Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI

DENGAN PREMATURITAS DAN BAYI


BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
Oleh:

Aida Alfina (18010004)


Amira (18010006)
Cut Intan Juwita (18010009)
Fadhlina (18010011)
Nurul Maghfirah Y (18010029)

Pengasuh:

Ns. Sri Intan Rahayuningsih, M.Kep., Sp.Kep.An

STIKes Medika Nurul Islam


Program Studi Ilmu Keperawatan
2019
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan


kepada penulis dalam menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Prematuritas
Dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ” ini dengan lancar tanpa halangan yang berarti.
Makalah ini disusun dengan harapan mampu menambah dan meningkatkan wawasan
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Keperawatan Anak dan semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk kebaikan di kemudian hari. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Sigli, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar isi.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI PREMATUR ........... 3


2.1 Definisi Bayi Prematur ....................................................................... 3
2.2 Etiologi Bayi Prematur........................................................................ 3
2.3 Klasifikasi Bayi Prematur.................................................................... 4
2.4 Tanda dan Gejala Bayi Prematur......................................................... 5
2.5 Patofisiologi Bayi Prematur ................................................................ 5
2.6 Pemeriksaan Penunjang Bayi Prematur............................................... 6
2.7 Komplikasi Bayi Prematur.................................................................. 6
2.8 Penatalaksanaan medis Bayi Prematur................................................ 7
2.9 Rencana Asuhan keperawatan Bayi Prematur..................................... 8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR ...................... 13


2.1 Definisi BBLR..................................................................................... 13
2.2 Etiologi BBLR..................................................................................... 13
2.3 Klasifikasi BBLR................................................................................ 14
2.4 Tanda dan Gejala BBLR...................................................................... 14
2.5 Patofisiologi BBLR............................................................................. 14
2.6 Pemeriksaan Penunjang BBLR........................................................... 15
2.7 Komplikasi BBLR............................................................................... 16
2.8 Penatalaksanaan Medis BBLR............................................................ 16
2.9 Rencana Asuhan keperawatan BBLR.................................................. 18

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 21
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 21
4.2 Saran............................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian bayi adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1
tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor
penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana), serta
kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti
status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2012).

Cakupan angka kematian bayi (AKB) di enam tahun terakhir mengalami fluktuatif.
dari data yang bersumber pada dinas kesehatan kabupaten/kota, diketahui jumlah kematian
bayi di Aceh sebanyak 943 kasus dan lahir hidup 103.931 jiwa. Dengan menggunakan
definisi operasional yang telah ditetapkan untuk kedua indikator tersebut, maka AKB di
Aceh tahun 2017 sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup. Pencapaian tahun 2017
dibandingkan dengan tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan.

Angka kematian bayi merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Berbagai upaya kesehatan dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. hal
ini disebabkan AKB sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu
perbaikan kondisi perekonomian yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya
tahan terhadap infeksi penyakit. (Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2017).

Prematuritas merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi dan
memiliki konsekuensi jangka panjang yang merugikan bagi kesehatan (Beck, Wojdyla,
Say). Di Indonesia sendiri angka kejadian prematur belum dapat dipastikan jumlahnya,
namun berdasarkan data Riskerdas Departemen Kesehatan tahun 2007, proporsi BBLR
mencapai 11.5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili angka kejadian persalinan
prematur (Dirjen Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2010).
Sejak tahun 1961 WHO mengganti istilah prematuritas dengan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR). Hal ini di karenakan tidak semua bayi yang berat kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir bayi prematur. Menurut WHO (World Health Organization, 2010)
pravalensi BBLR dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 3,8% dan lebih
sering terjadi pada Negara - negara yang sering berkembang atau sosial ekonomi rendah,
prevalensi BBLR tahun 2013 menurut WHO adalah sebesar 10,2% di dunia.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
tentang BBLR dan bayi prematur serta untuk meningkatkan pengetahuan pembaca
mengenai bayi prematur dan bayi berat badan lahir   rendah (BBLR) agar pembaca
mengetahui dan mampu mengaplikasikan bagaimana penatalaksanaan maupun rencana
asuhan keperawatan yang dapat diberikan terhadap bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
BAYI PREMATUR

2.1 Definisi Bayi Prematur


Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu
ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of Pediatric,
mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Bayi prematur adalah bayi yang
lahir dibawah 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2.500 gram (Manuaba, 2008). Bayi
prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37
minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Wong, 2008).

Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum 37 minggu
kehamilan, dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir, terlepas dari usia
kehamilan tepat atau di bawah 37 minggu (Broker, 2008). Secara patofisiologis menurut
Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan
bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan
ke bayi jadi berkurang.

Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama
diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan
terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas bayi. Problem klinis terjadi lebih sering
pada bayi prematur dibandingkan dengan pada bayi lahir normal. Prematuritas
menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi
untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit. Bayi prematur dapat bertahan hidup
tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan penyakit atau abnormalitas.
Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka kesakitan dan kematian neonatus.

2.2 Etiologi Bayi Prematur


Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR yaitu :
1. Faktor ibu.
a. Penyakit, seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilanyang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia.
d. Faktor kebiasaan ibu yang berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu
alkohol dan ibu pengguna narkotika.
2. Faktor Janin
Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian premature adalah hidramion,
kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
3. Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.

2.3 Klasifikasi Bayi Prematur


Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran premature dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK)
Bayi prematur SMK adalah bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang dari 37
minggu dan berat badannya sesuai dengan usia kehamilan. Derajat prematuritas
dapat di golongkan menjadi 3 kelompok, yaitu bayi sangat prematur, yaitu usia
gestasi bayi 24 - 30 minggu. Bayi prematur sedang, yaitu usia gestasi bayi 31 -36
minggu. Bayi prematur diambang batas, yaitu usia gestasi 37 – 38 minggu.
2. Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Bayi prematur KMK adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut. Bayi KMK merupakan bayi
yang mengalami gangguan dalam uterus, (intrauterine retardation = IUGR).IUGR
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Proportinate IUGR, yaitu janin yang menderitas distress yang lama
sebelum lahir, sehingga fisiknya berada dalam proporsi yang tidak
seimbang.
2. Disproportinate IUGR, yang terjadi akibat distress akut yang terjadi
beberapa minggu atau beberapa hari sebelum bayi lahir.
2.4 Tanda dan Gejala Bayi Prematur
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), bayi prematur menunjukkan belum
sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan lemah, yaitu sebagai berikut:
1. Tanda-tanda bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK):
a. Kulit tipis dan mengkilap.
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna.
c. Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
daerah punggung.
d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik.
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora.
f. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan dan testis kadang belum turun.
g. Garis telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.
h. Kadang disertai dengan pernapasan yang tidak teratur.
i. Aktivitas dan tangisan lemah.
j. Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.

2. Tanda-tanda bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK):


a. Umur bayi bisa cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang dari 2500
gram.
b. Gerakannya cukup aktif dan tangisannya cukup kuat.
c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.
d. Pada bayi laki-laki testis mungkin sudah turun.
e. Bila kurang bulan maka jaringan payudara dan puting kecil.

2.5 Patofisiologi Bayi Prematur


Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui Secara jelas. Data
statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu Yang memiliki sosial
ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kekurangan perawatan pada ibu hamil karena tidak
melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama
kehamila, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus
kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yang masih muda,mempunyai kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor
tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi
untuk keluar sebelum waktunya.karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka
organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang
sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.
Persalinan prematur dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau
minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, riwayat abortus pada trimester
II, riwayat abortus pada trimester l lebih dari 2 kali. Faktor resiko mayor adalah kehamilan
multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1cm pada kehamilan 32
minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1cm pada kehamilan 32 minggu,
riwayat abortus pada trimester II lebih dari l kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya,
operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas
uterus.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Bayi Prematur


Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga 23.000-
24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih menandakan
polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari, dan 12
gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal kehidupan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah.

2.7 Komplikasi Bayi Prematur


Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), terdapat beberapa masalah yang dapat
terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Masalah jangka pendeknya antara lain; gangguan metabolik, gangguan imunitas,
gangguan pernafasan, gangguan system peredaran darah, serta gangguan cairan dan
elektrolit. Sedangkan komplikasi jangka panjang sendiri antara lain, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, gangguan neurologi dan kognisi, gangguan atensi dan
hiperaktif, serta masalak fisik lainnya.

2.8 Penatalaksanaan Medis Bayi Prematur


Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau penanganan yang
dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta
pertahankan suhu tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

Sedangkan menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), ada beberapa penatalaksanaan


umum yang dapat dilakukan pada bayi prematur dan berat badan lahir rendah, yaitu
sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badannya belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya juga masih rendah, dan permukaan badan yang relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematur harus dirawat dalam inkubator sehingga panas tubuhnya
dapat sama atau mendekati dengan panas dalam rahim.

2. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi


Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan
susu, cara pemberian, dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
3. Pencegahan infeksi
Bayi prematur sangat mudah terserang infeksi, terutama disebabkan oleh infeksi
nosokomial. Hal ini karena kadar immunoglobulin serum bayi prematur masih
rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil dan efek sitotoksik limfosit juga masih
rendah serta fungsi imun yang belum berpengalaman. Oleh karena itu bayi
prematur tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.

4. Penimbangan berat badan untuk melihat kondisi gizi atau nutrisi bayi yang erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh.
5. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi prematur dan BBLR
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar
30%-35% dengan menggunakan head box, karena konsentrasi O2 yang tinggi
dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi dan
dapat menimbulkan kebutaan.

6. Pengawasan jalan nafas


Terhambatnya jalan nafas dapat mengakibatkan asfiksia dan hipoksia yang akan
berakhir dengan kematian. Bayi prematur dapat berisiko mengalami serangan apneu
dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup
yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Oleh karena itu, perlu pembersihan jalan
nafas segera setelah bayi lahir.

2.9 Asuhan Keperawatan Bayi Prematur


1. Pengkajian
a. Biodata
a) Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.
b) Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c) Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d) Riwayat penyakit sekarang.
e) Riwayat penyakit keluarga.
f) Riwayat penyakit dahulu.
b. Pemeriksaan Fisik Ibu
a) Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
b) Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan
sekarang.
c) Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
d) Riwayat penyakit ibu.
e) Psikososial dan spiritual ibu.
f) Riwayat perkawinan.
c. Pemeriksaan Fisik Bayi
a) Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.
b) Inspeksi
1) Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.
2) Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3) Kulit tipis, transparan dan mengkilap.
4) Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
5) Garis telapak kaki sedikit.
6) Retraksi sternum dengan iga
7) Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).
c) Palpasi
1) Hati mudah dipalpasi.
2) Tulang teraba lunak.
3) Limpa mudah teraba ujungnya.
4) Ginjal dapat dipalpasi.
5) Daya isap lemah.
6) Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).
d) Perkusi
e) Auskultasi
1) Nadi lemah.
2) Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot -otot pernafasan
dan penurunan ekspansi paru.
b. Ketidakadekuatan pemberian ASI b/d prematuritas.
c. Disfungsi motalitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas peristaltik di
dalam sistem gastrointestinal.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
menerima nutrisi.
e. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b/d penurunan jaringan lemak subkutan.
3. Intervensi Keperawatan
N TUJUAN INTERVENSI
O
1. Setelah dilakukan asuhan 1) Pertahankan jalan nafas yang
keperawatan selama 1x24 jam jalan paten.
nafas dalam kondisi bebas atau 2) Monitor aliran oksigen.
paten dan pola nafas mejadi efektif. 3) Observasi adanya tanda-tanda
Kriteria Hasil : distres respirasi seperti retraksi,
1) Suara nafas bersih, tidak ada takipneu, apneu, sianosis.
sianosis, tidak ada dispneu, bayi 4) Monitor tekanan darah, nadi,
mampu bernapas dengan suhu, dan pernafasan.
mudah. 5) Monitor frekuensi dan kualitas
2) Irama nafas teratur, frekuensi nadi.
pernafasan dalam batas normal 6) Monitor frekuensi dan irama
(30-40 kali/menit pada bayi), pernafasan.
tidak ada suara nafas abnormal. 7) Monitor pola pernapasan
3) Tanda-tanda vital dalam batas abnormal.
normal. 8) Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.
9) Monitor adanya sianosis perifer.
10) Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
2. Setelah dilakukan asuhan 1) Letakkan pentil dot di atas lidah
keperawatan selama 1x24 jam bayi bayi.
dapat diberikan minum ASI dengan 2) Monitor atau eveluasi reflek
efektif. menelan sebelum memberikan
Kriteria Hasil: susu.
1) Tetap mempertahankan laktasi. 3) Tentukan sumber air yang
2) Perkembangan dan digunakan untuk mengencerkan
pertumbuhan bayi dalam batas susu formula yang kental atau
normal. dalam bentuk bubuk.
3) Kemampuan penyedia 4) Pantau berat badan bayi setiap
perawatan dalam melakukan hari.
penghangatkan, pencairan, dan 5) Bersihkan mulut bayi setelah
penyimpanan ASI secara aman. bayi diberikan susu.
4) Berat badan bayi bertambah 6) Fasilitasi proses bantuan
20-30 gram/hari. interaktif untuk membantu
5) Tidak ada respon alergi mempertahanan keberhasilan
sistemik pada bayi. proses pemberian ASI.
6) Status respirasi seperti jalan 7) Sediakan informasi tentang
napas, pertukaran gas, dan laktasi dan teknik memompa ASI
ventilasi napas bayi adekuat. (secara manual atau elektrik),
7) Tanda-tanda vital bayi dalam cara mengumpulkan dan
batas normal. menyimpan ASI.
3. Setelah dilakukan asuhan 1) Monitor tanda-tanda vital.
2) Monitor status cairan dan
keperawatan selama 1x24 jam
elektrolit.
fungsi pencernaan dapat berfungsi 3) Monitor bising usus.
4) Catat intake dan output secara
secara efektif.
akurat.
Kriteria Hasil: 5) Kaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan
1) Tidak ada distensi abdomen.
elektrolit (membran mukosa
2) Peristaltik usus dalam batas kering, sianosis, jaundice).
6) Kolaborasi dengan ahli gizi
normal (3-5 kali/menit pada
tentang jumlah zat gizi yang
bayi). dibutuhkan.
7) Pasang OGT jika diperlukan.
3) Frekuensi, warna, konsistensi,
8) Monitor warna dan konsistensi
dan banyaknya feses dalam dari naso gastric output atau oral
gastric output.
batas normal (frekuensi BAB
9) Monitor terjadinya diare.
normal pada bayi 3-4 kali
dengan warna feses kekuningan
dan ukuran ampas minimal 2,5
cm, konsistensi lunak, tidak
keras dan tidak kering).
4) Tidak ada darah di feses.
5) Tidak terjadi diare dan tidak
muntah.
4. Setelah dilakukan asuhan 1) Kaji adanya alergi.
2) Kaji kesiapan bayi untuk
keperawatan selama 1x24 jam
menyusu langsung pada ibu.
asupan nutrisi berupa makanan dan 3) Berikan nutrisi secara parenteral
jika diperlukan.
cairan dalam keadaan seimbang
4) Kolaborasi dengan ahli gizi
dan tidak ada penurunan berat untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan bayi.
badan.
5) Monitor jumlah nutrisi dan
Kriteria Hasil: kandungan kalori.
6) Monitor adanya penurunan berat
1) Adanya peningkatan berat
badan.
badan sesuai dengan tujuan 7) Monitor terjadiya kulit kering
dan perubahan pigmentasi.
(berat badan bertambah 20-30
8) Monitor kadar albumin, total
gram/hari). protein, Hb, dan kadar Ht.
2) Tidak ada tanda-tanda 9) Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
malnutrisi (pada usia 2 minggu cavitas oral.
kebutuhan nutrisi mencapai
150 cc/kgbb/hari)
3) Menunjukkan peningkatan
fungsi mengisap dan menelan.
4) Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti.

5. Setelah dilakukan asuhan 1) Pertahankan suhu tubuh dalam


keperawatan selama 1x24 jam batas normal
termoregulasi bayi menjadi 2) Pantau suhu tubuh sampai stabil.
seimbang. 3) Pantau warna dan suhu kulit.
Kriteria Hasil: 4) Pantau dan laporkan adanya
1) Tanda-tanda vital normal. tanda hipotermi dan hipertermi.
2) Hidrasi adekuat dan tidak 5) Tingkatkan keadekuatan
menggigil. masukan cairan dan nutrisi.
3) Gula darah dalam batas normal 6) Tempatkan bayi pada inkubator
4) Kadar bilirubin dalam batas 7) Monitor suhu minimal tiap 2
normal jam.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


BAYI BBLR
3.1 Definisi Bayi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram
(sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi
yang kecil untuk masa kehamilannya.(Indrasanto, 2008)

3.2 Etiologi Bayi BBLR


1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum,
dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada
usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang
lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan
dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.

2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-
zat tertentu.(Suryadi dan Yuliani, 2006 )

3.3 Klasifikasi BBLR


Menurut Ribek dkk. (2011), ada 3 klasifikasi dari berat badan lahir rendah, yakni:
 Berat badan lahir rendah sedang yaitu bayi lahir dengan berat badan 1501 sampai
2500 gram.
 Berat badan lahir sangat rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari
1500 gram.
 Berat badan lahir sangat rendah sekali yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang
dari 1000 gram.

3.4 Tanda dan Gejala BBLR


Selain memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal, bayi BBLR juga
akan tampak:
 Lebih kurus.
 Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
 Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.

Bayi BBLR juga sering dilahirkan secara prematur. Masalah yang umum ditemui pada
bayi seperti ini adalah:
 Memiliki kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia).
 Memiliki masalah dalam menyusu.
 Memiliki hambatan dalam menaikkan berat badan.
 Kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat pada temperatur
yang normal.
 Memiliki terlalu banyak sel darah merah yang membuat darah terlalu kental
(polisitemia).

3.5 Patofisiologi BBLR


Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain
yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang
rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur.
Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil berkaitan
dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab
umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan
absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayi lebih dari dua bulan, system
pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk
sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi
premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu
dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ
lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system
imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk
antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga
bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih
tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum
mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah
karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan
panas dalam tubuh .(Ngastiyah, 2005)

3.6 Pemeriksaan Penunjang BBLR


1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ). (Ngastiyah, 2005)

3.7 Komplikasi BBLR


Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain
Hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma
gawat nafas (asfiksia), paten suktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, apnea
of prematuruty dan anemia
Adapun komplikasi yang timbul pada masa berikutnya yaitu: gangguan
perkembangan, gangguan pertumbuhan, gangguan penglihatan (retionopati), gangguan
pendengaran, penyakit paru kronis, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah
sakit, dan kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
3.8 Penatalaksanaan BBLR
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut :
1. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang
lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.

2. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

3. Pelestarian suhu tubuh


Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu
tubuh. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu
normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat
rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi
bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat
kurang dari 2000 gram

4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang diberikan sekitar 30-
35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang
panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan

5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan
semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan
sakit kulit.

6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.

7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB


1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150

3.9 Asuhan Keperawatan Pada Bayi BBLR


1. Pengkajian Fokus
a. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160
dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus
paten (PDA).

b. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).

c. Neuroensori
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi
minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas
biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks
Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak
pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang
dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz
menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.

d. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodic (40-60x/mt). Mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai
derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi,
menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus
pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau
sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas
mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau
sebagian telapak. Kuku m`ungkin pendek.

f. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau
tidak ada pada skrotum.(IDAI, 2004)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga
paru

b. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

c. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi


imunologik.

d. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.(Ngastiyah, 2005)

3. Intervensi Keperawatan
No TUJUAN INTERVENSI
.
1. Setelah mendapat tindakan a. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif). b. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : c. Monitor keefektifan jalan nafas,
a. Akral hangat kalau kerlu lakukan suction.
b. Tidak ada sianosis d. Lakukan auskultasi bunyi nafas
c. Tangisan aktif dan kuat tiap 4 jam
d. RR : 30-40x/mt e. Perthankan pemberian O2
e. Tidak ada retraksi otot f. Pertahankan bayi pada inkubator
pernafasan dengan penghangat
g. Kolaborasii untuk X foto thorax
2. Setelah mendapatkan tindakan a. Pertahankan bayi pada
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi inkubator dengan kehangatan
gangguan hipotermi 37oC
Kriteria Hasil : b. Beri popok dan selimut sesuai
a. Badan hangat kondisi
b. Suhu : 36,5-37oC c. Ganti segera popok yang basah
oleh urine atau faeces
d. Hindarkan untuk sering
membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan
peningkatan laju metabolisme
e. Atur suhu ruangan dengan
panas yang stabil
3. Setelah mendapat tindakan a. Monitor tanda-tanda infeksi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi (tumor, dolor, rubor, calor,
infeksi fungsiolaesa)
Kriteria Hasil : b. Lakukan cuci tangan sebelum
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan sesudah kontak dengan
(tumor, dolor, rubor, calor, bayi
fungsiolaesa) c. Anjurkan kepada ibu bayi
b. Suhu tubuh normal (36,5-37oC) untuk memakai jas saat masuk
ruang bayi dan sebelum
dan/sesudah kontak cuci tangan
d. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
adekuat
e. Pastikan alat yang kontak
dengan bayi bersih/steril
f. Berikan antibiotika sesuai
program
g. Lakukan perawatan tali pusat
setiap hari
4. Setelah tindakan keperawatan 3x24 a. Kaji refleks menghisap dan
jam tidak terjadi gangguan nutrisi menelan
Kriteria Hasil : b. Monitor input dan output
a. Diet yang diberikan habis tidak c. Berikan minum sesuai program
ada residu lewat sonde/spin
b. Reflek menghisap dan menelan d. Sendawakan bayi sehabis
kuat minum
c. BB meningkat 100 gr/3hr. e. Timbang BB tiap hari.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama
diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan
terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas bayi. Problem klinis terjadi lebih sering
pada bayi prematur dibandingkan dengan pada bayi lahir normal. Prematuritas
menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi
untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit. Bayi prematur dapat bertahan hidup
tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan penyakit atau abnormalitas.
Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka kesakitan dan kematian neonatus.

Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum 37 minggu
kehamilan, dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir, terlepas dari usia
kehamilan tepat atau di bawah 37 minggu (Broker, 2008). Secara patofisiologis menurut
Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang
rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

4.1 Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang BBLR dan
bayi prematur dan problem solving yang efektif  dan juga sebaiknya kita
memberikan informasi atau health education mengenai BBLR dan bayi prematur
kepada para orang tua anak yang paling utama.

b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya BBLR dan
bayi prematur dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit (Edisi 2). Jakarta : EGC.


Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan. Diagnosa Medis
& Nanda Nic-Noc. Mediaction: Yogyakarta
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.
Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Dilengkapi
Dengan Asuhan Pada Bblr Dan Pijat Bayi. Nuha Medika: Yogyakarta
Rukiyah, Yulianti. 2012. Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV. Trans Info MediA.
Surasmi, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak (Ed.2)
Jakarta : CV. Agung Seto.

Anda mungkin juga menyukai