Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN BBLR

Disusun oleh:
Laelatun Fitriyah (2021190012)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN WONOSOBO
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Makalah yang berjudul “FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN BBLR” dengan baik tanpa adanya suatu halangan
apapun.
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan ataupun gambaran dan
informasi untuk yang bersangkutan. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu penulis berharap kepada berbagai pihak
untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk menjadikan makalah
ini lebih baik.

Wonosobo, 22 November 2023

Laelatun Fitriyah
NIM. 2021190012

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................iii

1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. Pengertian BBLR......................................................................................3

2.2. Dampak BBLR..........................................................................................3

2.3. Faktor Resiko BBLR.................................................................................4

2.4. Pencegahan BBLR....................................................................................7

BAB III PENUTUP.................................................................................................9

3.1. Kesimpulan................................................................................................9

3.2. Saran..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Berat Bayi Normal dengan Baayi BBLR.........................3

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Peningkatan Berat Badan selama Kehamilan...................................5


Tabel 2.2 Tabel Angka Kecukupan Gizi..........................................................7

iv
v
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Secara global, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi
masalah Kesehatan masyarakat yang utama pada bayi baru lahir
(Endalamaw, 2018)

BBLR masih merupakan masalah kesehatan yang utama dan harus


segera diatasi meskipun ada penurunan kasus, karena akan berdampak
pada kelangsungan sumberdaya manusia di masa yang akan datang..
Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator utama untuk
menentukan derajat Kesehatan anak, karena dari AKB dapat diketahui
status Kesehatan saat

Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 60% sampai


dari 80% angka kematian bayi (AKB) di dunia disebabkan oleh kejadian
BBLR, hal inilah yang menyebabkan BBLR masih menjadi salah satu
beban masalah Kesehatan masyarakat

Bayi dengan BBLR memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk


mengalami kematian pada satu bulan atau empat minggu pertama setelah
kelahiran, karena bayi dengan BBLR lebih berisiko 40 kali untuk
mengalami kematian pada masa perinatal dan secara global juga telah
meningkatkan angka kematian neonatal 20 kali lebih besar (Kumalasari
& Sema, 2018)

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi BBLR?


2. Apa saja faktor resiko penyebab BBLR?
3. Bagaimana penanganan BBLR?

1
2

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR


2. Mengetahui apa saja faktor penyebab BBLR
3. Mengetahui bagaimana penanganan BBLR
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian BBLR


Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi dengan
berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 2021). Tingginya
kematian pada BBLR diakibatkan oleh komplikasi seperti, hipotermi,
hipoglikemia, asfiksia, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit,
hiperbilirubenemia, anemia, malnutrisi, dan sepsis. BBLR tidak hanya
menjadi prediktor utama bagi mortalitas dan morbiditas pada neonates,
BBLR juga meningkatkan resiko penyakit tidak menular dikemudian
hari.

Gambar 2.1 Contoh Berat Bayi Normal dengan Baayi BBLR


Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah dibedakan sebagai berikut:

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2449 gram


2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir 1000-1449
gram
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir >1000 gram

2.2. Dampak BBLR


Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mengalmi
keadaan yang tidak menguntungkan yaitu:

3
4

1. Daya tahan terhadap berbagai penyakit infeksi sangat rendah sehingga


bayi mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
2. Bayi yang lahir dengan BBLR akan mengalami tumbuh kembang
tidak sebaik tumbuh kembang bayi yang lahir dengan berat badan
normal, terutama elama masa usia lima tahun petama. Badan anak
lebih pendek, lebih kurus, sehingga terlihat lebih kecil dari anak
sebayanya yang gizinya baik.
3. Hambatan tumbuh kembang selama dalam rahim juga akan
berdampak terhadap tingkat kecerdasan anak.

2.3. Faktor Resiko BBLR


1. Usia ibu saat hamil
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
Beberapa jurnal menyebutkan dikarenakan usia ibu sangat
mempengaruhi terjadinya persalinan premature, dengan usia yang
sangat muda <20 tahun atau usia ibu terlalu tua >35 tahun memiliki
risiko tinggi melahirkan bayi BBLR (Maryunani, 2021). Sedangkan
usia reproduksi yang optimal bagi seorang wanita adalah 20-35 tahun
karena pada usia tersebut, rahim sudah memiliki kesiapan untuk
menerima kehamilan dan memiliki mental yang sudah matang serta
mampu merawat bayi dan dirinya.
2. Jarak kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2012), jarak kehamilan
yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kelahiran yang
pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu untuk
memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya.
Ibu hamil yang jarak kelahirannya kurang dari 2 tahun, Kesehatan
fisik dan rahimnya masih butuh istirahat yang cukup. Ada
kemungkinan juga ibu masih harus menyusui dan memberikan
perhatian pada anak yang dilahirkan sebelumnya sehingga kondisi ibu
5

yang lemah ini akan berdampak pada Kesehatan janin dan berat badan
lahirnya.

3. Paritas
Paritas dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang
dilahirkan. Paritas dikatakan buruk apabila seorang ibu atau wanita
melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah
mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi maka keadaan
kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah
(anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang
atau melintang. Paritas dikatakan baik apabila seorang ibu atau wanita
melahirkan kurang dari empat anak. Paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (>3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi
paritas ibu maka kurang baik kondisi rahimnya. Hal ini diakibatkan
oleh kontraksi rahim yang kurang baik akibat menurunnya fungsi
uterus akibat seringnya ibu hamil dan melahirkan (Siswati, 2019).
4. Kenaikan BB saat hamil
Kenaikan berat badan selama kehamilan sangat mempengaruhi
massa pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada ibu-ibu hamil yang
status gizi jelek sebelum hamil maka kenaikan berat badan pada saat
hamil akan berpengaruh terhadap berat bayi lahir. Berikut adalah tabel
kenaikan berat badan selama hamil yang dianjurkan:

Tabel 2.1 Peningkatan Berat Badan selama Kehamilan


IMT (Kg/m) Total kenaikan berat Selama
badan yang trimester II dan
disarankan III
6

Kurus (IMT<18,5) 12,7-18,1 kg 0,5 kg/minggu


Normal (IMT 18,5-22,9) 11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu
Overweight (IMT 23-29,9) 6,8-11,3 kg 0,3 kg/minggu
Obesitas (IMT<30) 0,2 kg/minggu
Bayi Kembar 15-20,4 kg 0,7 kg/minggu
Terjadinya penurunan volume darah maka detak jantung tidak
adekuat, darah menuju plasenta yang membawa nutrisi untuk janin
tersebut mengalami penurunan, menyebabkan ukuran plasenta lebih
kecil. Selain itu, karena adanya gangguan sirkulasi oksigen dan nutrisi
maka akan mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat atau BBLR
(Sulistyawati, 2009)
5. Pemeriksaan kehamilan (ANC)
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan
mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga
kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu
dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat
persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera
mengetahui apabila terjadi gangguan atau kelainan pada ibu hamil dan
bayi yang dikandung dapat segera ditolong oleh tenaga kesehatan
Ibu hamil yang meminum alkohol maka janin yang dikandungnya
akan beresiko mengalami Fetal Alkohol Syndrom (FAS) yang
berhubungan dengan masalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan otak dalam masa kehamilannya.
6. Penyakit selama hamil
Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan adalah penyakit
yang bersifat kronis dan penyakit infeksi, diantaranya adalah Diabetes
Melitus Gestasional (DMG), cacar air, asma, hipertensi, hipotensi dan
penyakit infeksi TORCH dan HIV/AIDS. Penyakit tersebut berbahaya
bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bisa
juga mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental,
7

hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis
penyakit lainnya.
7. Asupan gizi
Angka Kecukupan Gizi ibu hamil disesuaikan dengan usia saat
hamil,
ditambah dengan kebutuhan gizi sesuai usia kehamilan, menurut AKG
2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tabel Angka Kecukupan Gizi


Tambahan Energi Karbohidrat Protein (g) Lemak (g)
bumil (Kkal) (g)

Trimester I +180 +25 +20 +6


Trimester II +300 +40 +20 +10
Trimester +300 +40 +20 +10
III
Menurut (Widiyastuti, 2015) ibu yang asupan gizinya buruk
sebelum kehamilan maupun waktu sedang hamil berisiko 3,2 kali
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (nilai p=0,04) dan dapat
menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin.

8. Riwayat persalinan (BBLR) sebelumnya


Ada beberapa penelitian menyatakan bahwa ibu dengan riwayat
melahirkan BBLR dan prematuritas cenderung berulang dalam
keluarga. Ibu dengan riwayat kelahiran prematur, 2,5 kali
meningkatkan kelahiran prematur serta BBLR pada kelahiran
berikutnya secara spontan dibanding dengan ibu yang tidak memiliki
riwayat BBLR atau prematur (Shah dan Ohlsson, 2010). Sehingga ibu
yang memiliki Riwayat kelahiran prematur maupun BBLR
8

sebelumnya harus diberi perawatan antenatal secara dini karena akan


berisiko melahirkan bayi yang BBLR.

2.4. Pencegahan BBLR


Untuk menurunkan angka kejadian BBLR pemerintah telah
melakukan berbagai upaya pencegahan. Upaya untuk menurunkan angka
kejadian BBLR ini akan lebih efisien apabila ibu hamil yang mempunyai
resiko melahirkan bayi dengan BBLR dapat dideteksi sedini mungkin.
Pemantauan ibu hamil adalah salah satu upaya untuk mendeteksi faktor
resiko terjadinya BBLR. Pemantauan ini merupakan tindakan mengikuti
perkembangan ibu dan janin meningkatkan kesehatan optimun
dandiakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum hamil agar setiap
pasangan dapat merencanakan sebaik mungkin kehamilan yang akan
datang sehingga dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat, yaitu:

a. Mengajukan agar berkonsultasi atau konseling pra-hamil,


maksudnya, mempersiapkan seorang wanita menghadapi kehamilan
sampai persalinan dengan berbagai resiko baik secara fisik maupun
mental.
b. Menganjurkan agar seorang ibu diimunisasi TT atau imunisasi pra
nikah untuk mencegah penyakit tetanus.
c. Untuk ibu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sering
yang dapat memenuhi Kesehatan gizi bagi ibu hamil dan janin
d. Untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dianjurkan agar ibu
menghindari alkohol dan rokok
e. Pemeriksaan rutin saat hamil atau antenatal care minimal 6 kali
untuk mencegah terjadinya bayi lahir dengan BBLR.
9
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh penulis mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah
pada ibu bersalin maka penulis menarik simpulan bahwa ada beberapa
karakteristik yang menjadi pemicu yaitu faktor usia ibu, jarak kehamilan,
paritas, kenaikan BB selama hamil, pemeriksaan kehamilan (ANC),
penyakit selama hamil, asupan gizi, riwayat berat badan lahir rendah
sebelumnya dengan kejadian berat badan lahir rendah pada ibu bersalin

3.2. Saran
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyarankan khususnya
kepada para ibu hamil maupun calon ibu untyuk pentingnya mengetahui
beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR dan
pencegahannya sehingga nantinya para ibu hamil maupun calon ibu
tersebut melahirkan bayi yang sehat dan terhindar dari resiko persalinan
dengan bayi lahir BBLR.

10
DAFTAR PUSTAKA

Endalamaw, e. a. (2018). Faktor Kejadian BBLR. faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), 5-8.

Kumalasari, T. Z., & Sema, e. a. (2018). Faktor Kejadian BBLR. Faktor-faktor


yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
10-12.

Maryunani. (2021). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat


Lahir Rendah. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 17, 288.

Siswati. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR. Jurnal


Kesehatan Delima Pelamonia, 72-79.

Sulistyawati. (2009). Faktor Resiko BBLR. Faktor Resiko yang Berhubungan


dengan Kejadian BBLR, 19-20.

WHO. (2021). Faktor -faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 17, 284.

Widiyastuti, N. (2015). Analisis Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah


(BBLR) pada Primigravida. Media Gizi Indonesia, 57-63.

11
12

Anda mungkin juga menyukai