Anda di halaman 1dari 28

Case Report Session

INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD)

Disusun oleh :

Syiffa Ilhami Augustami Suryanto 17-044

Faizal Ashraf 17-067

Preseptor :

dr. Benny Oktora, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RSUD ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan case report session yang berjudul “Intra

Uterine Fetal Death (IUFD)”. Bersama ini penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pembimbing penulis dr. Benny Oktora, Sp.OG yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan

referat ini, sehingga referat ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan case report

session ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat lulus dibagian Obstetri

dan Ginekologi.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.

untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Namun penulis

berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bukittinggi, januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................. 1

BAB 1 Pendahuluan............................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 2
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 4
1.3 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 5


2.1 Definisi IUFD ............................................................................................ 5
2.2 Epidemiologi IUFD .................................................................................... 5
2.3 Etiologi IUFD ............................................................................................ 5
2.4 Faktor Risiko IUFD ................................................................................... 6
2.5 Klasifikasi IUFD ........................................................................................ 7
2.6 Diagnosis IUFD ......................................................................................... 8
2.7 Komplikasi IUFD ....................................................................................... 10
2.8 Penatalaksanaan IUFD ............................................................................... 10
2.9 Pencegahan IUFD ...................................................................................... 12

BAB 3 Laporan Kasus ........................................................................................ 14

BAB 4 Diskusi dan Pembahasan Kasus ............................................................ 23

BAB 5 Kesimpulan.............................................................................................. 24

Daftar Pustaka .................................................................................................... 25

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir.1 Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran
bayi dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah.2,3
Dengan demikian dapat disimpulkan persalinan adalah proses membukanya
serviks dan adanya kontraksi uterus sampai dikeluarkannya janin dan plasenta dengan
bantuan atau kekuatan sendiri.1
Bentuk persalinan berdasarkan teknik dibagi menjadi Persalinan spontan, yaitu
persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir, Persalinan
buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi forceps, ekstraksi
vakum dan sectio sesaria, Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan
untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang.3,4
Kematian Janin dalam Kandungan atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
merupakan kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram atau lebih atau kematian
janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.4 IUFD menyumbang 57%
dari 7,6 juta kematian perinatal di seluruh dunia.Sekitar 98% dari kematian perinatal
ini terjadi di negara yang berkembang.5 IUFD termasuk dalam kematian perinatal yang
memberi sumbangan terhadap Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). IUFD termasuk dalam masalah angka kematian bayi (AKB) yang
merupakan salah satu indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu
Negara.4,5,6

Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin
atau fetal death dibagi menjadi Early Fetal Death, kematian janin yang terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu, Intermediate Fetal Death, kematian janin yang
berlangsung antara usia kehamilan 20-28 minggu dan Late Fetal Death, kematian janin
yang berlangsung pada usia lebih dari 28 minggu.4

2
Peningkatan usia maternal akan meningkatkan risiko IUFD. Wanita diatas usia
35 tahun memiliki risiko 40-50% lebih tinggi akan terjadinya IUFD dibandingkan
dengan wanita pada usia 20-29 tahun. Risiko terkait usia ini cenderung lebih berat pada
pasien primipara dibanding multipara. Selain itu, kebiasaan buruk (merokok), berat
maternal, kunjungan antenatal care, faktor sosioekonomi juga mempengaruhi resiko
terjadinya IUFD.7,8 Beberapa studi melaporkan penyebab spesifik IUFD, yaitu :
Intrauterine Growth Restriction (IUGR), penyakit medis maternal, kelainan kromosom
dan kelainan kongenital janin, komplikasi plasenta dan tali pusat, infeksi, dan
penyebab lain yang tidak dapat dijelaskan.4

Diagnosis dini dalam kasus kematian janin adalah melalui pemantauan


kesejahteraan janin serta pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang teratur.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat
menegakkan diagnosis kematian janin intra uterin.9 Pemeriksaan kehamilan (antenatal
care) sangat berperan penting dalam upaya pencegahan kematian janin dan secara
tidak langsung dapat menurunkan angka kematian janin.8,9

Upaya untuk mencegah terjadinya kematian janin dalam rahim yaitu dengan
pemeriksaan kehamilan sekurang-kurangnya 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Peningkatan
pengetahuan ibu hamil melalui upaya penyuluhan kesehatan tentang tanda bahaya
pada kehamilan seperti pendarahan jalan lahir, pembengkakan muka, kaki dan jari
kaki, sakit kepala berat, penglihatan kabur, keluar cairan banyak dari jalan lahir, dan
pergerakan janin berkurang. Konsumsi makanan dengan nilai gizi yang baik untuk
mencegah terjadinya anemia, abortus, kematian janin dalam Rahim, dan partus
prematurus.

3
1.2 Tujuan Penulisan
1. Penulisan kasus ini bertujuan untuk melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) bagian obstetric dan ginekology di RS Achmad Muchtar
Bukittinggi.
2. Untuk bahan pengayaan agar lebih memahami materi tentang Intra Uterine
Fetal Death (IUFD).

1.2 Manfaat Penulisan


1. Menambah wawasan mengenai diagnosis dan tatalaksana Intra Uterine Fetal
Death (IUFD).
2. Sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa yang menjalankan kepaniteraan
klinik senior pada Departemen Obstetri dan Ginekologi.

4
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist menyatakan


Intra Uterine Fetal Death ( IUFD ) ialah janin yang mati dalam rahim dengan berat
badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Adapun pengertian kematian janin dalam Rahim adalah hasil akhir
dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, infeksi atau tidak adanya tanda-tanda
kehidupan janin dan belum dikeluarkannya janin dengan sempurna dari ibunya.4,5

2.2 Epidemiologi Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Secara epidemiologi, angka insidensi kematian janin di seluruh dunia


diperkirakan mencapai rentang 2,14 – 3,82 juta jiwa. Angka ini mengalami penurunan
pada tahun 2009, yaitu sejumlah 14,5%. Kisaran angka tersebut adalah 18,9 lahir mati
per 1000 kelahiran.10

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Depkes RI tahun 2003 mengenai


kegagalan yang terjadi selama masa kehamilan, didapatkan data mortalitas perinatal
di Indonesia berkisar 24 dari 1000 kehamilan.11

2.3 Etiologi Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Penyebab kematian janin dalam rahim yaitu12 :

a. 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).

b. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus) berhubungan


dengan peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana yang
sesuai akan mengurangai risiko IUFD.

c. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat menyebabkan


kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit

5
diramalkan, tetapi sebagian besar sering ditemukan pada kehamilan kembar
monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi 32 minggu.

d. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus kematian


janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya dalam kasus
ditemukannya abnormalitas struktural janin. Keberhasilan analisis sitogenetik
menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-kadang, amniosentesis
dilakukan untuk mengambil amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenet.

e. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju ibu)
dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua kehamilan,
tetapi biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 ml). pada kondisi yang jarang,
perdarahan janin-ibu mungkin bersifat masif. Uji Kleuhauer-Betke (elusi asam)
memungkinkan perhitungan estimasi volume darah janin dalam sirkulasi ibu.

g. Sindrom antibodi antifosfolipid. Diagnosis ini memerlukan pengaturan klinis


yang benar (>3 kehilangan pada trimester pertama >1) kehilangan kehamilan
trimester kedua dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan, peristiwa
tromboembolik vena yang tidak dapat dijelaskan.

6
2.4 Faktor Risiko

Pada beberapa studi dikatakan peningkatan usia maternal akan meningkatkan risiko
IUFD. Wanita diatas usia 35 tahun memiliki risiko 40-50% lebih tinggi akan terjadinya
IUFD dibandingkan dengan wanita pada usia 20-29 tahun. Risiko terkait usia ini cenderung
lebih berat pada pasien primipara dibanding multipara. Selain itu, kebiasaan buruk
(merokok), berat maternal, kunjungan antenatal care, faktor sosioekonomi juga
mempengaruhi resiko terjadinya IUFD.3,4 Beberapa studi melaporkan penyebab spesifik
IUFD, yaitu : Intrauterine Growth Restriction (IUGR), penyakit medis maternal, kelainan
kromosom dan kelainan kongenital janin, komplikasi plasenta dan tali pusat, infeksi, dan
penyebab lain yang tidak dapat dijelaskan.

Merokok selama kehamilan berhubungan dengan sejumlah risiko kematian fetal.


Sejumlah hubungan kausatif juga telah dideskripsikan. Merokok meningkatkan risiko
retardasi pertumbuhan intrauterine dan solusio plasenta. Merokok menjadi faktor kausatif
utama stillbirth khususnya pada kehamilan prematur.13,14

Faktor sosial seperti status sosio ekonomi dan edukasi juga mempengaruhi risiko
terjadinya IUFD. Mereka yang berada dalam status sosioekonomi rendah ternyata memiliki
risiko dua kali lipat menderita IUFD.

2.5 Klasifikasi 1,5,12

a. Kematian yang terjadi pada janin dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram.

b. Kematian janin pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu


c. Kelahiran bayi termasuk dengan BBL >500 gram atau lebih sesuai umur kehamilan
>22 minggu.25
d. Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin dapat
dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
(early fetal death)
2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate fetal
death)
3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)

7
4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di
atas.

Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-
perubahan sebagai berikut : 3,8
1. Rigor mortis (Tegang Mati)
: Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
2. Maserasi grade 0 (Durasi < 8 jam)
: Kulit kemerahan ‘setengah matang’.
3. Maserasi grade I (Durasi > 8 jam)
: Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian
menjadi merah dan mulai mengelupas.
4. Maserasi grade II (Durasi 2-7 hari)
: Kulit mengelupas luas, Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi
merah coklat.

Gambar 4. Maserasi Grade II


5. Maserasi grade III (Durasi > 8 hari)
: Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan
terdapat oedem dibawah kulit.

2.6 Diagnosis10,11
A. Criteria diagnostic kematian janin dalam rahim meliputi3,4:
1) Rahim yang hamil tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin mengecil.
2) Tidak lagi merasakan gerakan janin.
3) Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
4) Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan normal.

8
5) Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni akibat
penimbunan gas dalam tubuh.
6) Perut sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti ingin melahirkan.
7) Penurunan berat badan.

B. Menetapkan Kematian Janin dalam Rahim:

Menetapkan kematian janin dalam rahim meliputi8 :

1) Pemeriksaan terhadap detak jantung (dengan menggunakan stetoskop laeneck,


alat dopler).

2) Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin berhimpit,
tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan USG).

3) Pemeriksaan terhadap tulang kepala berhimpit, tulang belakang melengkung,


dalam usus janin dijumpai pembentukkan gas (dengan foto rontgen).

C. Pemeriksaan penunjang

1) Rontgen foto abdomen

(a) Tanda spalding

Tanda spalding menunjukan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang


tindih (overlaping) karena otak bayi yang sudah mencair. Hal ini terjadi
setelah bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan.

(b) Tanda Nojosk

Tanda ini menunjukan tulang belakang janin yang saling melenting


(Hiperpleksi).

(c) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.

(d) Tampak odema di sekitar tulang kepala.

2) Ultrasonografi

9
Meskipun demikian, foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini
merupakan baku emas untuk mengkonfirmasi IUFD dengan mendokumentasikan
tidak adanya ditemukan aktifitas DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin.
Temuan sonografi lain mencakup edema kulit kepala dan maserasi janin, tulang-
tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak, sering dijumpai
overlaping cairan ketuban berkurang.

3) Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen.15

2.7 Komplikasi 3,4,6

Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun keluarga, Sekitar 20-
25% dari ibu akan mempertahankan janin yang telah mati selama lebih dari 3 minggu maka
akan mengalami koagulopati intravaskuler diseminata (Disseminated Intravascular
Coagulopathy atau DIC) akibat adanya konsumsi faktor-faktor pembekuan darah secara
berlebihan3,7, Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi.

2.8 Penatalaksanaan8,12,14

Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau
kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak
diobati. 8

1. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-
tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis,
gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.

2. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian
janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut
jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.

3. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir
pervaginam.

10
4. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.

5. Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2
minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.

6. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan
aktif.

7. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu :

a. Jika servik matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau


prostaglandin.

b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan


prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi
karena berisiko infeksi.

c. Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir.

8. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks
belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol :

a. Tempatkan misoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6


jam.

b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi
50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan
melebihi 4 dosis.

9. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

10. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada
koagulopati.

11. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.

12. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta
dan infeksi.

13. Perawatan Payudara Pada Ibu dengan IUFD, Ada 3 cara untuk perawatan pada
payudara bengkak karna bayi meninggal: Pengosongan isi payudara dengan tangan
11
(diperah), Pengosongan dengan pompa payudara, Pembalutan mamae dan pemberian
obat estrogen untuk supresi seperti tablet parlodel.3,7,8

Metode-Metode Terminasi

1. Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu :

▪ Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah terjadi pematangan
serviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5%
melalui tetesan infus intravena. Dua botol infus dapat diberikan dalam waktu yang
bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin
dinaikkan pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml
larutan Dextrose 5% dengan kecepatan 30 tetes per menit.

Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan menjadi 40 unit.
Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus dipikirkan, oleh karena itu
tidak boleh diberikan lebih dari dua botol pada waktu yang sama.

Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat menurunkan resiko
tersebut. Apabila uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang setelah pemberian
prostaglandin per vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder harus disingkirkan
bila upaya berulang tetap gagal menginduksi persalinan.

▪ Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks posterior sangat
efektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum matang. Pemberian dapat diulang
setelah 6-8 jam. Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.

2. Operasi Sectio Caesaria (SC)

Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada kasus yang dinilai
dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih) dan letak lintang.

2.9. Pencegahan3, 8

12
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm
adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu
keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta.
Resiko kematian janin dapat sepenuhnya dihindari dengan antenatal care yang baik. Ibu
menjauhkan diri dari penyakit infeksi, merokok, minuman beralkohol atau penggunaan
obat-obatan.

Tes-tes antepartum misalnya USG, tes darah alfa-fetoprotein, dan non-stress test
fetal elektronik dapat digunakan untuk mengevaluasi kegawatan janin sebelum terjadi
kematian dan terminasi kehamilan dapat segera dilakukan bila terjadi gawat janin.

13
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
No RM :449488
Tanggal masuk : 20- 12-2022

Jam masuk : 05.30 WIB

3.2 Anamnesis
• Keluhan utama
Pasien usia 25 tahun datang dengan keluhan gerak janin sudah tidak
dirasakan sejak ± 6jam SMRS.
• Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien usia 25 tahun datang ke RSAM dengan keluhan gerak janin sudah
tidak dirasakan sejak ± 6jam SMRS. Pada kehamilan 5 bulan passien kontrol
ke dokter spesialis obgyn dan di USG hasil yang didapatkan yaitu air
ketuban sedikit (oligohidromion)

- Keluar lendir darah dari kemaluan(+)

- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+)

- Keluar darah banyak dari kemaluan (-)


- Pusing (-), demam batuk dan sesak (-)
• HPHT : 2/6/2022
• TP : 9/03/2023
• Riwayat hamil muda : mual (+), muntah (+), ppv (-)
• Riwayat hamil tua : mual (-), muntah (-), ppv (-)

• Riwayat menarche usia 14 tahun, siklus haid teratur 28-30 hari, lamanya
5-7 hari, nyeri haid. (+)
14
• Riwayat ANC (+) 2x di bidan, ANC di Sp.OG setiap bulan

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat penyakit menular (-)

- Riwayat penyakit keturunan (-)


- Riwayat gangguan jiwa (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit menular (-)
- Riwayat penyakit keturunan (-)
- Riwayat gangguan jiwa (-)
• Riwayat Pernikahan:
- Menikah 1x (2022)
• Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan/Hidup : (1/0/0/0)
- kehamilan sekarang

• Riwayat kontrasepsi: Tidak ada


• Riwayat kebiasaan: Merokok (-), minum alkohol (-), narkoba (-)

1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum → Tampak sakit sedang

Kesadaran → composmentis cooperative

Tekanan darah → 130/80 mmHg


Nadi → 101x/mnt
Nafas → 20x/mnt
Suhu → 36,2 C
BB Sebelum hamil→ 55 Kg
BB Saat ini → 65 Kg

TB → 150 cm
BMI →kg/m2 (Normal)

2. Status Generalisata
- Kepala : normocephal
- Wajah : Chloasma Gravidarum(-)
15
- Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)

- Leher : tidak teraba pembesaran KGB


- Mammae : di status obstetrikus
- Thorax : paru dan jantung dalam batas normal
- Abdomen : di status obstetrikus
- Genitalia : di status obstetrikus
- Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik, pitting oedema (-)

3. Status Obstetrikus
- Wajah : chloasma gravidarum (-)
- Mammae : tampak membesar (+), areola mamae hiperpigmentasi (-)
- Abdomen

➢ Inspeksi :
Perut tampak sedikit membuncit, tidak tampak tanda radang dan
sikatrik, linea nigra (+), striae alba (-)
➢ Palpasi :
Nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas tidak ada.

L1 : Bagian teratas janin teraba 2 jari diatas umbilikus

L2 : Teraba tahanan besar sebelah kanan dan bagian kecil sebelah kiri

L3 : Teraba bagian bulat keras dapat digoyangkan

L4 : konvergen

TFU : 25 cm

TBJ : 1.850 gr

His : (-)

DJJ : (-)

➢ Auskultasi : BU (+) normal

16
➢ Perkusi : Timpani

Genital :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (+)

4. Pemeriksaan Penunjang
• Darah
o Hb : 12,3 g/dl
o Hematokrit : 38,4%
o Leukosit : 9.07 mm³
• Imunologi
o HIV : non reaktif
o HBsAg : non reaktif
o Covid-19 : non reaktif

USG (21-12-2022)

17
Interprestasi
- Janin mati tunggal intrauterin, letak memanjang, presentasi kepala
- Aktifitas gerak janin tidak ada
• BPD : 6,53 cm
• HC : 22,17 cm
• AC : 11,19 cm
• FL : 4,51 cm
Kesan
- Gravid 25-26 minggu
- Plasenta fundus uteri
- Janin mati tunggal intrauterin

5. Diagnosis Pre Tindakan


G1P0A0H0 gravid preterm 25-26 minggu + IUFD
Rencana : Pematangan serviks → pemasangan laminaria 24 jam
Intruksi : Kontrol KU, vital sign, informed consent
Proses : G1P0A0H1 gravid preterm 25-26 minggu + IUFD →
Pematangan serviks dengan laminaria→ Induksi mekanik dengan
balon kateter → Kala I fase laten → Induksi persalinan → Kala I
fase aktif → Kala II → Partus pervaginam.

6. Diagnosis Post Tindakan


P1A1H0 post partus pervaginam + IUFD

7. Penatalaksanaan
- Tindakan dan terapi
▪ IVFD RL 12 jam/kolf
▪ Cefixime 2x200 mg
▪ Paracetamol 3x500 mg
▪ Sulfat Ferosus 2x180 mg
▪ Vitamin C 3x50 mg
▪ Ceftriaxone 2X1 gram IV
▪ Inj oxitosin 1x1amp IV
▪ Inj metergin 1x1amp IV
▪ Inj sulfat atrofin 1x2amp
18
FOLLOW UP
Hari/Tanggal
21/12/2022 S/nyeri ari-ari (+)
Pukul 08.00 Gerak anak (-)

O/ KU: Sedang
Kes: CMC
TD: 100/75 mmHg
HR: 90x/menit
RR: 19x/menit
T: 36,1

A/G1P0A0H0 Gravid 25-26 Minggu + IUFD

P/ Pasang Laminaria

22/12/2022 S/ k e l u h a n t i d a k a d a
Pukul 08.00

O/ KU: sedang
Kes: CMC
TD: 109/72 mmHg
HR: 81/menit
RR: 20/menit
T: 36,4

A/ G1P0A0H0 gravid 25-26 minggu + IUFD

P/ Pasien masih pasang


laminaria

19
22/12/2022 S/ badan lemas (+)
Pukul 23.00 Keluar lendir darah (+)

O/ KU: sedang
Kes: CMC
TD: 110/75 mmHg
HR: 80/menit
RR: 19/menit
T: 36,1

A/ G1P0A0H0 gravid 25-26 minggu + IUFD

P/ Induksi persalinan
IVFD RL
Oksitosin 5 IV -> titrasi naik 5 TPM dimulai dari 10 TPM

23/12/2022 S/ badan lemas (+)


Pukul 08.00

O/ KU: sedang
Kes: CMC
TD: 110/75 mmHg
HR: 80/menit
RR: 19/menitT:
36,5

A/ G1P0A0H0 gravid 25-26 minggu + IUFD

P/ Kontrol KU, Vital sign, ppv , kontraksi

20
23/12/2022 S/ nyeri (+)
Pukul 20.00

O/ KU: sedang
Kes: CMC
TD: 110/75 mmHg
HR: 80/menit
RR: 19/menit
T: 36,5

Abd : His (-)


Genetalia : PPV (-)
VT 3-4 cm
EEF 40-50%, Selaput ketuban (+) , hodge I-II
A/ G1P0A0H0 gravid 25-26 minggu + kala I fase laten + IUFD

P/ ikuti persalinan
IVFD RL 5 TPM
Misoprostol ¼ tab

24/12/2022 S/ Keluhan (-)


Pukul 08.00

O/ KU: sedang
Kes: CMC
TD: 115/80 mmHg
HR: 83/menit
RR: 20/menit
T: 36,3

A/ P1A1H0 post partus pervaginam+ IUFD

P/ Pasien boleh pulang

21
Foto Bayi dan Plasenta

22
BAB IV
DISKUSI DAN PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini telah didiagnosis seorang pasien perempuan berusia 25 tahun
dengan diagnosis G1P0A0H0 gravid preterm 25-26 minggu + IUFD. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pasien datang ke RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 20
Desember 2022 pukul 05.30 WIB dengan keluhan utama gerak janin sudah tidak
dirasakan sejak ± 6 Jam SMRS. Pasien ada mengeluhkan lendir bercampur darah, nyeri
ari-ari (-), pusing, mual (-) dan muntah (-).
Diagnosis dari IUFD sendiri dapat ditegakkaan melalui anamnesa, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang sehingga dapat ditegakkan diagnosa IUFD. Pada
diagnosis IUFD atau kematian janin di dalam rahim dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu faktor Ibu, faktor janin, faktor plasenta dan pola hidup. Faktor Ibu dapat
dilihat dari semakin bertambahnya usia Ibu, maka terjadi juga perubahan
perkembangan dari organ-organ tubuh terutama reproduksi dan perubahan emosi atau
kejiwaan seorang Ibu. Dari usia kehamilan yang melewati batas waktu normal
sehingga plasenta mengalami penuaan dan penurunan fungsi, kondisi plasenta yang
tidak optimal akan membuat janin kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan
sehingga akan mengakibatkan kematian janin dalam rahim. Faktor gaya hidup pasien
yang memiliki riwayat suami yang aktif merokok juga bias meningkatkan angka
kematian janin dalam rahim
Dari pemeriksaan status obstetric pada genitalia pasien yaitu pada inspeksi perut
tampak membuncit, dan pada palpasi didapatkan L1 : Bagian atas teraba lunak tidak
melenting, L2 : Teraba masa terbesar di sebelah kanan dan bagian kecil di sebelah kiri,
L3 : Teraba masa bulat dan dapat digoyangkan L4 : konvergen TFU 25 cm, HIS tidak
ada, DJJ : Tidak terdengar lagi dan pada pemeriksaan penunjang, dilakukan
pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb : 12,3 gr/dl, Ht : 38,4 Leukosit : 9.07/mm3 .
Pemberian Oksitosin 5 IV -> titrasi naik 5 TPM dimulai dari 10 TPM bertujuan
agar pasien masih diharapkan untuk mengeluarkan hasil konsepsi secara pervaginam.
Dan apabila pasien masih tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan persalinan maka
tindakan selanjutnya pasien dilakukan operasi sectio caesarea.

23
BAB V
KESIMPULAN

Kematian Janin dalam Kandungan atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
merupakan kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram atau lebih atau kematian
janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Etiologi dari IUFD sendiri dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu faktor
Maternal, Faktor Fetal, dan Faktor Plasenta. Faktor resiko yang dapat menyebabkan
terjadinnya IUFD sendiri antara lain ialah usia ibu pada saat kehamilan, merokok
selama kehamilan, berat badan ibu selama kehamilan, dan faktor social ekonomi dan
edukasi yang kurang. IUFD dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu golongan I,
golongan II, Golongan III, dan golongan IV.

Diagnosis dari IUFD sendiri dapat ditegakkaan melalui anamnesa, pemeriksaan


fisik, serta pemeriksaan penunjang sehingga dapat ditegakkan diagnosa IUFD. Prinsip
penatalaksannaan IUFD adalah apabila sudah ditegakkan diagnosis IUFD maka
pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil. Bila pilihan
penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu dan
yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi. Jika trombosit
dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan aktif.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, Richard S.,M.D,PhD. Anatomi Klinis :Berdasarkan Sistem . Jakarta:


EGC;2012
2. Petersson K.2012. Diagnostic Evaluation of Fetal Death with Special
Reference to Intrauterine Infection. Thesis dari Departement of Clinical
Science, Divison of Obstetrics and Gynecology, Karolinska Institutet,
Huddinge University Hospital, Stockholm, Sweden.
3. Vicenzo B. Evidence Based Guidline Obstetric. 3rd ed. Department. USA:
University Philadelphia; 2017.
4. Winknjosastro H.2010.“Ilmu Kebidanan Edisi III,cetakan enam”. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 732-35.
5. Patel PK.2018. Profile of Fetal Deaths in Dhahira Region, Oman. Oman
Medical Journal.23(1)
6. Mu J, Kanzaki T, Si X, Tomimatsu T, Fukuda H, Shioji M.2013.Apoptosis and
Related Proteins in Placenta of Intrauterine Fetal Death in Prostaglandin F
Receptor Deficient Mice. Ezechi OC, Kalu Bke, Ndububa VI, Nwokoro CA.
2016. Induction of Labour by Vaginal Misoprostol for Intrauterine Fetal
Death. J Obstet Gynecol Ind.54(6):561-3
7. James L Lindsey, MD. 2018.Evaluation of Fetal Death. Stanford School of
Medicine, Department of Obstetrics and Gynecology, Santa Clara Valley
Medical Center.
8. Agudelo AC, Beliza JM, Rossello LD.2020. Epidemiology of Fetal Death in
Latin America. Acta Obstet Gynecol Scand.79: 371–8
9. Nucleus Medical Art Inc. Kennesaw, Georgia 2014-2015
10. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Cetakan Kelima. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2016.
11. Sarah D. McDonald, MD. 2017.Risk of Fetal Death Associated With Maternal
Drug Dependence and Placental Abruption A Population-Based Study.
1Department of Obstetrics and Gynecology, McMaster University, Hamilton
ON
12. Weeks A. 2017. Misoprostol in obstetrics and gynecology. International
Journal of Gynecology and Obstetrics.99 : S156–S159
25
13. Gibbs RS, Roberts DJ. Case 27-2017: A 30-Year-Old Pregnant Woman with
Intrauterine Fetal Death. N Engl J Med 2017;357:918-25.
14. Gabbe, Steven, et al. Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies: 1st South
Asia Edn-E Book. Elsevier India, 2017.
15. Putri, Ade. Identifikasi Kejadian Partus Lama Pada Ibu Bersalin Di RSU Dewi
Sartika. Kendari : Poltekkes Kemenkes RI; 2017.

26

Anda mungkin juga menyukai