Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN

DOSEN PENGAMPU :

Sr. MARGARETHA MARTINI, SPC., BSN,.MSN

DISUSUN OLEH:

GITA GLORY SABATINI

NIM : 113063C118011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan gangguan perdarahan awal kehamilan (Abortus)” Kami menyadari bahwa
makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini
dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat

Banjarmasin, 6 Februari 2020

penyusun
COVER DEPAN ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I KONSEP TEORI ...............................................................................................
A. Anatomi fisiologi .......................................................................................... 1
B. Gambar abnormalitas .................................................................................... 1
C. Definisi penyakit/kasus ................................................................................. 2
D. Etiologi .......................................................................................................... 2
E. Manifestasi klinik .......................................................................................... 3
F. Patofisiologi narasi dan skema .................................................................... 3
G. Pemeriksaan diagnostik ................................................................................3
BAB II MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN ................................................... 6
A. Pengkajian fokus ........................................................................................... 6
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 8
C. Perencanaan & Intervensi ............................................................................. 8
D. Implementasi keperawatan ......................................................................... 10
E. Evaluasi ....................................................................................................... 14
BAB III MENAJEMEN KOLABORASI ..................................................................... 15
BAB IV DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16
Pendahuluan

a. Latar belakang

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa mempersoalkan
penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan
antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan” (Manuaba, 2011).

Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah perdarahan yang
mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan
penyebab tidak langsung adalah rendahnya akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu
tua saat melahirkan 13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu
melahirkan 9,4%. Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka kematian
ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per 100.000 kelahiran, karena
kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk juga pengawasan dan evaluasi. Namun angka
kematian ibu di Indonesia saat ini pada tahun 2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228
kematian per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan
dari angka 300 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011).

Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan mampu mengetahui dari
gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan
melakukan kolaborasi dengan dokter dan di tunjang oleh fasilitas yang memadai. Menurut WHO (World
Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya
melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan
dan persalinan, sekitar 30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan
sekitar 90 % kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011).

AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN (Association of
Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup, AKI di Filipina 170 kemaian
per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44 kematian per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian
per 100.000 kelahiran hidup dan di singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E,
2011). Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat 1 dari bulan
januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang dan yang mengalami kematian 4
orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami
kematian 2 orang dan pada tahun 2009 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang
mengalami kematian 6 orang(Susanto, C.E, 2011).
BAB I

Pembahasan

a. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Organ kelamin luar wanita memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai jalan masuk spermake dalam tubuh
wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi.Saluran kelamin
wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab
penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan. mikroorganisme ini biasanya ditularkan
melalui hubungan seksual. (evelyn pearce, 2002). Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ
genetalia eksterna dan organ genetalia interna. Organ genatalia eksterna dan vagina adalah bagian untuk
sanggama, sedangkan organ genetalia interna untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, translasi
blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin.

Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim. Permukaannya terdiri atas selapis
sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar sekresi mukosa rahim yang berbentuk invaginasi ke dalam
stroma selular. Kelenjar dan stroma mengalami perubahan yang siklik, bergantian antara pengelupasan
dan pertumbuhan baru setiap sekitar 28 hari. Dalam terjadi kehamilan harus ada spermatozoa,
ovum,pembuahan ovum(kontasepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri
atas tiga bagianyaitu kaput(kepala) yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan
nukleus,ekor dan bagian yang silindrik(leher) yang menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran
spermatozoa dapat bergerak cepat. (Sarwono Prawirohardjo, 2012)

a. Pengertian Alat Reproduksi Wanita

Alat Reproduksi wanita ialah suatu organ – organ yang berperan dalam serangkaian proses yang
mempunyai tujuan untuk berkembangbiak atau memperbanyak suatu keturunan. Agar manusia bisa
mempunyai anak, maka harus mempunyai sebuah organ – organ reproduksi dengan fungsi dan dalam
keadaan normal. Secara garis besar alat reproduksi wanita terbagi menjadi dua kelompok, yaitu sebagai
berikut :

1. ALAT REPRODUKSI (GENETALIA) LUAR/ Organ kelamin luar (Eksternal)


1. Mons Pubis/ Mons Veneris

Bagian yang menonjol yang banyak berisi jaringan lemak terletak dipermukaan anterior simpisis pubis.
Setelah pubertas, kulit mons veneris ditutup oleh rambut-rambut. Seiring peningkatan usia,
jumlah jaringan lemak ditubuh wanita akan berkurang dan rambut pubis akan menipis.

2. Labia Mayora

Berupa dua buah lipatan jaringan lemak, berbentuk lonjong dan menonjol yang berasal dari mons veneris
dan berjalan kebawah dan ke belakang yang mengelilingi labia minora. Terdiri dari 2 permukaan, yaitu
bagian luar yang menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut, dan bagian dalam menyerupai selaput
lendir dan mengandung banyak kelenjar sebacea. Labia mayora kiri dan kanan bersatu di bagian belakang
dan batas depan dari perinium disebut Commisura posterior/ frenulum. Homolog dengan skrotum pada
laki laki.

3. Labia Minora

Merupakan dua buah lipatan jaringan yang pipih dan berwarna kemerahan yang terlihat jika labia mayora
dibuka. Pertemuan lipatan labia minora kiri dan kanan di bagian atas disebut – preputium klitoris, dan di
bagian bawah disebut frenulum klitori Pada bagian inferior kedua lipatan labia minora
memanjang mendekati garis tengah dan menyatu dengan fuorchette.

4. Clitoris/ Klentit

Merupakan suatu tanggul berbentuk silinder dan erektil yang terletak diujung superior vulva.
Mengandung banyak urat urat saraf sensoris dan pembuluh pembuluh darah. Jumlah pembuluh darah dan
persyarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan keregangan seksual. Ujung badan
klitoris dinamai Glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Panjang klitoris jarang melebihi 2 cm dan
bagian yang terlihat adalah sekitar 6×6 mm atau kurang pada saat tidak terangsang dan akan membesar
jjika secara seksual terangsang. Klitoris analog dengan penis pada laki-laki.

5. Vestibulum

Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh klitoris dan dorsal
oleh fourchet. Vestibulum merupakan muara-muara dari 6 buah lubang yaitu vagina, urethra, 2 muara
kelenjar bartolini yang terdapat di samping dan agak ke belakang dari introitus vagina dan 2 muara
kelenjar skene di samping dan agak ke dorsal urethra.

6. Bartholini dan Skene

Kelenjar yang penting di daerah vulva karena dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran lendir meningkat
saat hubungan seks.

7. Ostium Uretra

Walaupun bukan merupakan sistem reproduksi sejati, namun dimasukkan ke dalam bagian ini karana
letaknya menyatu dengan vulva. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm dibawak klitoris.

8. Ostium Vagina

Liang vagina sangat bervariasi bentuk dan ukurannya. Pada gadis, kebanyakan vagina tertutup sama
sekali oleh labia minora dan jika dibuka, terlihat hampir seluruhnya tertutu oleh hymen.
9. Hymen (Selaput dara)

Berupa lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina. Biasanya himen berlubang
sebesar ujung jari berbentuk bulan sabit atau sirkular sehingga darah menstruasi dapat keluar. Namun
kadang kala ada banyak lubang kecil (kribriformis), bercelah (septata), atau berumbai tidak beraturan
(fimbriata). Pada tipe himen fimbriata, pada gadis sulit membedakannya dengan hymen yang sudah
mengalami penetrasi saat koitus.

10. Perineum

Perineum Adalah daerah muskular yang dititupi kulit antara introitus vagina dan anus.

2. Organ reproduksi dalam (Internal)

Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran kelamin).

1. Ovarium

Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti buah almond yang berada
disamping uterus didekat dinding lateral pelvis dan berada pada lapisan posterior ligamentum latum,
postero-caudal tuba falopii. Panjang kira-kira 2.5 – 5.0 cm dengan lebar kira-kira 1.5 – 3.0 cm. Masing-
masing memiliki permukaan medial dan lateral ovarium . Masing-masing ovarium memiliki tepi anterior
(mesovarium) dan tepi posterior yang bebas. Ligamentum penyangga ovarium adalah : ligamentum
suspensorium ovarii ( ligamentum infundibulo-pelvicum ) dan ligamentum Ovarii Proprium. Pembuluh
darah ovarium terutama berasal dari arteri ovarica yang merupakan cabang aorta abdominalis dan
selanjutnya dialirkan keluar ovarium melalui vena ovarica. Ovarium terbungkus oleh tunica albuginea
yang mirip dengan yang dijumpai pada testis. Bagian luar ovarium disebut cortex yang memiliki gameet
dan dibagian dalam disebut medula yang mengandung banyak pembuluh darah besar serta syaraf. Cortex
ovarium relatif avaskular dan dijumpai sejumlah folikel ovarium kecil. Masing-masing folikel
mengandung ovum immature (oosit) yang terbungkus dengan satu atau beberapa lapisan sel. Bila oosit
hanya dilapisi oleh satu lapisan sel, sel tersebut dinamakan sel folikel, bila dilapisi oleh beberapa lapisan
sel-sel tersebut dinamakan sel granulosa.

Dibagian cortex terdapat sejumlah folikel dengan berbagai derajat maturasi. Pada folikel
primordial, oosit dilapisi oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues epithelium). Folikel primer memiliki dua
atau lebih lapisan sel granulosa kubis yang mengitari oosit. Folikel sekunder mengandung ruang-ruang
berisi cairan diantara sel granulosa. Ruangan tersebut sering mengalami penyatuan (coalesence) membuat
cavum sentral yang disebut sebagai antrum. Folikel d’graf atau folilkel vesikuler yang matur memiliki
antrum yang sangat dominan dan folikel biasanya menonjol keluar permukaan ovarium. Setiap bulan,
pada wanita dewasa, satu dari folikel yang masak mengeluarkan oosit dari ovarium, peristiwa ini disebut
ovulasi. Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesteron.
Saluran reproduksi. Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.

2. Oviduk ( tuba falopi )

Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan
panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada
infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan
oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk
menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.

3. Uterus

Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang
berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Serviks
(leher rahim) terletak di puncak vagina. Selama masa reproduktif, lapisan lendir vagina memiliki
permukaan yang berkerut-kerut. Sebelum pubertas dan sesudah menopause, lapisan lendir menjadi licin.
Rahim merupakan suatu organ yang berbentuk seperti buah pir dan terletak di puncak vagina. Rahim
terletak di belakang kandung kemih dan di depan rektum, dan diikat oleh 6 ligamen. Rahim terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu serviks dan korpus (badan rahim). Serviks merupakan uterus bagian bawah yang
membuka ke arah vagina. Korpus biasanya bengkok ke arah depan. Selama masa reproduktif, panjang
korpus adalah 2 kali dari panjang serviks. Korpus merupakan jaringan kaya otot yang bisa melebar untuk
menyimpan janin. Selama proses persalinan, dinding ototnya mengkerut sehingga bayi terdorong keluar
melalui serviks dan vagina. Sebuah saluran yang melalui serviks memungkinkan sperma masuk ke dalam
rahim dan darah menstruasi keluar. Serviks biasanya merupakan penghalang yang baik bagi bakteri,
kecuali selama masa menstruasi dan selama masa ovulasi (pelepasan sel telur). Saluran di dalam serviks
adalah sempit, bahkan terlalu sempit sehingga selama kehamilan janin tidak dapat melewatinya. Tetapi
pada proses persalinan saluran ini akan meregang sehingga bayi bisa melewatinya. Saluran serviks
dilapisi oleh kelenjar penghasil lendir.

Lendir ini tebal dan tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali sesaat sebelum terjadinya ovulasi.
Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah
pembuahan (fertilisasi). Selain itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir di serviks juga mampu
menyimpan sperma yang hidup selama 2-3 hari. Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas melalui
korpus dan masuk ke tuba falopii untuk membuahi sel telur. Karena itu, hubungan seksual yang dilakukan
dalam waktu 1-2 hari sebelum ovulasi bisa menyebabkan kehamilan. Uterus manusia berfungsi sebagai
tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan
yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding
rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak
lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari
ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.

4. Uterus

Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara
pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir,
bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir
(membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan
oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk
melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin
dikeluarkan.

Proses Fisiologis Sistem Reproduksi Wanita

Oogenesis Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur.
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan
memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah dimulai saat bayi
perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan.
Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis
tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak
perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer.
Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan
oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.

Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan
menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran
normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar
pertama (polosit primer). Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua).
Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan
berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi.
Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali.
Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel
kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder).

Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan
polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium. Oosit dalam
oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh
cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel
juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadioosit sekunder hingga terjadi
ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer.

Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder.
Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa
ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas
dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan
mengkerut menjadi korpus albikan.

Menstruasi (Haid)

Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai
pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi
sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan
dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu
pengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi. Untuk mempermudah
penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu
ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama
menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi
dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-
ovulasi.

Fase Menstruasi

Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum akan
menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut
menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada
endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase
menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-
rata sekitar 50mL.

Fase pra-ovulasi

Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon
gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang
pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan
oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf
dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya
estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan
endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks
untuk mengeluarkan lendir yang bersifta basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat
asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
Fase ovulasi

Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon.
Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau
penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH
menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf.
Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap
dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.

Fase pasca-ovulasi

Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena pengaruh
LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi
estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu
progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau
endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga
merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara.

Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman
(implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan. Proses pasca-ovulasi ini
berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan,
korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi
estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun.
Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-
ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.

Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh
sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum
sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel
granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga
harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di
sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.

Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling
mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung. Pada
sperma, bagian kromosom mengeluarkan: Hialuronidase, Enzim yang dapat melarutkan senyawa
hialuronid pada korona radiata. Akrosin, Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona
pelusida. Antifertilizin, Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari
glikoprotein dengan fungsi : Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat. Menarik sperma secara
kemotaksis positif. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit
sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh
sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit
sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan
polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder. Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder,
inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi.
Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23
kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46
kromosom.

Gestasi (Kehamilan)

Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalannya ke uterus,
zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan tersebut berupa sekelompok sel yang sama
besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap morula. Morula akan terus membelah
sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel
(blastosol). Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.

Sel-sel bagian luar blastosit Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan
membantu implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah
endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik yang
berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian
dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut.
Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat
membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan.

Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi,
ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-
lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.

Sakus vitelinus

Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk
dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat
pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi
dengan trofoblas membentuk korion.

Korion

Korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion membentuk vili
korion (jonjot-jonjot) di dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah emrbrio yang
berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus. Korion
dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi bagi
embrio.

Amnion

Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam satu ruang yang berisi
cairan amnion (ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh membran amnion. Cairan amnion berfungsi
untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu
yang drastis serta guncangan dari luar.

Alantois

Alantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar menghubungkan embrio
dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam alantois terdapat pembuluh darah yang
menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon
dioksida dan urea untuk dibuang oleh ibu.

Sel-sel bagian dalam blastosit

Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio (embrioblas). Pada
embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam
(endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke dalam sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm).
Selanjutnya, ketiga lapisan tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis) pada
minggu ke-4 sampai minggu ke-8. Ektoderm akan membentuk saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm
akan membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin. Endoderm
akan membentuk organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan pernapasan.
Selanjutnya, mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran, terjadi penyempurnaan berbagai
organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini disebut masa janin atau masa fetus.

Laktasi

Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu. Produksi air susu
(laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu. Sebelum kehamilan, payudara hanya terdiri
dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran
kelenjar (duktus kelenjar) yang belum berkembang. Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar
susu dirancang oleh mammotropin. Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu
dan plasenta janin. Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron yang
dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan bercabang.
Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak disekitarnya juga bertambah besar. Walaupun
estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan,
pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya, hormon
prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air susu.

Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu
meningkat dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah
besar somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga
menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.

Menopause

Menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan tingkat
lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami menopause alamiah sama sekali tidak dapat
mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar merupakan menstruasinya yang terakhir sampai
satu tahun berlalu. Menopause kadang-kadang disebut sebagai perubahan kehidupan. Sekitar 80 persen
wanita mulai melompat-lompat menstruasinya. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Fisiologis Sistem
Reproduksi Manusia Banyak faktor yang berpengaruh terhadap reproduksi manusia yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

Faktor Organobiologik

Reproduksi manusia yang bersifat biseksual, dipengaruhi oleh faktor organobiologik, baik pada
pria maupun pada wanita. Faktor organobiologik ini mencakup berbagai kelainan anatomis maupun
fungsional dari pada alat tubuh manusia, terutama kelainan alat dan fungsi reproduksi, yang dapat
mengakibatkan kelainan pada kualitas dan kuantitas reproduksi manusia. Dalam kelompok faktor
oganobiologik ini, termasuk : Umur manusia. Diketahui bahwa puncak kesuburan umumnya berada pada
usia sekitar 24 – 25 tahun. Fungsi reproduksi menurun setelah usia itu. Faktor gizi. Penyakit infeksi,
seperti radang kelenjar parotis pada mulut (gondongan), tuberkulosis, kencing nanah, radang prostat,
kusta, cacar dan sebagainya. Alergi dan gangguan imunologik. Gangguan metabolisme umum, seperti
kencing manis dan sebagainya. Kegagalan ginjal menahun. Kelumpuhan bagian bawah anggota badan
(papaplegia). Kelainan endoktrim pada kelenjar hipofise otak. Kelainan kromosom. Pengaruh dari luar :
obat, zat kimia, radiasi, suhu lingkungan-lingkungan sekitar, dan sebagainya.

Faktor Psikoedukatif Reproduksi manusia juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tergolong
psikoedukatif, yaitu faktor kejiwaan dan pendidikan atau pengetahuan manusia. Kesadaran akan
gawatnya masalah kependudukan suatu negara, merupakan motivasi untuk upaya pentingnya memelihara
kesehatan ibu dan anak serta keluarga, membuat para pasutri mempraktekkan keluarga berencana. Dalam
banyak hal, pendidikan kaum wanita berpengaruh positif terhadap pengendalian reproduksinya. Faktor
Sosiokultural Faktor yang tergolong dalam kelompok sosial budaya memberi pengaruh pula terhadap
reproduksi manusia. Pandangan bahwa anak laki-laki lebih berharga daripada wanita, banyak anak
banyak rejeki seringkali menjadi pendorong pemacuan terhadap fungsi reproduksi, bahkan seringkali
dengan melupakan akibat buruk terhadap kesehatan ibu dan anak.

Hormon-Hormon Pada Sistem Reproduksi Wanita

Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan reproduksi jauh
lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada wanita dalam proses reproduksi
adalah dalam siklus menstruasi.

Estrogen

Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk
reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada
wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada
siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan
cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.

Progesterone

Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan


endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama
trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG.
Gonadotropin Releasing Hormone

GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang
pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan
memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun
sebaliknya. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone) Kedua hormon ini
dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH
akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian
folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)

Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin
meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun
pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar
10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi
hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi
imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya
kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin

Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi
air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan
mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL /
Human Placental Lactogen). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi
/ pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika
kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi
dan gangguan haid berupa amenorhea.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN

DEFINISI

ABORTUS

Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-100
gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi
BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015). Abortus
merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram, (prawirohardjo, 2010).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000). Abortus adalah terminasi kehamilan yang
tidak diinginkan melalui metode obatobatan atau bedah, (Morgan, 2011). Berakhirnya kehamilan sebelum
anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya
telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas
untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999
gram disebut juga dengan immature.Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010). Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan
bahwa abortus merupak suatu keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
dengan usia kurang dari 20 minggu (Kelompok, 2019).

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa mempersoalkan
penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan
antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan” (Manuaba, 2011). Adapun penyebab langsung
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan
eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah
rendahnya akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan 13,9%, terlalu
muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4%. Menurut WHO
(World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka kematian ibu melahirkan di Indonesia
ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per 100.000 kelahiran, karena kementerian telah menyiapkan
beberapa program termasuk juga pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat
ini pada tahun 2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000 kelahiran.
Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 kematian per
100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011).

Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan mampu mengetahui
dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan
melakukan kolaborasi dengan dokter dan di tunjang oleh fasilitas yang memadai. Menurut WHO (World
Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya
melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan
dan persalinan, sekitar 30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan
sekitar 90 % kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011). AKI di
Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN (Association of Southeast Asian
Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup, AKI di Filipina 170 kemaian per 100.000
kelahiran hidup, di Thailand 44

kematian per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan di
singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011). Di Sulawesi selatan berdasarkan
data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat 1 dari bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang
mengalami abortus 2478 orang dan yang mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu
yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan pada tahun 2009
jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 6 orang(Susanto,
C.E, 2011).

ETIOLOGI

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8
minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan
muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X Abnormalitas embrio atau janin
merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh
cacat kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi
dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di


sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga
karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.Radiasi, virus,
obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen
yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensimenahun.Endarteritis dapat
terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi
menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.Penyakit-
penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan
inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar. nefritis kronis dan gagal jantung dapat
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk
perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin.

Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan
sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus. Penyakit
infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan
lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus. Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus,
berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi
abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),
retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan
kalinan kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid,
malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam
pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi). Rahim merupakan tempat
tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus
septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks),
robekan serviks postpartum.

5. Trauma. Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal. Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab


terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi
korpus luteum dalam produksi hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik. Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal


1) Penyebab secara umum:

(1) Infeksi

a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

c. Parasit, misalnya malaria

(2) Infeksi kronis

a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

b. Tuberkulosis paru aktif.

c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit


jantung, toxemia gravidarum

e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

f. Trauma fisik.

2) Penyebab yang bersifat lokal:

(1) Fibroid, inkompetensia serviks.

(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.

(3) Retroversikronis.

(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan
abortus. Penyebab dari segi Janin :

1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.

2) Mola hidatidosa.

3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70%
kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada
tubuh janin.

5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.

6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi
dengan adekuat.
KLASIFIKASI

Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :

1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah
keguguran (miscarriage). Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan
sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan.
WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram
atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu
atau kurang. Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu :
a.Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi
nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat
berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak
nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
b.Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata
disertai pembukaan serviks.
c.Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasentabiasanya
keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau
sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambatakan terjadi perdarahan yang merupakan
tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero
selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau gejala
lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak
mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahanperubahan pada payudara biasanya kembali
seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi
yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut selama tiga kali atau
lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :

Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum mencapai 100 gram,
walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :

a. Abortus medisinalis Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena


tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan
jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3
tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-
sembunyi oleh tenaga tradisional.
Pathway Abortus
MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat

3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi

4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus

5. Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri

d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:

1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa hemoragik
dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah
tindakan.

2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian
yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa
membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga
pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.

3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi
karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus,
sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara
dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml
dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada
ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan
atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KmnO4
pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau
kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-
Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan
waktu.

7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran arus listrik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus

2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion

PENATALAKSAAN

Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :

1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :

a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangirangsangan


mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai perdarahan benar – benar berhenti

b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau


memasukkan sesuatu ke dalam vagina)

c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme

2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :

a. Evaluasi tanda – tanda vital

b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis dan


servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah, atau
bagian – bagian janin

c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta kondisi
ketuban

3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untukmenentukkan


kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk menenangkan wanita
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala bahaya dan
pertahankan nilai normal

5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil pemeriksaan
fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal Terapi yang diberikan menurut Masjoer
(2001) adalah sedativa ringan seperti phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007)
diberikan terapi hormonal yaitu progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS

Kasus:

Ny. “N” hamil25 tahun dilarikan ke RS XX tanggal 07-03-2018 klien mengalami kecelakaan lalu
lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB menggunakan sepeda motor. Klien jatuh keaspal dalam
keadaan duduk dan terhempas dari sepeda motornya sejauh 1 meter. Klien ditemukan saksi dalam
keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang, terlihat darah segardari daerah jalan lahir, dari
keterangan keluarga usia kehamilannya 20 minggu. Dari pengkajian di RS didapatkan : TD 90/70 mmHg,
nadi 110 x/menit, suhu 36,10C, RR 29 x/menit, nafas cepat dan dangkal, akral dingin (Gcs 7) dan terdapat
suara tambahan (ronchi), CRT > 3 detik, konjungtiva anemis, ditemukan laserasi pada ulna sinistra,
contusion pada daerah inguinalis, krepitasi pelvis (+), perdarahan pervaginam (+), hasil pemeriksaan
ketuban intact.

Primary survey

a. Airway : Terdapat sumbatan jalan napas berupa darah dan lendir

b. Bretiang : Look : Adanya pengembangan dinding dada. Frekuensi 32x/ menit Listen : Terdengar suara
nafas stidor Feel : Terasa hembusan nafas, terlihat otot bentu pernafasan

c. Circulation : Akral dingin, kulit pucat terdapat pendarahan di telingga, hidung, mulut, CRT > 3 detik.

d. Disability : GCS 7 (E2, M3, V2) dan kesadaran sopor

Pengkajian sekunder

a. Biodata
Data pasien :Ibu
1. Nama : Ny “N”
2. Umur : 25 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : IRT
5. Alamat : Perumahan Jalak Putih V no 46 Singaraja – Bali

Data penanggung jawab

1. Nama : Tn. W
2. Umur : 29 Tahun
3. Pekerjaan : PNS
4. Pendidikan : S1 PGSD
5. Alamat : Perumahan Jalak Putih V no 46 Singaraja – Bali
a. Alasan datang/dirawat
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pukul 09.00 WIB
menggunakan sepeda motor dan diboncengi suami dalam posisi duduk miring tidak berpegangan
dengan suaminya, Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan terhempas dari sepeda motornya
sejauh 1 meter.
b. Keluhan utama Klien
ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang, terlihat
darah segar ke arah kaki, dari keterangan keluarga usia kehamilannya 29 minggu.

c. Riwayat Menstruasi :

Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 30 hari
Lama : 5 hari Teratur : teratur
Sifat darah : Cair Keluhan : Tidak ada

d. Riwayat perkawinan

Status perkawinan : Menikah Menikah ke : 1 (satu)


Usia menikah pertama kali : 22 Tahun Lama : 3 Tahun

e. Riwayat obstetrik : G2P1A0 Ah1

Ham Persalinan Nifas


il ke
Tangg Umur Jenis penolon Kompl JK BB Laktasi komplikas
al kehamil persali g ikasi lahir i
an nan
1. 20-03- Aterm sponta bidan Tidaka L 2600 Asi Tidak ada
10 n da gr ekslusif

Ham Ini
il
f. Riwayat kontrasepsi yang digunakan :
No Jenis Pasang Lepas
Kontrasepsi

Tangg oleh Tempat keluha tanggal Oleh temp Al


Mengatakan al n at as
Ibu an
Tidak Pernah Menggun Alat kontras
akan epsi

g. Riwayat Kehamilan Sekarang


A. ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
B. Kunjungan ANC

1. Trimester I

Frekuensi : 2x
Keluhan : Mual, Flek-flek
Komplikasi : Tidak ada
Terapi : Asam folat
2. Trimester II
Frekuensi : -
Keluhan : -
Komplikasi : -
Terapi :-
3. Trimester III
Frekuensi : -
Keluhan : -
Komplikasi : -
Terapi :-
C. Imunisasi TT : 1 kali TT I : tanggal : 25 Januari 2018
D. Pergerakan janin selama 24 jam ( dalam sehari )
Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin.

h. Riwayat kesehatan
1. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahanun) Ibu mengatakan
tidak sedang menderita penyakit menular (PMS, TBC, Hepatitis), menurun (DM, Asma,
Hipertensi), menahun (Jantung, Ginjal).
2. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahanun)Ibu
mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak sedang menderita penyakit menular (PMS,
TBC, Hepatitis), menurun (DM, Asma, Hipertensi ), menahun ( Jantung, Ginjal ).
i. Riwayat keturunan
kembar Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak punya riwayat keturunan
kembar.
j. Riwayat operasi Ibu mengatakan tidak ada riwayat operasi.
k. Riwayat alergi obat Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat.
l. Pola pemenuhan kebutuhan
Sebelum hamil Saat hamil
Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3x sehari : 3x sehari Jenis
Jenis : Nasi,sayur,lauk : Nasi,sayur,lauk
Porsi : 1 piring : 1 piring
Pantangan : Tidak ada : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada : Tidak ada

Minuman
Frekuensi : 6-7x sehari : 7-8x sehari
Jenis : Air putih, the,susu : Air Putih,teh
Porsi : 1 gelas : 1 gelas
Pantangan : Tidak ada : Tidak ada
Keluhan :: Tidak ada : Tidak ada
Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari : 1x sehari
Warna : Kuning : Kuning
Konsistensi : Lembek : Lembek
Keluhan : Tidak ada : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 3-4x sehari : 4-5x sehari
Warna : Kuning jernih : Kuning jernih
Konsistensi : Cair : Cair
Keluhan : Tidak ada : Tidak ada
Istirahat
Tidur siang
Lama : 2jam/hari : 2 jam/hari
Keluhan : Tidak ada : Tidak ada
Tidur malam
Lama : 8jam/hari : 8jam/hari
Keluhan : Tidak ada : Tidak ada
Personal hygiene
Mandi : 2x/hari : 2x/hari
Ganti pakaian : 2x/hari : 2x/hari
Gosok gigi : 3x/hari : 3x/hari
Keramas : 3x/minggu : 3x/minggu
Pola seksualitas
Frekuensi : 3x/minggu : 1x/minggu
Keluhan : Tidak ada : Tidak ada
Pola aktivitas ( Terkait kegiatan fisik, olahraga )
 Ibu mengatakan di rumah melakukan kegiatan sehari- hari yaitu memasak,mnyapu, dan
menjaga anak.
 Ibu mengatakan jarang melakukan kegiatan olah raga.

Kebiasaan yang mengganggu kesehatan ( merokok, minum jamu, minuman beralkohol.)


 Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu-jamuan dan minum minuman yang
beralkohol.
Data psikososial,
spiritual, dan ekonomi ( pererimaan ibu/ suami/ keluarga terhadap kelahiran, dukungan keluarga,
hubungan dengan suami/ keluarga/ tetangga, perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan social,
keadaan ekonomi keluarga )
1. Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilan ini.
2. Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung kehamilan ini.
3. Ibu mengatakan hubungan dengan suami,keluarga dan tetangga baik – baik saja.
4. Ibu mengatakan akan melakukan perawataan bayi dengan baik
5. Ibu mengatakan selalu taan dalam melaksanakaan sholat 5 waktu
6. Ibu mengatakan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan social.
7. Ibu mengatakan keadaan ekonomi keluarga sangat baik.
Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan,persalina, nifas )
1. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan
2. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang persalinan
3. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentanng nifas
Lingkungan yang berpengaruh ( sekitar rumah dan hewan peliharaan )
1. Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumah tidak ada berpengaruh buruk
2. Ibu mengatakan tidak memeliharaan hewan peliharaan dirumah.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Sopor
Status emisional : Stabil
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/70mmHg
Nadi : 83x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,50c
BB : 52kg
TB : 155 cm
Pemeriksaan fisik
Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal,tidak ada nyeri tekan
Wajah : Bentuk oval, tidak ada bekas luka operasi,tidak pucat,tidak ada cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, tidak ada secret,sclera putih konjungtiva merah muda
Hidung : Simetris. Tidak ada polip. Tidak ada secret, tidak ada gerak cuping hidung saat
bernafas
Mulut : Simetris. Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada perdarahan gusi, lidah
bersih.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, Pendengaran baik.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing,pernafasan teratur.
Payudara : Simetris, putting susu menonjol, areola mammae hiperpigmentasi, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka, tidak ada bekas operasi, tidak
ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae gravidarum.

Palpasi
Leopold I : fundus tegang
Leopold II : belum teraba
Leopold III : belum teraba
Leopold IV : belum teraba
Osborn test : Tidak dilakukan Pemeriksaan
Mc. Donald
TFU : - cm TBJ : - gram
Auskultasi
DJJ : - x/mnt
Ekstremitas atas : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-masing 5, tidak ada
odema, tidak ada sianosis, kuku bersih warna merah muda.
Ekstremitas bawah : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-masing 5, tidak ada
odema, tidak ada varices, reflek patella ada, kuku bersih warna merah muda.
Genetalia luar : Terjadi pengeluaran flek-flek, tidak ada odema, tidak ada bekas luka
operasi, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini.
Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
Periksa Dalam
Tanggal : 07-03-2018 Pukul :10.10 WIB
Indikasi : keluarnya flek-flek
Hasil : tidak ada pembukaan serviks
Pemeriksaan penunjang
Tanggal: 07-03-2018 Pukul:10.10 WIB
USG : Hasilnya janin masih ada di dalam uterus
Data Penunjang : Dilakukan pemeriksaan PP test dengan hasil postif
Analisa data :

No Data Etiologi Masalah


1 DS : - penolong mengakatan Kejadian kecelakaan lalu Resiko syok
korban mengalami perdarahan hebat. lintas (hipovolemik)
- Penolong mengatakan keluar darah |
segar dan menggumpal pada daerah Benturan
jalan lahir . |
Abortus spontan
DO : - Konjungtiva anemis |
- Pasien tampak pucat Ansietas
- Pasien lemah |
Nyeri abdomen
|
Gangguan rasa nyaman
|
Perdarahan
|
Resiko syok (hipovolemik)
2
DS : - Penolong mengatakan korban Kejadian kecelakaan lalu Kekurangan volume
banyak mengungeluarkan darah. lintas cairan
|
DO : - TD 90/70 mmHg Benturan
- nadi 110 x/menit |
- suhu 36,10C Abortus spontan
|
Ansietas
|
Nyeri abdomen
|
Kekurangan volume cairan
|
Gangguan rasa nyaman
|
Perdarahan
|
Kekurangan volume cairan

3 RR 29 x/menit DS : Kejadian kecelakaan lalu Gangguan rasa


- Pasien mengatakan nyeri pada lintas nyaman
Perut bagian bawah dan pada |
Pinggang. Benturan
|
DO : - Pasien tampak tidak sadarkan Perdarahan
diri setelah kecelakaan |
- TD 90/70 mmHg - nadi 110 Abortus spontan
x/meni - suhu 36,10C - RR 29 |
x/menit Ansietas
|
Nyeri abdomen
|
Gangguan rasa nyaman

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri abdomen

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Resiko syok Syok prevetion Syok prevention
(hipovolemik) Syok management 1. Monitor status
berhubungan dengan Kriteria hasil : sirkulasi, warna kulit,
perdarahan 1. Nadi dibatas suhu tubuh, denyut
yang jantung dan ritme, nadi
diharapkan perifer dan kapiler
2. Irama jantung refill
dalam batas 2. Monitor suhu dan
yang pernafasan
diharapkan 3. Monitor tanda awal
3. Irama syok
pernapasan 4. Monitor tanda dan
yang gejala asites
diharapkan 5. Berikan cairan iv
Hidrasi dan oral yang tepat 6.
4. Indicator : Ajarkan keluarga dan
5. Mata cekung pasien tentang tanda
tidak ditemukan dan gejala datangnya
Demam tidak syok.
ditemukan 7. Syok management
6. TD normal 8. Monitor fungsi
1. Hematokrit DBN neurologis
2 Kekurangan volume Fluid balace Fluid management
cairan berhubungan Hydration 1. Pertahankan cacatan
dengan perdarahan Nutritional status intake dan output yang
Kriteria hasil : akurat
1. Mempertahankan urine 2. Monitor tekanan darah
output sesuai dengan pasien
usia, BB, BJ, urine 3. Monitor vital sign
normal, HT normal. Hyovolemia management
2. Tekanan darah, nadi, 1. Berikan cairan IV
suhu tubuh dalam batas dan monitor
normal adanya tanda dan
 turgor kulit baik gejala kelebihan
volume cairan
batas normal
2. Monitor tingkat
HB dan HT
3. Dorong pasien
untuk menambah
intake oral.
4. Kolaborasi dengan
dokter
3 Gangguan rasa nyaman Ansienty Anxienty reduction
berhubungan dengan Fear level (penurunan kecemasan )
ansietas dan nyeri Comfort 1. Gunakan
abdomen Kriteria hasil : pendekatan yang
1. Mampu mengontrol menenangkan
kecemasan 2. Temani pasien
2. Kualitas istirahat untuk memberikan
dan tidur adekuat keamanan dan
3. Dapat mengontol mengurangi takut
ketakutan 3. Bantu pasien
4. Mengontrol nyeri mengenali situasi
Respon terhadap pengobatan yang
menimbulkan
kecemasan
4. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
5. Berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan
6. Monitor fungsi
renal
7. Monitor tekanan
nadi
8. Monitor status
cairan, input dan
ouput
Implementasi

No Tanggal Diagnosa Implementasi


keperawatan
08 -12-2018 Resiko syok - Syok prevention
(hipovolemik) b/d 1. Memonitor status sirkulasi, warna kulit,
perdarahan suhu tubuh, denyut jantung dan ritme,
nadi perifer dan kapiler refill
2. Memonitor suhu dan pernafasan
3. Memonitor tanda awal syok
4. Memonitor tanda dan gejala asites
5. Memberikan cairan iv dan oral yang
tepat
6. Mengajarkan keluarga dan pasien
tentang tanda dan gejala datangnya syok.
- Syok management
1. Memonitor fungsi
Gangguan rasa 1. Mengunakan pendekatan yang menenangkan
nyaman b/d ansietas 2. Menemani pasien untuk memberikan
dan nyeri abdomen keamanan dan mengurangi takut
3. Membantu pasien mengenali situasi yang
menimbulkan kecemasan
4. Mendorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
5. Memberikan obat untuk mengurangi
kecemasan
6. neurologis
7. Memonitor fungsi renal
8. Memonitor tekanan nadi
9. Memonitor status cairan, input dan ouput
Kekurangan volume Fluid management
cairan berhubungan 1. Mempertahank an cacatan intake dan output
dengan perdarahan yang akurat
2. Memonitor tekanan darah pasien
3. Memonitor vital sign
Hyovolemia management
1. Memberika n cairan IV dan monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume cairan
2. Memonitor tingkat HB dan HT
3. Mendorong pasien untuk menambah intake
oral.
4. Mengkolaborasi dengan dokter

EVALUASI

No Tanggal Diagnosa Evaluasi


keperawatan
08-12-2018 Resiko syok S : kelurarga mengatakan pasien masih nampak
(hipovolemik) panik
berhubungan dengan O : -Perdarahan sudah mulai berhenti
perdarahan -Pasien tampak lebih tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
Kekurangan volume S : Keluarga mengatakan darah pada bagian
cairan berhubungan pervaginam mulai berhenti
dengan perdarahan O : tidak ada lagi tanda-tanda kekurangan cairan
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan rasa S : Pasien mengatakan nyeri pada Perut bagian
nyaman bawah dan padaPinggang sudah mulai berkurang.
berhubungan dengan O : nyeri mulai berkurang dengan skala nyeri 6
ansietas dan nyeri A : masalah teratasi sebagian
abdomen P : Intervensi dilanjutkan
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8
minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan
muda. Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :

1. Abortus Spontan : Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2. 2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : Yaitu menghentikan kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar
kandungan apabila kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah
100 gram bisa hidup di luar tubuh

SARAN

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan saran
atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini
dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2004. Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga.

Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2004. BIOLOGI JILID III EDISI KELIMA.
Alih bahasa : Wasmen Manalu. Editor : Amalia Safitri. Jakarta : Penerbit Erlangga, pp: 162,
164-5

Guyton, Arthur C., John E. Hall. 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN EDISI 11. Alih
bahasa : Irawati, dkk. Jakarta : EGC, pp: 1070-1

Hillegas, Kathleen B. 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam PATOFISIOLOGI :


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson.
Alih bahasa : Brahm U. Pendit, dkk. Jakarta : EGC, pp: 1279

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardy.

Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian


Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. 2005. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN EDISI III JILID I. Editor : Arif Mansjoer, dkk. Jakarta : Media Aesculapius,
pp: 253-4, 258, 259-63

Mochtar, R. 1998. SINOPSIS OBSTETRI JILID I EDISI II. Editor : Delfi Lutan. Jakarta : EGC, pp: 43-5,
195

Nangsari, Nyanyu Syamsiar. 1988. Pengantar Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Pritchard, Jack A., Paul C. MacDonald, Norman F. Gant. 1991. OBSTETRI WILLIAMS EDISI KE
TUJUHBELAS. Alih bahasa : R. Hariadi, dkk. Surabaya : Airlangga University Press, pp: 9,
243-51, 539-45

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.

Pratiwi, dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: EGC.

Raden, A., Eriana Melinawati, Wisnu Prabowo. 2009. BUKU MANUAL PEMERIKSAAN OBSTETRI
DAN PIMPINAN PERSALINAN NORMAL EDISI I. Surakarta : Skills Laboratory Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, p: 8

Anda mungkin juga menyukai