Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

0. Pendahuluan

Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi yanga lahir denga
n berat badan kuranag dari 1000 gram (Proverawati,2010)
Menurut WHO tahun 2018 dalam Jurnal (Maghfuroh 2021) berat bayi lahir re
ndah (BBLR) merupakan salah satu penyumbang terbesar angka kematian bayi (AK
B) (Labir et al., 2013).BBLR masih merupakan masalah kesehatan terkait dengan mor
talitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) perinatal. Angka kematian bayi baru lahi
r di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang lai
nnya. Bayi yang mengalami BBLR setiap tahun sekitar 20 juta bayi, 98,5% diantarany
a di negara berkembang. Pengalaman dari negara maju dan berpenghasilan rendah dan
menengah telah dengan jelas menunjukkan bahwa perawatan bayi BBLR yang tepat, t
ermasuk pemberian makan, pemeliharaan suhu, tali higienis dan perawatan kulit, serta
deteksi dini dan pengobatan infeksi dan komplikasi termasuk sindrom gangguan perna
pasan dapat secara substansial mengurangi kematian.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunju
kkan AKN sebesar 15/1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh
Direktorat Kesehatan Keluarga tahun 2019, dari 29.322 kematian balita, 69% (20.244
kematian)terjadi pada masa neonatus. Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah k
ondisi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu 7.150 kematian (35,3%) (Kemenkes, 20
19) dalam Jurnal (Agustin 2022).

Dalam Profil Anak Indonesia(2018) menyatakan bahwa, kematian bayi merup


akan suatu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh para pemangku kebij
akan, terutama negara berkembang seperti Indonesia. Angka kematian bayi (AKB) me
ncerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dar
i masyarakatnya. Angka kematian bayi adalah peluang bayi meninggal antara kelahira
n dan sebelum mencapai usia satu tahun.Perawatan neonatal yang baik menjadi salah
satu standar dalam upaya menurunkan kematian akibat berat lahir rendah, infeksi pask

1
a lahir (seperti tetanus neonatarum, sepsis), hipotermia dan asfiksia (Profil Kesehatan
Anak Indonesia, 2018).

BBLR dapat menyebabkan dampak besar untuk mengalami berbagai masalah


kesehatan. Bayi dengan BBLR sering terkait dengan prematuritas dan masalah keseha
tan yang terjadi diakibatkan oleh belum matang dan lengkapnya organ dan fungsi tubu
h bayi(Abdiana, 2015). Maka perlu dilakukanya perawatan yang intensif. Bayi BBLR
menjalani perawatan di unit perawatan intensif seperti ruang NICU. BBLR dapat dira
wat di rumah jika kondisi kesehatan bayi tersebut sudah stabil. Selanjutnya perawatan
BBLR harus dilanjutkan di rumah oleh orang tua khususnya ibu dari si bayi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan BBLASR ?

2. Apa etiologi BBLASR ?

3. Bagaimana manifestasi klinis BBLASR ?

4. Bagaimana patofisiologi BBLASR ?

5. Apa saja komplikasi BBLASR ?

6. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLASR ?

7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLASR ?

8. Bagaimana perawatan pada BBLASR ?

9. Bagaimana pencegahan pada BBLASR ?

10. Bagaimana asuhan keperawatan pada BBLASR ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLASR

2. Untuk mengetahui etiologi BBLASR

2
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis BBLASR

4. Untuk mengetahui apa saja komplikasi BBLASR

5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada BBLASR

6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLASR

7. Untuk mengetahui bagaimana perawatan pada BBLASR

8. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan pada BBLASR

9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada BBLASR

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR BERAT BAYI LAHIR AMAT SANGAT RENDAH (BBLASR)

1. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahirnya kura
ng 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan, baik premature atau cukup bulan
(Departemen Kesehatan, 2009).
Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau biasa disebut juga dengan
bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) adalah bayi baru lahir dengan berat badan d
ibawah noral (kurang dari 1000 gram)
Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi yanga lahir denga
n berat badan kuranag dari 1000 gram (Proverawati,2010)
Kejadian BBLASR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuha
n nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak factor dan
lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan k
onsumsi makanan pun kurang.
Kesimpulannya BBLASR adalah bayi baru lahir dengan berat badan dibawah
normal yaitu kurang dari 1000 gram.

0. Etiologi
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktoral, sehingga kadan
g mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun penyebab terb
anyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur (Haryani et al., 2020).

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR :


A. Faktor ibu
1. Penyakit
a. Mengalami komplikasi kehamilan seperti : anemia berat yang didukung pen
elitian yang dilakukan oleh Labir et al., (2013) bahwa ibu yang mengalami
anemia pada trimester I berisiko 15,35 kali melahirkan BBLR sedangkan ib
u yang mengalami anemia pada trimester II berisiko 28,48 kali lebih banyak

4
melahirkan BBLR, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklamsia berat, ek
lamsia, infeksi selama hamil (infeksi kandung kemih dan ginjal).
b. Menderita penyakit seperti : malaria infeksi menular seksual, HIV/AIDS.
2. Ibu
a. Kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari usia 35 tahun
b. Jarak kelahiran terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
c. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
d. Ibu perokok
e. Keadaan gizi kurang baik
A. Faktor Janin
1. Kelainan kromosom
2. Infeksi janin kronik
3. Radiasi
4. Kehamilan ganda/kembar (gemeli)
B.Faktor Plasenta
1. Plasenta yang terlepas sebelum waktunya
2. Sindrom tranfusi bayi kembar
3. Tumor (korioangioma, mola hidatidosa). (Haryani et al., 2020)

0. Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi bayi BBLR :
0. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
a. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000 – 1500 gram
b. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.(Hary
ani et al., 2020)

0. Manifestasi Klinis
Secara umum gambaran klinis dari bayi BBLASR adalah :
0. Berat kurang dari 1000 gram
a. Panjang kurang dari 45 cm
b. Lingkar dada kurang dari 30 cm
c. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
d. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
e. Kepala lebih besar

5
f. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
g. Otot hipotonik lemah
h. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea
i. Ekstremitas: Paha Abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus.
j. Kepala tidak mampu tegak
k. Pernafasan 40-50 kali per menit. m. Nadi 100-140 kali per menit.(Haryani et al., 2
020)

0. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLASR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belu
m cukup bulan (premature) disamping itu juga di sebabkan dismaturitas . artinya bay
i lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini ter
jadi adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-
keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dap
at beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi berat badan lahir r
endah ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan atau premat
ur dan disebabkan karena dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangg
uan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh faktor ibu, k
omplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta yang menyebabkan suplai makanan ibu
ke bayi berkurang. Faktor lainnya yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah
yaitu faktor genetik atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum al
kohol,dan sebagainya (Marlenywati 2015).
Bayi BBLR maupun premature belum dapat mempertahankan suhu normal kare
na pusat pengatur suhu tubuh masih dalam perkembangan, intake kalori dan cairan d
i bawah kebutuhan, cadangan energi juga kurang, jaringan lemak subcutan lebih tipi
s (isolator kurang) sehingga resiko kehilangan panas dan air lebih besar.
Temperatur dalam kandungan 37 °C sedang diruangan berkisar 28–32 °C. Pem
berian minum peroral mudah kembung karena dinding otot pada perut masih lemah,
otot saluran cerna masih lemah, malas minum, BB tak bertambah dalam waktu yang
lama. Penurunan BB sangat tajam, sehingga harus dikontrol jangan sampai turun leb
ih 10 %. . Pada BBLR daya tahan tubuh lebih rendah dan fungsi organ belum sempu

6
rna sehingga sering dijumpai masalah klinis seperti: asfiksia, pneumonia kongenital,
apneu berulang, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia. Berbag
ai penyebab BBLR diantaranya paritas, riwayat kehamilan tak baik, jarak kelahiran t
erlalu dekat, penyakit akut dan kronik, malnutrisi sebelum dan semasa hamil, keham
ilan ganda, infeksi TORCH dan terbanyak karena faktor kemiskinan (Ribek et al., 20
18).

6. Komplikasi
Menurut Haryani et al., (2020), kurang sempurnanya alat-alat dalam baik anato
mi maupun fisiologi maka mudah timbul beberapa kelainan pada BBLR yaitu :
a. Hipotermia
b. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik
c. Aspirasi pneumonia
d. Perdarahan intraventrikuler
e. Fibropasia retrorenal
f. Hiperbilirubinemia
g. Sindrom aspirasi mekonium
h. Hipoglikemia
i. Gangguan imunologik

7. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan,
dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada u
mur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial de
ngan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel ante
rior yang terbuka.(Mansjoer A, 2006).
c. Pemeriksaan darah rutin, bilirubin, glukosa darah, kadar elektrolit dan analisa dar
ah.

0. Penatalaksanaan

7
0. Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipert
hankan dengan ketat. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam inkub
ator. Inkubator yang modern dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembaban
agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang da
pat diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator di
bersihkan. Kemampuan bayi BBLR dan bayi sakit untuk 35 hidup lebih besar bila
mereka dirawat pada atau mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetap
kan dengan mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembaban relatif, d
an aliran udara sehingga produksi panas (yang diukur dengan komsumsi oksigen) s
edikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal. Suhu
inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan komsumsi oksigen
terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya
36,5-37 derajat celcius. Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan ke
matangan bayi. Dalam keadaan tertentu bayi yang sangat prematur tidak hanya me
merlukan inkubator untuk mengatur suhu tubuhnya tetapi juga memerlukan pleksig
las penahan panas atau topi maupun pakaian. Prosedur perawatan dapat dilakukan
melalui “jendela” atau “lengan baju”. Sebelum memasukkan bayi ke dalam inkubat
or. Inkubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 derajat celcius, untu
k bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 derajat celcius untuk bayi yang lebig kecil. Ba
yi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernapasan yang adeku
at, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernapasan lebih
mudah.
b. Pengaturan dan pengawasan asupan cairan
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pil
ihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan b
ayi BBLR. ASI (air susu ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu mengi
sap. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI adalah pilihan ya
ng harus di dahulukan untuk diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan
pada bayi yang tidak cukup mengisap. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan mema
sang sonde kelambung. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan mengi
sap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, mkanan
di berikan melalui Naso Gastric Tube (NGT). Jadwal pemberian makanan disesua

8
ikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval
tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan lebih rendah.
c. Pencegahan infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit ataukuman kedalam tubuh,khususnya m
ikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi.Infeksi ini disebabkan oleh inf
eksi nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar immunoglobuli
n serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotok
sik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman. Infeksi loka
l bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapat ditegakka
n jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering meru
pakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara lain: malas menetek, gelisah,
suhu tubuh meningkat, frekuensi pernapasan meningkat, muntah, diare dan berat ba
dan mendadak turun. Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhad
ap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak
dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus
dalam penanganan bayi, perawat luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tind
akan aseptis dan antiseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien d
ibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan ya
ng terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.
Bayi prematur mudah sekali terken infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih le
mah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibody belum sempur
na. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal se
hingga tidak terjadi persalinan prematuritas/ BBLR.
d. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kait
annya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dila
kukan dengan ketat.
e. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
f. Pengawasan jalan napas
Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia, dan akhirnya k
ematian. Selain itu BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi sela
ma proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Dalam kondisi

9
seperti ini diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir (aspirasi lendir),
dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau men
jentik tumit(Proverawati et al., 2010).

0. Perawatan Pada Berat Bayi Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR)


Pengetahuan mengenai perawatan bayi BBLR meliputi pengetahuan dalam memperta
hankan suhu, pencegahan infeksi, dan pemberian ASI (Ningsih et al., 2016)
0. Mempertahankan suhu
Untuk menghangatkan suhu tubuh, ada beberapa perawatan yang dapat dilaku
kan ibu baik yang dilakukan di rumah sakit dengan menggunakan perawatan met
ode konvensional (inkubator), perawatan metode skin to skin (perawatan metode
kanguru dan praktik inisiasi menyusu dini) ataupun ketika sudah berada dirumah
dengan perawatan metode tradisional(Rosha et al., 2018). Suhu tubuh normal ada
lah 36,5 – 37,5 celcius.Upaya yang bisa dilakukan untuk mempertahankan suhu a
dalah :
1. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Kain yang basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan bayi te
rsebut mengalami kehilangan panas tubuh (Jamil et al., 2017).
2. Tutupi kepala bayi
Pastikan bahwa bagian kepala bayi ditutupi setiap saat. Bagian kepala bayi m
emiliki luas permukaan yang cukup besar sehingga bayi akan kehilangan pana
s tubuh jika bagian kepalanya tidak tertutup(Jamil et al., 2017).
0. Perawatan metode skin to skin (perawatan metode kanguru atau KMC)
Metode KMC adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus me
nerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif (Ribek et al., 2018).
Dengan menggunakan metode KMC, kestabilan suhu BBLR dapat dijaga kare
na pada metode ini bayi ditempatkan melekat dengan perut ibu yang berfungs
i sebagai thermoregulator. Mekanisme lain yang terjadi adalah kontak kulit de
ngan kulit antara ibu dengan bayi dapat meningkatkan hormone kortisol pada
bayi yang berdampak pada kualitas tidur bayi meningkat. Selain meningkatka
n berat badan dan menstabilkan suhu, KMC juga dapat meningkatkan saturasi
oksigen karena posisi bayi yang tegak dapat mengoptimalkan fungsi respirasi
(Solehati et al., 2018).
0. Bayi dimandikan saat keadaan umumnya telah stabil

10
Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti rekomendasirekome
ndasi berikut :
0. Sebelum memandikan bayi pastikan bahwa temperatur tubuh bayi telah st
abil ( temperatur aksila antara 36,5°C –37,5°C ).
a. Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak ad
a hembusan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan
bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk meny
elimuti bayi setelah dimandikan.
b. Mandikan bayi secara cepat dan lembut dengan air yang bersih dan hangat.
c. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering, se
bagai upaya untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ket
uban pada permukaan tubuh bayi (Jamil et al., 2017).

0. Pencegahan Infeksi Pada Berat Bayi Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR)
1. Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur. Bersihkan tali p
usat dengan menggunakan kain kasa.
2. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. Untuk menghindar
kannya dari infeksi.
3. Sistem imunitas bayi belum matang, sehingga menyebabkanneonatus rentan terha
dap berbagai infeksi dan alergi. Olehkarena itu, pencegahan terhadap mikroba da
n deteksi diniinfeksi menjadi sangat penting. Kekebalan alami dari strukturkekeb
alan tubuh yang mencegah infeksi.Jika bayi disusui ASI terutama kolostrum mem
beri bayikekebalan pasif dalam bentuk laktobaksilus bifidus,laktoferin, lisozim da
n sekresi Ig A.
4. Infeksi pada bayicepat sekali meluas menjadi infeksi umum,sehingga gejalanya ti
dak tampak lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat dibuat kalau kitacukup
waspada bahwa kelainan tingkah laku bayidapat merupakan tanda-tanda permula
an infeksi umum. Kalau bayi BBLR selama 72 jam pertama tidak menunjukkan g
ejala-gejala penyakit tertentu, tiba-tiba tingkah lakunya berubah, maka hal inimun
gkin disebabkan oleh infeksi, melaluigejalanya yaitu malas minum, gelisah, freku
ensipernapasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun,pergerakan kurang, diare ,
dan kejang .(Jamil et al., 2017)

11
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BERAT BAYI LAHIR AM
AT SANGAT RENDAH (BBLASR)
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dapat diajukan oleh seorang perawat mendapatkan data baik objek
tif maupun subjektif dari ibu adalah sebagai berikut (Mitayani, 2011) :
a. Riwayat kesehatan terdahulu
1. Apakah ibu pemah mengalami sakit kronis
2. Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya seperti i
nfeksi / perdarahan antepartum, imaturitas,dan sebagainya
3. Apakah ibu seorang perokok
4. Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat
a. Riwayat kesehatan sekarang
1. Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
2. Riwayat kesehatan keluarga
3. Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelainan k
adiovaskuler

Pengkajian Fisik

1. Pengkajian umum
0. Timbang berat badan bayi dan ukur panjang badan
a. Ukur lingkar kepala dan lingkar dada
b. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat. Kemuda
han bemapas, adanya edema dan lokasinya.
c. Jelaskan setiap tanda kegawatan : warna yang buruk, hipotonia, tidak response,
apneu.
0. Pengkajian respirasi
0. Tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan
a. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara nafas
b. Jelaskan kenyamanan oksigen dan metode persalinan
c. Jelaskan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial
0. Pengkajian kardiovaskuler
0. Temukan denyut jantung dan iramanya
a. Jelaskan bunyi jantung termaksud adanya bising

12
b. Tentukan titik intensitas maksimal seperti titik ketika bunyi denyut jantung pal
ing keras terdengar dan teraba
c. Kaji warana dasar kuku dan membran mukosa bibir
0. Pemeriksaan diagnostik
0. Jumlah darah lengkap = penurunana pada Hb/Ht mungkin dihubungkan denga
n anemia atau kekurangan cairan
a. Dextrosit = menyatakan hipoglikemi
b. Analisis gas darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bi
la ada
c. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia
d. Bilirubin: mugnkin meningkat pada polisitemia
e. Urinalisis: mengkaji homeostasis
f. Jumblah trombosit: trombositopenia mugnkin menyertai sepsis
g. EKG EEG USG, angiografi: defek kongenital / komplikasi

0. Diagnosa Keparawatan
Diagnosis yang dapat ditegakkan oleh perawat pada bayi BBLR
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi atou kelelahan, dan ketidak seimbangan me
tabolik.
b. Risiko termoregulasi tidak efektif ditandai dengan suplai lemak subkutan tidak m
emadai, berat badan ekstrim, cadangan metabolic buruk, SSP (Sistem Saraf Pusa
t) imatur.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imatuntas produ
ksi enzim, reneks menelan lemah, otot abdominal lemah.

0. Intervensi Keperawatan
Menurut modifikasi teori SIKI (2018) dan Mitayani (2011) imtervensi yang disusun a
ntara lain :
Diagnosa 1 : Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas neurologis, keterbatasan perkemb
angan otot, penurunan energi atau kelelahan, dan ketidakseimbangan metabolik. Tuju
an : setelah dilakukan tindakan pola nafas menjadi efektif . Kriteria Hasil : Neonatus
akan mempertahankan pola pernapasan periodik, membran mukosa merah muda.
Intervensi Mandiri

13
a. Observasi frekuensi dan pola nafas
b. Suction jalan nafas sesuai kebutuhan
c. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok diba
wah bahu untuk menghasilkan hipereksiensi

Intervensi Kolaborasi
a. Pantau Pemeriksa laboratorium
b. Berikan oksigen sesuai indikasi
c. Berikan oba-obat sesuai indikasi

Diagnosa 2 : Risiko termoregulasi tidak aktif ditandai dengan suplai lemak subkutan ti
dak memadai, berat badan ekstrim, cadangan metabolic buruk, SSP (Sistem Saraf Pus
at) imatur. Tujuan termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.Kriteria
hasil mempertahankan suhu kulit atau aksila 36,5 -37,5ºC bebas-bebas stres dan rasa d
ingin.
Intervensi Mandiri
a. Kaji suhu tubuh bayi
b. Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat
c. Pantau sistem pengatur suhu
Intervensi Kolaborasi
a. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
b. Berikan obat-obatan sesuai indikasi

Diagnosa 3 : Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imatunt


as produksi enzim, reflex menelan rendah, otot abdominal lemah tujuannya terpenuhi
sesuai kebutuhan. kriteria hasilnya mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan be
rat badan dalam kurva sud normal dengan penambahan berat badan tetap sedikitnya 2
0 -30 gram per hari.
Intervensi Mandiri
a. Kaji maturitas refleks bekenan dengan pemberian makan
b. Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari
c. Pantau masukan dan pengeluaran urin

0. Implementasi

14
1. Evaluasi
1. Pola nafas Kembali efektif
2. Termoregulasi stabil
3. Kebutuhan nutrisi bisa terpenuhi

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BY. NY. E. DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLASR

15
1. Identitas

Nama : By. Ny. E.

TTL : 18 Agustus 2023 jam 17.40 WIB

Usia : 1 hari

Anak ke : 1 (Pertama)

Jenis kelamin : Laki-laki

Nama ayah : Amirul Arif

Tanggal pengkajian : 19 Agustus 2023

Tanggal masuk RS : 18 Agustus 2023

Alamat : Jl. Sawi II NO.50 RT 003/05, Pondok cabe ilir,Pamulang, Tangera


ng.

Dx medis : BBLASR

2. Keluhan utama

Pasien tampak sesak, retraksi, dan terdapat nafas cuping hidung

3. Riwayat kehamilan dan kelahiran

a. Prenatal

Bayi anak pertama, os melakaukan ANC ke dokter secara teratur.

b. Intranatal

Bayi lahir SC,di tolong oleh dokter dengan usia kehamilan 26 minggu, A/S 5/8 , ketub
an jernih

c. Neonatal

BBL 890gr, PB 38cm, LK 26cm, LD 22cm, LP 20cm, Lila 7cm

d. Post natal

16
Setelah 1 jam kelahiran bayi dipindahkan ke ruang NICU.

1. Riwayat Kesehatan sekarang

Bayi lahir SC tidak langsung menangis A/S 5/8 bayi dilakukan VTP 1 menit, bayi t
ampak merintih sesak dan retraksi dada

2. Riwayat Kesehatan keluarga


Ibu bayi mempunyai Riwayat hipertensi. Bayi tidak dilakukan IMD

3. Riwayat eliminasi

Os sudah BAB dan BAK

4. Riwayat imunisai

Bayi belum dilakukan imunisasi hepatitis

5. Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital

Nadi : 155x/mnt

Pernafasan : 79x/mnt

Suhu :35,4C

Spo2 : 95%

Ukuran antropometri

BBL : 890gram

PB : 38 cm

LK :26 cm

LD : 22 cm

LP : 20 cm

Lila : 7 cm

Sistem pernafasan

17
Bentuk hidung normal, bentuk dada simetris, sesak ada, retraksi dada, NCH ada, pe
rgerakan dinding dada simetris.

Sistem kardiovaskuler

Bunyi jantung regular, warna kulit sianosis ekstermitas, CRT < 3 detik

Sistem gastrointestinal

Mulut tampak kotor ,terpasang ogt cairan lambung tidak ada, bab meconium ada.

Sistem saraf

Kesadaran apatis, kejang tidak ada

Sistem genitalia
Testis belum turun, tidak terdapat hipospadia

Ekstermitas

Eksterminat lengkap, akral dingin,

Reflek

Reflek menangis lemah, reflek hisap tidak ada , reflek genggam sudah ada, reflek
Babinski ada, reflek moro ada

Therapi

Ampicilin 2x45mg

Gentamicin 4,5mg/48jam

Aminophilin 2x2,3mg

Paracetamol 10mg diberikan jika gelisah

Heparin 0,5cc/jam

PG1 60cc

Lipid 4cc

D 10% 8cc

Loading Nacl 0,9% 10cc/kgbb

18
Hasil lab tanggal 18/08/2023

PEMERIKSAAN HASIL NILAI


RUJUKAN

19
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15.7 15.2 - 23.6
Hematokrit 48.9 44.0 - 72.0
Leukosit 9.0 9.4 - 34.0
Trombosit 136 217 - 497
Eritrosit 3.94 4.30 - 6.30
INDEKS ERITROSIT
MCV 124.1 98.0 - 122.0
MCH 39.8 33.0 - 41.0
MCHC 32.0 31.0 - 35.0
RDW-CV 16.9 11.5 - 14.5
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT DARAH
Natrium 147 136 - 145
Kalium 3.7 3.5 - 5.1
Klorida 110 98 - 107
ANALISA GAS DARAH
pH 7.15 7.37 - 7.44
PCO2 73.2 35.0 - 45.0
PO2 65.5 83.0 - 108.0
BP 735.6
HCO3 25.9 21.0 - 28.0
02 Saturasi 86.4 95.0 - 99.0
BE (Base Excess) -3.1 -2.5 - 2.5
Total CO2 28.1 19.0 - 24.0
a/A (Gradien) 1.2
SERO-IMUNOLOGI
Golongan Darah A/Rh(+)
CRP Kuantitatif 0.01 <=0.5

20
6. Analisa data

21
No Data Pendukung Etiologi Diagnosa
Pola nafas tida
1. DS = Belum bisa dikaji Imaturitas neurologi k efektif

DO= Pasien sesak ada, retraksi ada, N


CH tidak ada, produksi slem banyak, b
ayi terpasang intubasi dengan ventilato
r PCMV RR 60, Fio2 70%, pip 17, pee
p5, It 0,33, VT:3,6 HR 155x/mnt, RR
79x/mnt, spo2 95%, S:35,4°C

2. DS = Belum bisa dikaji Kurangnya cadangan l Gangguan ter


emak subkutan moregulasi hip
DO = Akral dingin, sianosis daerah pe
otermi
rifer, suhu 35,4
Defisit nutrisi
3. DS = Belum bisa dikaji Reflek hisap belum ad
a
DO = Reflek hisap belum ada, OGT te
rpasang, produksi ogt bening bb 890 g
ram
Resiko infeksi
4. DS = Belum bisa dikaji Imunitas pertahanan t
ubuh belum sempurna
DO = Usia gestasi 26 minggu, Picc ter
pasang di vena axila kedalaman 6cm

22
7. Intervensi implementasi dan evaluasi keperawatan

Diagnosa Luaran kepera Intervensi keper


No. keperawat watan (SLKI) awatan (SIKI) Implementasi Evaluasi
an (SDKI)

1. Pola nafas t Setelah dilakuka Manajemen pol Observasi S=


idak efektif n tindakan 3x24 a nafas
sehubunga jam diharapkan Observasi  Memonitor p O= Bayi tampak se
n dengan i dipsnea menuru  Monitor pol ola nafas (fre sak minimal, re
maturitas n n, penggunaan o a nafas (frek kuensi, kedal traksi dada mas
eurologi bat bantu nafas uensi, kedala aman dan up ih terlihat, prod
berkurang, pema man dan upa aya bernafas) uksi slem masi
njangan fase eks ya bernafas)  Memonitor b h ada berwarna
pirasi menurun,  Monitor bun unyi nafas ta putih kental ba
frekwensi dan k yi nafas tam mbahan yi terpasang ala
edalaman nafas bahan  Memonitor s t bantu nafas ve
membaik  Monitor sput putum (jumla ntilator PCMV
um (jumlah h dan warna) dengan Fio2 40
dan warna)  Memonitor a % pip 20, rr 60
 Monitor ada danya sumbat IT 0,33, peep 5,
nya sumbata an jalan nafas suhu tubuh nor
n jalan nafas  Memonitor s mal 36,5-36,7, t
 Monitor satu aturasi oksige erpasang OGT
rasi oksigen n dialirkana bayi
 Monitor hasi masih puasa, ta
l x-ray thora nda infeksi tida
x k ada picc tidak
ada phlebitis da
Teurapetik n tidak ada dem
 Pertahankan am pada bayi
kepatenan ja
lan nafas Terapeutik
 Posisikan lat
eral, prone  Mempertaha
 Lakukan pen nkan A=
ghisapan len  Melakukan o  Pola nafas ti
der kurang d ral higiene dak efektif,
ari 15 detik  kepatenan jal  Gangguan t
 Atur interval an nafas ermoregulas
pemantauan  Memposisika i hipotermi
respirasi ses pasien denga  Deficit nutr
uai dengan k n lateran atau isi,
prone

23
ondisi pasie  Melakukan p  Resiko infe
n enghisapan le ksi
 Dokumentas ndir
ikan hasil pe  Mengatur int
mantauan erval pemant P=
aun respirasi  Managemen
sesuai denga t pola nafas
n kondisi pas  Manejemen
ien hipotermi
 Mendokume  Manejemen
ntasikan hasi nutrisi
l pemantaua  Manejemen
n infeksi
Edukasi
Jelaskan tujuan d
an prosedur pem
antauan, informa Edukasi
sikan hasil pema
ntaun  Menjelaskan
tujuan dan pr
osedur peman
tauan dan me
ninformasika
n hasil peman
tauan

2. Gangguan t Setelah dilakuka Managemen hip Observasi


ermoregula n tindakan 1x24 otermi
si hipoterm jam diharapkan  Mengobserva
i Sehubung akral teraba han Observasi si suhu tubuh
an dengan gat, suhu tubuh setiap 1 jam
kurangnya normal 36,5-37,  Observasi su  Mengidentifi
cadangan l 5, sianosis menu hu tubuh seti kasi penyeba
emak subk run,hipoksia tida ap 1 jam b hipotemi
utan k ada, konsumsi  Identifikasi
oksigen cukup penyebab hi
menurun potermi

Terapeutik Terapeutik

 Atur suhu in  Mengatur suh


cubator u incubator
 Ganti linen b  Mengganti li
ila basah nen bila basa
 Gunakan top h
i bayi  Menggunaka

24
 Gunakan bla n topi bayi
nket roll

Edukasi
Edukasi
 Jelaskan has
il pemantau  Menjelaskan
an hasil pemanta
uan

3. Defisit nutr Setelah di berika Managemen nut Observasi


isi berhubu n tindakan keper risi
ngan reflek awatan selama 3  Memonitor
hisap yang x24 jam diharap Observasi hemodinami
belum kuat kan deficit nutri k
si bisa teratasi d  Monitor tan  Memantau t
engan kriteria ha da-tanda vit oleransi min
sil: berat badan al um bayi
bisa bertambah,  Monitor ada  Memantau a
toleransi minum nya alergi d danya tanda
baik, an intoleran dehidrasi
nutrisi  Memonitor
 Monitor bal balance
ance cairan
setiap 12 ja cairan per 1
m 2 jam

Terapetik Terapetik

 Lakukan ora  Melakukan


l hygiene oral higiene
 Monitor bb  Menimbang
setiap hari bb setiap ha
ri

Kolaborasi
Kolaborasi
 Kolaborasi
untuk mene  Memonitor

25
ntukan juml jumlah kalo
ah kalori da ri dan jenis
n jenis nutri nutrient yan
ent yang dib g dibutuhka
utuhkan unt n untuk targ
uk target bb et bb

Edukasi

 Jelaskan per Edukasi


kembangan
tolerasi min Menjelaskan perk
um kepada k embangan toleran
eluarga si minum kepada
keluarga

4. Resiko infe Setelah dilakuka Menajemen infe Observasi


ksi berhubu n perawatan 3x2 ksi
ngan denga 4jam resiko infe  Memonitor a
n ketidakad ksi tidak terjadi Observasi danya infeksi
ekuatan per dengan kriteria  Membersihka
tahanan tub kebersihan tanga  Monitor tan n incubator s
uh n meningkat, tid da infeksi etiap hari
ak ada demam,h  Berikan ling  Memeriksa lo
asil crp tidak ad kungan bers kasi ipi picc a
a peningkatan ih danya kemer
 Periksa loka ahan,atau ben
si insisi ada gkak
nya kemera
han, bengka
k

Terapeutik
Terapeutik
 Cuci tangan
sebelum dan  Mencuci tang
sesudah keg an sebelum d
iatan pasien an sesudah k
 Batasi jumla egiatan pera
h pengunjun watan pasien
g  Jaga lingkun
 Jaga lingkun gan aseptic s
gan aseptic s aatmengganti

26
aat menggan botol TPN
ti botol TPN

Edukasi
Edukasi
Mengajarkan cara
 Ajarkan c cuci tangan yang t
ara cuci t epat pada pengunj
angan yan ung
g tepat un
tuk pengu
njung

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi,(2014). Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Kementrian Kesehatan RI (2017). Profil kesehatan Indonesia

Mitayani, (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta, Salemba Medika

Serimbing, J. Br. (2017). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Prasekolah, Ed. Yogyakart
a

27
Tarwoto dan wartonah (2014) Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Ed. 5 J
akarta : Salem

Agustin, Aulia Dwi. 2022. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan

Lahir Rendah (Bblr) Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Burnai” 6.

Maghfuroh, Lilis, dkk. 2021. “Oral Motor Meningkatkan Reflek Hisap Bayi Bblr Di Ruang

Nicu Rs Muhammadiyah Lamongan,” Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, .

28

Anda mungkin juga menyukai