Anda di halaman 1dari 27

DEPARTEMENT ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

OLEH:
HARIADY SALAM
C111 11 261

Pembimbing:
dr. Husain Assagaf
dr. Nia Krisdiantari
Supervisor:
Dr. dr. Ema Alasiry, Sp.A (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMENT ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASSAR
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:


Nama

: Hariady Salam

NIM

: C111 11 261

Judul PKMRS : Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 16 September 2015

dr. Husain Assagaf

dr. Nia krisdiantari

Hariady Salam

Supervisor

Dr.dr. Ema Alasiry, Sp.A(K)

DAFTAR ISI
1

DAFTAR ISI.1
LATAR BELAKANG..2
DEFINISI. 3
EPIDEMIOLOGI 3
ETIOLOGI ..4
KLASIFIKASI.

PATOFISIOLOGI......

DIAGNOSIS....

10

KOMPLIKASI.

12

PENATALAKSANAAN .. 17
PROGNOSIS 24
DAFTAR PUSTAKA.. 25

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


PENDAHULUAN
2

LATAR BELAKANG
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau
kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan. Sejak tahun 1961 World Health Organisation
(WHO) telah mengganti istilah bayi prematur dengan bayi berat lahir rendah karena disadari
tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi
prematur. Bayi berat lahir rendah dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu prematuritas
murni dan dismaturitas.
BBLR merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian pada neonatus di
seluruh dunia. Secara global, 40 80% dari kematian neonatal terjadi pada bayi dengan berat
lahir rendah. Menurut WHO, di seluruh dunia lahir sekitar 20 juta bayi dengan berat lahir
rendah dan 19 juta di antaranya lahir di beberapa negara berkembang dengan angka insiden
antara 11% sampai 31%. Pada negara berkembang keadaan ini diperburuk oleh kekurangan
nutrisi dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang
dapat berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru lahir.
(Bang AT, Baitule SB, Reddy HM. 2005)

Di Indonesia, BBLR menjadi masalah yang memprihatinkan. Menurut Survei Kesehatan


Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 29% kematian bayi disebabkan oleh BBLR. Masalah
yang sering timbul akibat BBLR adalah hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubinemia,
infeksi, dan gangguan minum. Infeksi parah yang terjadi pada bayi dengan BBLR dapat
berkembang menjadi komplikasi yang mengancam nyawa seperti sepsis. Jika komplikasi
yang terjadi tidak ditangani dengan segera dan tepat, hal ini dapat mengakibatkan kematian.
( Stuckey K, Schrock SD. 2013)

DEFINISI
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Menurut
Departemen Kesehatan (Depkes) RI, BBLR ialah bayi yang lahir dengan berat 2500 gram
atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan.

EPIDEMIOLOGI
BBLR merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian pada neonatus di
seluruh dunia. Secara global, 40 80% dari kematian neonatal terjadi pada bayi dengan
berat lahir rendah.
3

BBLR sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di banyak
negara karena dianggap menjadi salah satu faktor penyebab kematian bayi. Menurut
WHO, di seluruh dunia lahir sekitar 20 juta bayi dengan berat lahir rendah dan 19 juta di
antaranya lahir di beberapa negara berkembang dengan angka insiden antara 11% sampai
31%. Pada negara berkembang keadaan ini diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam
kehamilan yang berdam pak pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat
berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru lahir.
( Bang AT, Baitule SB, Reddy HM. 2005)

Kejadian BBLR tidak dapat dibiarkan begitu saja karena berkaitan dengan
kematian perinatal dan neonatal. Menurut Depkes, sekitar 57% kematian bayi terjadi pada
bayi umur di bawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan selama perinatal
dan bayi berat lahir rendah. Bayi dengan berat lahir rendah cenderung mengalami
perkembangan kognitif yang lambat, kelemahan syaraf dan mempunyai prestasi yang
buruk pada proses pendidikannya. Bahkan BBLR mempunyai dampak yang kompleks
sampai usia dewasa, antara lain meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes,
gangguan metabolik dan kekebalan tubuh serta ketahanan fisik sehingga dapat
meningkatkan beban ekonomi individu dan masyarakat.
Di Indonesia, BBLR menjadi masalah yang memprihatinkan. Menurut SKRT
tahun 2001, 29% kematian bayi disebabkan oleh BBLR. Masalah yang sering timbul
akibat BBLR adalah hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, infeksi, dan gangguan
minum.
( Bang AT, Baitule SB, Reddy HM. 2005)

ETIOLOGI
Faktor Ibu:
1. Penyakit.
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan,
misalnya toksemia gravidarum, pendarahan antepartum, trauma fisis
dan psikologis. Penyebab lainnya adalah diabetes melitus, penyakit
jantung, korioamnionitis dan tindakan operatif dapat menjadi faktor
etiologi prematuritas dan BBLR.
2. Usia.
4

Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia di


bawah 20 tahun dan pada multigravid yang jarak antar kelahirannya
terlalu dekat. Pada ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih
dari 4 anak juga sering ditemukan. Kejadian terendah adalah pada usia
antara 26 hingga 35 tahun.
3. Keadaan sosial ekonomi.
Kejadian tertinggi adalah pada golongan sosial ekonomi yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang.
4. Jarak Kehamilan
Menurut ketentuan yang di keluarkan oleh Badan Koordinasi
Keluarga Berencana (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antara
kelahiran yang ideal adalah 3 tahun atau lebih. Hal tersebut karena
jarak kelahiran yang pendek dapat menyebabkan seorang ibu belum
cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah kelahiran
sebelumnya, sehingga merupakan salah satu faktor penyebab
kelemahan dan kematian ibu dan bayi yang dilahirkan.
5. Asupan makanan ibu selama hamil
Kebutuhan fisiologis sewaktu hamil adalah jumlah energi,
protein dan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Apabila asupan makanan ibu selama kehamilan
tidak adekuat, maka angka prevalensi bayi dengan BBLR akan tinggi
karena pemenuhan akan zat-zat yang di perlukan janin berkurang.
6. Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan
atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi
penyebab penting dari kelahiran mati dankematian neonatal. Ibu
dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya hipoksia sehingga
pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran premature,
hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsia
5

danpenyebab gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan


berat badan lahir rendah.
7. Preeklamsia
Pre-eklamsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan
janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini
disebabkan karena pre-eklamsia pada ibu akan menyebabkan
perkapuran didaerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan
dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah
plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk kejanin berkurang.
Faktor Anak:
1. Kehamilan Ganda.
Pada kehamilan ganda suplai darah ke janin harus terbagi dua atau
lebih untuk masing-masing janin, sehingga suplai nutrisi berkurang.
2. Volume Amnion.
Oligohidramnion

berhubungan

dengan

retardasi

pertumbuhan

intrauterin. Hal ini menjadi paling nyata sesudah kehamilan 20


minggu, ketika urinasi janin menjadi sumber utama cairan amnion.
(Sehested LT, Persen P. 2003)

KLASIFIKASI
Klasifikasi BBLR, yaitu:
a.Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.
b.

Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir 1000-1499


gram.

c.Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR), berat lahir < 1000 gram.
Saat lahir, ada tiga parameter antropometrik yang penting untuk diukur yaitu berat
lahir, panjang badan dan lingkar kepala. Kemudian dimasukkan dalam kurva Lubchenco
untuk melihat apakah usia gestasi bayi dengan berat lahir berada dalam batas normal atau
tidak.
(Klaus MH and Fanaroff AA, 2005.)

Pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970) dibuat


keseragaman definisi, yaitu sebagai berikut:
6

a. Bayi Kurang Bulan : Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37


minggu.
b. Bayi Cukup Bulan : Bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai 42 minggu.
c. Bayi Lebih Bulan

: Bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42

minggu.

Gambar 1. Kurva Lubchenco


Titik A menandakan bahwa bayi kurang bulan tetapi berat badan sesuai dengan
masa kehamilan. Sedangkan titik B menunjukkan bahwa bayi cukup bulan tapi kecil
untuk masa kehamilan.
Interpretasi berat badan menurut usia kehamilan berdasarkan kurva Lubchenco dapat
digolongkan sebagai berikut:
1) Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan berat badan
dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
2) Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan berat
badan diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
3) Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan berat badan
diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan janin.
Dengan pengertian yang telah dijelaskan di atas, BBLR dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni.

Usia gestasi kurang 37 minggu dan berat badan sesuai dengan usia
gestasi yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10 sampai
persentil ke - 90 pada kurva pertumbuhan intrauterin Lubchenco atau
biasa

disebut bayi kurang bulan - sesuai masa kehamilan (BKB-

SMK).
b. KMK
Bayi lahir dengan berat badan kurang untuk usia gestasi seharusnya.
Penyebab KMK adalah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran
zat antara ibu dan janin mengakibatkan gangguan hantaran makanan
pada janin. KMK juga dihubungkan dengan keadaan medis yang
menganggu sirkulasi dan insufisiensi plasenta, pertumbuhan dan
perkembangan janin, kesehatan umum dan nutrisi ibu. Berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi
KMK. Terdapat dua jenis KMK yaitu :
1) Simetris.
Janin yang menderita distres yang lama di mana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulanbulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang, lingkar
kepala dalam proporsi yang seimbang. Akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah usia gestasi yang sebenar.
Bayi tidak menunjukkan adanya wasted oleh karena
retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya jaringan
lemak.
2) Asimetris.
Terjadi akibat distres sub-akut. Gangguan terjadi beberapa
minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada
keadaan ini lingkar kepala dan panjang janin normal akan
tetapi berat lahir tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi
tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan
lemak di bawah kulit. Kulit tampak keriput dan mudah
diangkat, bayi kelihatan sangat kurus.
( Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. 2009)

Perbandingan IUGR Tipe Simetrik dan Asimetrik


8

KARAKTERISTIK
Penyebab

Frekuensi
Mulai
Ponderal indeks
Bagian organ terganggu

IUGR SIMETRIS
Intrinsik atau ekstrinsik:

IUGR ASIMETRIS
Hanya ekstrinsik: Insufisiensi

genetic, teratogenik, infeksi

plasenta kronik

intrauterine
20-30%
Diawal kehamilan
Normal
Sering mikrosefalus IUGR

70-80%
BIasanya trimester ke-3
Meningkat
Kingkar perut kecil, kelaian

simetris mempengaruhi semua

panjang tulang paha umumnya

system organ secara seimbang

terpengaruhi belakangan,
lingkar kepala dan diameter
biparietal juga berkurang. Berat
lahir, panjang lahir, timus,hati,
jantung, otak. Rasio otak
dengan liver: 6;1(kepala lebih

Efek terhadap jumlah sel:


Ukuran sel
Pertumbuhan plasenta

Berkurang
Normal
Biasanya kecil

bersar dari perut)


Berkurang
Subnormal (kecil)
Subnormal

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya BBLR bergantung terhadap faktor-faktor yang berkaitan
dengan prematuritas danIntra Uterine Growth Retardation(IUGR). Sangat susah untuk
memisahkan secara tegas antara faktor-faktor yang berkaitan dengan prematur dan faktorfaktor yang berkaitan dengan IUGR dan menyebabkan terjadinya BBLR.
Kelahiran prematur dari BBLR yang sesuai masa kehamilan dihubungkan dengan
kondisi medis yang berhubungan dengan ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan
janin, tindakan-tindakan selama masa kehamilan, pecah ketuban prematur atau solusio
plasenta prematur, atau rangsangan-rangsangan yang tidak dapat dijelaskan yang dapat
menimbulkan kontraksi uterus sebelum waktunya.

Etiologi

Faktor ibu: -Penyakit


-Usia
-Hipertensi
-Pre-eklamsia
-Jarak kehamilan
-Asupan makanan ibu selama hamil

Faktor janin:
-Kehamilan ganda
-Volume amnion

(Rachma, FB., 2002)


DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematur, lahir mati, pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan,
10

pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, pertambahan berat badan
ibu sangat lambat, sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion,
hiperemesis gravidarum, dan perdarahan antepartum.
b. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
1) Berat badan <2500 gram.
2) Pemeriksaan skor Ballard:
Penilaiaan menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil
penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria
pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian pula
kriteria pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan
maturitas

neuromuskuler

dan maturitas

fisik

digabungkan,

kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa


gestasinya.
Cara menilai aktivitas neuromuskular:
o Posture: dinilai bila bayi dalam posisi telentang dan
tenang.
o Square window: tangan bayi difleksikan di antara ibu
jari dan telunjuk pemeriksa lalu diukur sudut antara
hypothenar emirence dengan forearm.
o Arm recoil:lakukan fleksi lengan bawah selama 5 detik,
kemudian lengan tersebut dilepas. Nilailah derajat
kembalinya ke posisi fleksi.
o Popliteal angle: bayi tidur terlentang, paha dipegang
sedemikian rupa sehingga berada dalam knee-chest
position. Setelah itu dilakukan ekstensi tungkai bawah,
ukurlah sudut di bawah lutut tersebut.
o Scarf sign: posisi terlentang, peganglah salah satu
lengan bayi dan usahakan tangan tersebut mencapai
leher posterior dari bahu sisi lainnya. Angkat dan
geserlah siku bayi di atas dadanya dan lihat sampai di
mana siku tersebut dapat digeser. Makin muda bayi,

11

makin mudah menggeser sikunya melewati garis tengah


kesisi lain.
o Heel to ear: posisi terlentang, gerakkan kaki bayi ke
telinga dari sisi yang sama. Perhatikan jarak yang tidak
mencapai telinga dan ekstensi lutut.
(Wasunna A. 2002)

Gambar 2. Maturitas Neuromuskular (Skor Ballard)

Gambar 3.Maturitas Fisik (Skor Ballard)


12

(Ballard JL, Khoury JC, Wedig K. 1991)

Setelah didapatkan jumlah skor dari pemeriksaan neuromuskuler


dan maturasi fisik, maka kedua skor itu dijumlahkan. Hasil penjumlahan
tersebut dicocokkan dengan tabel nilai kematangan (di samping kanan),
sehingga didapatkan usia kehamilan dalam minggu.
KOMPLIKASI
Pada BBLR dengan kelahiran prematur terdapat berbagai macam komplikasi yang
dapat terjadi, yaitu:
a. Respirasi:
1) Respiratoty Distress Syndrome (RDS)
Masalah pernapasan ini biasa terjadi pada bayi yang lahir
sebelum minggu ke-34 kehamilan. Bayi dengan RDS
mengalami kekurangan protein yang disebut surfaktan yang
berfungsi untuk menjaga kantung udara kecil di paru-paru.
2) Meconium Aspiration Syndrome (MAS)
MAS adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kulit
yang berwarna kebiruan dan kesulitan bernafas ketika bayi baru
lahir karena menghisap mekonium sebelum, sewaktu atau
setelah proses persalinan. Mekonium adalah istilah yang biasa
digunakan untuk menyebutkan feses yang dikeluarkan bayi
sebelum menelan air susu ibu.
3) Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi baru lahir
yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbon dioksida
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
DD
TANDA

RDS
- Distress pernapasan

DAN

GEJAL
A

MAS
- Cairan ketuban

Takipneu : laju napas


>60x/m

Sianosis

Retraksi:cekungan pada

sternum dan costa pada


saat inspirasi

berwarna kehijauan

kurang dari100x/m tdk

Kulit bayi tampak

teratur

kehijauan
-

ASFIKSIA
- DJ > 100x/m atau

Tonus otot menurun

Ketika lahir bayi

karna kekurangan

tampak lemas/lemah

oksigen pada otak,otot,

Takipneu

dan organ lain


13

Grunting: suara merintih

saat ekspirasi

Tanda post

Depresi pernapasan,

maturitas(berat badan

karna otak kekurangan

kurang, kulit

oksigen

mengelupas)

Takipneu

Sianosis

pucat

b. Perdarahan intrakranial
Pendarahan intrakranial adalah perdarahan di dalam tulang
tengkorak. Perdarahan bisa terjadi di dalam otak atau di
sekeliling otak
c. Kardiovaskular:
-

Patent Ductus Arteriosus (PDA)


PDA adalah masalah jantung yang sering terjadi pada bayi
prematur. Sebelum lahir, arteri besar yang disebut duktus
arteriosus memungkinkan darah tidak mengaliri paru-paru bayi.
Duktus ini biasanya menutup setelah lahir sehingga darah dapat
mengalir ke paru-paru dan mengambil oksigen. Ketika duktus
tidak menutup dengan benar, dapat menyebabkan gagal
jantung.

Ventrikel Septum Defect (VSD)

Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada


jantung berupa lubang pada septum yang memisahkan
ventrikel sehingga terdapat hubungan antara antar rongga
ventrikel (Ramaswamy, et al. 2009). Defek ini dapat terletak
dimanapun pada sekat ventrikel, baik tunggal atau banyak,
serta ukuran dan bentuk dapat bervariasi (Fyler, 1996).
Insidensi DSV terisolasi adalah sekitar 2 6 kasus per 1000
kelahiran hidup dan terjadi lebih dari 20% dari seluruh
kejadian PJB. Defek ini lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria (Ramaswamy, et al. 2009).

Atrial Septal Defect (ASD)


14

Defek Septum Atrium (DSA) adalah anomali jantung kongenital


yang ditandai dengan defek pada septum atrium akibat gagal fusi
antara ostium sekundum, ostium primum, dan bantalan endokardial.
Defek Septum Atrium dapat terjadi di bagian manapun dari septum
atrium, tergantung dari struktur septum atrium yang gagal
berkembang secara normal (Bernstein, 2007)
-

Atrioventricular Septal Defect (AVSD)


Defek Septum Atrioventrikularis (DSAV) ditandai dengan penyatuan
ASD dan VSD disertai abnormalitas katup atrioventrikular
(Bernstein, 2007).

d. Hematologi:
1) Hiperbilirubinemia
Terjadi perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa,
sklera dan organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar
bilirubin di dalam darah. Pada bayi dengan BBLR yang lahir
prematur, organ-organ belum berkembang sempurna termasuk
hepar di mana merupakan tempat metabolisme bilirubin.
Akibatnya konjugasi dan eliminasi bilirubin menjadi terganggu
sehingga banyak bilirubin beredar dalam darah
2) Infeksi Neonatorum atau Sepsis
Adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi
pada bulan pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh
bayi baru lahir. Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan
oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah
yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septic
Yang dapat terjadi pada sepsis:
-

Hipotermi
Berat badan menurun tiba-tiba
Pernapasan : dispnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot

pernapasan merintih, mengorok, dan pernapasan cuping hidung


Kardiovaskuler :hipotensi, kulit lembab, pucat, dan sianosis
Pencernaan : distensia abdomen, diare
Hematologi : tampak pucat, ikterus,peteki, purpura perdarahan,
splenomegali

15

3) Hemorrhagic diseaseof the Newboarn (HDN)


Hemorrhagic disease of the new boarn (HDN) didefenisikan
sebagai perdarahan spontan atau akibat trauma pada bayi yang
berhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya
aktifitas factor pembekuan II,VII,IX dan X dengan fibrinogen
dan trombosit normal. Pada kebanyakan kasus perdarahan
terjadi di kulit, mata, hidung dan saluran cerna. Kasus
perdarahan pada intracranial jarag dijumpa
e. Gastrointestinal:
Necrotizing Enterocolitis (NEC)
NEC adalah masalah usus yang berbahaya, biasanya terjadi dua
sampai tiga minggu setelah lahir. Hal ini dapat menyebabkan
kesulitan makan, komplikasi perut bengkak dan lainnya
f. Mata:
Retinopathy of Prematurity (ROP)
ROP adalah pertumbuhan abnormal dari pembuluh darah di
mata yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Hal ini
terjadi terutama pada bayi yang lahir sebelum 32 minggu
kehamilan
g. Metabolisme tubuh:
1) Hipotermi
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah
normal. Suhu normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5 37,5 Celsius. Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang
disebabkan oleh pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum
berfungsi dengan sempurna. Permukaan tubuh bayi relatif lebih
luas dan tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan
menyimpan panas menyebabkan bayi hipotermi
2) Hipoglikemik
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa
darah kurang dari 45 mg/dl. Hipoglikemi sering terjadi pada
16

BBLR, karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu diabetes


melitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada
janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat
lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa
berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi, sehingga
terjadi hipoglikemi.
PENATALAKSANAAN
I.

II.

RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR

S.T.A.B.L.E ( Sugar and Safe Care, Temperature, Airway, Blood Pressure,


Laboratorium Works, Emotional Support )
Penatalaksanaan untuk BBLR mencakup berbagai aspek untuk mempertahankan
kondisi stabil. Program S.T.A.B.L.E adalah panduan yang dibuat untuk tatalaksana bayi
baru lahir yang sakit, mulai pasca resusitasi. Program ini berisi standar tahapan
stabilisasi pasca resusitasi untuk memperbaiki kestabilan, keamanan, dan luaran bayi.
Program S.T.A.B.L.E mengupayakan kondisi bayi menjadi warm, pink, sweet dalam
17

kurun waktu 1 jam. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana BBLR
menggunakan program S.T.A.B.L.E adalah:
(Kristine AK.The S.T.A.B.L.E. 2006)

a. Sugar and Safe Care


Merupakan langkah untuk menstabilkan kadar gula darah neonatus.
Target gula darah gula darah untuk neonatus adalah 50-110 mg/dl.
Pada awal kehidupan, kelangsungan pasokan nutrisi terhenti setelah
pemotongan tali pusat. Bayi baru lahir memerlukan kelangsungan
nutrisi untuk mempertahankan asupan glukosa. Kecukupan glukosa di
perlukan agar metabolisme sel tetap berlangsung terutama sel otak.
Ada 3 faktor risiko yang mempengaruhi kadar gula darah yaitu:
1) Cadangan glikogen terbatas
2) Hiperinsulinemia
3) Peningkatan penggunaan glukosa
Tatalaksana Hipoglikemia pada neonatus
Berikan glukosa 10% secara intravena sebanyak 2 ml/kg
dengan perlahan selama 1 menit. Lanjutkan dengan pemberian infus
glukosa 10% dan pertimbangkan juga pemberian elektrolit. Kebutuhan
glukosa diperkirakan sekitar 8-10 mg/kg/menit. Untuk memberikan
glukosa sebanyak 8 mg/kg/menit dibutuhkan dekstrose 10% dengan
kecepatan 110 mL/kg/hari intravena.
Bila kebutuhan glukosa melebihi 12 mg/kg/menit segera
lakukan pemeriksaan kadar gula darah, insulin, kortisol, growth
hormone, laktat, TSH dan FT4 unutk mendeteksi adanya gangguan
hormone. Setelah itu diberikan hidrokortison suksinat 10 mg/kg/hari/iv
dengan dosis terbagi-bagi. Bila perlu lakukan konsultasi endokrinologi.
(Crenmer, H. 2013)

b. Temperature

18

Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,5C. Bayi dikatakan hipotermi


jika:

Ringan

: 36o-36,5oC

Sedang: 32o-36oC

Berat : < 32oC

Pada

hipotermia

yang

berat,

bayi

dalam

batas

yang

uncompensated. Pada kondisi tersebut sel otak berisiko tinggi


mengalami kematian sel dan ireversibel. Bayi yang mempunyai risiko
hipotermia adalah:
1) BBLR
2) Bayi sakit berat
3) Bayi dengan resusitasi lama
4) Bayi dengan kelainan congenital
Pada bayi dengan hipotermi akan terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah sehingga mengakibatkan ketidakcukupan sirkulasi di jaringan
tubuh. Selain itu kondisi hipotermia dapat meningkatkan metabolisme
dalam rangka untuk meningkatkan kalori tubuh. Kondisi ini akan
meningkatkan kebutuhan tubuh terhadap oksigen. Dengan demikian
suhu, gula darah dan oksigen mempunyai keterkaitan erat. Selain itu
juga pengaruh konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi turut
berperan pada hipotermi.
Tatalaksana Hipotermi pada neonatus
Mengatasi hipotermi pada bayi dilakukan dengan cara:
1. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meningg
al.Tindakan yang harusdilakukan adalah segera menghangatkan
bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2. Melaksanakan metode kanguru,
yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup kepala
diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena
terjadi kontak kulit langsung. Bilatubuh bayi masih teraba
dingin Nias ditambahkan selimut.

19

3. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika


atau dihangatkan diatastungku.
4. Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia , sehingga bayi
harus diberi ASI sedikitsedikit sesering mungkin. Bila bayi
tidak menghisap , beri infuse glukosa / dektrose 10% sebanyak
60-80 ml /kg per hari.
5. Meminta pertolongan pada petugas kesehatan terdekat.
6. Dirujuk kerumah sakit.
(http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/hipotermi-pada-bayi-baru-lahirdan.html#ixzz2nJZTpzZo)

c. Airway
Masalah pernapasan menjadi masalah yang sering dialami bayi yang
mendapat perawatan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Saat
resusitasi dilakukan upaya membuka alveoli paru, pasca resusitasi
alveoli paru belum sepenuhnya terbuka. Deteksi dini kegawatan napas
dan evaluasi terapi, termasuk menilai progresifitas gangguan
pernapasan merupakan perkara yang sangat penting. Salah satu
penilaian dini gangguan pernapasan yang mudah adalah menggunakan
Skor Downe.
Tabel 1. Skor Downe.
Kecepatan napas
Retraksi

0
< 60x/menit
Tidak ada retraksi

Sianosis

Tidak ada sianosis

Udara masuk

(+)

Merintih

Tidak merintih

1
60-80x/menit
Retraksi ringan
Tidak tampak

2
> 80x/menit
Retraksi berat
Sianosis (+)

sianosis dengan O2
Udara masuk

dengan O2
Tidak ada udara

berkurang

masuk
Terdengar tanpa

Terdengar melalui
stetoskop

menggunakan
peralatan

Interpretasi skor Downe:


1) Skor <4 : Gangguan pernapasan ringan
2) Skor 4-5 : Gangguan pernapasan sedang
3) Skor >6 : Gangguan pernapasan berat
20

Pada gangguan pernapasan ringan, penanganan yang dapat diberikan


adalah pemberian oksigen. Apabila terjadi gangguan pernapasan
sedang, terapi yang dapat diberi adalah pemberian continous positive
airway pressure (CPAP). Jika terjadinya gangguan pernapasan berat,
penanganan yang dapat diberikan adalah penggunaan ventilator untuk
membantu pasien bernapas.
d. Blood Pressure
Syok terjadi akibat adanya gangguan perfusi dan oksigenasi organ. Ada
tiga jenis syok, yaitu:
1) Hipovolemi
2) Kardiogenik
3) Septik
Penyebab tersering pada neonatus adalah:
1) Kehilangan darah saat intrauterin
2) Kehilangan darah saat lahir
3) Dehidrasi
Neonatus harus dicegah agar jangan sampai jatuh pada kondisi syok.
Hal penting dalam menentukan bayi mulai mengalami hipotensi adalah
menilai tekanan darah.Tekanan darah normal bayi berbeda, tergantung
usia gestasi.
e. Laboratorium Works
Bila memungkinkan pemeriksakan laboratorium pada bayi yang
dilakuakan adalah darah rutin, Hb, golongan darah ABO dan rhesus.
Jika terdapat bayi yang akan dirujuk, wajib dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk kemungkinan infeksi bila fasilitas memadai. Perlu
dilakukan juga pada bayi berisiko dengan curiga dan dugaan sepsis.

Faktor risiko tersering adalah:


1) Ketuban pecah dini (KPD) > 18 jam
2) Ibu

dengan riwayat korioamnionitis

3) Ibu sakit menjelang persalinan, misalnya keputihan, diare,


suhu ibu lebih dari 38C, persalinan prematur, bayi dengan
riwayat gawat janin
21

Berdasarkan hasil pemeriksaan bila dicurigai adanya sepsis, berikan


antibiotik sesaat sebelum bayi dirujuk.

f. Emotional Support
Sampaikan informasi mengenai bayi dan rencana tatalaksana terhadap
bayi kepada keluarga bayi jika bayi perlu dirujuk. Sebaiknya bila
kondisi ibu memungkinkan, beri ibu kesempatan untuk melihat
bayinya, beri dorongan ibu untuk kontak dengan bayinya. Beri
dorongan dan keyakinan pada ibu untuk tetap memberikan air susu ibu
(ASI) kepada bayi.

III.

PERAWATAN METODE KANGURU (PMK)

Adapun tatalaksana yang dapat diberikan yaitu dengan mengajarkan perawatan metode
kanguru (PMK). PMK adalah salah satu metode perawatan bayi BBLR dengan melakukan
kontak langsung (kulit dengan kulit) antara bayi dengan ibunya (atau keluarga lainnya).
Manfaat PMK bagi bayiadalah denyut jantung stabil, pernapasan lebih teratur, suhu tubuh
lebih stabil, kenaikan berat badan lebih cepat, perkembangan otak lebih baik, lebih jarang
menangis, lebih berhasil menyusu langsung pada ibu, dan memperpanjang durasi menyusu.
Dan manfaat PMK bagi ibu adalah ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi, hubungan
lekat antara ibu dan bayi lebih baik, serta mengurangi penelantaraan anak.
(WHO. Kangaroo Mother Care.2008)

PMK dapat dilakukan dengan dua cara:


a. PMK intermiten.
Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan perawatan
intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi. Bahkan mungkin
memerlukan bantuan alat. Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak
diberikan

sepanjang

waktu

tetapi

hanya

dilakukan

jika

ibu

mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di


22

inkubator. PMK dilakukan dengan durasi minimal satu jam, secara


terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi dengan PMK
intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK
kontinu.
b. PMK kontinu.
Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi
harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan
untuk minum seperti menghisap dan menelan bukan merupakan
persyaratan utama, karena PMK sudah dapat dimulai meskipun
pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan
melakukan PMK, pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya
sehingga meningkatkan asupan ASI.
Manfaat PMK dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat kaitannya dengan
pemberian ASI. Pada PMK, ASI dapat selalu tersedia dan sangat mudah diperoleh,
Hal ini dapat dijelaskan karena bayi dengan PMK terlebih pada PMK kontinu,
selalu berada didekat payudara ibu , menempel dan terjadi kontak kulit ke kulit,
sehingga bayi dapat menyusui setiap kali ia inginkan, selain itu , ibu dapat dengan
mudah merasakan tanda-tanda bahwa bayinya mulai lapar seperti adanya gerakangerakan pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan kecil serta adanya gerakan
bayi untuk mencari putting susu ibunya.Ibu dapat menilai kesiapan menyusu
bayinya dengan memasukkan jari bersih kedalam mulut bayi dan menilai isapan
mlut bayi . Berikan ASI saat bayi sudah terjaga dalam tidurnya. Bila telah terbiasa
melakukan

PMK,

ibudapat

dengan

mudah

memberikanASI

tanpaharus

mengeluarkan bayi dari baju kangurunya.


(Rao S, Udani R, Nanavati R.2008)

Posisi kanguru yang diajarkan pada ibu adalah bayi berada di antara payudara ibu,
kepala bayi menoleh ke satu sisi, dan posisi kaki kodok pada bayi. Untuk komponen
nutrisi dapat dilakukan dengan menjelaskan kepada ibu mengenai inisiasi menyusu dini.

23

Gambar 4. Kangaroo Position


(HTA Indonesia. Perawatan Metode Kanguru; 2008)

KONTROL DAN PENCEGAHAN


Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya BBLR adalah
memprediksi secara dini berat janin yang ada dalam kandungan. Seorang ibu yang
terdeteksi secara dini berat janin dalam kandungannya kurang dari normal dapat segera
dicari penyebabnya dan segera diupayakan untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga
pada akhirnya dapat melahirkan bayi dengan berat badan normal.

PROGNOSIS
Pada umumnya, semakin hebat tingkat prematuritasnya dan semakin rendahnya berat
badan lahir bayi, semakin besar pula kemungkinan timbulnya defisit intelektual dan
neurologis. Sebanyak 50% bayi dengan berat 500-700 gram mempunyai cacat
perkembangan saraf seperti kebutaan, ketulian, retardasi mental, serebral palsi. Kecilnya
lingkaran kepala bayi pada saat lahir dapat terkait dengan prognosis perilaku saraf yang
jelek. Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan yang
intensif.
( Rantakallio P, Von Wendt L.1985)

24

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Low Birth Weight. Marchof Dimes. [Diakses 14 Desember 2014] Available
from http:///www.marchofdimes.com/professionals/681_1153.asp.
Ballard JL, Khoury JC, Wedig K. New Ballard Score, Expanded To Include Extremely
Premature Infants. The Journal of Pediatrics. 119(3):417423, 1991; used with
permission of the CV Mosby Company.
Bang AT, Baitule SB, Reddy HM. Low Birth Weight and Preterm Neonates: Can They Be
Managed At Home By A Mother and A Trained Village Health Worker?.Journal of
Perinatology. 2005; 25:72-81
Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. Prematuritas dan Retardasi Pertumbuhan Intrauteri.
Dalam: Wahab SA, penyunting. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. 1st ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. H:561-562
Department of Reproductive Health and Research World Health Organization
Geneva.Kangaroo Mother Care: APractical Guide. WHO;2003
Handaningrum EY. Analisis Jalur (Path Analysis) Untuk Mengetahui Hubungn Antara
Usia Ibu, Kadar Hemoglobin, dan Masa Gestasi Terhadap Bayi Baru Lahir.
Semarang: Universitas Diponegoro; 2013
HTA Indonesia. Perawatan Metode Kanguru; 2008
Kristine AK.The S.T.A.B.L.E.Pre-transport / Post-resuscitation Stabilization Care of Sick
Infants Guidelines for Neonatal Healthcare Providers 5th ed.The March of Dime;
2006
Ministry of National Development Planning.Report on The Acheivement of The
Millenium Development Goals in Indonesia 2011:BAPPENAS;2012
Michael GR. Fetal Growth Restriction.Medscape;[updated Mar 8 2013; cited 2014
December 14].Available from : http://www.emedicine.medscape.com
Pramono MS, Putro G. Resiko Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah Menurut Determinan
Sosial, Ekonomi, dan Demografi di Indonesia. Surabaya: Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. 2009; 12:127-132
Rachma FB. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Buku Teks Ilmu
Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2002: H771-784
Rao S, Udani R, Nanavati R. Kangaroo Mother Care For Low Birth Weight Infants. I
Pediatric.2008;45(1):17-23
25

Rantakallio P, Von Wendt L. Prognosis For Low-Birthweight Infants Up To The Age Of


14:A Population Study.Dev Med Child Neuro.1985;27(5):655-63
Syafrudin. Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Hamidah, penyunting. Kebidanan
Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. H:37-39
Stuckey K, Schrock SD. Head Off Complications In Late Preterm Infants. J
FamPrac.2013;62(4):1-8
Sehested LT, Persen P. Prognosis And Risk Factors For Intrauterine Growth Retardation.
Dan Med.2014; 61(4):1-4
Sweet AY. Classification of the low-birth-weight infant. In: Klaus MH and Fanaroff AA,
editor. Care of the High-Risk Neonate.Ed. 3. Philadelphia: WB Saunders
Company; 1986; used with permission.
Wong LD. Berat Badan Lahir Rendah dan Prematur. Dalam: Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004
World Health Organization.Health and the Millenium Development Goals.WHO;2005
Wasunna A. Care of The Low Birth Weight Babies/Neonatal Intensive Care. Nairobi:
Department of Pediatrics and Child Healh University of Nairobi; 2012
WHO. Kangaroo Mother Care. Practical Guide; 2003

26

Anda mungkin juga menyukai