SELVANY
PANGKALPINANG
MARET 2021
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai negara terutama pada negara berkembang atau negara dengan sosio-ekonomi
rendah. WHO (World Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang
lahir dengan berat ≤ 2500 gr.). WHO (2018) juga mengatakan bahwa sebesar 60–80%
dari Angka Kematian Bayi (AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR. BBLR
memiliki risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas dari pada bayi
lahir yang memiliki berat badan normal. BBLR dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi pada bayi karena pertumbuhan organ-organ yang berada dalam tubuhnya
belum sempurna. Kemungkinan yang terjadi akan lebih buruk bila berat bayi semakin
rendah. Semakin rendah berat badan bayi, maka semakin penting untuk memantau
2016).
BBLR dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kelahiran prematur atau kelahiran saat usia
BBLR antara prematur atau IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) merupakan hal
yang penting karena tingkat kematian antara kedua kondisi tersebut berbeda secara
signifikan (Astria, 2016). Sutan, (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor
penyebab lain BBLR adalah faktor ibu (status gizi, umur, paritas, status ekonomi),
riwayat kehamilan buruk (pernah melahirkan BBLR, aborsi), asuhan antenatal care
yang buruk, keadaan janin. Bayi dengan IUGR yang lahir dalam waktu normal, bisa
tumbuh seperti anak normal lainnya namun memiliki fisik yang lemah. Sementara itu,
bayi yang lahir prematur dengan IUGR memiliki kondisi fisik yang lemah dan
Data WHO (2019) Berat badan lahir rendah terus menjadi masalah kesehatan
konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Secara keseluhan diperkirakan bahwa
15%-20% dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah berat badan lahir rendah,
mewakili lebih dari 20 juta kelahiran pertahun. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama, diperkirakan
15-20% dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah BBLR yang mewakili lebih dari
20 juta kelahiran per tahun. Meskipun ada variasi dalam prevalensi BBLR di setiap
negara, namun hampir 95,6% dari mereka berada di negara berkembang atau negara
pengurangan angka kejadian BBLR sebesar 30% pada tahun 2025. Hal ini berarti ada
penurunan relatif 3,9% per tahun antara tahun 2012-2025.. Data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018, proporsi berat badan lahir < 2500 gram (BBLR) pada bayi dari seluruh
provinsi yang ada di Indonesia sebesar 6,2% (Persentase ini merupakan hasil rata-rata
dari seluruh kassus BBLR yang terjadi diseluruh penjuru Indonesia (Kemenkes, 2018).
Data Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kematian bayi (0–12
bulan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2019 berjumlah 188 kasus
meningkat dari tahun 2018 sejumlah 166 kasus Jumlah kematian bayi pada tahun 2019
terbanyak terdapat di Kabupaten Belitung (27,65% dari total kematian bayi) dan paling
sedikit terdapat di Kabupaten Bangka Tengah (5,85% dari total kematian bayi).
Kematian tertinggi terjadi pada usia neonatal (0-28 hari) sebanyak 143 kasus 76,06%. (
DINKES, 2019).
Masalah yang sering terjadi pada BBLR adalah ketidakstabilan suhu tubuh, masalah
pencernaan dan imunitas, dan masalah pernafasan (Hockenberry & Wilson, 2009).
lemak subkutan, rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar, produksi panas
berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan ketidakmampuan untuk
dan nutrisi akibat reflek hisap dan menelan yang buruk sebelum 34 minggu, motalitas
usus yang menurun, pengosongan lambung yang tertunda, serta pencernaan dan
absorbsi vitamin yang larut dalam lemak kurang. BBLR juga mengalami imanuritas
imonologis atau resiko tinggi infeksi. Masalah imunitas akibat tidak banyak transfer
IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga, fagositosis terganggu dan
penuruna faktor komplemen ( Kosim, Yunanto, Dewi, Saroso & Usma, 2014;
Hockenberry & Wilson , 2009). Masalah pernafasan akibat defisiensi surfaktan paru,
resiko aspirasi karena belum terkoordinasinya refleks batuk, reflek menghisap dan
reflek menelan, otot pembantu respirasi yang lemah, serta pernafasan yang periodik
dan apnea. Gangguan nafas merupakan masalah yang sering dijumpai pada hari
pertama kehidupan bayi baru lahir, ditandai dengan takipnea, nafas cuping hidung,
retraksi intercostal, sianosis dan henti nafas. ( Julianti & Oktiawati, 2019).
Adapun masalah keperawatan yang sering muncul pada BBLR adalah Pola Nafas tidak
Efektif. Menurut (Herdman & Kamitsuru,2018) pola nafas tidak efektif adalah inspirasi
dan/ ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Adapun penyebab pola nafas
tidak efektif yaitu: pola nafas abnormal, Perubahan ekskursi dada, Bradipnea,
Tingginya angka kejadian dan banyaknya masalah yang terjadi pada BBLR, maka
peran perawat sangat penting sebagai Advokasi. Upaya yang dilakukan dalam rangka
penerapan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada bayi muda dan
usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun. Peran Perawat sebagai edukasi yaitu sebagai
perencanaan pulang pada ibu secara signifikan meningkatkan kepercayaaan diri dan
pengetahuan ibu merawat bayinya sehari sebelum dipulangkan, selain itu juga
didapatkan berat badan bayi prematur meningkat secara signifikan. Hal ini sejalan
dengan penelitian Mianaei, et al. (2014) yang menyatakan bahwa intervensi pendidikan
yang diberikan pada orang tua dapat meningkatkan kesehatan mental dan interaksi
orang tua dengan bayi, menurunkan risiko rawat ulang dan mengurangi waktu lama
rawat. Program edukasi yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dapat
memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan orang tua sehingga dapat membantu
orang tua untuk memahami informasi yang disampaikan (Lantz, 2017). Selain itu,
keperawatan pada BBLR dengan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif.
Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah dengan
Untuk Menggambarkan Asuhan keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah Rendah
4. Melakukan tindakan keperawatan pada bayi berat lahir rendah dengan masalah pola
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada bayi berat lahir rendah dengan masalah pola
keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah
Sebagai contoh pembalajaran dalam penanganan kasus asuhan keperawatan bayi berat
lahir rendah
KONSEP DASAR
2.1.1 Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
Bayi Berat Lahur Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). (Saiffudin, 2009)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badan kurang dari 2500
Berat Badan Lahir Rendah merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan badan kurang dari
2.1.2 Etiologi
Penyebab BBLR sangat kompleks. BBLR dapat disebabkan oleh kehamilan kurang
bulan. Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya (Kemenkes, 2010)
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktoral, sehingga kadang
2010)
1) Penyakit
kemih dan ginjal). Menderita penyakit seperti: malaria infeksi menular seksual, HIV/
AIDS
2) Ibu
1. Kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari usia 35 tahun
4. Ibu perokok
3) Faktor Janin
1. Kelainan kromosom
2. Infeksi janin kronik
3. Radiasi
4) Faktor Plasenta
Menurut (dalam buku Ridha, 2014) mengatakan adapun penyebab lain terjadinya bayi
2. Narkotik
3. Ibu pendek
4. Radiasi
Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor ibu,
faktor janin, dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit yang diderita ibu,
usia ibu saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, keadaan sosial
Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal, radiasi, dan zat-zat beracun. Dimana
dalam rahim sehingga mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang. Hal tersebut dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau dismatur
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi, maka bayi
2.1.4 Klasifikasi menurut Proverawati (2010) dalam Haryani., dkk) mengatakan klasifikasi
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari1000 gram
2.1.5 Manifestasi Klinis menurut (Proverawati & Ismawati, 2010 dalam Haryani., dkk) )
lemah yaitu:
2. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
3. Lanugo ( rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
punggung
6. Pada bayi laki-laki , skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan [KMK) (dalam buku Haryani., dkk)
1. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi berat badan kurang dari
2500 gram
4. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, putting susu kecil, sedangkan bila
1. Hipotermia
otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih
Disebut juga penyakit membran hialin. Kesukaran pernafasan pada bayi berat lahir
surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan
dindimg alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai maksimum pada
3. Aspirasi pneumonia
Keadaan ini disebabkan karena flek menelan dan batuk pada bayi lahir rendah
belum sempurna.
4. Perdarahan intraventrikuler
Hal ini disebabkan oleh karena bayi berat lahir rendah sering menderita apnea,
otak bertambah. Penambahan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena
tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi premature, sehingga mudah terjadi
perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan
germinal yang terletak didasar ventrikel lateralis antara nucleus kaudatus dan
5. Fibropasia retrorental
pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi bernafas dengan udara biasa lagi,
pembuluh darah ini mengalami vasodilitasi yang selanjutnya akan disusul dengan
proloferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur. Kelainan ini dapat dilihat
pada bayi yang berat badanya kuranag dari 2000 gram. Stadium akut penyakit ini
dapat terlihat pada umur 3-6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena retina.
Pengobatan pada stadium dini dapat dicoba dengan memberikan ACTH atau
kortikosteroid. Dalam hal ini yang paling penting adalah pemasukan oksigen yang
diberikan tidak melebihi 40% hal ini dapat dicapai dengan memberikan oksigen
6. Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzim
belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada bayi
premature 10 mg%.
Selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan cairan amnion.
Cairan amnion yang mengandung mekonium akan masuk ke dalam paru janin
karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita gangguan pernafasan karena
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya
aterm dapat mempertahankan kadar darah 50-60 mg/dL selama 72 jam pertama,
sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini
9. Gangguan imonologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadal igG gamma
glubolin. Bayi relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis
serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik ( Ridha nabil, 2014)
Menurut (Pantiwati, 2010 dalam buku Haryani., dkk) penatalaksaan BBLR antara
lain:
1. Pemberian ASI
1) ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi laktal albumin, zat
kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan oligosakarida
2) ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus ologosakarida untuk memacu motilitas
3) Dari psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan dari ibu dan bayi
organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga
pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang
Bayi Dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan
pertumbuhan panas
kehilangan panas pada bayi secara umum yang penting diketahui bagi
bidan/perawat seperti beberapa cara kehilangan panas, stress dingin pada bayi,
1. Kehilangan panas
Kehilangan panas pada bayi dengan berat rendah ada 4 cara yaitu:
1) Konduksi yaitu panas tubuh akan hilang bila bayi ditidurkan diatas permukaan
yang dingin. Seperti menidurkan bayi ditimbangan yang dingin tangan perawat
2) Konveksi yaitu panas tubuh akan hilang bila ada udara dingin bertiup sekitar bayi.
Perhatian agar bayi tidak kehilangan suhunya, bayi tidak berikan oksigen yang
dingin
3) Evavorasi yaitu panas tubuh akan hilang dengan adanya penguapan cairan yang
4) Radiasi yaitu panas tubuh akan hilang bila dekat dengan benda-benda yang dingin,
2. Faktor predisposisi
Beberapa hal berikut ini merupakan faktor predisposisi kehilangan panas pada bayi,
yaitu:
1) Luas permukaan tubuh yang besar dibanding dengan berat badan. Kehilangan suhu
tubuh 4 kali lebih besar pada bayi neonatus cukup bulan dan 5 kali lebih besar
2) Lemak subkutan yang lebih tipis terutama pada bayi premature/BBLR dibanding.
mempunyai (range rentan) yang lebih sempit dibanding dengan manusia biasa
Berikut ini adalah bayi yang berisiko kehilangan panas (termasuk bayi dengan
1. Bayi yang disedasi, bayi yang ibunya diberikan anestesi atau mendapat analgesik,
karena:
1) Gangguan pada konservasi panas oleh vasokontriksi dan respon postural dari bayi
2. Bayi asfiksia, lebih cepat timbul dingin karena tidak terjadi vasokontriksi segera
setelah lahir
3. Bayi IUGR ( intra uterine growth retardation/pertumbuhan janin terhambat), yaitu
bayi:
1) Cenderung asfiksia
hipoglikemia segera
2) Predisposisi asfiksia
4) Semakin banyak pada minggu ke 3- ke 5 setelah lahir kecuali terjadi stres dingin
5) Mengandung trigliserida yang dapat dipecah menjadi gliserol dan non ester fatty
6. Stress dingin
Bayi BBLR yang kurang bulan yang tiba-tiba dihadapkan pada suhu dingin akan
mengalami hipotermi. Sebagai respon terhadap udara atau suhu dingin akan terjadi
asidosis metabolic. Hal ini akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah paru
asidosis metabolic. Keadaan ini akan memperburuk respon bayi yang lahir rendah
terhadap dingin. Oleh sebab itu bayi berat lahir rendah yang kurang bulan
Bayi baru lahir dengan berat lahir rendah yang telah mengalami hipotermi dapat
mempunyai efek klinis sebagai berikut: penurunan kadar pH, penurunan tekanan
1. Stres dingin yang terjadi pada BBLR secara terus menerus (berlarut-larut) dapat
menghabiskan cadangan brown fat dan membuat suhu tubuh bayi turun
Glikogen dimetabolisme sehingga tebentuk asam piruvic dan asam laktat yang
intrakranial
1. Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat
hangat)
4. Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di box terbuka dan diselimuti
Sedangkan pada bayi berat lahir rendah yang sakit, cara untuk mencegah
Untuk mencegah pada bayi hipotermi pada bayi berat lahir rendah maka perlu
pengaturan suhu tubuh badan pada neonatus, yang biasanya dilakukan diruang
pemberian lingkungan di area thermal zona netral pada bayi dalam posisi suhu
keliling yang sempit, sehingga kehilangan panas pada suhu 37º C. Sedangkan
kelebihan energinya yang didapat dari makanan dapat dimanfaatkan untuk
sakit. Ada dua alat yang dapat melakukan thermogulasi atau membuat zona
netral thermal ini yaitu: radiant warmer dan inkubator. Untuk menentukan
apakah bayi berat lahir rendah digunakann warmer atau inkubator adalah
berdasarkan situasi dan kondisi bayi. Ada dokter bayi yang lebih suka
bayi sementara dokter bayi lebih suka menggunakan inkubator karena inkubator:
Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memiliki radiant warmer atau
2. Menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering ( bayi
dari 25ºC)
5. Mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedong, yang basah dengan yang
Metode ini merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir rendah untuk
mencegah hipotermi pada bayi baru lahir. Prinsip dasar dari metode kangguru ini
adalah mengganti perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam inkubator
dengan metode kangguru. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas terutama
dan memudahkan infeksi nosokomial, rujukan ke rumah sakit untuk bayi BBLR
Pada bayi BBLR reflek hisap, menelan dan reflek batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih
kurang. Pada umumnya bayi dengan berat badan 2000 gram atau lebih dapat
menyusu pada ibunya. Bayi de ngan berat kurang dari 1500 gram, kurang mampu
menghisap pada susu ibu maupun susu melalui botol terutama pada hari-hari
pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung. Setelah hari
kelima bayi dicoba menyusu pada ibunya bila daya hisap cukup dapat diteruskan,
bila tidak lebih baik melalui dot dibandingkan dengan susu ibu. Pada keadaan ini
air susu ibu dapat dipompa dan dimasukkan dalam botol steril. Cara pemberian
oral melalui botol adalah dengan frekuensi yang lebih sering dalam jumlah susu
yang sedikit. Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 mililiter per
jam dan jumlah dapat ditambahkan sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Bila air
susu tidak ada maka dapat diberikan susu buatan mengandung lemak yang
mudah dicerna oleh bayi dan rendah lactose serta mengandung 20 kalori tiap 30
mililiter air.
1. Radiologi
1) Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulah,
dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thorkas pada bayi dengan penyakit
pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran
white lung.
2) USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umut 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intraknial dengan
memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang
terbuka
2. Bilirubin
Sebaliknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan
amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan
amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95%
2. (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya
2.2.1 Pengkajian
mengumpulkan data-data yang akurat dari pasien, sehingga akan diketahui berbagai
manusia yang memandang manusia dari aspek biologis, psikologis, sosial dan
kembang dari kebutuhan dasarnya) pengetahuan tentang konsep sehat dan sakit,
tentang sistem keluarga dan kultur budaya serta nilai-nilai keyakinan yang dimiliki
1. Pengumpulan data
Validasi data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang
dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subjektif dan data objiektif yang
didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal untuk
diketahui kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang ada
3. Identifikasi pola/masalah
dilakukan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau masalah yang mengalami
Adapun pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien BBLR, antara lain:
2. Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, alamat dan hubungan dengan
pasien
Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Kaji berapa berat badan bayi, biasanya bayi berat lahir rendah mempunyai berat
badan < 2500 gram, pasien juga biasanya mengalami hipotermi (suhu tubuh di
Tanyakan kepada keluarga ada tidak anggota keluraga yang mempunyai riwayat
hamil kembar, tanyakan juga kepada ibu apakah menderita penyakit kronis
selama kehamilan
Kebutuhan Bio-Psiko-sosial-spiritual
1. Kebutuhan respirasi
substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada. Adanya bunyi ampela pada
2. Nutrisi
Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala. Kulit
3. Eliminasi
Tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk padat, lunak atau berair
4. Aktivitas
Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau tersenyum
adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20
jam
5. Istirahat tidur
Umumnya bayi BBLR tidak mengalami gangguan dalam istirahat dan tidurnya
Biasanya bayi akan menangis bila lapar atau pokokmya basah/kotor karena BAK
dan BAB
Biasanya bayi pola kebersihan dibantu sepenuhnya oleh perawat dan keluarganya
8. Mempertahankan temperatur tubuh
rawat di inkubator
9. Komunikasi
Biasanya bayi belum mampu di dalam berpakaian dan dibantu oleh perawat dan
keluarganya
1. Kepala
Inspeksi : kepala lebih besar dari pada badan, lanugo (bulu halus) banyak
Palpasi : Palpasi adanya edema pada area kepala,ada tidaknya nyeri tekan pada
kepala
2. Mata
Palpasi : Ada tidaknya edema disekitar mata, ada tidaknya nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi : Lubang dan septum hidung utuh, tidak ada polop pada hidung, ada
4. Telinga
Inspeksi : Biasanya bentuk telinga kanan dan telinga kiri simetris, terdapat
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena jugularis
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan distensi vena jugularis
6. Dada
Inspeksi : Simetris, ada retraksi dinding dada payudara tampak belum terlihat
7. Abdomen
Inspeksi : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan
9. Kulit
Inspeksi : Kaji adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda iritasi,
pemantau, infuse atau alat lain bersentuhan dengan kulit; periks, dan
tempat juga dan catat setiap preparat kulit yang di pakai (misal;
Palpasi : Palpasi bagaimana tekstur dan turgor kulit apakah kering, lembut,
berisik, terkelupas
sempurna
6. Kaget ( stratle) : Bayi memberikan respon ekstensi dan fleksi lengan yang
belum sempurna
1. Analisa Data
tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. Data yang telah
2. Diagnosa Keperawatan
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan
dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan media klien
masa lalu dan kosultasi dengan profesional lain, yang semuanya dikumpulkan
selama pengkajian ( Potter & Perry, 2009). Masalah keperawatan yang sering terjadi
pada bayi BBLR yaitu pola nafas tidak efektid, ketidakefektifan pengaturan suhu
tubuh, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri, risiko kekurangan
perkembangan, serta risiko infeksi ( dalam buku Oktiawati & Julianti, 2019).
Adapun diagnosa yang muncul pada kasus bayi berat lahir rendah ( dalam buku
tubuh
Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan
Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan antara lain:
kesehatan, sumber daya yang tersedia, peran serta klien, prinsip ilmiah dan
praktik keperawatan
2. Menentukan tujuan
waktu
Hasil
tidak efektif tindakan keperawatan pernafasan, bunyi nafas, irama dan retraksi
dada simetris
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1.Kaji status pernafasan: frekuensi
beehubungan dengan tindakan keperawatan pernafasan, bunyi nafas, irama dan retraksi
dengan imaturitas jam, menunjukkan 4. Monitor serum albumin dan protein total
( 80/45 mmHg)
9. Tidak ada
peningkatan Ht dan
BUN
nutrisi kurang dari 3×24 jam radiasi untuk mencegah kehilangan kalori
badan saat lahir pada dapat tercapai ( Arnon et al,. 2013). Selain
kadar gula bayi diatas regurgutasi dan distensi karena posisi miring
berhubungan dengan selama 3×24 jam bayi 2. Pantau tanda dan gejala terjadinya
kurangnya lemak coklat, tidak mengalami hipotermia seperti akral dingit, peningkatan
imaturitas pusat kriteria hasil: 3. Ukur suhu aksila bayi secara teratur
pengaturan suhu tubuh 1. Suhu aksila 36,5- 4. Minimalkan kehilangan cairan melalui
37-,5ºC proses konduksi, konveksi, evaporasi dan
Mendoza, 2012)
6 Risiko kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji daerah kulit akibat penggunaan plester
integritas kulit tindakan keperawatan dan kulit hidung pada ujung hidung, lubang
menunjukkan NCPAP
berhubungan dengan tindakan selama 3×24 tubuh, frekuensi nafas, frekuensi nadi,
(suhu 36,5-37-5ºC)
160×/menit, frekuensi
nafas 40-60×/menit,
kesadaran
komposmetis, diuresis
tidak nyeri
3. Bayi menunjukkan
0,2
2. Keluarga
mengetahui dampak
jarak panjang
gangguan
perkembangan pada
bayi
3. Keluarga dapat
melakukan stimulaasi
perkembangan pada
bayi
bayi tuanya
2.2.4 Evaluasi
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak, pada tahap evaluasi ini terdiri dari kedua kegiatan yaitu kegiatan yang
menilai dari respon pasien disebut evaluasi proses dan kegiatan melakukan evaluasi
dengan target tujuan yang diharapkana disebut evaluasi hasil (Nursalam, 2009)
BAB 3
METEDOLOGI PENELITIAN
Rancangan studi kasus yang dipakai untuk penelitian ini adalah deskriptif untuk
Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua pasien dengan kasus
dan masalah keperawatan yang sama , yaitu Asuhan Keperawatan Pada Bayi
Berat Lahir Rendah dengan Masalah Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif
Fokus studi pada kasus ini adalah Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir. Menurut sumber lain BBLR adalah bayi baru lahir yang berat
Menurut (Herdman & Kamitsuru, 2018) pola nafas tidak efektif adalah
3.6.1 Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara secara verbal dan non verbal tentang hasil
penyakit, dahulu dan keluarga. Sumber data dari pasien, rekam medik dan
perawatan lainnya
Pangkalpinang
narasi dan deskriptif hingga dapat disertai dengan ungkapan verbal dari
keluarga pasien
langsung dengan manusia, maka segi etika studi kasus harus diperhatikan
karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan studi kasus. Masalah
consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
dijelaskan
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan