atau gawat janin.
2. APH Sedang (Terjadi Perdarahan yang Signifikan, tetapi Ibu Tidak Mengalami Syok)
a) Pasang jalur intravena (berukuran 14 G). Berikan infusi kristaloid.

8
b) Lakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, urea/elektrolit, pembekuan darah,
lakukan cross-match 4 unit darah; lakukan uji Kleihauer jika ibu Rh-negatif.
c) Pasang kateter urine dan pantau haluaran urine.
d) Lakukan pemantauan intensif dan tulis hasil pemantauan dalam bagan.
e) Beri tahu ahli anestesi dan unit neonatus.
f) Beri tahu konsulen: keputusan mengenai metode dan waktu pelahiran harus
dibuat.
g) Jika ibu Rh-negatif dan pelahiran tidak akan segera diakukan, berikan ibu 1000
unit anti-D melauli IM.
h) Pantau ibu dalam ruang bersalin selama 12 jam pasca-pelahiran.
3. APH Mayor (Perkiraan Kehilangan Darah >1000 ml)
a) Beri tahu dokter obstetri senior, ahli anestesi tim ruang bedah dan porter.
b) Beri tahu bank darah dan staf laboratorium hematologi.
c) Berikan oksigen melalui sungkup: 8 l/menit.
d) Pertahankan ibu tetap hangat.
e) Pasang 2 jalur intravena dengan kanula berukuran 14 G atau lebih besar.
f) Pasang kateter urine dan pantau haluaran urine.
g) Lakukan pemeriksaan EKG.
h) Pasang oksimetri nadi.
i) Lakukan pencatatan tekanan darah serial.
j) Pertimbangkan pemantauan tekanan vena sentral (central venous pressure, CVP)
dan jalur arteri. Tindakan tersebut cenderug diperlukan jika terjadi kehilangan
darah lebih dari 1500 ml atau jika ibu akan dibawa ke ruang bedah.
k) Lakukan hitung darah lengkap, pemeriksaan masa protrombin (prothrombin time,
PT), masa tromboplasrin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin time,
APTT), produk degradasi fibrin (fibrin degradation product, FDP), dan
fibrinogen.
l) Lakukan cross-match 6 unit darah dengan segera.
m) Berikan pengganti plasma: 100 ml Haemaccel atau Gelofusine dengan segera.
n) Jika tersediia, transfusikan darah yang telah dilakukan cross-match.

9
o) Jika darah yang telah dilakukan cross-match tidak tersedia dengan segera,
gunakan:
1) Darah yang belum dilakukan cross-match (darah yang sesuai dengan golongan
darah pasien), yang biasanya dapat tersedia dalam waktu 15 menit.
2) Golongan darah O negatif (stok untuk keadaan darurat) jika diperlukan darah
dengan segera.
p) Sebelum menggunakan darah yang belum dilakukan cross-match, selalu:
1) Diskusikan dengan staf kaboratorium.
2) Ambil sampel darah ib u untuk dilakukan pemeriksaan seperti yang
tercatum di atas.
q) Gunakan 1 unit plasma beku segar (fresh frozen plasma, FFP) untuk setip 8 unit
packed cells. Transfusi faktor koagulasi lanjutan mungkin diperlukan.

4. Pelahiran
Manajemen aktif harus dilakukan pada kala III persalinan.
APH memicu terjadinya hemoragi pascapartum (postpartum haemorrage, PPH)
sehingga infusi Syntocinon (o ksitosin) (40 unit dalam 500 ml larutan Hartmann atau
salin 0,9%) harus diberikan pada kala III persalinan dan dilanjutkan selama 4 jam pasca
pelahiran.

F. JENIS
1. PLASENTA PREVIA

A. Pengertian Plasenta Previa

10
Plasenta previa adalah perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta. Yang
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. (Manuaba, 2008).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
jalan lahir. (Sulistyawati.2009).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
(Mochtar,1998).
Jadi. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian ataupun seluruh dari ostium uteri
internum.
B. Klasifikasi Plasenta Previa
a. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum.
b. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
c. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum.
d. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum.
C. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dalam hal ini adalah gejala utama dan gejala klinik :

b. Gejala utama
Perdarahan yang terjadi bias sedikit atau banyak perdarahan yang berwarna merah
segar,tanpa alas an dan tanpa rasa nyeri.
c. Gejala klinik
1. Perdarahan yang terjadi bias sedikit atau banyak, perdarahan yang terjadi
pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal,perdarahan
berikutnya hamper selalu lebih banyak dari sebelumnya,perdarahan pertama
sering terjadi pada triwulan ketiga.

11
2. Kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah
menurun,anemia disertai dengan ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat
menimbulkan syok sampai kematian.
3. Pasien yang dating dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh
adanya rasa sakit.
4. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
5. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pap dan tidak jarang terjadi letak
janin, letak janin (letak lintang atau letak sungsang),
6. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati tergantung banyaknya perdarahan,
sebagian besar kasus janinya masih hidup perdarahan yang mengganggu
sirkulasi retroplasenter yang menimbulkan asfiksia intrauterine sampai
kematian. Hemoiglobin berkisar 5,9% dapat menimbulkan kematian janin serta
ibunya.

G. Etiologi
Salah satu penyebab berimplantasinya plasenta pada bagian bawah rahim adalah
vaskularisasi desidua yang tidak memadai. Beberapa yang dapat mempengaruhi
vaskularisasi pada endometrium adalah proses radang baik karena infeksi ataupun karna
riwayat pemakaian IUD, paritas tinggi, usia lanjut, kehamilan kembar, cacat rahim
misalnya karena riwayat bedah sesar >2x, kuretase, miomektomi dan sebagaimnya.
Riwayat bedah sesar menaikan insiden kejadian plasenta previa 2x lipat. Selain itu,
hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta
menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi menyebabkan pertumbuhan plasenta
melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.

H. Gambaran Klinis
Ciri yang menonjol pada ibu dengan plasenta previa adalah perdarahan uterus yang
keluar dari vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester
2 atau pada awal trimester 3. Sifat darah pada kasus plasenta previa adalah bewarna
merah segar. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri.
Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas dan berulang. Pada setiap

12
pengulangan terjadi perdarahan yang terjadi lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada
plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu awitan persalinan. Perdarahan
juga berhubungan dengan kemampuan kontraski segmen bawah rahim. Dimana pada
segmen bawah rahim perdarahan tidak dapat berkontraksi sekuat segmen atas
rahim/korpus uteri. Hal ini disebabkan karena elemen otot padasegmen bawah rahim
sangat minimal sehingga mengakibatkan pembuluh darah tidak dapat tertutup sempurna.
Perdarahan juga dapat bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada
plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan.

Berhubung plasenta previa terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen
sering ditemukan bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin
tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu merasa nyeri dan
perut tidak tegang.

I. Diagnosis
Perempuan hamil yang mengalami perdarahan pada kehamilan lanjut biasanya
karena plasenta previa atau solutio plasenta. Namun ada gambaran klinik yang dapat
membedakan antara kedua kasus ini. Dimana pada plasenta previa perdarahan terjadi
tanpa rasa nyeri dan warna darah merah segar.

a. Anamnesis : terjadinya perdarahan tanpa nyeri, dan dapat berulang.


b. Inspeksi : perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal dan pada perdarahan yang
banyak ibu tampak anemis.
c. Pemeriksaan fisik : keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok, kesadaraan
bervariasi dari baik hingga koma.
d. Pemeriksaan kusus : janin belum cukup bulan, TFU sesuai dengan umur kehamilan.
e. Pemeriksaan dalam : dilakukan di kamar operasi dan berguna untuk menegakan
diagnosa pasti.

J. Tatalaksana Umum
1. Setiap ibu hamil yang mengalami perdarahan dalam TM II/III harus dirawat di RS.
2. Pasien diminta istirahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap.
3. Jika perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan masih
prematur dibolehkan pulang. Rawat jalan dengan syarat telah mendapat konsultasi

13
yang cukup dengan pihak keluarga dengan segera kembali ke RS jika terjadi
perdarahan berulang, walaupun kelihatannya tidak mencemaskan.
4. Pada kehamilan 24 minggu- 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal
untuk pematangan paru janin.
5. Jika ada gejala hipovolemia seperti hipotensi dan takikardi pasien tersebut mungkin
telah mengalami perdarahan yang cukup berat lebih berat dari pada penampakan
klinis.
6. Transfusi darah perlu segera diberikan.
7. Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan kegiatan fisik.
8. Jika perdarahan banyak segera lakukan terminasi bila keadaan janin sudah viabel.
9. Perdarahan tidak terlalu banyak, di istirahatkan sampai UK 36 minggu, dan bila pada
amniosintesis menunjukan paru janin telah matang terminasi dapat dilakukan, jika
perlu lakukan SC.

2. SOLUSIO PLASENTA

A. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat impantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
sebelum waktu persalinan. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus, sebelum dilahirkan (Prawirohardjo.2009).

14
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal
pada uterus sebelum janin dilahirkan yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat
janin diatas 500 gram (Rustam 2002).
Solusio plasenta adalah perlepasan sebagian atau keseluruhan plasenta dari uterus
selama hamil dan persalinan (Chapman v 2003).

B. Klasifikasi
a. Trijatmo rachimhaldi membagi solusiomplasenta menurut dengan pelepasan plasenta :
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas selurhnya.
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3. Raptura sinis marginali, sebagian kecil pinggir plasenta yag telepas

b. Pritchard J.A membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan :


1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter
3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion.
c. Menurut tingkat klinisnya sebagai berikut :
1) Solusio plasenta ringan
a) Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu maupun janin
b) Perut terasa agak sakit, terus tegang, bagian bagian janin mudah diraba
c) Plasenta terlepas tidak sampai 25%.
d) Jumlah darah < 250 ml.
2) Solusio plasenta sedang
a) Plasenta terlepas 1/4 sampai 2/3 bagian.
b) Sakit perut terus menerus, perdarahan pervaginam, perdarahan tersembunyi,
mungkin jatuh kedalam syok, janin kalau masih hidup dalam keadaan gawat,
dinding uterus tegang terus menerus, nyeri tekan , bagian janin sukar diraba,
kelainan pembekuan dan ginjal mungkin telah terjadi.
c) Luas pelepasan plasenta telah melebihi 25% .

15
d) Jumlah darah yang keluar >250ml tetapi <1000ml.
3) Solusio plasenta berat
a) Plasenta terlepas >2/3 bagian.
b) Ibu telah jatuh dalam syok, janin meninggal, uterus sangat tegang spt papan,
sangat nyeri, perdarahan pervaginam tidak sesuai dengan syok ibu, kemungkinan
telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal.
c) Luas pelepasan plasenta melebihi 50%.
d) Jumlah darah yang keluar tela mencpai 1000ml.

C. Etiologi dan Faktor Resiko


1. Riwayat solusio plasenta
2. Ketuban pecah preterm/korioamnionitis
3. Sindroma pre-eklamsia
4. Hipertensi kronik
5. Merokok
6. Pengguna kokain
7. Mioma di belakang plasenta
8. Gangguan pembekuan darah berupa single-gene-mutation/trmbfilia
9. Acquired antiphospholipid autoantibodies
10. Trauma abdomen dalam kehamilan
11. Plasenta Sirkumvalata

D. Manifestasi klinik
Solisio plasenta sebenarnya lebih bahaya dari plasenta previa bagi ibu hamil dan janin.
Perdarahan pada solusio plasenta dapat berupa :
1. Revealed hemorrhage, yaitu perdarahan yang merembes antara plasenta dan
miometrium yang selanjutnya menyelinap dibawah selaput ketuban, keluar kanalis
vaginalis melaui vagina

16
2. Concealed hemorrhage, perdarahan yang tersembunyi dan tidak keluar melalui vagina.
Pada perdarahan tersembunyi yang luas dimana perdarahan retroplasenta yang banyak
dapat mengurangi sirkulasi uteroplasenta menyebabkan hipoksia janin. Selain itu,
pembentukan hemtoma retroplasentayang luas bisa menyebabkan koagulapati
konsumsi yang fatal bagi ibu.

1. Solusio Plasenta Ringan


a. Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak memberikan gejala
b. Sering diketahui setelah pemeriksaan retrospsektif pada inspeksi lasenta setelah
partus (ditemukan hematom)
c. Rasa nyri rina pada abdomen dan darah yang keluar masih sedikit
d. TT dan KU ibu atau janin masih baik
e. Pada pemeriksaan inspeksi atau auskultasi tidak didapatkan kelainan,tetapi pada
palpasi akan ditemukan sedikt nyeri lokal pada tepat terentuknya hematom
f. Perut sedikit tegang tetapi bagian janin masih dapat dikenal.
g. Kadar fibrnogen dalam batas normal 350mg%

2. Solusio Plasenta Sedang


a. Tanda-tanda sudah mulai jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus,
DJJ telah unjukkan gawat janin, perdarahan yang tampak keluar lebih banyak,
takikardi, dan hipotensi kulit dingin.
b. Mulai terlihat oliguri.
c. Kadar fibrinogen berkurang antara 150-250mg%.
d. Abdomen mulai tegang dan ban janinsulit diraba.
e. Perdarahan pervaginam jelas dan bewarna merah kehitaman.
f. Mulai ada tanda syok.
g. Pada pemeriksaan kardiotokografi terlihat deselerasi lambat

3. Solusio Plasenta Berat


a. Abdomen nyeri dan tegang keras seperti papan disertai perdaraha bewarna hitam.
b. Palpasi janin tidak dapat dilakukan.

17
c. Fundus uteri lebih tinggi dari UK.

d. Pada pemeriksaaan DJJ muai tidak terdengar akibat gangguan anatomik dan fungsi
dari plasenta telah terganggu.
e. KU buruk disertai syok.
f. Hipofibrinogenemia dan oliguria mulai terjadi sebagai komplikasi pembekuan
darah intravaskular yang luas dan gangguan fungsi ginjal.
g. Kadar fibrinogen rendah <150mg%.

E. Diagnosis
a. Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap
b. Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika solusiorelatif baru
c. Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar (tersembunyi)
d. Anemia berat
e. Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin
f. Uterus tegang terus menerus dan nyeri

F. Faktor Predisposisi
a. Hipertensi
b. Versi luar
c. Trauma abdomen
d. Hidramnion
e. Gemelli
f. Defisiensi besi

G. Tatalaksana
Tatalaksana umum :
a. Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan dasar, harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Tatalaksana berikut ini hanya boleh
dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.

18
b. Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tanda tanda awal syok
pada ibu, lakukan persalinan segera:
c. Jika pembukaan serviks lengkap, lakukanpersalinan dengan ekstraksi vakum
d. Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan persalinan dengan seksio sesarea
e. Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan pascasalin.
f. Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok, tindakan
bergantung pada denyut jantung janin (DJJ):
1) DJJ normal, lakukan seksio sesarea.
2) DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal : pertimbangkan
persalinan pervaginam.
3) DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah : pecahkan ketuban
dengan kokher :
a. Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin.
b. Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup, lakukan seksio sesarea.
c. DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit): lakukan persalinan
pervaginam segera, atau seksio sesarea bila persalinan pervaginam tidak
memungkinkan.
g. Lakukan uji pembekuan darah sederhana :
1) Ambil 2 ml darah vena ke dalam tabung reaksi kaca yang bersih, kecil, dan
kering (kira-kira 10 mm x 75 mm) Pegang tabung tersebut dalam genggaman
untuk menjaganya tetap hangat
2) Setelah 4 menit, ketuk tabung secara perlahan untuk melihat apakah pembekuan
sudah terbentuk, kemudian ketuk setiap menit sampai darah membeku dan
tabung dapat dibalik.
3) Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak
yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan koagulopati.
4) Jika dijumpai koagulopati, berikan darah lengkap (whole blood) segar, atau bila
tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini berdasarkan ketersediaannya :
a. Fresh frozen plasma
b. Packed red cell
c. Kriopresipitat

19
d. Konsentrasi trombosit

Tatalaksana Khusus :
Penanganan solusio plasenta bervariasi sesuai keadaan kasus masing-masing. Proses
persalinan dapat dilakukan pervaginam atau perabdominam tergantung :
a) Banyaknya perdarahan
b) Adanya tanda-tanda persalinan spontan atau tidak
c) Tanda gawat janin
d) Usia kehamilan
Keadaan ibu dan janin
Bila janin masih hidup dan cukup bulan namu belum ada tanda-tanda persalinan maka
dilakukan persalinan dengan sectio sesaria darurat. Pada kasus janin mati atau kasus yang
ringan kehamilan diakhiri dengan induksi atau stimulasi partus. Pada kasus berat dan
gawat janin langsung pilihan sectio sesaria dipilih sebagai terminasi kehamilan.

H. Komplikasi
Komplikasi berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung, sehingga ibu :
1. Anemia
2. Syok hipovolemik
3. Insufisiensi fungsi plasenta
4. Gangguan pembekuan darah
5. Sindrom sheehan : terjadi pada wanita yang terhindar dari kematian setelah mengalami
syok yang lama, sehingga mengalami iskemia dan nekrosis pada adenihipofisis.
6. Gagal ginjal mendadak dan akut : akibat syok hipovolemik yang lama, terlambat atau
tidak tertangani secara sempurna. Penyebab pasti belum jelas namun beberapa faktor
dikemukakan sebagai peran utama terjadi gagal ginjal akut adalah karena curahan
jantung yang menurun dan kekejangan pembuluh darah ginjal akibat tekanan
intrauterin meninggi keduanya menyebabkan perfusi ginjal menjadi sangat menurun
dan menyebabkan anoksia.

20
3. VASA PREVIA

A. Definisi
Pendarahan dari pembuluh janin yang melintasi atau berjalan di dekat os serviks
atau pembuluh darah tali pusat (darah janin). Pembuluh darah ini akan robek baik secara
spontan atau terjadi selama pecahnya ketuban. Vasa previa adalah variasi yang sangat
berbahaya dari insersi plasenta velamentousa di mana pembuluh dalam membran
melintas di atas os serviks. Pembuluh dapat berada diantara serviks dan bagian presentasi
janin. Oleh karena itu, pembuluh darah ini rentan terhadap kompresi dan juga laserasi
atau avulsi dan terjadi eksanguinasi janin yang cepat.

B. Faktor Risiko
Vasa previa jarang terjadi, Lee dan rekannya (2000) mengidentifikasi bahwa
terjadi pada 1: 5200 kehamilan. Faktor risiko termasuk plasenta bilobate atau
succenturiate dan plasenta previa pada trimester kedua, dengan atau tanpa migrasi
kemudian (Baulies, 2007; Suzuki, 2008b). Hal ini juga meningkat pada kehamilan yang
dibantu oleh teknik fertilisasi in vitro (Schachter, 2003).

C. Diagnosis
Uji Apt (uji elusi hemoglobin basa) dengan cara penambahan dua sampai tiga tetes
larutan alkali ke 1 mL darah. eritrosit janin tidakk akan pecah, dan campuran akan tetap
berwarna merah. Jika darah ibu, eritrosit akan pecah dan campuran akan berubah menjadi
cokelat.

21
Jika diagnosis ditegakkan pada masa antepartum maka kelangsungan hidup
perinatal akan lebih baik dibandingkan dengan diagnosis yang ditegakkan pada masa
intrapartum, vasa previa idealnya diidentifikasi pada masa awal (Oyelese, 2004).
Sayangnya, hal ini tidak selalu memungkinkan untuk dilakukan. Secara klinis, pemeriksa
kadang-kadang bisa meraba atau langsung melihat pembuluh darah janin di membran
yang melapisi bagian presentasi. Dengan bantuan alat sonografi transvaginal, pembuluh
darah dapat dilihat masuk ke dalam membrane janin bukan langsung ke dalam
plasentanya dengan pembuluh darah yang berjalan di atas ostium uteri internum.

Pemeriksaan menggunakan Doppler warna secara rutin pada pembuluh darah


plasenta, terutama dalam kasus-kasus plasenta previa atau plasenta letak rendah, dapat
membantu deteksi dini kasus vasa previa. Setelah vasa previa diidentifikasi, dijadwalkan
rencana operasi sesar lebih awal sebelum presentasi janin turun ke pintu atas panggul dan
menekan pembuluh darah.

D. Tatalaksana
Operasi caesar darurat harus dilakukan jika janin sudah mampu untuk hidup diluar
rahim.Manajemen tergantung pada janin, usia kehamilan, tingkat keparahan perdarahan,
dan penyebab pendarahan.Kehamilan> 37 minggu denganperdarahan berulang maka
persalinan segera adalah tatalaksana yang dianjurkan. Cara persalinan tergantung pada
keadaan janin, dan faktor-faktor terkait lainnya.Mempertahankan kehamilan dapat
dilakukan pada kasus tertentu untuk kematangan janin seperti pada kasus plasenta previa.
pemantauan janin harus dilakukan secara hati-hati. Diagnosis vasa previa pada masa
intrapartum maka pertimbangkan untuk kebutuhan melakukan persalinan segera.
transfusi darah untuk neonatal juga perlu dipersiapkan karena mungkin diperlukan.

E. Komplikasi
Pendarahan berasal dari janin. Dengan demikian, angka kematian janin akan meningkat
>75% terutama disebabkan eksanguinasi janin.

22
4. PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA
A. Definisi
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra,
dan postpartum. Preeklamsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah dan proteinuria (cunningham, 2006). Sesuai dengan batasan dari natinal
institutes of health (NIH) working group on blood pressure in pregnancy preeklampsia
adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur kehamilan lebih dari 20
minggu atau segera setelah persalinan.

B. Klasifikasi
Preeklampsia dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Preeklampsia ringan adalah preeklampsia, dengan tekanan darah sistolik 140- <160
mmHg atau tekanan darah diastolik 90- <110 mmHg.
b) Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg.

C. Etiologi dan faktor resiko


Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, tetapi pada
umumnya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan
akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun
atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, dkk, 2012).

D. Manifestasi klinik dan diagnosa


Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila
satu atau lebih tanda / gejala dibawah ini di temukan :
a) Tekanan sistolik 160 mmHg, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
b) Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam : +3 atau +4 pada pemeriksaan
c) Kualitatif
d) Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dari 24 jam

23
e) Keluhan serebral, gangguan pengelihatan atau nyeri daerah epigastrium
f) Edema paru-paru

Menurut Rozikhan (2007) tanda dan gejala preeklampsia adalah sebagai berikut :
1. Hipertensi
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila
peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam trimester
pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita menderita
hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada akhir trimester
kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklampsia.
Peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg, atau peningkatan
tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-
kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang- kurangnya 90 mmHg atau lebih
atau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnose.
Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada
keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah
indikasi terjadi preeklampsia berat.

2. Edema
Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada
kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkan pada ektrimitas dan muka. Edema
pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa
berarti untuk penentuan diagnosa pre eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap
minggu dalam kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan pre-eklampsia harus dicurigai. Atau bila terjadi
pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan, mungkin
merupakan tanda preeklampsia. Bertambahnya berat badan disebabkan retensi air dalam
jaringan dan kemudian oedema nampak dan edema tidak hilang dengan istirahat. Hal ini
perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre eklampsia. Edema dapat terjadi

24
pada semua derajat PIH ( Hipertensi dalam kehamilan) tetapi hanya mempunyai nilai
sedikit diagnostik kecuali jika edemanya general.

3. Proteinuria
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter
dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2 +
(menggunakan metode turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing
yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih
yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat
dari hipertensi dan tambah berat badan. Proteinuri sering ditemukan pada preeklampsia,
karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal.
Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius. Preeklamsia terbagi
atas dua, yaitu :
1. Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas, penyebab
preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas, penyakit ini dianggap sebagai
“maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya (Rukiyah
dan Yulianti, 2010).
Gejala preeklampsia ringan meliputi :
a) Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah diastolik
90-110 mmHg
b) Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam
c) Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
d) tidak disertai dengan gangguan fungsi organ

2. Preeklampsia Berat
Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

25
Gejala klinis preeklampsia berat meliputi :
a) Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
b) Trombosit <100.000 /mm3
c) Proteinuria ( >3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan kuantitatif
bisa disertai dengan :
1. Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)
2. Keluhan serebral, gangguan pengelihatan
3. Nyeri abdomen
4. Gangguan fungsi hati
5. Gangguan perkembangan Intrauterine

E. Tatalaksana Umum
Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera dirujuk ke rumah sakit.

F. Pencegahan dan tatalaksana kejang


1. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi (cairan
intravena).
2. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana
kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang).
3. Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya,berikan dosis awal
(loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
4. Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU (bila
tersedia) yang sudah siap denganfasilitas ventilator tekanan positif.

26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat rusaknya pembuluh
darah. Perdarahan antepartum (antepartum haemorrhage, APH) didefinisikan sebagai
perdarahan dari saluran genitalia setelah usia kehamilan 24 minggu. Dalam praktiknya,
perdarahan per vagina yang terjadi setelah ibu memiliki hasil scan anatomi janin yang
normal ditangani oleh APH.

Berdasarkan laporan World Health Organization, 2008 angka kematian ibu di dunia
pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh 25% perdarahan,
20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi,
8% penyulit persalinan, dan 7% penyebab lainnya. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan
muda disebut abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang
termasuk perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri,

27
B. SARAN
Saran bagi para ibu hamil dan keluarganya hendaknya menjaga kehamilannya dengan
upaya rutin melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
care seperti melakukan pemeriksaan dengan standar 10 T.

Bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatn masyarakat dalam hal ini adalah
peniti sendiri, sebaiknya dalam melakukan usaha intervensi kepada keluarga hendaknya
melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma) setempat. Karena toma memegang peranan penting
yang mampu mengintervensi keluarga-keluarga di wilayahnya.

REFERENSI

Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: ECG.

Chafter II (APN) Pengertian Asuhan Persalinan pdf

Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu keperawatan komunitas. Jakarta: Salemba medika.

patricia A. Potter, A. G. (2010). fundamental keperawatan . jakarta.

Snyder, K. E. (2010). buku ajar fundamental keperawatan Konsep, Proses dan praktik. Jakarta.

Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Jakarta: ECG.

28
29

Anda mungkin juga menyukai