Anda di halaman 1dari 31

OBSTETRI SOSIAL

Gravida 2, Para 1, Abortus 0, Hidup 1 parturien 39-40 minggu kala 1 fase l aktif
memanjang + IUGR. Janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala

Disusun oleh :
Annisa Tiqi Faizalia (4151171542)
Soraya Ulfah (4151171543)
Herdian Sudiartono (4151171544)
Ajeng Eza Yuniar (4151171548)

Pembimbing
dr. Lina Marlinawati.,Sp.OG.M.Kes

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN
CIMAHI 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini sebagai tugas
kepaniteraan di bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Jenderal Ahmad Yani.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai “Gravida 2, Para 1,
Abortus 0, Hidup 1 parturien 39-40 minggu kala 1 fase l aktif memanjang +
IUGR. Janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala”
Tak lupa dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih
yang tidak terhingga kepada :
1. H. Undang Gani, dr., Sp.OG. Selaku Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Lina Marlinawati, dr., Sp.OG.M.Kes selaku dosen pembimbing.
3. Teman-teman sejawat dokter muda Fakultas Kedokteran Unjani yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu pelaksanaan sehingga dapat berjalan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu. Oleh karena
itu kritik dan saran sangatlah penulis harapkan untuk kesempurnaan proses
pembelajaran ini dan mohon maaf atas segala kekurangannya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun
dan bagi semua pihak yang membacanya.
Cimahi, September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………..............i

Daftar Isi…………………………………………………………....ii

BAB I Pendahuluan...………………………………...…………….1

BAB II Tinjauan Pustaka........……………………………….........4

2. 1 Definisi …………………….……………………..........4

2.2 Klasifikasi………..………………………………………4

2. 3 Epidemiologi ……….……………………………......…4

2. 4 Faktor Risiko............... ………………………………...5

2.5 Kriteria Diagnosis ….…………………………………….5

2. 6 Patofisiologi …………………………………..………..7

2. 7 Penatalaksanaan …………………………………...…….8

BAB III Tinjauan Kasus............…………………………………10

BAB IV Kronologi Kejadian..........………………………………16

BAB V Kesimpulan............………………………………...........17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………....18

3
BAB I
PENDAHULUAN

Secara global, menurut World Health Organization angka kematian bayi dari
tahun 1990 terdapat 65 kematian dari 1000 kelahiran hingga 29 kematian dari
1000 kelahiran pada tahun 2017. Sekitar 47% kematian terjadi pada bayi baru
lahir dan sekitar 31,6% terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah.1
Berat badan lahir rendah dapat dikaitkan dengan kurang masa kehamilan.
Kurang masa kehamilan (KMK) menunjukan bahwa berat badan lahir bayi tidak
sesuai denga usia kehamilan atau dibawah persentil ke 10. KMK juga sering
dihubungkan dengan intrauterine growth restriction (IUGR). Insidensi IUGR
terjadi enam kali lebih tinggi pada negara berkembang dibandingkan negara maju
dan bisa terjadi lebih tinggi pada negara dengan ekonomi menengah ke bawah
termasuk Indonesia.2
Di Indonesia, pada tahun 2004 – 2005 dilakukan penelitian pendahuluan di
empat senter fetomaternal didapatkan 571 kurang masa kehamilan dalam 14.702
persalinan atau rata-rata 4,40%.3
Morbiditas dan mortalitas perinatal kehamilan dengan IUGR lebih tinggi
daripada kehamilan yang normal. Maka dari itu, perlunya pemantauan ibu dan
janin secara berkala dimulai dari trimester awal kehamilan. Pada awal kehamilan
dapat ditentukan usia kehamilan yang tepat, pemeriksaan janin untuk melihat
kelainan yang dapat terjadi, dan pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan
untuk mencegah IUGR atau komplikasi yang dapat terjadi.4

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Intrauterine Growth Restriction


IUGR atau Intrauterine Growth Restriction merupakan janin yang
diperikirakan memiliki berat badan kurang dari persentil ke 10 terhadap usia
kehamilannya dan abdominal circumference di bawah persentil ke 2,5.4 IUGR
tidak sama dengan KMK. IUGR menunjukkan terhambatnya potensi pertumbuhan
secara genetik yang patologis, sehingga didapatkan adanya bukti-bukti gangguan
pada janin seperti gambaran Doppler yang abnormal, dan berkurangnya volume
cairan ketuban. Dengan demikian, IUGR adalah ketidakmampuan janin
mempertahankan pertumbuhan yang diharapkan sesuai dengan kurva
pertumbuhan yang telah terstandarisasi dengan atau tanpa adanya KMK.3

2.2. Klasifikasi Intrauterine Growth Restriction


Klasifikasi IUGR dibagi menjadi tiga macam yaitu asimetris (malnourished
babies), simetris (hypoplastic small for date), dan campuran. IUGR simetris
adalah janin yang secara proporsional berukuran badan kecil.2 Gangguan
pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu yang sering
disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi. Selain itu, IUGR asimetris
adalah janin yang berukuran badan tidak proporsional, gangguan pertumbuhan
janin terjadi pada kehamilan trimester III, sering disebabkan oleh insufisiensi
2,3
plasenta. Sementara itu, pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase yaitu fase
pertama merupakan fase hiperplasia yang terjadi dalam 16 minggu pertama dan
ditandai dengan peningkatan jumlah sel. Fase kedua yaitu terjadinya hyperplasia
dan hipertrofi sampai usia kehamilan 32 minggu. Fase ketiga yaitu fase setelah
usia kehamilan 32 minggu terjadi pertumbuhan janin hipertrofi sel dan akumulasi
lemak dan glikogen janin.5
Jika faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada awal kehamilan, saat
hiperplasia (biasanya karena kelainan kromosom dan infeksi), akan menyebabkan
IUGR yang simetris. Jumlah sel berkurang dan secara permanen akan

5
menghambat pertumbuhan janin dan prognosis jelek. Penampilan klinis berupa
proporsi tubuh yang tampak normal karena berat dan panjang sama-sama
terganggu, sehingga indeks ponderal normal. Jika faktor yang menghambat
pertumbuhan terjadi pada saat kehamilan lanjut, yaitu saat fase hipertrofi
(biasanya akibat gangguan fungsi plasenta, misal pada preeklampsia), akan
menyebabkan  ukuran sel berkurang, menyebabkan IUGR asimetris yang
mempunyai prognosis lebih baik. Lingkaran perut kecil, skeletal dan kepala
normal, dan indeks ponderal abnormal.2,3
Pada negara berkembang biasanya terjadi IUGR yang campuran. Janin yang
memiliki tipe campuran memiliki jumlah sel yang lebih sedikit dan lebih kecil.
Janin dengan IUGR tipe campuran akan memiliki tanda klinis yang sama dengan
IUGR tipe asimetris dan simetris pada saat lahir.2

Tabel 2.1 Perbedaan Klasifikasi IUGR2


Karakterisitik IUGR Tipe Simetris IUGR Tipe Asimetris
Periode terjadinya Earlier gestation Later gestation
Insidensi 20%-30% 70%-80%
Etiologi Penyakit genetic atau Insufisiensi uteroplasenta
infeksi intrinsik pada janin

Skrining antenatal (head Berkurang secara Penurunan abdominal


circumference, abdominal proposional circumference, normal
circumference, biparietal pada biparietal diameter,
diameter, femur length) head circumference dan
femur length
Jumlah sel Menurun Normal
Ukuran sel Normal Menurun
Antropomteri postnatal Berkurang pada semua Berat badan berkurang
(weight, length, head parameter sedangkan panjang badan
circumference) dan head circumference
normal (Brain sparing
growth)
Perbedaan head Kurang dari 3cm Lebih dari 3cm
circumference dan chest
circumference pada IUGR
cukup bulan
Indeks Ponderal Normal (lebih dari 3) Kurang (kurang dari 2)
Prognosis Buruk Baik
2.3 Epidemiologi Intrauterine Growth Restriction

6
Insidensi IUGR terjadi enam kali lebih tinggi pada negara berkembang
dibandingkan negara maju dan bisa terjadi lebih tinggi pada negara dengan
ekonomi menengah ke bawah. Insidensi IUGR dibedakan berdasarkan negaram
populasi, ras, dan meningkat dengan kurangnya usia kehamilan. Pada Asia, angka
kejadian berat badan lahir rendah sangatah tinggi, seperti Bangladesh, India,
Pakistan, Sri Lanka, Cambodia, Vietnam, Philippines, Indonesia, Malaysia,
Thailand, dan People’s Republic of China (PRC).2
Di Indonesia, pada tahun 2004 – 2005 dilakukan penelitian pendahuluan di
empat senter fetomaternal didapatkan 571 kurang masa kehamilan dalam 14.702
persalinan atau rata-rata 4,40%.3
Morbiditas dan mortalitas perinatal kehamilan dengan IUGR lebih tinggi
daripada kehamilan yang normal. Morbiditas perinatal yaitu prematuritas,
oligohidramnion, DJJ yang abnormal, meningkatkan angka SC, asfiksia
intrapartum, skor APGAR yang rendah, hipoglikemia, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia, hipotermia, apnea, kejang dan infeksi.3
Mortalitas perinatal dipengaruhi beberapa faktor, termasuk derajat keparahan
IUGR, saat terjadinya IUGR, umur kehamilan dan penyebab dari IUGR. Makin
kecil persentil berat badannya makin tinggi angka kematian perinatalnya. Pola
kecepatan pertumbuhan bayi KMK bervariasi. Pertumbuhan tinggi badan dan
berat badan bayi preterm KMK yang IUGR lebih ketinggalan dibanding bayi
preterm Appropriate for Gestational Age (AGA) yang tidak IUGR. Bukti
epidemiologis menunjukkan adanya SGA dengan meningkatnya risiko dari
kejadian kadar lipid darah yang abnormal, diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung iskemik pada masa dewasa (hipotesis Barker).3

2.4. Faktor Risiko Intrauterine Growth Restriction


Faktor risiko Intrauterine Growth Restriction atau biasa disebut pertumbuhan
janin terhambat harus dapat diberdakan dengan berat bayi lahir rendah, diperlukan
pengamatan yang seksama mengenai faktor risiko. Skrining berdasarkan faktor
risiko klinis telah secara rutin diterapkan oleh para ahli. Faktor risiko Intrauterine
Growth Restriction tersebut antara lain. Lingkungan sosio-ekonomi rendah,

7
riwayat IUGR dalam keluarga sebelumnya, riwayat obstetri yang buruk, berat
badan sebelum hamil dan selama kehamilan yang rendah, komplikasi obstetri
dalam kehamilan, dan komplikasi medik dalam kehamilan.5,6
Etiologi Intrauterine Growth Restriction dapat terjadi akibat dari faktor
maternal, fetal dan plasental. Faktor maternal sendiri dapat terjadi jika riwayat
berat badan lahir rendah atau IUGR pada persalinana sebelumnya, ibu yang kecil
atau berat badan ibu yang rendah sebelum hamil, gizi maternal buruk (<1500
kalori / hari) 9, status sosioekonomi buruk, merokok, alkohol dan narkoba, usia
maternal ekstrim <16 tahun atau >35 tahun, dan anemia.7,8
Faktor dari fetus yang dapat menyebakan IUGR adalah infeksi kongenital
seperti CMV, sifilis, rubela, varisela, toksoplasma, tuberkulosis, HIV, malaria
kongenitl. Kelianan kongenital seperti aneuploidi trisomy, Sindrom genetik atau
kelainan fetal. Faktor plasenta sendiri dapat mengakibatkan IUGR jika terjadi
insufisiensi vaskuler plasenta, infark villi, regresi korion, malformasi uterus
mayor.5
Pertumbuhan janin terjadi akibat proses pertumbuhan jaringan dan organ,
diferensiasi dan maturasi yang berkesinambungan. Perkembangan tersebut sangat
ditentukan oleh penyediaan substrat itu sendiri yaitu oleh ibu, kemudian
pengaliran substrat yaitu plasenta dan potensi pertumbuhna janin yang
dipengaruhi genom.5
Tabel 2.2 Faktor Risiko Intrauterine Growth Restriction

2.5. Kriteria Diagnosis

8
Intrauterine Growth Restriction adalah keadaan dengan berat badan janin
kurang atau sama dengan 10 persentil menurut grafik Lobckenko dan jika pada
pemeriksaan USG didapatkan lingkar perut kurang atau sama dengan 5 persentile
atau pembandingan rasio panjang paha dengan lingkar perut dari 24.5,6
Tidak semua bayi yang berukuran kecil adalah IUGR. Oleh sebab itu,
dibutuhkan diagnosis yang tepat untuk memastikan kondisi ini. Pemeriksaan
diawali dengan menentukan usia janin secara tepat. Pertama yang dapat dilakukan
adalah skrining atau test penapisan. Penetuan awal usia kehamilan, perhatikan
penambahan berat badan dan pengukuran tinggi fundus secara serial. Perkiraan
usia kehamilan janin didapatkan dengan mengetahui hari pertama pada menstruasi
terakhir sang ibu hamil. Setelah itu, saat janin berusia delapan hingga 13 minggu,
dokter akan memastikannya kembali melalui pemeriksaan USG. Setelah usia janin
diketahui secara pasti, dokter akan membandingkan pertumbuhannya dengan
rentang pertumbuhan normal. Jika pertumbuhan janin lebih lambat dari
seharusnya, dokter akan terus memantau pertumbuhannya sambil melakukan
beberapa tes untuk mendiagnosis IUGR.5,6
Kurang lebih 80-85% bayi KMK adalah bayi kecil yang sehat, 10-15%
diantaranya barulah IUGR yang sesungguhnya dan sisanya (5-10%) adalah janin
dengan kelainan kromosom, cacat bawaan atau infeksi intrauterin.5,8
Pengukuran tinggi fundus uteri yang dilakukan secara serial cukup akuran
untuk mendeteksi janin dengan kurang masa kehamilan walaupun dalam
menghitung tinggi fundus hanya mampu mengindentifikasi dengan benar sebeasar
40%. Pengukuran tinggi fundus serial ini dilakukan pada usia antar 18-30 minggu
dan apabia pengukurannya lebih 2 – 3 cm dari tinggi fundus yang diharapkan
maka dapat dicurigai terjadinya pertumbuhan janin yang tidak semestinya.5,8

2.6. Patofisiologi
Penyebab dari IUGR biasanya terdiri dari multifactorial. Seperti yang
sebelumnya sudah dibahas, yaitu gangguan fungsi maternal yaitu berkurangnya
suplai oksigen dan / atau asupan gizi, faktor plasenta dan faktor janin yaitu :
penurunan kemampuan janin untuk menggunakan asupan gizi. Plasenta

9
memainkan peranan penting dalam dua kategori yang pertama. Perkembangan
abnormal, berkurangnya perfusi, dan disfungsi vili-vili plasenta sering
mengakibatkan aliran darah fetomaternal terganggu sehingga dalam waktu yang
cukup lama dapat menyebabkan IUGR.5
Peran plasenta yang sangat penting ini dapat terganggu dari awal terentuknya
plasenta. Penelitian terkenal yang dilakukan Lin dan Santolaya telah membagi
pertumbuhan sel menjadi kedalam tiga fase, Fase awal adalah hiperplasia atau
proliferasi dimana penambahan jumlah sel terjadi sangat cepat yaitu proses secara
mitosis janin dan plasenta. Hal ini terjadi sejak permulaan perkembangan janin
sampai usia kehamilan 16 minggu.5,6
Fase kedua adalah hiperplasia dan hipertrofi selularyaitu proses terjadi
penurunan mitosis sel dan peningkatan ukuran sel. Hal ini berlangsung sampai
usia kehamilan 32 minggu. Fase Hipertropi terjadi peningkatan kecepatan
pertambahan ukuran sel, akumulasi jaringan lemak, otot dan jaringan ikat, dimana
puncak kecepatan pertambahan ukuran sel terjadi pada usia kehamilan 33
minggu.5
Pertumbuhan janin terhambat menunjukkan terhambatnya potensi
pertumbuhan secara genetik yang patologis, sehingga didapatkan adanya bukti-
bukti gangguan pada janin seperti gambaran Doppler yang abnormal, dan
berkurangnyavolumecairan ketuban. Pada plasenta dari ibu dengan indeks masa
tubuh (IMT) yang rendah, sedikit penambahan berat badan selama kehamilan
dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan janin. Kekurangan penambahan berat
badan khususnya di trimester kedua akan berdampak pada penurunan berat badan
lahir. Sedangkan peningkatan berat badan yang direkomendasikan menurut
Workshop Report dari National Research Council dan Institute of Medicine
(IOM) dengan ibu yang memiliki berat badan sebelum hamil <18,5 kg/m2 adakah
12,5 kg – 18 kg yang seharusnya menjadi target peningkatan berat badan.
Kurangnya nutrisi pada ibu menyebabkan kurangnya nutrisi untuk janin sehingga
janin tidak menerima nutrisi dan oksigen yang cukup. Padahal, nutrisi dan oksigen
adalah dua hal yang sangatlah penting untuk pertumbuhan organ tubuh serta
jaringannya.5,6

10
Gambar 2.1 Patogenesis Intrauterine Growth Restriction

2.7 Komplikasi
Komplikasi segera yang dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan IUGR
pada dasarnya sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian pada janin
akibat asfiksia. Selain itu pada bayi dengan IUGR dapat meningkatkan risiko
kegagalan organ dan menjadi rentan terhadap infeksi. Kematian janin dapat terjadi
akibat disfungsi plasenta sehingga terjadi hipoksia yang berkepanjangnya dan
tidak segera ditangani sehingga janin mengalami asfiksia. Komplikasi yang
tersering jujga adalah hipotermi, hipoglikemia maupun hiperglimemia,
hipokalsemia, leukoneutropenia, PPHN (persistent pulmonary hypertension),
syndrome gawat nafas akibat aspirasi mekonimum, gangguan pada renal dll.2

11
Gambar 2.2 Komplikasi segera Intrauterine Growth Restriction

Komplikasi bayi yang lahir dengan riwayat IUGR atau pertumbuhan


sewaktu janinnya terganggu yang akan datang menurut penelitian oleh Barker
dimana telah di observasi pada bayi yang lahir pada tahun 1920 dan 1930 dengan
berat badan yang rendah ketika dewasa mereka memiliki insidensi untuk
terjadinya penyakit jantung, diabetes mellitus, hyperinsulinemia dan
hiperkolesterolemia. Selain itu untuk risiko dewasanya jatuhnya menjadi
gangguan mental meningkat seperti yang digambarkan pada gambar 2.2

2.8. Penatalaksanaan
Pada kehamilan dengan dugaan IUGR, pemantauan janin harus dilakukan
secara periodik meliputi Doppler velocimetry, ultrasonografi, dan pemeriksaan
denyut jantung janin. The American College of Obstetricians and Gynecologists
merekomendasikan kehamilan dengan IUGR dan memiliki risiko untuk
melahirkan sebelum 34 minggu dapat diberikan kortikosteroid untuk pematangan
paru.5

12
Gambar 2.. Algoritma Penanganan IUGR

2.7.1 Penatalaksanaan pada Kehamilan Aterm


1. Pemantauan Janin (Surveillance)
Telaah sistematis dan metaanalisis menunjukkan bahwa pemeriksaa USG
Doppler pada arteri umbilikalis pada kehamilan risiko tinggi mengurangi
morbiditas dan mortalitas perinatal. IR (Resisten Indeks) arteri umbilikalis
merupakan peramal luaran perinatal yang jelek seperti KMK (Kecil Masa
Kehamilan), skor Apgar yang rendah, KTG (Kardiotokografi) yang abnormal dan
ph tali pusat yang rendah (Peringkat bukti II). KMK dengan gambaran Doppler
arteri umbilikalis yang normal menunjukkan bahwa janin tersebut adalah janin
KMK yang normal (Peringkat bukti II). IP, rasio S/D dan IR memiliki sensitifitas
79%, spesifisitas 93%, PPV 83% dan NPV 91% Kappa Index 73% (Peringkat
bukti II). 14 ICA < 5 cm, indeks kantung terdalam < 2 cm memiliki kaitan dengan
meningkatnya risiko skor apgar <7 pada 5 menit pertama kelahiran (RR:5,2;95%
CI:2,4-11,3) (Peringkat bukti I).9

13
Menurunnya ICA juga berkaitan dengan meningkatnya mortalitas
perinatal dibanding dengan kontrol (Peringkat bukti III). 14 Skor profil biofisik
pada kehamilan risiko tinggi mempunyai NPV yang baik. Pada profil biofisik
yang normal jarang terjadi kematian janin. Profil biofisik tidak direkomendasikan
untuk pemeriksaan rutin pada kehamilan risiko rendah. Profil biofisik pada
kehamilan risiko tinggi barulah dikerjakan jika gambaran Doppler arteri
umbilikalis abnormal dan mempunyai NPV yang baik. Profil biofisik jarang
abnormal jika gambaran Doppler arteri umbilikalis normal (Peringkat bukti IB).
Profil biofisik ini efektif untuk meramalkan luaran perinatal, FNR 0,8 per 1000,
NPV 99,9% dan FPR 40-50%. Berbeda dengan NST dan profil biofisik, efektifitas
pemantauan janin dengan cara Doppler velocimetry arteri umbilikalis pada
kehamilan risiko tinggi akan meningkatkan luaran perinatal. Hal ini telah
dibuktikan dengan metaanalisis, terutama pada IUGR karena preeklampsia. 9

2.7.2 Penatalaksanaan Persalinan


Jika End Diastolic (ED) masih ada, persalinan ditunda sampai umur
kehamilan 37 minggu. Kapan saat terminasi kehamilan dengan IUGR sangat
bervariasi. OR untuk AEDF atau REDF untuk kematian perinatal masing-masing
4,0 dan 10,6 dibanding dengan jika End Diastole Flow masih ada. Insiden RDS
dan NEC tidak meningkat pada AEDF atau REDF, tetapi meningkatkan
perdarahan otak, anemia atau hipoglikemia (Peringkat bukti IIA). 14 Jika
didapatkan AEDF atau REDF maka pemantauan janin harus ketat. Jika
didapatkan pemantauan lain (profil biofisik, venous Doppler) abnormal maka
segera dilakukan terminasi kehamilan. Jika umur kehamilan > 34 minggu,
meskipun yang lain normal, terminasi perlu dipertimbangkan. Pemberian
kortikosteroid dapat dipertimbangkan bila umur kehamilan < 36 minggu untuk
mengurangi kejadian RDS (Peringkat bukti IA). Persalinan dilakukan di rumah
sakit dengan fasilitas resusitasi yang memadai dan sumber daya manusia yang
berpengalaman. 14 Saat ini belum cukup banyak data yang menunjang mengenai
bagaimanakah metode persalinan yang terbaik untuk kasus KMK. Di 4 senter
Fetomaternal di Indonesia, sebanyak 66,2% janin KMK lahir pervaginam, sisanya

14
secara seksio sesaria. Di RS Dr. Soetomo Surabaya persalinan pervaginam 66%,
seksio sesaria 34%. Pada kasus IUGR asimetris, terminasi kehamilan dilakukan
dengan seksio sesaria apabila skor pelvik <5, dan dapat pervaginam apabila skor
pelvik Bishop > Terminasi kehamilan pada IUGR segera dilakukan apabila janin
termasuk IUGR berat, gambaran Doppler velocimetry a atau v umbilikalis
abnormal (IP 1,8) yang disertai AEDF/REDF, ICA 4, profil biofisik abnormal,
gambaran deselerasi lambat pada KTG, dan gambaran Doppler a. Uterina, MCA,
DV abnormal Terapi Lain Bed rest masih dipertanyakan manfaatnya, tidak ada
perbedaan luaran janin antara perawatan bed rest dengan perawatan jalan. Bed rest
justru dapat menyebabkan tromboemboli. 33 Terapi nutrisi dengan diet tinggi
protein, balanced energy/protein supplementation (protein < 25% energi total)
dikatakan dapat mengurangi IUGR. Pemberian oksigen, dekompensasi abdomen
dan pemberian obat-obatan seperti channel blocker, beta mimetic dan magnesium
belum memiliki bukti ilmiah yang kuat dalam mencegah IUGR. 33 Meta analisis
yang melibatkan ibu hamil membuktikan bahwa pemberian aspirin dapat
mengurangi kejadian IUGR tetapi tidak meningkatkan luaran perinatal. Pemberian
aspirin pada kehamilan risiko tinggi tidak mengurangi kejadian IUGR tetapi
mengurangi angka preterm. Menurut The Cochrane Library, Issue 3, 2005, bed
rest, nutrisi, oksigen, betamimetic, Ca channel blocker dan hormon belum
memiliki cukup bukti mengenai efeknya untuk pengobatan kehamilan dengan
janin KMK. 9

2.7.3 Penatalaksanaan pada Kehamilan Preterm


Hal pertama yang harus diperhatikan pada penatalaksanaan IUGR pada
usia kehamilan < 32 minggu adalah bagaimana klasifikasi IUGR berdasarkan
etiologi seperti infeksi, adanya kelainan bawaan, atau penurunan sirkulasi feto-
plasenter. Setelah melakukan klasifikasi berdasarkan etiologi, maka harus
ditentukan tipe IUGR apakah termasuk tipe simetris atau asimetris. Kemudian
dilakukan penatalaksanaan terhadap semua kondisi maternal seperti mengurangu
stress, meningkatkan asupan nutrisi, mengurangi rokok dan/atau narkotika, dan
anjurkan istirahat tidur miring. Setelah digali berdasarkan anamnesis, maka

15
dilakukan pemeriksaan USG untuk evaluasi pertumbuhan dan Doppler
velocimetry arteri umbilikalis setiap 3 minggu sampai usia kehamilan 36 minggu
atau sampai timbul keadaan oligohidramnion dan dilakukan pemeriksaan profil
biofisik setiap minggu termasuk NST, diikuti dengan NST saja pada minggu yang
sama. 9
Jika ditemukan keadaan seperti ICA < 2,5 persentil dengan Doppler
velocimetry arteri umbilikalis normal dan Doppler velocimetry arteri umbilikalis
hilang (AEDF) atau terbalik (REDF), maka pasien memerlukan pemanatauan
ketat di rumah sakit. Jika pada pasien ditemukan keadaan seperti Anhydramnion
(tidak ada poket) pada usia kehamilan 30 minggu atau lebih, adanya deselerasi
berulang, selama 2 minggu tidak ada pertumbuhan janin dan paru janin sudah
matang, dan pada pemeriksaan Doppler velocimtery adanya AEDF atau REDF,
maka sudah terpenuhi syarat untuk dilakukan terminasi kehamilan segera. 9
Secara garis besar, perawatan konservatif pada kehamilan <32 minggu
sangatlah kontroversial karena diragukan manfaatnya, sehingga sebagian besar
kasus berakhir dengan terminasi kehamilan. 2. Usia Kehamilan > 32 minggu
Sama seperti kehamilan <32 minggu, pemantauan janin IUGR pada usia
kehamilan 32 minggu harus berdasarkan klasifikasi IUGR. Setelah melakukan
klasifikasi berdasarkan etiologi, maka harus ditentukan tipe IUGR apakah
termasuk tipe simetris atau asimetris. Kemudian terapi semua keadaan maternal
seperti mengurangi stress, meningkatkan asupan nutrisi, mengurangi rokok
dan/atau narkotika, dan anjurkan istirahat tidur miring. Setelah digali berdasarkan
anamnesis, maka dilakukan pemeriksaan USG untuk evaluasi pertumbuhan dan
Doppler velocimetry arteri umbilikalis setiap 3 minggu pemeriksaan profil
biofisik setiap minggu termasuk NST, diikuti dengan NST saja pada minggu yang
sama. Jika ditemukan keadaan seperti ICA 5 cm atau profil biofisik yang
equivokal (6/10) pasien memerlukan perawatan di rumah sakit untuk dilakukan
observasi ketat. 22 Jika pada pasien ditemukan keadaan seperti oligohidramnion
(ICA < 5 cm), umur kehamilan 36 minggu atau lebih, Oligohidramnion pada usia
kehamilan < 36 minggu dikombinasi dengan Doppler velocimetry arteri
umbilikalis, adanya abnormalitas Doppler velocimetry a. umbilikalis seperti:

16
Doppler velocimetry a. umbilikalis REDF setelah 32 minggu, Doppler
velocimetry a. umbilikalis AEDF setelah 34 minggu, jika AEDF pada < 34
minggu, maka penilaian profil biofisik dilakukan dua kali seminggu,. AEDF dan
NST abnormal dan AEDF dan oligohidramnion, merupakan beberapa indikasi
dilakukannya terminasi segera. Pemeriksaan profil biofisik dikatakan abnormal
apabila kurang atau sama dengan 4/10, dan jika profil biofisik equivokal (6/10),
pasien dapat diobservasi dan pemeriksaan diulangi 4-6 jam, jika hasilnya masih
equivokal maka kehamilan segera diterminasi. Secara garis besar, pada usia
kehamilan minggu perawatan konservatif masih dapat dipertimbangkan. 9

Gambar 2.4 Bagan Skrining untuk Fetus dengan KMK

2.7.4 Pencegahan IUGR


Pada orang dewasa, nutrisi sebelum kehamilan, berat badan sebelum kehamilan,
kemiskinan, jarak antar kehamilan merupakan suatu penentu yang krusial bagi
pertumbuhan janin pada negara yang berekonomi menengah ke bawah. Intervensi
sosial berpengaruh pada nutrisi wanita, mencegah kekerasan pada wanita
(menghindari diskrimasi dan membuat nutrisi wanita lebih baik, dan mengobati

17
penyakit kronik dan penyakit yang diperberat oleh kehamilan dapat memberika
efek positif terhadap angka keadaan IUGR pada negara berkembang. 2

Gambar 2.5 Bagan Penanganan Bayi dengan KMK

Diagnosis IUGR Postnatal


a. Penilaian klinis
b. Antropometri
c. Indeks ponderal
d. Penilaian nutrisi klinis2

Antropometri
Penilaian berat badan lahir kurang dari persentil ke 10 pada KMK. Pada
IUGR tipe simetris, berat badan, head circumference dan panjang badan akan
kurang dari persentil ke 10. Sedangkan pada IUGR tipe asimetris hanya berta
badan yang memiliki persentil ke 10 terhadap usia kehamilan.2
Penilaian bayi lahir dengan IUGR dapat bermanifestasi klinis seperti
a. Besarnya kepala dibandingkan tubuh (brain sparing effect)
b. Besar dan lebar bagian fontanel anterior

18
c. Tidak terdapat lemak buccal (seperti wajah orang tua)
d. Kecilnya abdomen
e. Tali pusat dengan meconium
f. Penurunan masa otot dan lemak subkutan
g. Kulit yang mengelupas dan kering
h. Jari-jari yang panjang dan telapak tangan yang besar dibandingkan badan
i. Kulit yang berlipat-lipat pada bagian leher, aksila, interskapula
j. Pembentukan payudara yang belum sempurna dan genitalia yang imatur2

Indeks Ponderal
Indeks Ponderal dapat digunkaan untuk menentukan derajat malnutrisi.
Perhitungannya menggunakan rasio berat badan (gram) dan panjang badan
(cm) (PI = [berat badan {gram} × 100] ÷ [panjang badan {cm}3 ]). Indeks
ponderal kurang dari persentil ke 10 menandakan malnutrisi pada janin dan
indeks ponderal yang kurang dari persentil 3 menandakan severe fetal
wasting.2
Pemantauan Bayi IUGR
Pemantauan bayi IUGR dengan memerhatikan perkembangan saraf yang
akan terjadi karena bayi IUGR lebih cenderung memiliki abnormalitas
kognitif dan perkembangan saraf. Intervensi yang dilakuakn ante dan
postnatal dikakukan untuk mengurangu kerusakan otak yang disebabkan
IUGR dan menyebabkan perkembangan saraf yang kurang baik. Assessment
Program System (NIDCAP) dan target rehabilitasi dengan melakukan
penilaian pada anak yaitu,2
a. Teskognitif dengan skor yang kurangLower scores on cognitive testing
b. Kesulita dalam skeolah atau membutuhkan edukasi yang khusus
c. Disfungsi neurologi dalam pergerakan
d. Masalah perilaku (attention deficit hyperactivity syndrome)
e. Kegagalan pertumbuhan
f. Kekuatan dan kapasitias aktivitas lebih rendah
g. Cerebral palsy
h. Kompetensi sosial yang rendah

19
i. Kinerja akademik yang rendah
j. Intelejensi rendah
k. Perilaku hiperaktif
l. Persepsi yang buruk
m. Persepsi visuo-motor yang buruk, inkompeten dalam bergerak, membaca,
dan belajar matematika.

2.7.5 Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi


Beberapa aspek sosial, budaya, dan ekonomi dapat memengaruhi angka
kejadian kematian bayi akibat IUGR. IUGR dapat ditemukan apabila ibu hamil
memeriksa kehamilannya secara rutin atau yang disebut antenatal care (ANC).
ANC meruoakan program terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan
meedik pada ibu hamil dengan tujuan agar ibu sehat selama kehamilan,
persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi lahir sehat, proses kehamilan dan
persalinan aman, memntau adanya risiko kehamilan, merencanakan
penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi, dan menurunkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin perinatal. Menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tenaga yang kompeten memberikan layanan NAC adalah
dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan, dan perawat. Selain ANC, terdapat
beberapa faktor lainnya seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, dan
persepsi kunjungan ibu hamil yang mampu memengaruhi terjadinya IUGR. Pada
tahun 2015, Firayeni melakukan penelitian mengenai penyebab kurangnya
kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas Pegambiran. Hasil penelitian
menunjukan sekitar 63% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, 67,4%
memiliki sikap negative, 43,5% responden mengatakan peranbidan yang kurang
baik saat kunjungan, 58,75 responden menyatakan keluarga tidak mendukung.
Berdasarkan beberapa faktor tersebut maka diperlukan upaya peningkatan
sosialisasi, peran bidan, peran keluarga, agar ANC dapat dilakukan secara rutin
dan kemungkinan risiko kehamilan dapat terdeteksi secara dini.10

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Karakteristik Pasien


3.1.1 Keterangan Umum
Nama : Ny. SH
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama Suami : Tn. E
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp 1.500.000
Tanggal periksa : 18 November 2019

3.1.2 Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan suami, kedua anak, ayah dan ibu pasien, dua adik ipar
pasien, dan satu keponakan pasien. Pasien tinggal di wilayah padat penduduk.
Luas rumah pasien sebesar 70 m2 di sebuah rumah yang terdiri dari tiga kamar
tidur, satu kamar mandi, satu ruang depan yang berfungsi sebagai ruang tamu dan
ruang keluarga serta dapur. Rumah pasien berlantai semen, berdinding semen dan
beratap genteng. Jendela rumah terdapat 2 buah pada bagian depan rumah dan 2
buah pada bagian belakang, di kamar tidak ada jendela atau ventilasi udara.
Sumber air yang digunakan sehari-hari berasal dari sumur. Pasien merupakan
seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak hidup. Sumber penghasilan dari
suaminya kurang lebih 1.500.000/bulan nilai ini dibawah Upah Minimum Kota
Cimahi tahun 2019 sebesar Rp 2.893.074 sehingga pasien dapat dikategorikan
sebagai tingkat penghasilan rendah.

21
dapur

kamar

Kamar
mandi

kamar Ruang depan

Kamar

Gambar 3.1 Denah Rumah

3.1.3 Geografi Dan Sarana Pelayanan Kesehatan


Pasien tinggal di rumah milik sendiri di Kampung Ciampel RT 05/03,
Laksana mekar, Cimahi. Rumah berada di wilayah padat penduduk. Rumah
pasien dilalui jalan selebar ± 1 meter, berjarak ± 300 meter dari jalan utama.
Sarana kesehatan terdekat di tempat tinggal pasien adalah:
- Posyandu : ± 500 meter
- Bidan : ± 500 meter
- Dokter umum : 3 km
- Puskesmas : 2 km
- Rumah sakit : 2 km
Sarana transportasi umum yang dapat digunakan di daerah tersebut adalah
angkutan umum (mulai pukul 04.00 – 20.00 WIB).

22
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : mulas-mulas
Anamnesis:
Pasien datang ke UGD Rumah Sakit Dustira pukul 06.15 WIB dengan
keluhan mulas-mulas seperti ingin melahirkan sejak 2 hari sebelum masuk RS.
Mulas dirasakan semakin kuat dan semakin sering sejak pukul 21.00. Keluhan
mulas disertai adanya keluar lendir dan darah dari jalan lahir. Tidak ada keluar
air-air dari jalan lahir dan gerakan janin masih dirasakan oleh pasien.
Pasien menyangkal adanya keputihan yang banyak, berbau, dan gatal. Pasien
juga menyangkal adanya perdarahan dari jalan lahir selama kehamilan. Tidak
riwayat benturan/trauma pada perut. Pasien menyangkal adanya BAK yang terasa
nyeri, menjadi lebih sering atau BAK terasa panas.
Selama kehamilan pasien melakukan pemeriksaan di Bidan sebanyak 4x.
Sehari-hari pasien di rumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Pasien
mengaku makan 2-3 kali sehari. Sehari-hari pasien makan dengan porsi kurang
lebih 6-8 sendok nasi dengan 1-2 potong tahu atau tempe. Pasien sangat jarang
mengkonsumsi daging-dagingan, pasien mengaku pada saat awal kehamilan
sampai usia kehamilan 4 bulan pasien mengalami muntah-muntah disertai
penurunan berat badan.
Pasien tidak memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, dan
penyakit metabolik lainnya selama kehamilan pertama maupun saat ini. Pasien
tidak pernah mengeluhkan pusing, mudah lelah, disertai pandangan yang
berkunang-kunang selama kehamilan. Pasien menyangkal adanya riwayat batuk
lama, keringat pada malam hari, disertai penurunan berat badan. Pasien tidak
memiliki kebiasaan merokok ataupun minum alkohol, namun di rumah pasien
terdapat 3 orang perokok aktif yang sering merokok di dalam rumah.

23
3.3 Riwayat-Riwayat
3.3.1 Riwayat Obstetri
G2P1A0
1. 2009/lahir spontan/di bidan/anak perempuan/bb 2,250gram dan pb 49cm/ASI
eksklusif (-)/hidup 10 tahun
2. 2019, Kehamilan sekarang
(Telah lahir pada pukul 12.20 tanggal 10 september 2019. 2019/lahir
spontan/di rumah sakit/ anak laki-laki/bb 2,210 gram dan pb 49cm/APGAR
7-9/Ketuban jernih, sedikit/Hidup)
3.3.2 Riwayat Perkawinan
Menikah : Menikah
Lama Menikah : 11 tahun
Usia Ibu saat menikah : 18 tahun
Usia Suami saat menikah : 19 tahun
3.3.3 Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
Jumlah : 3-4 kali ganti pembalut/hari
Dismenorea : Tidak ada
HPHT : 14 Februari 2019
Taksiran Persalinan : 21 November 2019
Usia Kehamilan : 39-40 minggu
PNC : Teratur
3.3.4 Riwayat Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan KB suntik 1 bulan selama 8 tahun sejak 2010-2018.
3.4 Pemeriksaan Fisik
Status Presen
Keadaan Umum : Baik
Keadaran : Komposmentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg

24
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,6 °C
Status Generalis
BB : Sebelum hamil : 46kg Sesudah hamil : 51kg
TB : 158 IMT : 18,4
Kepala : Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : JVP tidak meningkat
KGB tidak teraba membesar
Thorak : Bentuk dan gerak simetris
Cor : BJ I-II murni, regular
Pulmo : VBS kanan = kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Cembung gravidarum
Hepar : Sulit dinilai
Lien : Sulit dinilai
Ekstremitas : Edema -/-, varises -/-, refleks fisiologis +/+ normal

Status Obstetrikus
Muka : Chloasma Gravidarum (-)
Mammae : Hiperpigmentasi areola +/+, puting susu menonjol +/+,
ASI -/-, Colostrum -/-.
Abdomen : Cembung gravida (+), striae gravidarum (+),
linea nigra (+)
Leopold I : TFU 26 cm, dari simfisis pubis. Pada fundus uteri teraba
bagian yang lunak, kurang simetris dan kurang melenting
(bokong)
Lepold II : Teraba bagian yang rata dan memanjang (punggung)
disebelah kanan perut ibu, dan bagian kecil janin disebelah
kiri perut ibu
Leopold III : Bagian terendah teraba benjolan, keras, hampir homogen
dan terfiksasi (kepala)

25
Leopod IV : Divergen,
His : 3 kali dalam 10 menit, durasi 30-40 detik
Auskultasi : DJJ (+) 140 kali/menit, pada sisi kiri (1/3 proksimal
SIAS– umblikus) perut ibu. Pada sisi lain DJJ tidak
terdengar.

Rumus Modifikasi Johnson – Taushack


TBBJ : (TFU – 12) x 155
(26 – 12) x 155 = 2.170 gram
Pemeriksaan Dalam
Vulva dan vagina : darah (+), lendir (+)
Portio : lunak
Pembukaan : 4-5 cm
Ketuban : ada, teraba kepala yang menempel langsung pada selaput
ketuban
Presentasi : kepala

3.5 Pemeriksaan Laboratorium


Darah Rutin
 Hb : 11,2 g/dL
 Eritrosit : 3,6 106/uL
 Leukosit : 10,8 103/uL
 Hematokrit : 35,6 %
 Trombosit : 296 103/uL
 Hitung Jenis Leukosit: 0,1/0,0/86/9,6/4,3

3.6 Diagnosis Pasien
Gravida 2, Para 1, Abortus 0, Hidup 1 parturien 39-40 minggu kala 1 fase l
aktif memanjang + IUGR. Janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala

26
3.7 Penatalaksanaan
3.7.1 Umum
1. Rawat inap
2. Observasi kemajuan persalinan
3. Observasi kesejahteraan janin
4. Konseling
a. Menasihati ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang
dengan porsi cukup
b. Konseling KB yang sesuai dengan ibu, keadaan seperti ini ibu
baiknya dianjurkan menggunakan IUD.
3.7.2 Khusus
1. Drip oksitosin 5 unit dalam500cc RL 20 tetes per menit.

27
BAB IV
KRONOLOGIS KEJADIAN

Seorang Ibu usia 29 tahun sedang hamil anak ke-2 dengan usia kehamilan 39-
40 minggu datang ke Rumah Sakit Dustira tanggal 18 November 2019 dengan
keluhan mulas-mulas disertai keluar darah dan lendir dari jalan lahir. Ibu bekerja
sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan SMP, sedangkan suaminya
merupakan seorang wiraswasta dengan pendidikan terakhir juga SMP. Selama ini
ibu mendapat biaya dari suaminya dengan penghasilan yang didapat ±
Rp.1.500.000/bulan.
Kehamilan saat ini merupakan kehamilan kedua pasien. Anak pertama pasien
lahir secara spontan pada tahun 2009 ditolong oleh bidan dengan berat badan lahir
2250 gram dan hidup sekarang berusia 10 tahun.
Pada saat ini ibu mengeluhkan mulas-mulas yang dirasakan sejak dua hari
yang lalu dan semakin lama semakin kuat dan semakin sering sejak 9 jam sebelum
masuk Rumah Sakit. Keluhan mulas disertai dengan keluarnya darah dan lendir
dari jalan lahir. Tidak ada keluar air-air dari jalan lahir dan gerakan janin masih
aktif.
Selama kehamilan pasien melakukan pemeriksaan di Bidan sebanyak 4x. Pada
pasien ini status sosial ekonomi yang rendah mempengaruhi keteraturan ANC
pada pasien. Keterbatasan pasien menjangkau layanan kesehatan ANC
dikarenakan status ekonomi yang tidak mencukupi. Pasien seharusnya melakukan
screening dari awal agar dapat mencegah pertumbuhan janin yang terhambat.
Sehari-hari pasien di rumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Pasien
mengaku makan 2-3 kali sehari dengan menu nasi, tahu, tempe. Pasien jarang
memakan daging-dagingan. Di rumah pasien terdapat 3 orang perokok aktif yang
sering merokok di dalam rumah. Dengan latar belakang pendidikan ibu dan suami
yang rendah menyebabkan kurangnya pemahaman ibu dan suami mengenai
pentingnya menjaga kesehatan ibu dan janin. Ibu tinggal dalam satu rumah
bersama 8 orang lainnya, namun kondisi IUGR tetap tidak dapat dihindari,

28
menandakan sangat kurangnya kesadaran dan kepedulian mengenai pentingnya
nutrisi dan pengecekan kesehatan janin yang seharusnya dilakukan oleh ibu.
Pasien tidak memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, dan
penyakit metabolik lainnya selama kehamilan pertama maupun saat ini. Pasien
tidak pernah mengeluhkan pusing, mudah lelah, disertai pandangan yang
berkunang-kunang selama kehamilan. Pasien tidak pernah memiliki riwayat batuk
lama, keringat malam disertai penurunan berat badan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
80x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,6 °C. Didapatkan pula pemeriksaan TFU
26 cm dan DJJ 140 x/menit.
Ibu didiagnosis Gravida 2, Para 1, Abortus 0, Hidup 1 gravida 39-40 minggu
dengan kala I fase aktif memanjang+ IUGR dengan janin hidup tunggal
intrauterine presentasi kepala. Ibu dipersiapkan untuk persalinan normal dengan
induksi. Bayi laki-laki lahir secara spontan dengan berat badan 2210 gram dan
panjang badan 49cm. Pada saat lahir bayi langsung menangis. Didapatkan ketuban
yang sangat sedikit pada saat persalinan berlangsung. Ibu diberikan konseling
mengenai gizi dan kontrasepsi non hormonal.

29
BAB V
KESIMPULAN

IUGR merupakan suatu kondisi janin yang pertumbuhannya terhambat


diakibatkan oleh beberapa faktor dari ibu, janin, dan plasenta. Beberapa faktor
tersebut dapat dihubungkan dengan berbagai aspek seperti aspek sosial, budaya
serta ekonomi. Beberapa aspek tersebut dapat memengaruhi pemantauan ibu dan
janin pada saat kehamilan. Apabila hal-hal tersebut tidak diperhatikan maka dapat
terjadi beberapa komplikasi kehamilan salah satunya IUGR. Pencegahan IUGR
dapat dilakukan apabila ibu hamil secara rutin memeriksakan kehamilannya serta
fasilitas yang memadai, pemberian edukasi oleh tenaga kesehatan, memerhatikan
asupan nutrisi bagi ibu hamil dan menyadarkan pentingnya pemeriksaan
kehamilan dari awal trimester.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Nenonatal Mortality Rate.: WHOWHO. [Diakses


tanggal 17 September 2019]. Dapat diakses <
http://apps.who.int/gho/data/node.xgswcah.5>
2. Sharma D, Shastri S, Sharma P. Intrauterine Growth Restriction: Antenatal
and Postnatal Aspects. Clinical Medicine Insights: Pediatrics 2016: Vol.10.
2016
3. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan Penatalaksanaan Kasus
Obstetri. Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia. 2012
4. David Peleg, M.D., Colleen M. Kennedy, M.D., And Stephen K. Hunter,
M.D., Ph.D., University Of Iowa Hospitals And Clinics, Iowa City, Am Fam
Physician. 1998 Aug 1;58(2):453-460
5. Chuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams Obstetrics. 23rd edition. Chicago: McGrawHill; 2010.
6. Wiknjosastro Hanifa , Saifuddin Bari Abdul , Rachimhadhi Trijatmo . Ilmu
Kebidanan , edisi kelima , cetakan keempat; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo , 2016.
7. Keith L Moore. TVN Persaud. The Developing Human, Clinically Oriented
Embryology. 8th Edition. Elsevier: 2008.
8. Alan H. Decherney, Nathan Lauren. CURRENT diagnosis & treatment
Obstetrics & Gynecology. 10th edition. McGrawHill: 2003.
9. Himpunan Kedokteran Fetomaternal . Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran: Pengelolaan Kehamilan dengan Pertumbuhan Janin Terhambat.
Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia. 2016
10. Firayeni dkk. Penyebab Rendahnya Kelengkapan Kunjungan Antenatal
Care Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pegambiran. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas. 2015

31

Anda mungkin juga menyukai