SEPTEMBER, 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Oleh:
Pembimbing:
dr. Merlyn Meta Astari, Sp.A
(Dibawakan dalam rangka tugas kepanitraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Anak)
FAKULTAS KEDOKTRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
Daftar Isi
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
BAB II ............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
A. Definisi ................................................................................................................................. 4
B. Epidemiologi ........................................................................................................................ 4
G. Komplikasi ......................................................................................................................... 15
H. Prognosis ............................................................................................................................ 16
Berat badan merupakan salah satu indicator kesehatan bayi baru lahir. Rerata berat bayi
normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3.200 gram (7 lbs). secara umum, bayi berat lahir
rendah dan bayi dengan berat berlebih (≥ 3.800 gram) lebih besar risikonya untuk mengalami
masalah. Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin
cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Konsep bayi berat lahir rendah tidak sinonim
dengan prematuritas telah diterima secara luas pada akhir tahun 1960-an. Tidak semua BBL yang
memiliki berat lahir kurang dari 2500gram lahir BKB. Demikian pula tidak semua BBL dengan
berat lebih dari 2500 gram lahir aterm.1
Indonesia merupakan negara kelima tertinggi di dunia dengan jumlah kelahiran bayi
prematur sekitar 675.700 per tahun.2 Kejadian hambatan pertumbuhan pascakelahiran bayi
prematur masih cukup tinggi. Oleh karena itu, manajemen nutrisi pada bayi prematur dan bayi
berat lahir rendah (BBLR) atau bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) sangat penting untuk
mencegah terjadinya gagal tumbuh pada bayi prematur. Menurut Riskesdas tahun 2013, jumlah
kelahiran BBLR tahun 2013 adalah 10,2%, mengalami penurunan sedikit dibanding tahun 2010
sebesar 11,1%.2
Berdasarkan data yang dilaporkan oleh 25 provinsi kepada Direktorat Gizi Masyarakat,
dari tahun 2019 bayi baru lahir yang dilaporkan ditimbang berat badannya, didapatkan sebanyak
111.827 bayi (3,4%) memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Sedangkan menurut hasil
Riskesdas tahun 2018, dari 56,6% balita yang memiliki catatan berat lahir, sebanyak 6,2% lahir
dengan kondisi BBLR.3
Sementara itu, menurut Dinkes Sulawesi Selatan, presentase bayi dengan BBLR di
Sulawesi selatan meningkat yaitu 4,697 kasus (3,23%) pada tahun 2015, dengan jumlah lahir hidup
sebesar 149.986. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) sebagai berat badan saat lahir kurang dari 2500 g. Berat badan lahir rendah terus
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global dan dikaitkan dengan
berbagai konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. 5
Menurut Bansal, dkk, berat badan lahir rendah telah didefinisikan sebagai berat
lahir kurang dari 2.500 gram. Bayi-bayi ini memiliki risiko kematian hampir 40 kali lipat
lebih tinggi dibandingkan dengan neonatus dengan berat badan normal. Mereka juga
memiliki risiko morbiditas neonatal yang lebih tinggi, kegagalan pertumbuhan masa
kanak-kanak dan masalah perkembangan.6
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau
pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR).7
B. Epidemiologi
Secara keseluruhan, diperkirakan 15% sampai 20% dari semua kelahiran di seluruh
dunia adalah BBLR, mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun. 5 Prevalensi berat
badan lahir rendah sangat bervariasi di seluruh wilayah – dari 7,2 persen di Wilayah Lebih
Maju hingga 17,3 persen di Asia. Ada juga variasi di seluruh sub-wilayah. Di Asia Selatan,
prevalensi berat badan lahir rendah adalah 26,4% pada tahun 2015 – lima kali lebih tinggi
dari prevalensi 5,1% di Asia Timur. Faktanya, kedua sub-kawasan Asia ini masing-masing
memiliki prevalensi BBLR tertinggi dan terendah dari semua sub-kawasan di dunia. Di
wilayah lain, terdapat homogenitas yang lebih besar antara sub-wilayah dengan prevalensi
BBLR tertinggi dan terendah. Di Amerika Latin dan Karibia misalnya, hanya ada
perbedaan 1,3%, sedangkan di Afrika, hanya ada perbedaan 3%.8
Dari 20,5 juta bayi berat lahir rendah yang lahir pada tahun 2015, lebih dari
setengahnya lahir di Asia. Memang, Asia Selatan menyumbang hampir setengah dari
semua bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah di dunia. Afrika adalah rumah bagi
sekitar seperempat dari semua bayi baru lahir dengan berat badan rendah, dengan mayoritas
lahir di Afrika Timur dan Barat.8
Kemajuan dalam mengurangi berat badan lahir rendah masih terbatas di semua
wilayah dan sub-wilayah, baik untuk prevalensi maupun jumlah anak yang terkena
dampak. Di Amerika Latin dan Karibia dan di Daerah Lebih Maju tidak ada perubahan
sama sekali dalam prevalensi berat badan lahir rendah antara tahun 2000 dan 2015.
Memang secara keseluruhan, tidak ada wilayah atau sub-wilayah yang mengalami
perubahan signifikan secara statistik dalam prevalensi atau jumlah yang terpengaruh
selama 15- periode tahun.8
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor fetus.Etiologi dari
maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan IUGR (Intrauterine Growth
Restriction). Yang termasuk prematur dari faktor maternal yaitu Preeklamsia, penyakit
kronis, infeksi, penggunaan obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta,
plasenta previa, solusio plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan
yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor maternal yaitu Anemia,
hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau narkortika. Selain
etiologi dari faktor maternal juga ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk prematur
dari faktor fetus yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan, yang termasuk IUGR
(Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu Gangguan kromosom, infeksi
intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau gestasi multiple.6
D. Klasifikasi BBLR
Berdasarkan kalsifikasi diatas, bayi berat lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
pada usia gestasi atau biasa disebut dengan Neonatus Kurang Bulan Sesuai dengan
Masa Kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa gestasi.
Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilan (KMK)
E. Diagnosis BBLR7
1. Anamnesis
Umur ibu
Hari pertama haid terakhir
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas, penyakit yang diderati, dan obat-obatan yang diminum selama
hamil
2. Pemeriksaan Fisis
Berat badan < 2.500 gram
Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan)
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Skor Ballard
Tes kocok (shake test) dianjurkan untuk bayi kurang bulan
Darah rutin, glukosa darah
Bila perlu (tergantung klinis) dan fasilitas tersedia, diperiksa kadar elektrolit
dan analisis gas darah
Foto rontgen dada diperlikan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dan mengalami sindrom gangguan napas
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <35 minggu,
dimulai pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.
F. Manajemen BBLR7
Pemberian vitamin K1
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian; atau
Per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6
minggu).
Mempertahankan suhu tubuh normal
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator,
atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk pada tabel dibawah:
Pemberian minum
ASI merupakan pilihan utama
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih menginginkan dapat
diberikan lagi (ad libitum).
Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang tidak
stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali mayor saluran cerna, NEC,
IUGR berat, dan berat lahir <1000 g.
Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan
selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa
normal.
Supportif7
Tumbuh Kembang7
G. Komplikasi
H. Prognosis
Prognosis BBLR tergantung dari berat ringannya masa perinatal, misalnya masa
gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan, makin tinggi angka
kematian), asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan
intraventrikuler,infeksi, gangguan metabolik. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan
sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan
postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi,
mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain-lain).
Kematian bayi BBLR berhubungan langsung dengan berat lahir dan maturitas
kehamilan. Semakin kecil berat dan kehamilan, semakin buruk prognosisnya. Secara
umum, lebih dari 90% dari semua bayi BBLR tidak memiliki cacat perkembangan saraf
utama.6
BAB III
PENUTUP
Berat badan lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
sebagai berat badan saat lahir kurang dari 2500 g. Berat badan lahir rendah terus menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang signifikan secara global dan dikaitkan dengan berbagai konsekuensi
jangka pendek dan jangka Panjang.
Pada tahun 2019, penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi berat badan lahir
rendah (BBLR). Penyebab kematian lainnya di antaranya asfiksia, kelainan bawaan, sepsis, tetanus
neonatorium, dan lainnya.
Indonesia merupakan negara kelima tertinggi di dunia dengan jumlah kelahiran bayi
prematur sekitar 675.700 per tahun. Menurut Riskesdas tahun 2013, jumlah kelahiran BBLR tahun
2013 adalah 10,2%, mengalami penurunan sedikit dibanding tahun 2010 sebesar 11,1%.
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor fetus.Etiologi dari
maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan IUGR (Intrauterine Growth Restriction).
Yang termasuk prematur dari faktor maternal yaitu Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi,
penggunaan obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa, solusio
plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan yang termasuk IUGR
(Intrauterine Growth Restriction) dari faktor maternal yaitu Anemia, hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau narkortika. Selain etiologi dari faktor maternal juga ada
etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk prematur dari faktor fetus yaitu Gestasi multipel atau
malformasi. Sedangkan, yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus
yaitu Gangguan kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau gestasi
multiple.
Prognosis BBLR tergantung dari berat ringannya masa perinatal, misalnya masa gestasi
(makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan, makin tinggi angka kematian), asfiksia atau
iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler,infeksi, gangguan
metabolik. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi,
makanan, pencegahan infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia,
hipoglikemia dan lain-lain).
Daftar Pustaka
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neonatologi. 1st ed. Waloyo J, Hartanto F,
Hutahaean B, editors. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. 11–29 p.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus Asuhan Nutrisi pada Bayi Prematur. Jakarta;
2016. 1–60 p.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Boga
Hardh. Short Textbook of Preventive and Social Medicine. Jakarta; 2020. 256 p.
5. World Health Assembly. WHA GLobal Nutrition Targets 2025: Low Birth Weight Policy
Brief. WHO. 2014;28:66.
6. Bansal C, Agrawal R, Sukumaran T. IAP Textbook of Pediatrics. 5th ed. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.; 2013. 39–41 p.
9. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta:
IDAI; 2014.