Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA IBU HAMIL

DENGAN INTERA UTERINE GROWTH RESTRICTION


(IUGR)
Dosen Pengampu :Florentina Kusyanti,S,ST

Kelompok 5
1. Niluh Febrilian Lorentina 11140067
2. Afifatun 11140071
3. Festivia 11140092

PRODI DIV BIDAN PENDIDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang “Intera Uterine Growth
Retriction(IUGR)” dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta menambah
wawasan tentang IUGR pada ibu hamil dari pengertian,klasifikasi,factor resiko dan
penatalaksanaannya.Penulisan makalah ini di dasarkan pada data sekunder dari beberapa
informasi baik dari buku maupun internet yang membahas tentang preeklamsi berat yg terjadi
pada ibu hamil.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dan dapat
manambah wawasan kita mengenai lebih dalam tentangmasalah IUGR terutama pada ibu hamil.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan
saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 11 Mei 2013

Tim penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….. 3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian…………………………………………………………………………… 4
2.2 Klasifikasi…………………………………………………………………………... 5
2.3 Etiologi……………………………………………………………………………... 7
2.4 Patofisiologi………………………………………………………………………… 10
2.5 Tanda dan Gejala…………………………………………………………………… 11
2.6 Diagnosis…………………………………………………………………………… 11
2.7 Komplikasi…………………………………………………………………………. 12
2.8 Penatalaksaan………………………………………………………………………. 14
2.9 Mortalitas dan Morbiditas…………………………………………………………. 16
2.10 Faktor Resiko…………………………………………………………………….. 16
2.11 Pencegahan………………………………………………………………………… 18

BAB III
TINJAUAN KASUS………………………………………………………………… 20-35
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………. 36
3.2 Saran………………………………………………………………………………... 36
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di Indonesia, jumlah anak di dalam satu keluarga dianjurkan untuk tidak melebihi dua
anak untuk menjamin kelangsungan hidup yang optimal, fisik, sosial dan mental bagi setiap anak
yang dilahirkan. Untuk itu secara nasionaldi Indonesia telah sampai pada gerakan keluarga
berencana yang mandiri.
Besarnya angka kelahiran disuatu negara atau daerah ditentukan oleh budaya, tingkat
pendidikan masyarakatnya, kemajuan memanfaatkan alat kontrasepsi, bagaiman sikap dan
keinginan masyarakat tentang besarnya sebuah keluarga dan adanya gerakan yang disporposi
Pemerintah maupun masyarakat sendiri untuk melaksanakan keluarga berancana dengan tujuan
kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di masa depan.
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil
telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya
zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya
tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan
dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan
terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine
menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada
saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat
placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar
masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi
essential lainnya.
Gangguan pertumbuhan janin ada 2 yaitu makrosmia dan IUGR (PJT). Kejadian PJT
bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang. Hal ini perlu
menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang terjadi akibat PJT. Pada kasus-
kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup
dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT
dapat muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan
nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan
makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan
risiko munculnya PJT.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan IUGR?
1.2.2 Apakah klasifikasi IUGR?
1.2.3 Apakah etiologi terjadinya IUGR?
1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi IUGR?
1.2.5 Apakah tanda dan gejalaIUGR?
1.2.6 Bagaimanakah cara mendiagnosis IUGR?
1.2.7 Apakah komplikasi yang dapat timbul dari IUGR?
1.2.8 Bagaimanakah penatalaksanaan IUGR?
1.2.9 Bagaimana mortalitas dan morbiditas IUGR?
1.2.10 Bagaimana factor resiko IUGR?
1.2.11 Bagaimana pencegahan IUGR?

1.3 Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran dan pengetahuan dalam mendeteksi dini serta penanganan dalam
IUGR.
1.4 Tujuan Khusus
1.4.1 Mahasiswa mampu menjelaskan definisi IUGR.
1.4.2 Mahasiswa mampu mengetahui tentang permasalahan IUGR.
1.4.3 Mahasiswa mampu membuat suatu perencanan tindak lanjut dari IUGR.

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi institusi
Institusi mampu memberikan pengarahan yang tepat mengenai IUGR.
1.5.2 Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan mampu mengetahui tanda-tanda pada persalinan premature dengan IUGR
sehingga dapat mengantisipasi hal tersebut serta penanganannya dan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat.
1.5.3 Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui mengenai persalinan premature dengan IUGR pada bayi baru lahir
dan mengetahui cara penatalaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian IUGR


Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat
adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard
yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan
dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir
dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai berat badan dibawah 10
persentil dari kurva berat badan bayi yang normal). Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation
pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena
Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine Growth
Retardation) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar
ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai
kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT
memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 %
dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan
lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu).
IUGR adalah ketidaknormalan pertumbuhan dan perkembangan dari fetus, yang mana
terjadi 3-7% dari persalinan, tergantung pada criteria diagnose yang dipergunakan. Pertumbuhan
fetus yang terhambat beresiko tinggi untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Diperkirakan
kematian perinatal 5-10 lebih tinggi pada neonatus yang mengalami pertumbuhan terhambat
dibandingkan dengan yang memiliki ukuran atau berat badan yang sesuai dengan usia
kehamilan.Beberapa hal yang berhubungan dengan kesakitan yang serius perlu mendapatkan
perhatian pada periode setelah terjadinya kegagalan pertumbuhan dalam uterus termasuk
didalamnya apiksis bayi baru lahir, hipoglikemi pada neonates, hypoklasemia, policytemia,
aspirasi mekonium, dan Persisten fetal sirculation. Beberapa penelitian melaporkan terjadinya
pertumbuhan persyarafan yang lebih sedikit pada bayi yang kecil di bandingkan usia kehamilan
(Small Gestational Age /SGA), terutama ketika berhubungan dengan prematuritas. Kejadian
kecacadan neurologic yang lebih besar pada preterm SGA terjadi sampai dengan 15%.

2.2 KLASIFIKASI IUGR


Secara Klinis IUGR dibagi 3, berdasarkan waktu kapan mulai dan berapa lamanya
pengaruh yang menghambat pertumbuhan itu berlangsung.
Type 1. Simetrik IUGR
Type 1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan pertumbuhan. Type IUGR
ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan semua fetus ini menurut perbandingan SGA.
IUGR ini memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak
simetris yang terjadi ketika fetus mengalami perpanjangan kekurangan yang lebih awal akibat
dari malnutrisi chorionic maternal, penyalahgunaan zat-zat kimia, insufisiensi plasenta, atau
gemeli. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ
(terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie virus, Listeria),
Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat
pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok. Gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di
mana total jumlah sel kurang. Ukuran sel fetus normal tetapi secara umum terjadi kekurangan
yang menyeluruh pada badan. badan dan kepala neonatus proporsional tetapi kecil (gangguan
pertumbuhan yang proporsional). Lingkar kepala turun dibawah persentil 10, ukuran otak
kurang, dan berakibat buruk yang permanen termasuk adanya kekurangperhatian pada masa
kanak-kanaknya, gelisah, dan perilaku bermasalah yang dihubungkan dengan jeleknya hasil
akademik yang ditunjukan.
Secara umum, IUGR Type 1 berhubungan dengan prognosisi yang tidak baik ; ini
berhubungan dengan kondisi phatologis yang menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson
menunjukkan,ada tidak adanya factor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25%
beberapa fetus yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada
aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical (Percutaneus Umbillical
Blood Sampling), betul betul direkomendasikan untuk mengetahui Karyotype abnormal.
Type 2. Asimetrik IUGR
IUGR ini jumlahnya kira-kira 70 % dari semua kasus IUGR. Gangguan pertumbuhan
janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin
simetris. Akibat dari kekurangan nutrisi dan defisiensi plasenta pada trimester kedua dan ketiga
kehamilan menyebabkan berbagai macam gangguan maternal yang meliputi hypoxic, vascular,
renal hematologic, dan gangguan kesehatan lingkungannya.
Gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total sel normal tetapi ukurannya
lebih kecil. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah
bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya
terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang
mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan
kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam
kehamilan. Ukuran sel yang kurang mengakibatkan atropi pada sel yang ada sebelumnya tanpa
mengurangi jumlah sel tersebut. Ukuran kepala pada masa neonatus tampak besarnya tidak
proporsional dengan badan karena pertumbuhan kepala tidak terhambat (gangguan pertumbuhan
yang tidak proporsional). Badan mengandung sedikit lemak subkutan dan tampak panjang kurus.
Secara umum cadangan otot kurang, turgor kulit yang jelek, rambut yang tipis, perut yang
keriput, dan sutura terpisah dengan lebar, menunjukan asymmetrical IUGR. Pada postnatal,
terjadi kematangan Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi, dan berpotensi untuk
perkembangan intelektual yang sangat baik.
Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah type 2. IUGR ini
seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus
Mellitus dengan vaskulopaty, dan yang lainnya.

Intermediate IUGR
IUGR Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang merupakan kombinasi
Type 1 dan Type 2. Gangguan pertumbuhan pada type ini diperkirakan terjadi selama fase
pertengahan pertumbuhan- pada fase hyperplasia dan hipertropi- yang mana terjadi pada usia
kehamilan 20-28 minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan kecepatan mitosis dan peningkatan
yang progesif secara menyeluruh pada ukuran sel. Bentuk IUGR ini keadannya tidak sebanyak
jika dibandingkan dengan type1 dan 2, diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan
pertumbuhan fetus. Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang lainnya,
menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada timeser II akan mengakibatkan Intermediate IUGR
dengan pertumbuhan simetrik dan tidak memberikan efek Brain Sparring.

2.3 ETOLOGI
1. Faktor Ibu
a.Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu).
Pada trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi interstitial dan endotelium trophoblas
masuk jauh ke dalam arterioli miometrium sehingga aliran menjadi tanpa hambatan menuju
retroplasenter sirkulasi dengan tetap. Aliran darah yang terjamin sangat penting artinya untuk
tumbuh kembang janin dengan baik dalam uterus.
Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang didestruksi oleh sel trophoblas sekitar
100-150 pada daerah seluas plasenta sehingga cukup untuk menjamin aliran darah tanpa
gangguan pada lumen dan arteri spiralis terbuka.
Gangguan terhadap jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri spiralis dan
arteriolinya dapat menimbulkan keadaan yang bersumber dari gangguan aliran darah dalam
bentuk “iskemia retroplasenter”.
Dengan demikian dapat terjadi bentuk hipertensi dalam kehamilan apabila gangguan
iskemianya besar dan gangguan tumbuh kembang janin terjadi apabila iskemia tidak terlalu
besar, tetapi aliran darah dengan nutrisinya merupakan masalah pokok.
b.Kelainan uterus.
Janin yang tumbuh di luar uterus biasanya mengalami hambatan pertumbuhan.
c.Kehamilan kembar.
Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit oleh pertumbuhan
kurang pada salah satu atau kedua janin dibanding dengan janin tunggal normal. Hambatan
pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10 s/d 50 persen bayi kembar.
d.Ketinggian tempat tinggal
Jika terpajan pada lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa janin mengalami penurunan
berat badan yang signifikan Janin dari wanita yang tinggal di dataran tinggi biasanya mempunyai
berat badan lebih rendah daripada mereka.
e.Keadaan gizi
Wanita kurus cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya wanita gemuk cenderung melahirkan
bayi besar. Agar nasib bayi baru lahir menjadi baik, ibu yang kurus memerlukan kenaikan berat
badan yang lebih banyak dari pada ibu-ibu yang gemuk dalam masa kehamilan.
Faktor terpenting pemasukan makanan adalah lebih utama pada jumlah kalori yang dikonsumsi
setiap hari dari pada komposisi dari kalori. Dalam masa hamil wanita keadaan gizinya baik perlu
mengkonsumsi 300 kalori lebih banyak dari pada sebelum hamil setiap hari. Penambahan berat
badan yang kurang di dalam masa hamil menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan yang
rendah.
f.Perokok
Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan melahirkan bayi yang lebih kecil
sebesar 200 sampai 300 gram pada waktu lahir. Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan
oleh dua faktor yaitu :
1)Wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu akan kekurangan substrat di dalam
darahnya yang bisa dipergunakan oleh janin.
2) Merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi pengurangan jumlah pengaliran darah
kedalam uterus dan yang sampai ke dalam ruang intervillus.
2.Faktor Anak
a. Kelainan congenital
b.Kelainan genetik
c.Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH (toksoplasma, rubela, sitomegalovirus, dan herpes).
Infeksi intrauterine adalah penyebab lain dari hambatan pertumbuhan intrauterine.banyaktipe
seperti pada infeksi oleh TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex)
yang bisa menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari kejadian. Infeksi
AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi berat badan lahir bayi sampai 500 gram
dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum terkena infeksi itu.
Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan kecepatan metabolisme pada janin tanpa
kompensasi peningkatan transportasi substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi
subnormal atau dismatur.

3.Faktor Plasenta
Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi plasenta. Faktor plasenta dapat
dikembalikan pada faktor ibu, walaupun begitu ada beberapa kelainan plasenta yang khas seperti
tumor plasenta. Sindroma insufisiensi fungsi plasenta umumnya berkaitan erat dengan aspek
morfologi dari plasenta.
Parameter klinik yang dapat digunakan untuk mendeteksi PJT ketidaksesuaian usia gestasi
dengan besar uterus, laju pertumbuhan terhambat, atau pertambahan berat badan ibu yang
kurang. Kejadian yang terbukti dengan cara ini hanya 10-25%, sehingga perlu digabung dengan
pemeriksaan dan USG Doppler.
a.Manajemen pada kasus preterm dengan pertumbuhan janin terhambat lakukan pematangan
paru dan asupan nutrisi tinggi kalori mudah cerna, dan banyak istirahat.
b.Pada kehamilan 35 minggu tanpa terlihat pertumbuhan janin dapat dilakukan pengakhiran
kehamilan.
c. Jika terdapat oligohidramnion berat disarankan untuk per abdominam.
d.Pada kehamilan aterm tergantung kondisi janin jika memungkinkan dapat dicoba lahir
pervaginam.

2.4 PATOFISIOLOGI
1.Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblasdipengaruhi oleh makanan.
Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat
mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan
pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
2.Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi
peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3.Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan
plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut
terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik.
Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.

2.5 TANDA DAN GEJALA


a. Gangguan pada uterus dan janin untuk tumbuh normal diatas periode 4 minggu.
b. TFU paling sedikit kurang 2 cm dari harapan untuk jumlah terhadap usia kehamilan dari
pengukuran TFU sebelumnya.
c. Kekurangan penambahan berat badan ibu.
d.Gerakan janin yang kurang.
e. Kekurangan volume cairan amnion.
f. Lingkaran abdomen kecil (ukuran hepar yang kecil)
g. Tungkai yang kurus (masa otot ↓)
h. Kulit keriput ( lemak subkutis ↓)
Bila penyebab PJT asimetrik berlangsung lama maka janin akan kehilangan kemampuan
untuk melakukan kompensasi → terjadi PJT simetrik.
Terhentinya pertumbuhan dan perkembangan kepala akan berdampak besar terhadap
proses tumbuh kembang anak nantinya. PJT patut diduga bila ukuran uterus tidak sesuai dengan
usia kehamilan → konfirmasi dengan pemeriksaan ultrasonografi.
2.6 DIAGNOSIS
1. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal dan pada
kehamilan ganda.
2.Tinggi Fundus Uteri
Cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada kehamilan kecil.
Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis pubis sampai bagian
teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga)
sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa
janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.

3.USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry angka kebenarannya
mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat kita
sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi apakah ada
pembesaran organ intra abdomen atau tidak, khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran lingkar kepala
dengan lingkar perut untuk mendeteksi adanya asimetris PJT.
4.Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-diastolik yang tidak
normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT.

2.7 KOMPLIKASI
1.Pada janin
a. Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
b. Intranatal : hipoksia dan asidosis
c. setelahlahir :
1). Secara Langsung
a. Asfiksia
b. Hipoglikemi
c. Aspirasi mekonium
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh
terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi. SAM seringkali dihubungkan dengan
suatu keadaan yang kita sebut fetal distress. Pada keadaan ini, janin yang mengalami distres akan
menderita hipoksia (kurangnya oksigen di dalam jaringan). Hipoksia jaringan menyebabkan
terjadinya peningkatan aktivitas usus disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah
mekonium ke dalam cairan amnion.

a. DIC
Disebarluaskan pembekuan intravascular (DIC), juga dikenal sebagai konsumtif coagulopathy,
adalah patologi aktivasi pembekuan (darah), mekanisme yang terjadi dalam respon terhadap
berbagai penyakit.
b. Hipotermi
c. Perdarahan pada paru
d. Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat
pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia menyebabkan
darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran darah ketika darah
melalui pembuluh yang kecil. Jika penyakitnya berat, bisa menyebabkan pembentukan bekuan
darah di dalam pembuluh darah. Kulit bayi tampak kemerahan atau kebiruan. Bayi tampak
lemas, pernafasannya cepat, refleks menghisapnya lemah dan denyut jantungnya cepat.
e. Hiperviskositas sindrom
Terjadi karena aliran darah terhambat, akibat darah yang lebih kental. Kekebalan dapat terjadi
karena volume dan jumlah sel bertambah atau plasma lebih kental. Mata terlihat merah dengan
pembuluh darah konjungtiva bertambah. Fundus refleks berwarna merah tua dan fundus
memperlihatkan pengisian pembuluh darah yang berlerbihan sehingga lumen arteri dan vena
melebar, dismal peningkatan perkelokan.
f. Gangguan gastrointestinal
2). Tidak langsung
Pada simetris IUGR keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak
kelahiran, sedangkan asimetris IUGR dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan
neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah IUGR yang disebabkan oleh infeksi
kongenital dan kelainan kromosom.

2. Pada Ibu
a.Preeklampsi
b.Penyakit jantung
c.Malnutrisi

2.8 PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai
resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau
malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode
adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah
kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi utuk mengandung janin kecil,
diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan
riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan
USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi
secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan
dengan usia gestasinya.Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut
mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif
sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan
meminimalisasi risiko pada ibu.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila
kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau
pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan

a. Tatalaksana umum :
setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom. serta infeksi dalam
kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring
dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan
untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil
dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan
maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah
melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4 minggu
b. Tatalaksana khusus :
pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat
dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus
diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat,penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya
harus dihentikan.
c. Proses melahirkan :
pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan
harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan
apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan
sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada
PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah
dengan proses melahirkan.
Prognosis:
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika
bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya.
Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor
kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko
tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan secara teratur dapat menekan
risiko munculnya PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada
negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol 1 kali selama kehamilan pada dokter,
bidan, atau perawat.
2.9 Mortalitas dan Morbiditas
Pertumbuhan janin terhambat berkaitan dengan mortalitas dan morbiditas. Kematian janin,
asfiksia lahir,aspirasi mekonium, serta hipoglikemia janin meningkat, demikian juga prevalensi
kelainan perkembangan saraf. Hal ini berlaku baik bagi bayi aterm maupun prematur.
Pertumbuhan dan perkembangan pascanatal pada janin dengan hambatan pertumbuhan
bergantung pada kausa hambatan, gizi selama masa bayi,dan lingkungan sosial. Bayi dengan
hambatan pertumbuhan akibat faktor konstitusional ibu, kromosom,virus atau kongenital akan
tetap kecil seumur hidupnya. Merka yang mengalami hambatan pertumbuhan in utero akibat
insufisiensi plasenta sering dapat tumbuh mengejar ketertinggalannya setelah lahir mendekati
potensi pertumbuhan herediternya jika berada di lingkungan yang optimal. Demikian juga,
prognosis perkembangan neurologis pada bayi dengan hambatan pertumbuhan dipengaruhi oleh
lingkungan pascanatal. Bayi demikian yang lahir dari keluarga dengan tingkat sosiekonomi
tinggi lebih jarang mengalami masalah perkembangan selama tindak lanjut.

2.10 Faktor Resiko


1.Ibu yang secara konstitusional kecil
Wanita berpostur kecil biasanya memiliki bayi yang lebih kecil. Tidak jelas apakah fenomena
ibu kecil melahirkan bayi kecil bersifat alami atau karena lingkungan, tetapi lingkungan yang
disedia kan oleh ibu lebih penting dalam menentukan berat badan lair dari pada konstribusi
genetiknya. Pada wanita yang berat badannya rata-rata atau rendah, kurangnya peningkatan berat
selama kehamilan mungkin berkaitan dengan hambatan pertumbuhan janin. Akan tetapi,jika ibu
yang bersangkutan bertubuh besar dan sehat, pertambahan berat yang kurang dari rata-rata tanpa
penyakit ibu, kecil kemungkinan dengan hambatan pertumbuhan janin yang signifikan.
2.Deprivasi sosial
Efek deprivasi sosial pada berat badan lahir berkaitan dengan efek faktor gaya hidup
yang menyertainya seperti merokok, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, dan kurang gizi.
Wanita yang paling mengalami deprivasi sosial memiliki bayi paling kecil dan tidak adanya
sumber daya psikososial, meningkatkan resiko hambatan pertumbuhan pada janin.
3. Penyulit Medis pada Ibu
Penyakit vaskular kronis, terutama jika diperberat oleh adanya preeklamsia sering
menyebabkan hambatan pertumbuhan. Preeklamsia itu sendiri juga dapat menyebabkan
kegagalan pertumbuhan janin, terutama jika kehamilannya sebelum 37 minggu. Penyakit ginjal
dapat disertai oleh hambatan pertumbuhan janin. Janin dari wanita yang tinggal didaerah
ketinggian biasanya lebih ringan dibandingkan dengan mereka yang lahir dari ibu yang tinggal
didaerah yang lebih rendah. Janin dari wanita dengan penyakit jantung sianotik sering
mengalami hambatan pertumbuhan yang parah. Pada segian besar kasus, anemia tidak
menyebabkan hambatan pertumbuhan. Pengecualiannya antar lain adalah anemia sel sabit atau
anemia herediter lain yang berkaitan dengan penyakit serius pada ibu.
4. Kelainan plasenta dan tali pusat
Sulosio plasenta parsial kronis, infark luas, atau korioangioma cenderung menyebabkan
hambatan pertumbuhan janin. Insersi marginal tali pusat dan terutama insersi velamentosa lebih
besar kemungkinannya disertai oleh hambatan pertumbuhan janin.
5. Janin Multipel
Kehamilan dengan dua atau lebih janin lebih besar kemungkinannya mengalami penyulit
hambatan pertumbuhan satu atau lebih janin dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Memang,
hambatan pertumbuahn dilaporkan terjadi pada 10 sampai 15 persen janin kembar.

6. Kehamilan ekstrauterus
Janin yang tumbuh diluar uterus biasanya mengalami hambatan pertumbuhan.
Malformasi uterus ibu juga diaporkan berkaitan dengan gangguan pertumbuhan janin.

2.11 Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet,
istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama
kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang
bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress;
berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin,
mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta
pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus
baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu hamil sebagai
berikut :
a. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah
ekstra 300 kalori/hari.
b. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
c. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.
4. Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi keseimbangan
oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin
dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap
ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28
minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu
sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40
minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan.
Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
Seorang Ny.Humur 23 tahun G1P0A0Ah0 umur kehamilan 32 minggu, datang ke RB Suka Cita
Cinta mengeluh tidak nafsu makan dan gerakan janinnya berkurang, tidak seperti
biasanya.berdasarkan hasil pemeriksaan: TFU 26 cm, BB ibu hanya naik 5kg dari awal
kehamilan, KU ibu baik dan pemeriksaan penunjang : hasil USG: IUGR.

3.2 Asuhan Kebidanan


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS
Ny.H UMUR 23 TAHUN G1P0A0Ah0 UMUR KEHAMILAN 32 MINGGU
DI RB SUKA CITA CINTA, SLEMAN, YOGYAKARTA
No.Register : 10096
Masuk RS/PKM/BPM Tanggal/Pukul : 25-09-2012/09.00 WIB
Dirawat di ruang : periksa
I.PENGKAJIAN, Tanggal/Pukul :25-09-2012/09.00 WIB Oleh : bidan M
A. Biodata
1.Nama Klien : Ny.H Nama Suami : Tn. T
2.Umur : 23 tahun Umur : 28 tahun
3.Suku/ : Jawa/Indonesia Suku/ Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Kebangsaan
4.Agama : Islam Agama : Islam
5.Pendidi : SMA Pendidikan : SMA
kan
6.Pekerjaa : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
n
7.Alamat : Lumbungrejo Alamat : Lumbunggrejo
B. Data Subyektif
1. Alasan datang / di rawat
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan pergerakan janinnya berkurang dan tidak nafsu makan.

3. Riwayat menstruasi
Menarche : 13tahun Siklus : 28 hari

Lama : 6 hari Teratur : ya

Sifat darah : cair Keluhan : tidak ada

4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : sah Menikah ke :1

Lama :1 tahun usia menikah pertama kali : 22

5. Riwayat obstetrik :G1P0A0Ah0


Hamil Persalinan nifas
ke Tanggal Umur Jenis Komplikasi JK BB laktasi komplikasi
kehamilan persalinan lahir
Hamil - - - - - - - -
ini

6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan


No Jenis Pasang Lepas

Kontrasepsi tanggal Oleh Tempat keluhan tanggal Oleh Tempat alasan

1. Belum - - - - - - - -
penah
memakai
kontrasepsi

7. Riwayat kehamilan sekarang


a. HPM : 13 Februari 2012 HPL : 20 November 2012
b. ANC pertama umur kehamilan : 10 minggu
c. Kunjungan ANC
Trimester I

Frekuensi : 1x

Keluhan : mual muntah sering

Komplikasi : tidak ada

Terapi : Tablet Fe dan B6

Trimester II

Frekuensi : -

Keluhan : -

Komlikasi : -
Terapi : -

Trimester III

Frekuensi : -

Keluhan : -

Komplikasi : -

Terapi : -

d. Imunisasi TT : 1 kali
TT 1 : TT caten

TT 2 : -

TT 3 : -

TT 4 : -

TT 5 : -

e. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)


Ibu mengatakan merasakan pergerakan janinnya berkurang ± 8x dalam sehari.
8. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular,menurun dan menahun)
- Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS,Hepatitis B,TBC
- Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM, Hipertensi,
- Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti jantung, ginjal, paru-paru
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular,menurun dan menahun)
- Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS,Hepatitis
B,TBC
- Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM dan Hipertensi
- Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menahun seperti jantung, ginjal,
paru-paru
c. Riwayat keturunan kembar
- Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar
d. Riwayat operasi
- Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun seperti seksio sesaria.
e. Riwayat alergi obat
- Ibu mengatakan tidak memiliki alergi obat apapun seperti amoxicillin.

9. Pola pemenuhan kebutuhan


Sebelum hamil saat hamil

a. Nutrisi
Makan

Frekuensi : 3 x sehari 2 x sehari

Jenis : nasi,lauk,sayur nasi,lauk, sayur

Porsi : 1 piring ½ - 1 piring

Keluhan : tidak ada tidak nafsu makan

Pantangan : tidak ada tidak ada

Minum

Frekuensi : 5 kali sehari 7 kali sehari

Jenis : air putih,teh air putih,teh, susu

Porsi : 1 gelas 1 gelas

Keluhan : tidak ada cepat haus

Pantangan : tidak ada tidak ada

b. Eliminasi
BAB
Frekuensi 2 xsehari 1xsehari

Warna : kuning kuning

Konsistensi : lembek lembek

Keluhan : tidak ada tidak ada

BAK

Frekuensi : 6xsehari 8-9 xsehari

Warna : kuning kuning,jernih

Konsistensi : cair cair

Keluhan :tidak ada tidak ada

c. Istirahat
Tidur siang

Lama : 1-2 jam lama : 1 jam

Keluhan : tidak ada keluhan : tidak ada

Tidur malam

Lama : 8 jam 7 jam

Keluhan : tidak ada tidak ada

d. Personal hygiene
Mandi :2 x/hari 2 x/hari
Ganti pakaian :3 x/hari 3 x/hari
Gosok gigi : 3 x/hari 3 x/hari
Keramas : 3 x/minggu 3 x/minggu

e. Pola seksualitas
Frekuensi: 3 x/ minggu 2 x/ minggu

Keluhan: tidak ada tidak ada

f. Pola aktivitas(terkait kegiatan fisik,olah raga)


Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, memasak dan
tidak melukukan aktifitas lain seperti berolahraga.
10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan baik sebelum maupun saat hamil tidak ada kebiasaan yang mengganggu
kesehatan seperti merokok, minum jamu, minuman beralkohol.
11. Data psikososial, spiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap
kelahiran,dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga, perawatan bayi,
kegiatan ibadah, kegiatan social, keadaan ekonomi keluarga.
- Ibu mengatakan dirinya/suami/keluarga menerima dan menginginkan kehamilan ini
- Ibu mengatakan keluarga mendukung kehamilannya
- Ibu mengakan hubungan dengan suami/keluarga tetangga baik
- Ibu mengatakan belum mengetahui tentang perawatan pada bayi
- Ibu mengatakan kehamilannya tidak mengganggu kegiatan ibadah
- Ibu mengatakan mengikuti kegiatan arisan
- Ibu mengatakan pendapatan suami mencukupi kebutuhan sehari-hari
12. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)
Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang nutrisi ibu hamil dari kunjungan sebelumnya, tetapi
ibu belum mengetahui tentang persalinan dan nifas.
13. Lingkungan yang berpengaruh(sekitar rumah dan hewan peliharaan)
- Ibu mengatakan sekitar rumahnya bersih, rapi, aman dan nyaman
- Ibu mengatakan memelihara binatang seperti kucing di dalam rumah.
C. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Status emosional : stabil

Tanda vital

Tekanan darah :120/90 mmHg Nadi :80x/menit

Pernafasan :20 x/menit Suhu :37 oC


BB sebelum hamil : 45 kg TB :155cm

BB saat hamil : 51 kg

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala :mesochepal,tidak berketombe, tidak ada massa,tidak nyeri tekan,

Wajah :terdapat odema,tidak ada cloasma,dan tidak ada bekas luka

Mata :tidak ada secret,sclera putih,kunjungtiva merah muda

Hidung :hidung tidak ada polip,tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut :bersih,tidak ada stromatis,tidak ada karies gigi

Telinga :simetris, tidak ada serumen,pendengaran baik

Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,parotis,getah bening,dan vena jugularis

Dada : datar, tidak ada retraksi dinding dada,tidak bunyi wheezing

Payudara :simetris, putting susu menonjol, areola mamae hiperpigmentasi,tidak ada masa, tidak nyeri
tekan, belum ada pegeluaran kolostrum.

Abdomen : tidak ada striae, tidak ada bekas operasi, terdapat linea nigra,

Palpasi

Leopold I :TFU 3 jari diatas pusat. Pada bagian fundus teraba lunak, bulak dan tidak melenting (bokong)

Leopold II :pada perut ibu bagian kiri teraba bagian kecil-kecil, tahanan lemah(ekstremitas)

Pada perut ibu bagian kanan teraba panjang, keras, tahanan kuat(punggung)

Leopold III : pada perut ibu bagian bawah teraba bulat, keras, melenting(kepala)

Leopold IV : kedua tangan bertemu/ konvergen(bagian terendah janin belum masuk panggul)

Osborn test : tidak dilakukan

Pemeriksaan Mc. Donald

TFU : 26 cm TBJ : (26-12)x 155= 2170 gram


Auskultasi

Djj :100 x/menit

Ekstremitas Atas : simetris, jumlah jari lengkap,tidak ada odema. LILA :22 cm

Ekstremitas Bawah : simetris,jumlah jari lengkap, tidak ada odema, tidak ada varises.

Genitalia Luar : bersih, tidak ada varises, tidak ada pembesaran kelenjar batholini.

Pemeriksaan Panggul :tidak dilakukan

(bila perlu)

3. Pemeriksaan Penunjang Tanggal:25-09-12 pukul: 09.20 WIB

USG, hasilnya IUGR

4. Data Penunjang

Tidak ada

II. INTERPRETASI DATA

A. Diagnosa kebidanan
Data Dasar:
Ny.H G1P0A0Ah0 hamil 32 minggu umur 23 tahun janin tunggal hidup intra uteri preskep,puka
dengan IUGR ( Intera Uterine Growth Restriction).
Ds:

- Ibu mengatakan usianya 23 tahun


- Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan tidak pernah abortus
- Ibu mengatakan tidak nafsu makan
- Ibu mengatakan pergerakan janinnya melemah

Do:
Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil\

Tanda vital

Tekanan darah :120/90 mmHg Nadi :80 x/menit

Pernafasan :20 x/menit Suhu :37 oC

BB sebelum hamil :45 kg TB :155 cm

BB saat hamil : 51 kg TFU : 26 cm

Hasil USG : IUGR

Palpasi Leopold

Leopold I : kepala

Leopold II : bagian kanan perut ibu (punggung)

Bangian kiri perut ibu (ekstremitas)

Leopold III : Bokong

Leopold IV : bagian terendah janin belum masuk panggul.

B. Masalah
Ibu mengatakan cemas terhadap kondisi janinnya.
Data dasar:
Ds: ibu mengatakan nafsu maknnya berkurang dan derakan janinnya melemah.
Do: ibu tampak lemah.
III. IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL

Gawat janin

IV. TINDAKAN SEGERA

A. Mandiri
Tidak ada
B. Kolaborasi
Melakukan kolaborasi dengan dokter specialis obstetric ginekologi dan ahli gizi.,
C. Merujuk
Tidak ada
V. PERENCANAAN Tanggal:25-09-2012 pukul: 09.35 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaannya.


2. Jelaskan pada ibu tentang keluhan yang dirasakan.
3. Anjurkan ibu untuk menjaga jarak dengan hewan peliharaan.
4. Ingatkan ibu tentang kebutuhan nutrisi pada ibu hamil.
5. Ingatkan ibu tentang pola aktifitas dan kebutuhan istirahat.
6. Ingatkan ibu tentang personal hygiene.
7. Anjurkan ibu kunjungan ulang.
VI. PELAKSANAAN Tanggal: 25-09-2012 pukul: 09.45 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya yaitu TD: 120/90 mmHg, N: 80x/menit, R: 20 x/menit,
S: 370 C, BB: 51 kg, TFU : 26 cm.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang keluhan yang dirasakan yaitu tidak nafsu makan. Pada
kehamilan lanjut/TM III biasanya ibu mengalami tidak nafsu makan hal ini dapat disebabkan
karena masalah psikologis dari ibu, karena kehamilan ibu sudah mendekati proses persalinan.
Keluhan yang dirasakan ibu dapat juga terjadi karena pada TM III penyerapan makanan pada
usus juga berkurang, sehingga ibu bermasalah pada BAB, yang menyebabkan perut ibu terasa
penuh dan ibu tidak nafsu makan. Ibu juga mengeluh gerakan janin ibu berkurang hal ini
disebabkan bisa karena pemenuhan nutrisi pada janin ibu terganggu, karena porsi makan ibu
berkurang dan ibu jarang makan. Apabila ibu tidak nafsu makan ibu dapat makan sedikit-sedikit
tetapi sering untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu dan janin.
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga jarak dengan hewan peliharaan di dalam rumah, karena hewan
peliharaan ibu (kucing) dapat menyebabkan TORCH dan dapat menyebabkan kecacatan bawaan
pada janin ibu, hal ini didapatkan dari kotoran kucing yang mencemari lingkungan rumah.
4. Mengingatkan ibu tentang kebutuhan nutrisi pada kehamilan yaitu menu seimbang, dapat
didapatkan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, dapat didapkan dari
daging, telur,kacang-kacangan. Karbohidrat, dapat didapatkan dari nasi, gandum.
Vitamin,didapatkan dari buah-buahan yang segar dan sayuran segar.Ibu juga memenuhi
kebutuhan cairan dengan minum minimal 8 gelas dan bila perlu susu satu gelas. Sebaiknya ibu
memenuhi kebutuhan kalori selama kehamilan dengan cara makan makanan selingan di sela-sela
waktu makan pagi-siang dan siang-malam. Ibu juga diharapkan makan makanan yang manis
supaya pada saat janin ibu lahir tidak berat bayi lahir rendah (BBLR).
5. Mengingatkan ibu tentang pola aktifitas dan kebutuhan istirahat yaitu ibu boleh melakukan
pekerjaan yang tidak memberatkan serta membuat ibu kelelahan, ibu disarankan untuk tidak
mengangkat barang yang berat-berat, serta ibu memenuhi kebutuhan istirahat yaitu tidur malam
7-8 jam dan tidur siang 1-2 jam per hari.
6. Mengingatkan ibu tentang personal hygiene yaitu selama kehamilan sebaiknya ibu menjaga
personal hygiene yaitu dengan mandi 2x dalam sehari, gosok gigi 3x sehari, keramas 3x/minggu,
ganti pakaian 2x/hari, dang ganti pakaian dalam minimal 3x dan selesai BAB/BAK, serta saat
lembab.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang dua minggi/ saat ibu ada keluhan.

VII. EVALUASI
1. Ibu sudah mengetahui tentang keadaannya.
2. Ibu sudah mengerti tentang keluhan yang ibu rasakan dan ibu bersedia mengikuti saran bidan
untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
3. Ibu bersedia menjaga jarak dengan hewan peliharaannya dirumah.
4. Ibu sudah mengetahui tentang kebutuhan nutrisi, cairan dan kebutuhan kalori dan ibu bersedia
memenuhinya.
5. Ibu sudah mengetahui tentang pola aktifitas dan istirahat pada ibu hamil.
6. Ibu sudah mengetahui tentang kebutuhan diri/ personal hygiene dan akan menerapkannya
dirumah.
7. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang dua minggu/ saat ada keluhan.

BAB III
PENUTUP

3.1KESIMPULAN
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu
keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat
badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Penyebab pertumbuhan terhambat ini dapat dilihat dari penyebab ibu, janin dan
plasenta. Untuk penanganannya dapat dilakukan langkah pertama dalam menangani PJT adalah
mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah
kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat.
Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien
PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.

3.2 SARAN
Agar dapat mengurangi angka kejadian IUGR, disaran kepada setiap ibu hamil agar lebih
memperhatikan kehamilannya, terutama pada asupan gizinya, istirahat yang cukup seperti
berbaring miring, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC


Prawiroharjo, Sarwono.2003. IlmuKebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Pranoto, Ibnu dkk. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
http://khanzima.wordpress.com/2011/03/10/asuhan-kebidanan-kehamilan-dengan-iugr/
http://windakusumawardini.blogspot.com/2012/04/manajemen-asuhan-kebidanan-pada-iugr.ht
MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
“ OLIGOHIDRAMNION ”

DI SUSUN OLEH:
IIS SHOLIHAT
13211351
TINGKAT IIA

DOSEN PEMBIMBING
DEVI SYARIF,S.SiT.M.Keb

PRODI DIII KEBIDANAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat
dan penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah tentang
“Oligohidramnion”, saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini telah saya selesaikan dengan lancar, tetapi saya menyadari
bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi saya mohon
untuk memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan dalam
penyusunan tugas makalah ini.
Akhir kata saya berharap tugas ini sangat berguna dan membantu
menyumbangkan pengetahuan tentang mata kuliah asuhan kebidanan patologi khususnya
bagi mahasiswa Kebidanan.

Padang, Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan..................................................................................................................... 1
BAB III LANDASAN TEORITIS
A. KONSEP TEORITIS OLIGOHIDRAMNION
2.1 Defenisi............................................................................................................. 3
2.2 Etiologi.............................................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi...................................................................................................... 4
2.4 Gambaran Klinis/gejala..................................................................................... 5
2.5 Pemeriksaan Penunjng....................................................................................... 5
2.6 Akibat................................................................................................................. 5
2.7 Tindakan Konservatif......................................................................................... 6
2.8 Oligohidramnion Awitan Dini............................................................................ 7
2.9 Prognosis............................................................................................................. 7
2.10Hipoplasia Paru.................................................................................................. 8
2.11Diagnosis Oligohidramnion............................................................................... 9
2.12Penatalaksanaan................................................................................................ 11

B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


Langkah I : Pengkajian............................................................................................ 12
Langkah II: Interprestasi data dasar........................................................................ 15
Langkah III : Mengindentifikasi diagnosa potensial............................................... 16
Langkah IV : Tindakan segera................................................................................ 17
Langkah V : Intervensi/perencanaan....................................................................... 17
Langkah VI : Pelaksanaan....................................................................................... 18
Langkah VII : Evaluasi............................................................................................ 19

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan........................................................................................................ 20
2. Saran.................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Lehn,jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1
liter,pada multigravida sebanyak 1,5 liter,dan sebanyak-banyaknya yang masih dalam
batas normal adalah 2 liter. Berat jenis :1,007-1,025.Warna : putih kekeruhan karena
adanya lanugo dan verniks kaseosa.
Asal air ketuban adalah dari fetal urin,transudasi dari darah ibu,sekresi dari epitel
amnion,dan a mixed origin.Cairan amnion sangat penting artinya bagi tumbuh kembang
janin ke segala arah dengan jumlah sama sehingga pertumbuhannya menjadi
simetris.Untuk pertama kalinya,cairan amnion dibentuk oleh sel trofoblas sehingga morula
dapat berubah menjadi blastula.Selanjutnya,terjadi perubahan sel trofoblas sedemikian
rupa sehingga mampu melakukan tugas utamanya untuk berimplantasi di dinding uterus
bagian depan atau belakang atasnya.
Cairan amnion selanjutnya dibentuk oleh sel amnion sehingga pertambahannya
seiring dengan makin tuanya usia kehamilan.Pada kehamilan sangat muda,air ketuban
merupakan ultrafiltrasi dari plasma maternal dan dibentuk oleh sel amnionnya.Pada
trimester II kehamilan,air ketuban dibentuk oleh difusi ekstraseluler melalui kulit janin
sehingga komposisinya mirip dengan plasma janin.Selanjutnya,setelah trimester II,terjadi
pembentukan zat tanduk kulit janin dan menghalangi difusi plasma janin sehingga
sebagian besar air ketubannya dibentuk oleh sel amnionnya dan air kencing janin.
Jika produksinya makin berkurang,disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
insufisiensi plasenta,kehamilan post term,gangguan organ perkemihan-ginjal,janin terlalu
banyak minum sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban
intrauteri “oligohidramnion” dengan criteria : jumlah kurang dari 200 cc,kental,dan
bercampur dengan mekonium.

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui asuhan kebidanan pada masalah oligohidramnion dan
manajemennya dalam asuhan kebidanan

1.2.2 Tujuan Khsusus


Agar dapat mengetahui mengenai :
a. pengertian oligohidramnion
b. penyebab terjadinya oligohidramnion
c. tanda dan gejala oligohidramnion
d. patofisiologi oligohidramnion
e. hal yang dapat dilakukan ibu hamil yang menderita oligohidramnion
f. Prognosis oligohidramnion
g. Penatalaksanaan oligohidramnion
h. konsep manajemen asuhan kebidanan oligohidramnion
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Teoritis Oligohidramnion


2.1 Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu
kurang dari 500 cc.
Oligohidramnion adalah kondisi di mana cairan ketuban terlalu sedikit, yang
didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI (amniotic fluid index)) di bawah
persentil. Volume cairan ketuban meningkat selama masa kehamilan, dengan volume
sekitar 30 ml pada 10 minggu kehamilan dan puncaknya sekitar 1 L di 34-36 minggu
kehamilan.

2.2 Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Etiologi
primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi
sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.

Oligohidramnion biasanya dikaitkan dengan salah satu kondisi berikut:


a. Pecahnya membran ketuban.
b. Masalah kongenital tidak adanya jaringan ginjal fungsional atau uropatif obstetrik seperti
kondisi yang mencegah pembentukan urin atau masuknya urin ke dalam kantong ketuban
dan malformasi saluran kemih janin.
c. Penurunan perfusi ginjal yang menyebabkan produksi urin berkurang.
d. Kehamilan post-term
e. Gangguan pertumbuhan pada janin
f. Kelainan ginjal bawaan pada janin sehingga produksi urinnya sedikit. Padahal urin
termasuk sumber utama air ketuban
g. Kehamilan lewat waktu sehingga fungsi plasenta atau ari-ari menurun
h. Penyakit ibu, seperti darah tinggi, diabetes, gangguan pembekuan darah dan penyakit
otoimun seperti lupus.
2.3 Patofisiologi
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion
(cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana
cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi
tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim
menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di
dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami
kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-
paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena
kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain
pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan
tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
a. Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang
lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
b. Tidak terbentuk air kemih
c. Gawat pernafasan,

Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi.


a. Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom patter).
b. Retardasi pertumbuhan intra uterin
c. Ketuban pecah dini (24-26 minggu).
d. Sindrom paska maturitas.
2.4 Gambaran Klinis / gejala.
a. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
b. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
c. Sering berakhir dengan partus prematurus.
d. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas
e. Persalinan lebih lama dari biasanya.
f. Sewaktu his akan sakit sekali.
g. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
h. Janin mudah berpindah tempat.
i. Perlambatan tinggi fundus.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
a. USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang
sangat abnormal)
b. Rontgen perut bayi
c. Rontgen paru-paru bayi
d. Analisa gas darah.

Cara mengeceknya :
Dengan memeriksa indeks cairan ketuban, yakni jumlah pengukuran kedalaman
gambaran air ketuban di empat sisi kuadran perut ibu. Dilakukan lewat USG
(ultrasonografi). Nilai nominalnya berkisar antara 10-20 cm. Bila kurang dari 10 cm
disebut air ketuban telah berkurang. Jika kurang dari 5 cm, inilah yang disebut
oligohidramnion.
2.6 Akibat Oligohidramnion
a. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan
,keguguran,janin meninggal dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi
partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan
dinding rahim.
b. Jika terjadi pada trimester kedua kehamilan, akan amat mengganggu tumbuh kembang
janin.
c. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot,
cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery appereance).
d. Jika terjadi menjelang persalinan, meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama
kelahiran. Seperti tidak efektifnya kontraksi rahim akibat tekanan di dalam rahim yang
tidak seragam ke segala arah. Buntutnya, persalinan jadi lama atau malah “berhenti”.

2.7 Tindakan Konservatif


a. Tirah baring atau Istirahat yang cukup
b. Hidrasi.
c. Perbaikan nutrisi
d. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
e. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
f. Amnion infusion.
g. Induksi dan kelahiran.

Hal yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dengan oligohidramnion adalah :
a. Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan
b. Banyak istirahat
c. Stop merokok dan/atau jadi perokok pasif
d. Amati frekuensi gerakan atau aktivitas janin
e. Laporkan segera ke dokter jika terjadi tanda-tanda kelahiran prematur seperti
pendarahan atau keluar cairan dari vagina.

Tindakan Dokter
Jika tidak terjadi peningkatan jumlah air ketuban yang disertai dengan tanda-
tanda tidak sesuainya pertumbuhan berat janin dan terganggunya aliran darah,tali pusat
biasanya dokter akan memutuskan segera melahirkan janin.Apalagi jika ditemukan pada
kehamilan cukup bulan.

2.8 Oligohidramnion Awitan Dini


Sejumlah keadaan dilaporkan berkaitan dengan pengurangan cairan amnion
(Tabel 15-1).Oligohidramnion hamper selalu tampak jelas jika terdapat obstruksi saluran
kemih janin atau agenesis ginjal.sebanyak 15 hingga 25 % kasus yang dilaporkan
berkaitan dengan anomaly-anomali janin diperlihatkan di (Tabel 15-2).Kebocoran kronis
akibat adanya defek di membrane dapat cukup banyak mengurangi volume cairan,tetapi
umumnya segera terjadi persalinan.Terpajan inhibitor ACE juga dilaporkan berkaitan
dengan oligohidramnion.

Tabel 15-1 Keadaan yang berkaitan dengan oligohidramnion


Janin Ibu
Kelainan kromosom Insufisiensi uteroplasenta
Anomaly congenital Hipertensi
Hambatan pertumbuhan Preeklamsia
Kematian Diabetes
Kehamilan posmatur
Ketuban pecah
Plasenta Obat
Solusio Inhibitor prostaglandin sintase
Transfuse kembar-ke-kembar Inhibitor angiotensin-converting enzyme
Idiopatik

2.9 Prognosis
Prognosis janin buruk pada oligohidramnion awitan dini dan hanya separuh janin
yang hidup.Sering terjadi persalinan premature dan kematian neonatus.Oligohidramnion
dilaporkan berkaitan dengan pelekatan antara amnion dan bagian-bagian janin serta
dapat menyebabkan cacat serius termasuk amputasi.Selain itu,dengan tidak adanya cairan
amnion,janin mengalami tekanan dari semua sisi dan menunjukkan penampilan yang aneh
disertai cacat musculoskeletal seperti jari tubuh.

Tabel 15-2 Anomali Kongenital yang berkaitan dengan oligohidramnion


Sindrom pita amniotic
Jantung : tetralogi Fallot,cacat septum
Kelainan kromosom :triploidi,trisomi 18,sindom turner
Hernia diafragmatika
Kemih kelamin
Skeletal : sirenomalia,agenesis sacrum,tidak adanya radius,sumbing wajah.
Transfuse kembar-ke-kembar

2.10 Hipoplasia paru


Hipoplasia paru dilaporkan berkaitan dengan oligohidramnion awitan-dini dan
terjadi pada sekitar 15% janin oligohidramnion yang teridentifikasi selama dua trimester
pertama.pada kehamilan ini,terdapat beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan
hipoplasia paru.Pertama,penekanan toraks dapat menghambat pergerakan dinding toraks
dan pengembangan paru.Kedua,tidak adanya gerakan bernapas janin mengurangi aliran
masuk cairan ke paru.Model ketiga dan yang paling diterima mengusulkan bahwa terjadi
kegagalan menahan cairan amnion atau peningkatan aliran keluar disertai gangguan
pertumbuhan dan perkembangan paru.Oleh karena itu,jumlah cairan amnion yang
dihirup oleh janin normal berperan penting dalam pertumbuhan paru.
Komplikasi oligohidramnion dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Dari sudut maternal
Komplikasi oligohidramnion pada maternal praktis tidak ada kecuali akibat
persalinannya oleh karena :
a. Sebagian persalinannya dilakukan dengan induksi
b. Persalinan dengan tindakan operasi SC
Dengan demikian komplikasi maternal adalah trias komplikasi persalinan dengan
tindakan perdarahan,infeksi,perlukaan jalan lahir.

2. Komplikasi terhadap janinnya adalah :


a) Oligohidramnionnya menyebabkan tekanan langsung pada janin :
Deformitas janin :
1. Leher terlalu menekuk – miring
2. Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
3. Deformitas ekstremitas
4. Talipes kaki terpelintir keluar
5. Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal distress
6. Fetal distres menyebabkan makin terangsangnya nevus vagus dengan dikeluarkannya
mekonium semakin mengentalkan air ketuban.
7. Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir terjadi kesulitan bernafas
karena paru mengalami hipoplasia sampai atelektase paru.
8. Sirkulus yang sulit diatasi ini akhirnya menyebabkan kematian janin intrauteri.

b) Amniotic band
Karena sedikitnya air ketuban ,dapat menyebabkan terjadi hubungan langsung
antara membrane dengan janin sehingga dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang
janin intrauteri.Dapat dijumpai ekstremitas terputus oleh karena hubungan atau ikatan
dengan membrannya.

2.11 Diagnosis Oligohidramnion


Untuk mengetahui oligohidramnion dengan jelas dapat dilakukan tindakan
“amnioskopi” dengan alat khusus amnioskop.
Indikasi amnioskopi adalah :
a. Usia kehamilan sudah di atas 37 minggu
b. Terdapat preeclampsia-berat atau eklampsia
c. Bad obstetrics history
d. Terdapat kemungkinan IUGR
e. Kelainan ginjal
f. Kehamilan post date

Hasil yang diharapkan adalah :


a. Kekeruhan air ketuban
b. Pewarnaan dengan mekonium

Komplikasi tindakan amnioskopi adalah :


1. Terjadi persalinan premature
2. Ketuban pecah-menimbulkan persalinan premature
3. Terjadi perdarahan-perlukaan kanalis servikalis
4. Terjadi infeksi asendens

Teknik diagnosis oligohidramnion dapat mempergunakan ultrasonografi yang dapat


menentukan :
1. Amniotic fluid index (AFI) kurang dari 5 cm
2. AFI kurang dari 3 cm disebut moderate oligohidramnion
3. AFI kurang dari 2-1 cm disebutnya severe oligohidramnion

Salah satu bentuk oligohidramnion adalah akibat ketuban pecah menjelang aterm
sehingga dapat menimbulkan komplikasi serius pada janin.Untuk mengurangi tekanan
langsung otot rahim terhadap tali pusat/plasenta yang menimbulkan fetal distress
dilakukan upaya “amniotic infusion” suatu terapi yang bersifat sementara untuk
mengurangi kompresi dan ada kemungkinan untuk meningkatkan persalinan per
vaginam.

Bentuk amniotic infusion adalah :


a. Bolus amniotic infusion :
1. Berikan infus sebanyak 10-15 cc/menit sampai tercapai jumlah 800 cc
2. Tetesan dikurangi sampai terdapat tambahan 250 cc,untuk mengurangi kompresi
terhadap tali pusat dan lainnya.
Teknik bolus amniotic infusion ,dapat menurunkan kejadian fetal distress dan
meningkatkan kemungkinan persalinan pervaginam.

b. Continous amniotic infusion


1. Diberikan 10 cc/menit selama 1 jam
2. Diikuti 3 cc/menit sampai tercapai kompresi menghilang.
Amniotic infusion ada kemungkinan berhasil,tetapi jika tetap terjadi fetal
distress,peningkatan bandle tidak terjadi penurunan,maka tindakan obstetrinya adalah
dilakukan SC.

2.12 Penatalaksanaan :
a. USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang
sangat abnormal)
b. Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan
c. Banyak istirahat
d. Stop merokok dan/atau jadi perokok pasif
e. Amati frekuensi gerakan atau aktivitas janin
f. Laporkan segera ke dokter jika terjadi tanda-tanda kelahiran prematur seperti
pendarahan atau keluar cairan dari vagina.
B. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

Langkah I: Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk pengumpulan data, pengelompokan
data dan menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan keadaan klien. Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua data atau informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data – data yang di kumpulkan meliputi :
1. Data subjektif
a. Biodata atau identitas klien dan suami
Yang dikaji : nama,umur,agama,suku,pendidikan,pekerjaan dan alamat.
Gunanya adalah untuk mengenal klien dan membedakan antara pasien yang satu dengan
pasien yang lainnya.

b. Keluhan utama
Merupakan alasan utama kenapa ibu berkunjung ke BPS dan apa-apa saja yang
dirasakan ibu.
Keluhan yang dialami ibu biasanya ibu mengatakan pergerakan janin dirasakan nyeri oleh
ibu, sewaktu kontraksi terasa sakit sekali, ibu dengan kehamilan yang lewat bulan dan
mengeluh nyeri saat kontraksi.

c. riwayat perkawinan
kemungkinan ditemukan status perkawinan,umur waktu kawin,berapa lama
kawin.karena ini akan mempengaruhi kehamilan ibu.

d. Riwayat menstruasi
Yang ditanyakan disini adalah kapan HPHT untuk menentukan usia kehamilan dan
tafsiran persalinan, bagaimana siklus haid, berapa lama, berapa banyaknya, kapan
pertama kali haid dan apakah ada merasakan nyeri saat haid.

e. Riwayat obstetric
Ditanyakan tentang:
a. Kehamilan yang lalu
Untuk mengetahui ibu pernah hamil berapa kali,apakah iu mersakan mual
muntah,dll.

b. Persalinan yang lalu


Meliputi jenis persalinan,di tolong siapa,dimana dan bagaimana keadaan bayi bayi saat
lahir (PB/BB),dan apakah ada penyulit.
c. Nifas yang lalu
Kemungkinan adanya penyulit selam nifas,dan bagaimana dengan laktasinya.
f. Riwayat kehamilan sekarang
1. Kemungkinan klien merasakan mula muntah dan perdarahan.
2. Kapan klien merasakan pergerakan pertama kali.
3. Apakan pasien ada melakukan pemeriksaan sebelumnya.
4. Dan apakah pasien sudah mendapat imunisasi TT.

g. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
Kemungkinan klien pernah mengalami penyakit jantung,hipertensi,DM,dll.
2. Riwayat kesehatan sekarang:
Kemungkinan klien mengalami penyakit jantung,hipertensi,DM,dll.

h. Riwayat kesehatan keluarga


kemungkinan ada anggota keluarga menderita penyakit keturunan,penyakit menular,
riwayat kehamilan kembar,dll.

i. Riwayat kontrasepsi
kemungkinan klien pernah menggunakan kontrasepsi atau tidak.

j. Riwayat seksualitas
apakah klien ada mengalami gangguan dengan aktifitas seksualnya.

k. Riwayat social,ekonomi,dan budaya


Bagaimana hubungan klien dengan suami, keluarga, dan masyarakat. kemungkinan
ekonomi yang kurang mencukupi, dan adanya kemungkinan kebudayaan yang
mempengaruhi kesehatan klien.

l. Riwayat spiritual
kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan kepercayaan dengan baik.

m. Riwayat psikologis
kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga dengan kehamilan
ini.misalnya:takut,cemas,atau senang.

2. Data objektif
Dikumpulkan dari hasil pemeriksaan.
a. pemeriksaan umum:untuk mengetahui keadaan ibu secara umum.
b. pasien sadar akan menunjukkan tidak adanya kelainan psikologis dan kesadaran umum
juga mencakup pemeriksaan tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas yang bertujuan untuk mengetahui keadaan gizi pasien.

c. pemeriksaaan fisik
Secara inspeksi :yaitu pemeriksaan pandang dari kepala sampai kaki
a. Mata : oedema atau tidak
b. Konjungtiva : pucat atau tidak
c. Sclera : ikhterik atau tidak
d. Mulud dan gigi : lidah bersih atau tidak,gigi ada karies atau tidak
e. Leher : kelenjar tiroid ada pembesaran atau tidak,kelenjar
getah bening ada pembengkakan atau tidak.
f. Payudara : simetris atau tidak,putting susu menonjol atau tidak
g. Abdomen : ada luka bekas operasi atau tidak berapa tinggi TFU dan
apakah sesuai dengan usia kehamilan atau tidak
h. Vulva : bersih atau tidak,ada varies atau tidak,oedema atau
tidak
i. Vagina : ada pengeluaran dari vagina atau tidak
j. Anus : ada haemoraid atau tidak
k. Ekstremitas : ada kelainan atau tidak

Secara palpasi
: Untuk menentukan TFU,apa kemungkinan yang terdapat di
fundus,mis:kepala,bokong atau yang lainnya.
: Untuk menentukan apa yang terdapat pad bagian kiri dan
kanan perut klien,kemungkinan teraba punggung,anggota gerak,bokong atau kepala.
: Untuk menentukan apa yang teraba pada bagian terbawah
dari perut ibu,kemungkinan teraba kepala,bokong atau yang lainnya.
: Untuk menentukan sejauh mana kepala masuk ke rongga
panggul ibu dan seberapa masuknya dihititung dengan perlimaan.
Data fokus dihasilkan pemeriksaan palpasi : janin teraba jelas, tinggi fundus uteri lebih
kecil dan uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan, Djj terdengar lebih jelas, janin
mudah berpindah tempat.

Secara auskultrasi
Kemungkinan terdengar DJJ, berapa frekuensinya, teratur atau tidak, bagaimana
intensitasnya dan dimana punctum maximumnya.

Secara perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan kekurangan vitamin B
dan penyakit syaraf.

d. pemeriksaan tafsiran TBBJ


Kemungkinan BB janin normal atau tidak dengan menggunakan rumus:
(TFU dalam Cm – 13 ) x 155

3. Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan labor)


USG (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang
sangat abnormal)

Langkah II : Interprestasi data dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas data- data yang
telah di kumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan di interprestasikan menjadi
masalah atau diagnosa yang spesifik . rumusan diagnosis dan masalah keduanya
digunakan karena masalah tidak dapat di defenisikan seperti diagnosis tetapi tetap
membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang dialami pasien
yang di identifikasi sesuai dengan hasil pengkajian. Beberapa masalah tidak dapat di
selesaikan seperti diagnosis tetapi sebenarnya membutuhkan penanganan yang di
tuangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
Dalam inteprestasi data ada 3 komponem penting yang terdapat di dalamnya,yaitu:
a. Diagnosa
Ibu hamil G…P…A…H… aterm, usia kehamilan …..minggu janin hidup, tunggal, letak
kepala, intrauterine, keadaan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik
dengan kejadian oligohidramnion
Dasar : HPHT, TP, gerakan janin menimbulkan rasa nyeri pada ibu, ketuban yang
berkurang yang dapat diketahui dari USG hasil pemeriksaan sitologi vaginal, hasil
amnionskopi, pembesaran uterus lebih kecil dari usia kehamilan.

b. Masalah
Kemungkinan masalah yang akan timbul adalah nyeri pada perut.
Dasar : pergerakan anak yang tidak optimal karena kurangnya cairan ketuban.

c. Kebutuhan
1. berikan dukungan psikologis kepada ibu dan keluarga.
Dasar : keadaan kehamilan ibu yang bermasalah.
2. Tirah baring atau Istirahat yang cukup.
Dasar : berbaring membuat sirkulasi oksigen ke otak lebih lancar sehingga ibu tidak
mengalami nafas.
3. Hidrasi.
Dasar : kebutuhan cairan yang cendrung meningkat pada ibu hamil.
4. Nutrisi.
Dasar : ibu membutuhkan asupan gizi yang cukup .
5. Pemantauan kesejahteraan janin.
Dasar :cairan amnion yang sedikit membuat janin sukar beraktifitas.

Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa potensial


Pada langkah ini kita lakukan identifikasi masalah atau diagnose potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah di identifikasi. Langkah ini
membutuhkan identifikasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil melakukan
pengamatan pada klien,dan bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose atau
masalah potensial ini benar-benar terjadi.Kemungkinan masalah yang akan timbul
adalah:

Gangguan tumbuh kembang janin.


Dasar : janin tidak dapat melakukan gerakan yang bebas karena cairan amnion yang
kurang.

Terjadi cacat bawaan pada janin


Dasar : karena tekanan pada tubuh janin

Tidak efektifnya kontraksi rahim pada saat persalinan


Dasar : akibat tekanan di dalam rahim yang tidak seragam ke segala arah.

Terjadinya partus prematurus


Dasar : janin mengalami tekanan dari dinding rahim.

Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain yang sesuai
dengan kondisi klien.kemungkinan tindakan segera pada kasus kehamilan dengan
oligohidramnion antara lain :
a. Gawat janin
Tindakan yang dilakukan jika terjadi gawat janin :
1) Posisi tidur ibu miring kekiri
2) Pemberian O₂ 6 liter per menit
3) Pemberian cairan oral maupun parenteral (infuse dextrose 10 % tetesan cepat )
b. Kolaborasi dengan tim medis untuk rencana asuhan lanjutan.
Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua belah pihak baik dan maupun
klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan dengan efektif.Semua keputusan harus
bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi yang berlaku tentang apa yang
akan dan tidak dilakukan.
Perencanaan tindakan yang mungkin dilakukan antara lain:
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini
2. Beritahu keluarga bahwa ibu membutuhkan perhatian yang intensif
3. Berikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga
4. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
5. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan perkerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan
sebelum hamil
6. Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu
7. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang berserat
8. Waspadai adanya komplikasi dalam kehamilan polihidramnion
9. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG atau amnioscopi
10. Jadwalkan kunjungan ulang
11. kolaborasi dengan dokter kandungan
12. Jika terjadi masalah yang serius segera rujuk ibu.

Langkah VI : Melaksanakan perencanaan


Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan dan sebagian oleh klien,atau anggota tim kesehatan lainnya.Jika bidan tidak
melakukan sendiri,ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya.Bila bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut.Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Beberapa tindakan yang mungkin dapat dilakukan antara lain :
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini
2. Memberitahu keluarga bahwa ibu membutuhkan perhatian yang intensif
3. Memberikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
5. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan perkerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan
sebelum hamil
6. menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu
7. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang berserat
8. Waspadai adanya komplikasi dalam kehamilan polihidramnion
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG atau amnioscopi
10. Menjadwalkan kunjungan ulang
11. Kolaborasi dengan dokter kandungan
12. Jika terjadi masalah yang serius segera rujuk ibu
Langkah VII:Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan, dari hasil pelaksanaan
perencanaan dapat diketahui keefektifan dari asuhan yang telah diberikan dan
menunjukkan perbaikan kondisi apabila janin ataupun ibu sempat mengalami masalah
yang harus segera ditangani.
Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan :
a. Tercapai seluruh perencanaan tindakan
b. Tercapai sebagian dari perencanaan tindakan sehingga dibutuhkan revisi.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Oligohidramnion adalah kondisi di mana cairan ketuban terlalu sedikit, yang
didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI (amniotic fluid index)) di bawah
persentil.atau suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari
500 cc.Gejalanya yaitu,uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan,ibu merasa nyeri di
perut pada setiap pergerakan anak,bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan
kelima dan terdengar lebih jelas,bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan
tidak ada yang keluar.

2. Saran
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diperlukan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.Rustam Mochtar,MPH :Sinopsis Obstetri edisi 2


Prof.dr.I.B.G.Manuaba,Sp.OG(K) :Kuliah Obstetri
Keeneth J.Leveno dkk : Obstetri William
Helen varney dkk : Buku saku bidan

Anda mungkin juga menyukai