Disusun oleh :
Preseptor :
Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan case report session yang berjudul “Intra
Uterine Fetal Death (IUFD)”. Bersama ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pembimbing penulis dr. Benny Oktora, Sp.OG yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan
referat ini, sehingga referat ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan case report
session ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat lulus dibagian Obstetri
dan Ginekologi.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Namun penulis
berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan............................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 2
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 4
1.3 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 4
BAB 5 Kesimpulan.............................................................................................. 24
1
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin
atau fetal death dibagi menjadi Early Fetal Death, kematian janin yang terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu, Intermediate Fetal Death, kematian janin yang
berlangsung antara usia kehamilan 20-28 minggu dan Late Fetal Death, kematian janin
yang berlangsung pada usia lebih dari 28 minggu.4
2
Peningkatan usia maternal akan meningkatkan risiko IUFD. Wanita diatas usia
35 tahun memiliki risiko 40-50% lebih tinggi akan terjadinya IUFD dibandingkan
dengan wanita pada usia 20-29 tahun. Risiko terkait usia ini cenderung lebih berat pada
pasien primipara dibanding multipara. Selain itu, kebiasaan buruk (merokok), berat
maternal, kunjungan antenatal care, faktor sosioekonomi juga mempengaruhi resiko
terjadinya IUFD.7,8 Beberapa studi melaporkan penyebab spesifik IUFD, yaitu :
Intrauterine Growth Restriction (IUGR), penyakit medis maternal, kelainan kromosom
dan kelainan kongenital janin, komplikasi plasenta dan tali pusat, infeksi, dan
penyebab lain yang tidak dapat dijelaskan.4
Upaya untuk mencegah terjadinya kematian janin dalam rahim yaitu dengan
pemeriksaan kehamilan sekurang-kurangnya 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Peningkatan
pengetahuan ibu hamil melalui upaya penyuluhan kesehatan tentang tanda bahaya
pada kehamilan seperti pendarahan jalan lahir, pembengkakan muka, kaki dan jari
kaki, sakit kepala berat, penglihatan kabur, keluar cairan banyak dari jalan lahir, dan
pergerakan janin berkurang. Konsumsi makanan dengan nilai gizi yang baik untuk
mencegah terjadinya anemia, abortus, kematian janin dalam Rahim, dan partus
prematurus.
3
1.2 Tujuan Penulisan
1. Penulisan kasus ini bertujuan untuk melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) bagian obstetric dan ginekology di RS Achmad Muchtar
Bukittinggi.
2. Untuk bahan pengayaan agar lebih memahami materi tentang Intra Uterine
Fetal Death (IUFD).
4
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
5
diramalkan, tetapi sebagian besar sering ditemukan pada kehamilan kembar
monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi 32 minggu.
e. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju ibu)
dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua kehamilan,
tetapi biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 ml). pada kondisi yang jarang,
perdarahan janin-ibu mungkin bersifat masif. Uji Kleuhauer-Betke (elusi asam)
memungkinkan perhitungan estimasi volume darah janin dalam sirkulasi ibu.
6
2.4 Faktor Risiko
Pada beberapa studi dikatakan peningkatan usia maternal akan meningkatkan risiko
IUFD. Wanita diatas usia 35 tahun memiliki risiko 40-50% lebih tinggi akan terjadinya
IUFD dibandingkan dengan wanita pada usia 20-29 tahun. Risiko terkait usia ini cenderung
lebih berat pada pasien primipara dibanding multipara. Selain itu, kebiasaan buruk
(merokok), berat maternal, kunjungan antenatal care, faktor sosioekonomi juga
mempengaruhi resiko terjadinya IUFD.3,4 Beberapa studi melaporkan penyebab spesifik
IUFD, yaitu : Intrauterine Growth Restriction (IUGR), penyakit medis maternal, kelainan
kromosom dan kelainan kongenital janin, komplikasi plasenta dan tali pusat, infeksi, dan
penyebab lain yang tidak dapat dijelaskan.
Faktor sosial seperti status sosio ekonomi dan edukasi juga mempengaruhi risiko
terjadinya IUFD. Mereka yang berada dalam status sosioekonomi rendah ternyata memiliki
risiko dua kali lipat menderita IUFD.
a. Kematian yang terjadi pada janin dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram.
7
4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di
atas.
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-
perubahan sebagai berikut : 3,8
1. Rigor mortis (Tegang Mati)
: Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
2. Maserasi grade 0 (Durasi < 8 jam)
: Kulit kemerahan ‘setengah matang’.
3. Maserasi grade I (Durasi > 8 jam)
: Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian
menjadi merah dan mulai mengelupas.
4. Maserasi grade II (Durasi 2-7 hari)
: Kulit mengelupas luas, Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi
merah coklat.
2.6 Diagnosis10,11
A. Criteria diagnostic kematian janin dalam rahim meliputi3,4:
1) Rahim yang hamil tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin mengecil.
2) Tidak lagi merasakan gerakan janin.
3) Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
4) Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan normal.
8
5) Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni akibat
penimbunan gas dalam tubuh.
6) Perut sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti ingin melahirkan.
7) Penurunan berat badan.
2) Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin berhimpit,
tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan USG).
C. Pemeriksaan penunjang
2) Ultrasonografi
9
Meskipun demikian, foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini
merupakan baku emas untuk mengkonfirmasi IUFD dengan mendokumentasikan
tidak adanya ditemukan aktifitas DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin.
Temuan sonografi lain mencakup edema kulit kepala dan maserasi janin, tulang-
tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak, sering dijumpai
overlaping cairan ketuban berkurang.
Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun keluarga, Sekitar 20-
25% dari ibu akan mempertahankan janin yang telah mati selama lebih dari 3 minggu maka
akan mengalami koagulopati intravaskuler diseminata (Disseminated Intravascular
Coagulopathy atau DIC) akibat adanya konsumsi faktor-faktor pembekuan darah secara
berlebihan3,7, Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi.
2.8 Penatalaksanaan8,12,14
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau
kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak
diobati. 8
1. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-
tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis,
gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
2. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian
janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut
jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
3. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir
pervaginam.
10
4. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
5. Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2
minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
6. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan
aktif.
8. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks
belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol :
b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi
50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan
melebihi 4 dosis.
10. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada
koagulopati.
11. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
12. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta
dan infeksi.
13. Perawatan Payudara Pada Ibu dengan IUFD, Ada 3 cara untuk perawatan pada
payudara bengkak karna bayi meninggal: Pengosongan isi payudara dengan tangan
11
(diperah), Pengosongan dengan pompa payudara, Pembalutan mamae dan pemberian
obat estrogen untuk supresi seperti tablet parlodel.3,7,8
Metode-Metode Terminasi
▪ Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah terjadi pematangan
serviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5%
melalui tetesan infus intravena. Dua botol infus dapat diberikan dalam waktu yang
bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin
dinaikkan pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml
larutan Dextrose 5% dengan kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan menjadi 40 unit.
Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus dipikirkan, oleh karena itu
tidak boleh diberikan lebih dari dua botol pada waktu yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat menurunkan resiko
tersebut. Apabila uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang setelah pemberian
prostaglandin per vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder harus disingkirkan
bila upaya berulang tetap gagal menginduksi persalinan.
▪ Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks posterior sangat
efektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum matang. Pemberian dapat diulang
setelah 6-8 jam. Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.
Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada kasus yang dinilai
dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih) dan letak lintang.
2.9. Pencegahan3, 8
12
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm
adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu
keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta.
Resiko kematian janin dapat sepenuhnya dihindari dengan antenatal care yang baik. Ibu
menjauhkan diri dari penyakit infeksi, merokok, minuman beralkohol atau penggunaan
obat-obatan.
Tes-tes antepartum misalnya USG, tes darah alfa-fetoprotein, dan non-stress test
fetal elektronik dapat digunakan untuk mengevaluasi kegawatan janin sebelum terjadi
kematian dan terminasi kehamilan dapat segera dilakukan bila terjadi gawat janin.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
• Keluhan utama
Pasien usia 25 tahun datang dengan keluhan gerak janin sudah tidak
dirasakan sejak ± 6jam SMRS.
• Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien usia 25 tahun datang ke RSAM dengan keluhan gerak janin sudah
tidak dirasakan sejak ± 6jam SMRS. Pada kehamilan 5 bulan passien kontrol
ke dokter spesialis obgyn dan di USG hasil yang didapatkan yaitu air
ketuban sedikit (oligohidromion)
• Riwayat menarche usia 14 tahun, siklus haid teratur 28-30 hari, lamanya
5-7 hari, nyeri haid. (+)
14
• Riwayat ANC (+) 2x di bidan, ANC di Sp.OG setiap bulan
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum → Tampak sakit sedang
TB → 150 cm
BMI →kg/m2 (Normal)
2. Status Generalisata
- Kepala : normocephal
- Wajah : Chloasma Gravidarum(-)
15
- Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
3. Status Obstetrikus
- Wajah : chloasma gravidarum (-)
- Mammae : tampak membesar (+), areola mamae hiperpigmentasi (-)
- Abdomen
➢ Inspeksi :
Perut tampak sedikit membuncit, tidak tampak tanda radang dan
sikatrik, linea nigra (+), striae alba (-)
➢ Palpasi :
Nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas tidak ada.
L2 : Teraba tahanan besar sebelah kanan dan bagian kecil sebelah kiri
L4 : konvergen
TFU : 25 cm
TBJ : 1.850 gr
His : (-)
DJJ : (-)
16
➢ Perkusi : Timpani
Genital :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (+)
4. Pemeriksaan Penunjang
• Darah
o Hb : 12,3 g/dl
o Hematokrit : 38,4%
o Leukosit : 9.07 mm³
• Imunologi
o HIV : non reaktif
o HBsAg : non reaktif
o Covid-19 : non reaktif
USG (21-12-2022)
17
Interprestasi
- Janin mati tunggal intrauterin, letak memanjang, presentasi kepala
- Aktifitas gerak janin tidak ada
• BPD : 6,53 cm
• HC : 22,17 cm
• AC : 11,19 cm
• FL : 4,51 cm
Kesan
- Gravid 25-26 minggu
- Plasenta fundus uteri
- Janin mati tunggal intrauterin
7. Penatalaksanaan
- Tindakan dan terapi
▪ IVFD RL 12 jam/kolf
▪ Cefixime 2x200 mg
▪ Paracetamol 3x500 mg
▪ Sulfat Ferosus 2x180 mg
▪ Vitamin C 3x50 mg
▪ Ceftriaxone 2X1 gram IV
▪ Inj oxitosin 1x1amp IV
▪ Inj metergin 1x1amp IV
▪ Inj sulfat atrofin 1x2amp
18
FOLLOW UP
Hari/Tanggal
21/12/2022 S/nyeri ari-ari (+)
Pukul 08.00 Gerak anak (-)
O/ KU: Sedang
Kes: CMC
TD: 100/75 mmHg
HR: 90x/menit
RR: 19x/menit
T: 36,1
P/ Pasang Laminaria
22/12/2022 S/ k e l u h a n t i d a k a d a
Pukul 08.00
O/ KU: sedang
Kes: CMC
TD: 109/72 mmHg
HR: 81/menit
RR: 20/menit
T: 36,4
19
22/12/2022 S/ badan lemas (+)
Pukul 23.00 Keluar lendir darah (+)
O/ KU: sedang
Kes: CMC
TD: 110/75 mmHg
HR: 80/menit
RR: 19/menit
T: 36,1
P/ Induksi persalinan
IVFD RL
Oksitosin 5 IV -> titrasi naik 5 TPM dimulai dari 10 TPM
O/ KU: sedang
Kes: CMC
TD: 110/75 mmHg
HR: 80/menit
RR: 19/menitT:
36,5
20
23/12/2022 S/ nyeri (+)
Pukul 20.00
O/ KU: sedang
Kes: CMC
TD: 110/75 mmHg
HR: 80/menit
RR: 19/menit
T: 36,5
P/ ikuti persalinan
IVFD RL 5 TPM
Misoprostol ¼ tab
O/ KU: sedang
Kes: CMC
TD: 115/80 mmHg
HR: 83/menit
RR: 20/menit
T: 36,3
21
Foto Bayi dan Plasenta
22
BAB IV
DISKUSI DAN PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini telah didiagnosis seorang pasien perempuan berusia 25 tahun
dengan diagnosis G1P0A0H0 gravid preterm 25-26 minggu + IUFD. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pasien datang ke RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 20
Desember 2022 pukul 05.30 WIB dengan keluhan utama gerak janin sudah tidak
dirasakan sejak ± 6 Jam SMRS. Pasien ada mengeluhkan lendir bercampur darah, nyeri
ari-ari (-), pusing, mual (-) dan muntah (-).
Diagnosis dari IUFD sendiri dapat ditegakkaan melalui anamnesa, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang sehingga dapat ditegakkan diagnosa IUFD. Pada
diagnosis IUFD atau kematian janin di dalam rahim dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu faktor Ibu, faktor janin, faktor plasenta dan pola hidup. Faktor Ibu dapat
dilihat dari semakin bertambahnya usia Ibu, maka terjadi juga perubahan
perkembangan dari organ-organ tubuh terutama reproduksi dan perubahan emosi atau
kejiwaan seorang Ibu. Dari usia kehamilan yang melewati batas waktu normal
sehingga plasenta mengalami penuaan dan penurunan fungsi, kondisi plasenta yang
tidak optimal akan membuat janin kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan
sehingga akan mengakibatkan kematian janin dalam rahim. Faktor gaya hidup pasien
yang memiliki riwayat suami yang aktif merokok juga bias meningkatkan angka
kematian janin dalam rahim
Dari pemeriksaan status obstetric pada genitalia pasien yaitu pada inspeksi perut
tampak membuncit, dan pada palpasi didapatkan L1 : Bagian atas teraba lunak tidak
melenting, L2 : Teraba masa terbesar di sebelah kanan dan bagian kecil di sebelah kiri,
L3 : Teraba masa bulat dan dapat digoyangkan L4 : konvergen TFU 25 cm, HIS tidak
ada, DJJ : Tidak terdengar lagi dan pada pemeriksaan penunjang, dilakukan
pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb : 12,3 gr/dl, Ht : 38,4 Leukosit : 9.07/mm3 .
Pemberian Oksitosin 5 IV -> titrasi naik 5 TPM dimulai dari 10 TPM bertujuan
agar pasien masih diharapkan untuk mengeluarkan hasil konsepsi secara pervaginam.
Dan apabila pasien masih tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan persalinan maka
tindakan selanjutnya pasien dilakukan operasi sectio caesarea.
23
BAB V
KESIMPULAN
Kematian Janin dalam Kandungan atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
merupakan kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram atau lebih atau kematian
janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Etiologi dari IUFD sendiri dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu faktor
Maternal, Faktor Fetal, dan Faktor Plasenta. Faktor resiko yang dapat menyebabkan
terjadinnya IUFD sendiri antara lain ialah usia ibu pada saat kehamilan, merokok
selama kehamilan, berat badan ibu selama kehamilan, dan faktor social ekonomi dan
edukasi yang kurang. IUFD dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu golongan I,
golongan II, Golongan III, dan golongan IV.
24
DAFTAR PUSTAKA
26