Anda di halaman 1dari 46

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah penyebab kematian menular terbesar pada anak-anak di seluruh
dunia. Pneumonia menewaskan 740.180 anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2019,
menyumbang 14% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun tetapi 22% dari seluruh
kematian pada anak berusia 1 hingga 5 tahun. Pneumonia menyerang anak-anak dan keluarga
di mana pun, namun kematian tertinggi terjadi di Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara
( WHO, 2020)
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020, penyakit infeksi menjadi
penyumbang kematian pada kelompok anak usia 29 hari – 11 bulan( Kemenkes 2020)
Pneumonia merupakan penyebab penting infeksi neonatal dan menyumbang morbiditas dan
mortalitas yang signifikan, terutama di negara-negara berkembang.1,2 Dalam penelitian
ditemukan <1% angka kejadian pneumonia terjadi pada bayi aterm, > 10% terjadi pada bayi
premature, serta pneumonia pada neonatal merupakan salah satu penyebab kematian( IJCP,
2023). Kematian akibat pneumonia pada balita sesungguhnya dapat dicegah dan diobati,
Pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat harus bekerja bersama agar anak Indonesia
bebas dari pneumonia.

TUJUAN
Dapat menerapkan asuhan keperawatan neonatus yang aman dan efektif pada bayi yang
mengalami pneumonia neonatal
Tujuan khusus
1. Memahami konsep pneumonia neonatal
2. Memahami dan mampu melakukan pengkajian pada bayi dengan pneumonia
neonatal
3. Memahami dan mampu melakukan analisa data pada bayi dengan pneumonia
neonatal
4. Memahami dan mampu menentukan diagnose pada bayi dengan pneumonia
neonatal
5. Memahami dan mampu menetukan intervensi pada bayi dengan pneumonia
neonatal
6. Memahami dan mampu melakukan implementasi pada bayi dengan pneumonia
neonatal
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Pneumonia
Pneumonia neonatal adalah infeksi paru-paru pada neonatus. Dengan menyajikan
gambaran klinis dari gangguan pernapasan, terkait dengan temuan radiologi dada
menunjukkan pneumonia dan bertahan selama minimal 48 jam. Onset bisa terjadi
pada saat lahir dan bagian dari sindrom sepsis atau setelah 7 hari dan
terbatas pada paru-paru. Tanda-tandanya mungkin terbatas pada kegagalan
pernafasan atau berlanjut ke arah syok dan kematian. Infeksi dapat ditularkan
melalui plasenta, aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran (Caserta, 2009).

Pneumonia neonatal merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)


yang disebabkan terutama oleh bakteri, yang paling sering menyebabkan
kematian pada bayi dan anak balita. Bakteri penyebab pneumonia paling sering
adalahstreptococcus pneumonia (pneumokokus), hemophilus influenza tipe b
(Hib) dan staphylococcus aureus. Pneumonia neonatal merupakan penyebab
signifikan kematian pada bayi yang baru lahir, yang terjadi dalam 30 hari pertama
kehidupan bayi. Bayi dengan pneumonia yang terkomplikasi oleh infeksi melalui
darah memiliki resiko kematian. (Walukouw, 2011)

Pada neonatus, agen penyebab infeksi umumnya bakteri daripada virus.


Infeksi ini sering diperoleh pada saat proses persalinan, dapat berasal dari
cairan ketuban atau jalan lahir, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari
intubasi dan ventilasi. Tanda-tanda klinis dan radiografi pneumonia pada neonatal
dapat non-spesifik. Kegagalan untuk mengobati pneumonia pada neonatal dapat
mengakibatkan kematian, karena itu semua neonatus menunjukkan tanda-tanda
distress pernapasan baik itu tanpa sebab non-infeksi yang jelas harus
dipertimbangkan untuk pemberian antibiotik secara rutin.
B. Etiologi Pneumonia Neonatal

Penyebab dari pneumonia neonatal adalah hampir sama dengan penyebab


pneumonia pada umumnya, yaitu:
a. Bakteri: Grup B Streptokokus, Stapilokokus Aureus, Stapilokokus
Epidermidis, E. Coli, Pseudomonas, Serratia Marcescens, Klebsiella
b. Virus: RSV, Adenovirus, Enterovirus, CMV.
c. Jamur: Candida.
Organisme yang penyebab pneumoni bervariasi menurut kelompok umur.
Neonatus sejak lahir sampai usia 3 minggu, kelompok bakteri pathogen yang
umum didapatkan ialah B streptokokus dan bakteri gram negatif. Infeksi bakteri
ini merupakan penularan yang bersumber dari ibu. Streptococcus pneumoniae
paling sering didapatkan pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan. Pada
umur 3 bulan sampai umur prasekolah, virus dan Streptococcus pneumoniae
yang paling dominan menyebabkan pneumonia, sedangkan bakteri lain yang
berpotensi termasuk Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B
dan non-typeable strain, Staphylococcus aureus, dan Moraxella catarrhalis.

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme. Kecurigaan klinis


yang disebabkan oleh agen pathogen dapat dijadikan petunjuk disamping
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Sementara hampir setiap mikroorganisme
dapat menyebabkan pneumonia seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi virus,
jamur, dan mikobakteri. Usia pada saat terkena infeksi, sejarah eksposur, faktor
risiko terhadap agen patogen, dan riwayat imunisasi semuanya dapat memberikan
petunjuk yang mengarahkan kepada agen yang menginfeksi.

Dalam sebuah studi multicenter prospektif, dari 154 anak dirawat di rumah sakit
dengan Community-acquired pneumonia (CAP), didapatkan 79% anak terinfeksi
agen patogen. Bakteri piogenik menyumbang 60% dari kasus, dimana 73% adalah
karena Streptococcus pneumoniae, sedangkan bakteri atipikal pneumoniae seperti
Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydophila pneumonia terdeteksi masing-
masing 14% dan 9%, Sedangkan virus didapatkan 45%. Sebanyak 23% dari anak-
anak dapat memiliki penyakit virus dan bakteri bersamaan akut. Analisis
multivariabel menunjukkan bahwa suhu yang tinggi (38,4°C) dalam waktu 72 jam
dan adanya efusi pleura secara bermakna dikaitkan dengan pneumonia bakteri.

Pada bayi baru lahir (usia 0-30 hari), beberapa organisme bertanggung jawab
terhadap terjadinya infeksi terutama pneumonia yang pada akhirnya dapat
terjadi sepsis neonatorum dini. Hal ini tidak mengherankan mengingat peran dari
genitourinari ibu dan flora saluran pencernaan merupakan proses yang dapat
mengakibatkan infeksi pada neonatus. Infeksi oleh kelompok B Streptococcus,
Listeria monocytogenes, atau gram negatif batang (misalnya, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae) merupakan penyebab umum pneumonia bakteri. Agen
patogen ini dapat diperoleh di dalam rahim, melalui aspirasi saat dalam jalan
lahir, atau melalui kontak pascakelahiran dengan orang lain atau peralatan
yang terkontaminasi.

Grup B Streptococcus (GBS) merupakan bakteri yang paling umum didapatkan


pada tahun 1960-an sampai 1990-an, ketika dampak kemoprofilaksis intrapartum
dalam mengurangi infeksi neonatal dan maternal oleh organisme ini menjadi
jelas, bakteri E coli telah menjadi yang paling umum didapatkan pada bayi
dengan berat 1500 gr atau kurang, lain organisme bakteri potensial seperti;
Nontypeable Haemophilus influenzae (NTHI), Basil Gram negative, enterococci,
dan Staphylococcus aureus.

Infeksi oleh bakteri streptokokus Grup B paling sering ditularkan ke janin dalam
rahim, biasanya sebagai akibat dari kolonisasi vagina dan leher rahim ibu. Agen
infeksi kongenital kronis, seperti CMV, Treponema pallidum (penyebab
pneumonia alba), Toxoplasma gondii, dan lain-lain, dapat menyebabkan
pneumonia pada 24 jam pertama kehidupan. Gambaran klinis biasanya
melibatkan sistem organ lain.

Infeksi virus yang didapat dalam komunitas masyarakat sering juga terjadi pada
pada bayi baru lahir dan jarang pada bayi yang lebih tua. Virus yang paling sering
terisolasi adalah respiratory syncytial virus (RSV). Antibodi yang berasal dari ibu
penting dalam melindungi bayi baru lahir dari infeksi tersebut. Pada bayi prematur
diduga tidak mendapatkan cukup imunoglobulin transplasenta IgG, sehingga
sangat rentan untuk mendapatkan infeksi

C. Klasifikasi Pneumonia Neonatal

Klasifikasi Pneumonia Neonatal dapat dibagi menjadi :

1. Intrapartum pneumonia

- Pneumonia Intrapartum diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir.


- Intrapartum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi hematogenous,
atau aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau terkontaminasi cairan atau
dari mekanik, atau gangguan iskemik dari permukaan mukosa yang telah
baru saja dijajah dengan ibu invasif organisme yang sesuai potensi dan
virulensinya.
- Bayi yang aspirasi benda asing, seperti mekonium atau darah, dapat
mewujudkan tanda-tanda paru segera setelah atau sangat segera setelah
lahir.

2. Pneumonia pascalahir
- Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama kehidupan berasal
setelah bayi lahir.
- Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari beberapa proses
yang sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi infeksi terjadi setelah
proses kelahiran.
- Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas yang dihadapi dalam
banyak pelayanan obstetri dan bayi baru lahir unit perawatan intensif
(NICU) sering mengakibatkan kecenderungan dari bayi untuk kolonisasi
oleh organisme resisten pathogenicity yang tidak biasa. Terapi invasif
yang diperlukan dalam oleh bayi sering menyebabkan mikroba masuk ke
dalam struktur yang biasanya tidak mudah diakses.
- Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi peradangan
signifikan potensial. Selang makanan mungkin lebih lanjut dapat
mempengaruhi gastroesophageal reflux dan aspirasi pada bayi.

D. Patofisiologi Pneumonia Neonatal


Menurut pengelompokannya, patofisiologi dari pneumonia neonatal adalah:

1. Transplasenta (Kongenital Pneumonia):


Kuman/agent masuk melalui plasenta mengikuti sistem peredaran darah janin
(hematogen) sampai ke paru-paru janin menimbulkan gejala pneumonia yang
disebut juga Early Onset Pneumoni (pada umur 3 hari pertama).
2. Ascending Pneumonia (Post Amnionistis Pneumonia):
Kuman/agent dari flora vagina menular secara ascending menyebar ke
chorionic plate menimbulkan gejala amnionitis menyebabkan bayi aspirasi dan
masuk ke paru- paru. Predisposisi adalah persalinan premature, ketuban pecah
sebelum persalinan, persalinan memanjang dengan dilatasi serviks, atau
pemeriksaan obstetri yang sering.
3. Transnatal Pneumonia:
Onsetnya berlangsung lambat, proses infeksi selalu terjadi pada paru-paru dan
penyebab terbanyak adalah grup B Streptokokus.
4. Nosokomial Pneumonia:
Pneumonia yang didapat selama perawatan di rumah sakit dengan factor
predisposisi antara lain BBL<1500 gram, dirawat lama, penyakit dasar berat,
prosedur invasif banyak, perawatan ventilator terkontaminasi.
Menurut Suriadi (2001) patofisiologi pada pneumonia dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh
mikroorganisme patogen yaitu virus dan bakteri (Streptococcus Aureus,
Haemophillus Influenzae dan Streptococcus Pneumoniae).
- Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadinya
destruksi sel dengan meninggalkan debris cellular ke dalam lumen yang
mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
- Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic Fibrosis (CF),
aspirasi benda asing dan konginetal yang dapat meningkatkan resiko
pneumonia
- Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi
inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari
reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri
pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga
terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi
klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya
partial oklusi yang akan membuat daerah parumenjadi padat (konsolidasi).
Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi
dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan
kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
E. Manifestasi Pneumonia Neonatal

Pneumonia pada neonatus merupakan gangguan pernapasan pada bayi baru


lahir, dengan gejala seperti pernafasan yang bising atau sulit, Takipnea >
60x/menit, retraksi dada, batuk dan mendengus.WHO tidak membedakan antara
pneumonia neonatal dan bentuk lain dari sepsis berat, seperti bakteremia, karena
gejala-gejala yang tampak hamper sama, dan keterlibatan organ dan pengobatan
empirik rejimen yang sama. Takipnea merupakan tanda yang paling sering
didapatkan dalam 60-89% kasus, termasuk tanda lain seperti retraksi dada (36-
91% kasus), demam (30-56%), ketidakmampuan untuk makan (43 -49%),
sianosis (12-40%), dan batuk (30-84%).
Tanda awal dan gejala pneumonia mungkin tidak spesifik, seperti malas
makan, letargi, iritabilitas, sianosis, ketidakstabilan temperatur, dan
keseluruhan kesan bahwa bayi tidak baik. Gejala pernapasan seperti grunting
(mendengus), tachypnea, retraksi, sianosis, apnea, dan kegagalan pernafasan
yang progresif. Pada bayi dengan ventilasi mekanik, kebutuhan untuk dukungan
ventilasi meningkat dapat menunjukkan infeksi. Tanda-tanda pneumonia pada
pemeriksaan fisik, seperti tumpul pada perkusi, perubahan suara napas, dan
adanya ronki, radiografi thorax didapatkan infiltrat baru atau efusi pleura.
Tanda akhir pneumonia pada neonates tidak spesifik seperti apnea, takipnea,
malas makan, distensi abdomen, jaundice, muntah, respirasi distress, dan kolaps
sirkulasi.
Selain gejala klinis di atas, dapat juga muncul gambaran klinis APGAR
Score rendah, segera setelah lahir terjadi distress nafas, perfusi perifer
rendah, letargi, tidak mau minum, tidak mau minum, distensi abdomen, suhu
tidak stabil, asisdosis metabolik,DIC

F. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda konsolidasi paru
berupa perkusi paru pekak, auskultasi terdapat ronchi nyaring dan suara
pernapasan bronchial, inspirasi rales dan terdapat penggunaan otot aksesori.

G. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) :

Teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan


multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
2. Pemeriksaan laboratorium:

 DL, Serologi, LED: leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri,


menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.
 Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun, bilirubin biasanya meningkat.
 Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan O2.
 Pewarnaan Gram/Cultur sputum dan darah: untuk mengetahui oganisme
penyebab.
 Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan adanya inflamasi
amnion (risiko pneumonia tinggi).
 Pemeriksaan fungsi paru-paru :volume mungkin menurun, tekanan saluran
udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia

H. Diagnosis Pneuomonia Nenonatal


Kultur bakteriologis konvensional merupakan tes yang paling banyak
digunakan. Aerobik inkubasi dari kultur sudah cukup untuk mendapatkan agen
pathogen yang menyebabkan infeksi. Meskipun air ketuban berbau busuk yang
sering disebabkan oleh bakteri anaerob, tetapi organisme ini jarang menjadi
penyebab infeksi. Kultur jamur, virus, dan U. urealyticum merupakan tes yang
lainnya yang dapat dilakukan tetapi harus didasarkan pada gejala klinis yang
ada. Selain pengujian hematologi, biokimia darah, dan kultur bakteri, pencitraan
pencitraan dada radiografi dianggap komponen penting dalam membuat diagnosis
pneumonia neonatal. Pencitraan diagnostik tidak hanya dilakukan pada penilaian
awal kondisi neonatus dan untuk menegakkan diagnosis, tetapi juga untuk
memantau perkembangan penyakit dan efek dari tindakan terapi intervensi.
Radiografi thorax konvensional tetap menjadi diagnosis andalan pada
neonatus dengan gejala distress pernapasan. Pada neonatus, radiografi thorax
sebagian besar dilakukan dengan posisi supine dan dalam proyeksi
anteroposterior. Pada pneumonia didapatkan Perbercakan dengan pola garis di
perihilar yang dapat menyerupai TTN (Transient Tachypnea of The Newborn),
Perbercakan pada pneumonia akibat S. Pneumonia group B dapat menyerupai
HMD dengan penurunan volume paru. Bayi aterm dengan gambaran HMD
(Respiratory Distress Syndrome) harus dianggap sebagai pneumonia sampai
terbukti sebaliknya. Efusi pleura pada 25% kasus.
Penegakan diagnosis dibuat dengan pengarahan kepada terapi empiris,
mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan
jenis kuman penyebab infeksi. Dugaan mikrorganisme penyebab infeksi
mengarahkan pada pemilihan antibiotika yang tepat.

Neonatal pneumonia.Bercak konsolidasi diseluruh kedua lapangan paru


Pada kebanyakan kasus pneumonia, perbercakan asimetris dan hiperaerasi dapat
terlihat.

Perbercakan retikulogranular seperti pada HMD dapat terlihat, terutama


pada pneumonia akibat S.pneumoniae grup B.

Dalam sebuah studi tentang radiografi thorax didapatkan 30 bayi yang di


otopsi dengan paru-paru yang terinfeksi, kelainan yang paling umum diidentifikasi
adalah densitas alveolar bilateral (77%). Dari pasien ini, sepertiga memiliki
karakteristik yang luas, perubahan densitas alveolar dengan air bronchograms yang
banyak. Kehadiran efusi pleura pada penyakit membran hialin dan transien takipnea
yang menetap selama 1-2 hari merupakan tanda yang sangat membantu membantu
dalam diagnosis pneumonia neonatal.
Perubahan radiografi yang didapat dapat membantu dalam
diagnosispneumonia neonatal, terutama jika informasi ini berkorelasi dengan
gambaran klinis
CT scan dapat membantu meninykirkan kemungkinan tumor, kelainan
pembuluh darah, kelainan lobus, dan untuk menetapkan adanya infiltrate.

CT scan axial menggambarkan bayanngan udara ruang yang luas pada kedua
paru dan konsolidasi pada basal paru yang berhubungan dengan air bronchogram
yang berasal dari pneumonia neonatal.
Ultrasonography merupakan pemeriksaan radiografi yang berguna dalam
keadaan tertentu. Ultrasonography sangat berguna untuk mengidentifikasi dan
melokalisasi cairan dalam ruang pleura dan perikardial. Ultrasonography
merupkana teknik noninvasif yang cocok untuk neonatus. Ultrasonography
memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi efusi pleura dan mendeteksi
konsolidasi di basis paru-paru. Tidak ada radiasi yang terlibat dan prosedur dapat
diulang berkali-kali.

I. Pengobatan Pneumonia Neonatal

WHO merekomendasikan penggunaan ampicillin (50mg/kg) setiap 12 jam


dalam minggu pertama kehidupan, kemudian pada umur 2-4 minggu diberikan
tiap 8 jam, ditambah dengan dosis tunggal gentamicin. Pengobatan lini pertama
dapat diberikan ampicilin seperti benzylpenicillin atau amoxicillin, sedangkan
gentamicin seperti amikasin atau tobramycin. Jika bakteri S. Aureus yang
didapat, dengan resisten terhadap penicillin seperti flucloxacillin atau
cloxacillin maka harus diganti dengan ampicillin.
Dalam sebuah percobaan acak pada bayi Kenya, pemberian sehari sekali
gentamicin dengan dosis loading 8 mg/kg, pada bayi < 2 kg diberikan 2 mg/kb,
sedangkan pada bayi > 2 kg diberikan 4 mg dalam minggu pertama kehidupan.
Pemberian 4 mg/kg pada bayi yang berat < 2 kg atau 6 mg/kg dengan
berat > 2 kg dalam minggu kedua tau lebih. Jika bayi tidak berespon terhadap
pemberian antibiok lini pertama, WHO merekomendasikan untuk mengganti
antibiotic dengan generasi ketiga
cephalosporin atau kloramfenikol terutama pada bayi yang tidak premature
dan level obat dapat di monitor.
Prinsip-prinsip umum pengobatan serupa dengan anak, yaitu hidrasi, anti-
pyretics dan ventilasi dukungan jika diperlukan. Pada bayi yang berumur kurang
dari 1 bulan jika penyebabnya bakteri dapat diberikan ampicillin 75-100
mg/kg/hr dan gentamicin 5 mg/kg, untuk umur 1-3 bulan dapat diberikan
Cefuroxime 75 –150 mg/kg/hr atau co- amoxiclav 40 mg/kg/hari. Sedangkan
pada umur lebih dari 3 bulan diberikan Benzylpenicillin atau erythromycin, jika
tidak berespon segera ganti dengan cefuroxime atau amoxicillin.
Pengobatan pendukung pada pneumonia non bakteri, jika penyebabnya
Chlamydia dan mycoplasma harus diterpi dengan erythromycin 40 –50
mg/kg/hari dan diberikan peroral. Jika pneumonia yang disebabkan oleh
pneumocystis carinii dapat diberikan co- trimoxazole 18 –27 mg/kg/hr.
Amoxicillin dapat digunakan sebagai terapi lini pertama, pada bayi dan
anak yang diduga pneumonia rigan sampai sedang. Pemberian amoxicillin efektif
pada bakteri pathogen invasive streptococcus pneumoniae. Ampicillin or
penicillin G dapat juga diberikan pada bayi dan usia sekolah. Terapi empiris
dengan pemberian cephalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone atau
cefotaxime pada bayi dan anak yang dirawat di rumah sakit dengan riwayat
imunisasi yang tidak lengkap.

J. Perawatan Suportif Pneumonia Neonatal


Perawatan supportif pada neonatus dengan pneumonia akan memberikan
hasil akhir yang lebih baik dan menurunkan angka kematian. Hal ini termasuk
penggunaan oksigen, deteksi dan pengobatan hipoksemia dan apnea,
termoregulasi, deteksi dan pengobatan hipoglikemia, dan meningkatkan
penggunaan cairan intravena dan suplemen gizi melalui nasogastrik. Pemberian
ASI yang sering sangat dianjurkan kecuali bila ada kontraindikasi yang pasti,
seperti muntah, intoleransi gastrointestinal atau risiko tinggi aspirasi. Pemberian
intravena yang mengandung garam isotonik dengan dextrose 5- 10% yang lebih
sedikit dibanding dosis maintenance merupakan rekomendasi, disebabkan
karena ekskresi air cairan bebas bebas menurun pada bayi dengan infeksi

pneumonia akut.

K. Pencegahan Pneumonia Nenonatal

Strategi untuk mencegah dan mengobati pneumonia neonatal


membutuhkan intervensi di semua tingkat penyediaan layanan kesehatan, yaitu
masyarakat, perawatan primer, kabupaten dan rumah sakit tersier.
Langkah-langkah yang telah terbukti efektif dalam pencegahan
pneumonia neonatal meliputi:
1.Manajemen aktif pada penanganan pecah ketuban
2.Inisiasi menyusi dini dan pemberian ASI eksklusif, dan
3. Menghindari pneumonia nosokomial pada unit perawatan intensif di mana
akibat infeksi yang umum ditemukan seperti enterik basil Gram negatif (E.
coli, Klebsiella, Enterobacter dan Pseudomonas spp), staphylococcus
koagulase negatif dan S. aureus multiresisten. Bakteri kolonisasi pada tabung
endotrakeal, humidifers, ventilator tabung, infus, probe temperatur.
Peralatan (misalnya stetoskop) dan sarung tangan tangan merupakan awal
terjadinya infeksi neonatal. Mencuci tangan adalah hal yang paling
sederhana dan dan paling efektif untuk mencegah terjadinya Infeksi
nosokomial. Identifikasi dan pembersihan peralatan yang terkontaminasi
juga mencegah infeksi nosokomial.
4. Selain menghindari kontak menular, vaksinasi merupakan adalah modus
utama pencegahan. Sejak diperkenalkannya vaksin HIB terkonjugasi,
tingkat pneumonia HIB telah menurun secara signifikan. Namun, diagnosis
masih harus dipertimbangkan pada orang yang tidak divaksinasi, termasuk
yang pada umur yang lebih muda dari 2 bulan, yang belum menerima
suntikan pertama mereka.
Bayi yang berisiko tinggi seperti bayi prematur dan bayi yang baru
lahir dengan penyakit jantung bawaan, pemberian profilaksis RSV
intramuskular bulanan palivizumab dengan dosis 15 mg / kg volume 1
mL maksimum per injeksi, merupakan rekomendasi.

L. Asuhan Keperawatan Pneumonia Nenonatal


1. Pengkajian

a. Anamnesa:

o Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor RM, Nama


penanggung jawab, hubungan dengan pasien, alamat.
o Riwayat antenatal: pemeriksaan selama hamil (ANC), hari pertama
haid terakhir (HPHT), tapsiran partus (TP).
o Riwayat intranatal: perdarahan, ketuban pecah, gawat janin,
demam,keputihan, riwayat terapi.
o Riwayat penyakit ibu: DM, Asma, Hepatitis B, TB, Hipertensi, jantung
dan lainnya.
o Riwayat persalinan: cara persalinan (spontan, section,
forceps) dan indikasinya
o KU bayi saat persalinan: activity tonus reflex (ATR), tangisan, nadi,
pernafasan, kelainan fisik, berat badan, panjang badan, lingkar
lengan,lingkar dada, APGAR score.
b. Pemeriksan fisik
1. Breathing

Frekuensi napas cepat dan dangkal, gerakan dinding toraks dapat


berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup, retraksi
sternum dan intercostal space. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat
terdengar suara nafas utama melemah atau mengeras, suara nafas
tambahan berupa ronkhi basah halus di lapangan paru yang terkena,
kadang disertai dengan sputum.

2. Blood

Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas


jantung tidak mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat,
icterus, CRT memanjang (>3 det).
3. Brain

Klien dengan pneumonia berat biasanya mengalami penurunan


kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat. Perlu dikaji tingkat kesadaran, besar dan reflek pupil
terhadap cahaya
4. Bladder
Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat
perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan
tanda awal dari syok. Dikaji pula kelainan pada genetalia dan pola
eliminasi urine.

5. Bowel

Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana


pola eliminasi alvi, adakah kelainan pada anus.
6. Bone

Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula


adakah kelainan pada tulang yang kemungkinan karena trauma
persalinan atau kongenital, bagaimana ATR (activity tonus respon).

2. Diagnosa Keperawatan (Yang Mungkin Muncul)


a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi bronchial,
pembentukan edema, dan penumpukan sekret.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
efektif.
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan transportasi
oksigen.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan rasio
ventilasi dan difusi parenkim paru ditandai dengan sianosis jaringan
perifer.

3. Rencana Tindakan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan inflamasi bronchial,
pembentukan edema, dan penumpukan sekret. .
Tujuan: jalan napas bersih dan efektif.
Kriteria evaluasi:
o Bunyi napas bersih, tidak ada bunyi napas tambahan.
o Tanda vital dalam batas normal terutama frekuensi napas
<60x/menit. 3)
o Batuk efektif.
o Sianosis tidak ada.
o Tidak ada retraksi sternum dan intercostal space
o Nafas cuping hidung tidak ada.

Rencana intervensi :

1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan pergerakan dada.


Rasional: takipnea, pernafasan dangkal sering terjadi karena
ketidaknyamanan.
2) Auskultasi area paru, catat penurunan atau tak ada aliran udara dan
bunyi napas.
Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan, krakels terdengar sebagai respon terhadap pengumpulan
cairan/secret.
3) Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara
mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan batuk efektif karena
adanya penurunan tingkat kesadaran.
4) Evaluasi status mental, catat adanya kebingungan, disorientasi.
Rasional: menurunnya perfusi otak dapat menyebabkan perubahan
sensorium
5) Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkodilator
Rasional: obat mukolitik membantu untuk mengencerkan sekret,
bronkodilator mengurangi edema dan sebagai vaso dilatasi bronkus.

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
efektif
Tujuan: pola nafas efektif.
Kriteria evaluasi:
o Pernafasan teratur (RR 30-40 kali/menit).
o Tanda vital dalam batas normal (nadi 100-130 kali/menit).
o Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
o Napas cuping hidung tidak ada.

Rencana intervensi:

1) Evaluasi frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat adanya upaya


pernapasan seperti dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan.
Rasional: kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri,
penurunan volume sirkulasi. Pengenalan dini dan pengobatan
ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi tinggi bila
tidak ada kontraindikasi. .
Rasional: merangsang ekspansi paru. efektif pada pencegahan dan
perbaikan kongesti paru.
3) Berikan oksigen dengan head box atau sesuai indikasi
Rasional: meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk
kebutuhan sirkulasi.
4) Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium ( AGD
).
Rasional: untuk memantau kefektifan terapi pernapasan dan mencatat
terjadinya komplikasi.

c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan transportasiO2.


Tujuan: pertukaran gas efektif.
Kriteria evaluasi:
o Hasil AGD dalam batas normal
o Sianosis tidak ada.
o Pasien tidak pucat.

Rencana intervensi:
1) Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat adanya upaya
pernapasan seperti dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan.
Rasional: kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri,
penurunan volume sirkulasi. Pengenalan dini dan pengobatan
ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
2) Pertahankan pemberian oksigen Head box sesuai indikasi.
Rasional: meningkatkan pengiriman oksigen ke otak untuk
kebutuhan sirkulasi.
3) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium ( AGD ).
Rasional: untuk memantau kefektifan terapi pernapasan dan
mencatat terjadinya komplikasi.

d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan rasio


ventilasi dan difusi parenkim paru ditandai dengan sianosis jaringan
perifer, akral dingin, pucat, CRT<3 detik.
Tujuan : mempertahankan perfusi jaringan.
Kriteria hasil:
o Suara nafas bersih, wheezing tidak ada, ronkhi tidak ada.
o Tanda vital dalam batas normal, denyut nadi teraba jelas.
o Tidak sianosis, kulit tidak pucat, CRT<3 detik.
o Akral hangat.
o Tidak terjadi penurunan kesadaran.

Rencana intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman bernapas dan suara nafas.
Rasional: takipnea, pernapasan yang dangkal sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
2) Tempatkan pasien dalam incubator.
Rasional: mempertahankan suhu tubuh pasien, mencegah
hipotermia, memperbaiki metabolisme jaringan.
3) Pantau tanda vital.
Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan
evaluasi lebih lanjut dan mengetahuai perubahan sesegera mungkin.
4) Pantau tingkat kesadaran .
Rasional: kekurangan aliran oksigen ke otak dapat menyebabkan
hipoksia sel-sel otak, kematian jaringan otak dan terjadinya penurunan
tingkat kesadaran .
5) Pantau tanda-tanda sianosis, warna kulit, akral perifer.
Rasional: sianosis, kulit pucat, akral dingin adalah salah satu tanda
hipoksia jaringan yang berat akibat perfusi yang tidak adekuat.
6) Kolaborasi: pertahankan pemberian O2 sesuai indikasi (Head box 5-10
lt/mnt).
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 90 mmHg.
7) Kolaborasi pemeriksaan darah lengkap.
Rasional: Hb yang rendah (<10 gr/dl) mempengaruhi suplay oksigen
ke jaringan.

4. Implementasi
Sesuai dengan diagnosa rencana keperawatan yang dibutuhkan pasien

5. Evaluasi

Sesuai dengan kriteria hasil yaitu bersihan jalan nafas efektif, pola nafas
efektif, tidak terjadi kerusakan pertukaran gas, perfusi jaringan adekuat, tidak
terjadi hipertermi.
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS PNEUMONIA

I. PENGKAJIAN
Tanggal tiba di ruangan : 18-08-2023 Jam 19.00
Tanggal Pengkajian : 25-08-2023 Jam 08.00

A. Data Demografi
1. Klien/ Pasien
a. Nama : By.Ny.E
b. Tgl lahir/usia : 18 Agustus 2023/ usia koreksi 27 mgg, usia kronologis 7 hr
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Tanggal masuk RS: 18 Agustus 2023
e. Diagnosa medis : NKB, SMK, Sc BBLASR, RDS, UG 26 mgg Ibu PEB, PPHN,
HMD gr I PJB Asianotik , Neonatal Pneumonia
2. Orang Tua/ Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. A / Ny.E
b. Hubungan dengan klien: Orangtua
c. Alamat : Jl. Sawi II, RT 003/005, Pondok Cabe Ilir, Pamulang
d. No.Telepon : 08993667374

B. Keluhan Utama
Pasien masuk ruang Nicu dengan lahir SC di OK Cito dengan ibu G1P0A0 hamil 26
minggu eklamsia A/S 4/5/8 BB 890 gr

1. Riwayat Kehamilan
a. ANC : Tiap bulan di bidan
b. Riwayat penggunaan obat-obatan : tidak terkaji
2. Riwayat persalinan
Usia gestasi : 26 minggu
Berat badan lahir : 890 gram
Jenis Persalinan : SC
Indikasi : 26 mgg + Eklamsia
Apgar score : 4/5/8

Ketuban : Jernih

Kelainan bawaan : Tidak ada


Anak ke : G1 P0 A0

3. Riwayat alergi : Tidak ada

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada

D. Riwayat Singkat Pasien


Pada Tanggal 18 Agustus 2023 pukul 17.30 WIB bayi lahir post SC Cito dengan indikasi
Ug 26 mgg dan ibu PEB Pada saat lahir Apgar Score 4/5/8 dilakukan VTP 1 menit, Bayi
dirawat di ruang NICU Bayi dilakukan Tindakan pemberian ventilator NIPPV, tgl
20/08/23 dilakukan pemberian surfaktan dgn intubasi dan weaning ekstubasi tgl 25/8/23
dengan Ventilator setting NIPPV RR 60 PIP 17 PEEP 5 TI 0,33 FiO2 30%, post Albumin
2x4 cc.

E. Riwayat Penyakit Sekarang

1. Keadaan umum
a. Kesadaran : Apatis
b. Pemeriksaaan Tanda-Tanda Vital
1) Pernapasan : 60 x/mnt
2) Suhu : 36,6 oC
3) Nadi : 167 x/mnt (teraba sedang)
4) Saturasi oksigen: 97%
2. Oksigenasi :
a. Irama napas : Irreguler
b. Penggunaan alat bantu napas : Ventilator dengan setting NIPPV RR 60 PIP 17
PEEP 5 TI 0,33 FiO2 30 %
c. Sianosis : Tidak ada (jika oksigen terlepas)
3. Nutrisi:
a. Berat badan : 870 gram
b. Panjang badan : 38 cm
c. Lingkar kepala : 26 cm
d. Lingkar dada : 22 cm
e. Lingkar perut: 20 cm
f. LILA : 7 cm
g. Jenis Nutrisi:
 Enteral : Puasa
 Parenteral : PG 2 92 ml, Lipid 12 ml, D10% 16 ml (total cairan 120 ml/24
Jam)
h. Terpasang OGT : OGT No.8 Dekompresi dialirkan produksi sedikit keruh
kecoklatan di OGT
i. Residu OGT. : Tidak ada
j. Muntah. : Tidak ada

4. Cairan

a. Kebutuhan cairan : 120 ml/24jam


b. Turgor kulit : Baik
c. Capilary refill : < 3 detik

5. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK) : Frekuensi 7-8x/hari
b. Buang Air Besar (BAB) : belum ada
6. Aktifitas:
a. Gerakan : Kurang aktif
b. Tangisan : Lemah
c. Sistem Muskuloskeletal
1) Postur : Fleksi
2) Tonus otot : Normal

F. Pemeriksaan Head to toe


1. Integumen
Suhu : Akral teraba hangat
Warna kulit : Normal
Lanugo : Ada
Integritas kulit : Utuh
Lecet/iritasi : Tidak ada
2. Kepala dan leher

a. Tengkorak : Simetris
Kelainan : Tidak ada
Tulang tengkorak/sutura : Belum menutup
Ubun – ubun : Normal
b. Warna dan distribusi rambut : Tipis merata
c. Kelopak mata (bentuk & gerak)
Bentuk : Simetris
Gerak : Simetris
d. Konjungtiva
Warna : Pink

Bentuk : Normal
e. Sklera : Normal
f. Pupil
Reflek cahaya : Positif
g. Telinga
Bentuk dan ukuran : Simetris

Kebersihan : Bersih
h. Hidung
Bentuk, terdapat septum deviasi : Tidak
i. Bibir : Mukosa Lembab
j. Leher
Bentuk : Normal
3. Dada, paru-paru dan jantung
a. Pengembangan dada : Tampak Retraksi dada ringan
b. Ictus cordis : Teraba di midklavikuler kiri pada ICS 4
c. Taktil fremitus : Simetris
d. Suara paru : Ronchi
e. Suara jantung : Murmur

4. Abdomen
a. Bentuk : Simetris dan sufel
b. Bising usus : terdengar lemah
c. Lambung : Timpani
d. Hati : Pekak
e. Hepar : Tidak teraba
f. Limpa : Tidak teraba
g. Tali pusat : Kering
5. Alat kelamin

Kelainan : Tidak ada


Kebersihan : Bersih
Iritasi : Tidak
Jenis Kelamin : Laki -laki
Anus : Ada
6. Ekstremitas : Simetris
a. Kelainan : Normal
b. Akral : Hangat
c. Udema : Tidak
Terpasang infus PICC kedalaman 6 cm (tgl 19/8/23) ditangan kanan (Vena axila dextra)
7. Refleks :
a. Moro (lemah)
b. Menghisap (lemah)
c. Menelan (lemah)
d. Rooting (lemah)
e. Babinski(lemah)
f. Menangis (lemah)
g. Menggenggam (lemah)

G. Pengkajian Psikososial – Ekonomi

1. Persepsi orang tua terhadap kesehatan klien saat ini:


Ingin anak segera pulih

2. Kebutuhan Pendidikan dan pengajaran orang tua:


Perawatan pada bayi dengan BBLASR
(informed consent telah dilakukan dengan memberikan hak otonomi kepada
keluarga pasien)

I. Sosial Ekonomi
: Diharapkan
1. Status Anak
2. Berkunjung : Ya
3. Kontak Mata : Ya
4. Menyentuh : Ya
5. Berbicara : Ya

7. Biaya Perawatan : Ditanggung perusahan BPJS

J. Data Spiritual
Membutuhkan kehadiran pemuka Agama: Tidak

K. Skrining Risiko Jatuh Pada Anak (Humpty Dumpty)


Parameter Kriteria Nilai skor
Usia □ < 3 tahun 4 4
□ 3 – 7 tahun 3
□ 7 – 13 tahun 2
□ ≥ 13 tahun 1
Jenis kelamin □ Laki-laki 2 2
□ Perempuan 1
Diagnosis □ Diagnosis neurologi 4 3
□ Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, 3
dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dsb.)
□ Gangguan perilaku / psikiatri
□ Diagnosis lainnya 2
1
Gangguan kognitif □ Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3 3
□ Lupa akan adanya keterbatasan 2
□ Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan □ Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat 4 3
tidur dewasa 3
□ Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan
dalam tempat tidur bayi / perabot rumah
□ Pasien diletakkan di tempat tidur 2
□ Area di luar rumah sakit 1

Respons terhadap: □ Dalam 24 jam 3 1


1. Pembedahan/ □ Dalam 48 jam 2
sedasi / □ > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / 1
anestesi sedasi/ anestesi

2. Penggunaan □ Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, 3 1


medikament barbiturat, fenotiazin, antidepresan, pencahar,
osa diuretik, narkose
□ Penggunaan salah satu obat di atas
□ Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 2
1

Total 17
Skor asesmen risiko jatuh: (skor minimum 7, skor maksimum 23)
 Skor 7-11: risiko rendah
 Skor ≥ 12: risiko tinggi

(Bayi rawat dalam incubator dengan Suhu incubator 34,5 oC Humidity 53 %, Terpasang
ID band, kancing kuning resiko tinggi jatuh, segitiga jatuh, pintu dan jendela incubator
terkunci)

L. Data penunjang :
1. Pemeriksaan penunjang :
 Pemeriksaan Darah
Tanggal 24 Agustus 2023
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 12, 9 g/dl 15.2- 24.6 g/dl
Hematokrit 38,7% 50-82%
Leukosit 6,8 ribu/ul 9,4-34,0 ribu/ul
Trombosit 46 ribu/ul 217- 497 ribu/ul
Eritrosit 3,426juta/ul 4,00-6,8 juta/ul

Analisa Gas Darah


PH 7.31 mmHg 7.37-7.44 mmHg
PCO2 50.4 mmHg 35.0-45.0 mmHg
PO2 130.2 mmHg 83.0-108.0 mmHg
BE 25,9 mmol/L 21.0-28.0 mmol/L
-0.5 mmol/L
HCO3 -2,5-2,5 mmol/L

SERO-IMUNOLOGI
CRP kuantitatif 0,04 mg/dL <=0,5 mg/dl

KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
Albumin 3.06 g/dL 3.80-5.40 g/dL

 Pemeriksaan Thorax Foto

Tanggal 19 Agustus 2023

Kesan Pemeriksaan: Opasitas Granuler halus difus di kedua paru, DD/HMD grade
1,

Neonatal Pneumonia

Tanggal 21 Agustus 2023

Kesan Pemeriksaan: Konsolidasi dan infiltrate di kedua paru berkurang


(perbaikan) Posisi tip PICC saat ini diproyeksi atriocaval junction

 Pemeriksaan Echo

Tanggal 22 Agustus 2023


Hasil : PJB Asianotik dengan PPHN
2. Riwayat Pengobatan
 Cefotaxime 2x45 mg ( Pukul 10.00 dan 22.00 WIB)
 Amikasin 6,5 mg/24 jam (Pukul 11.00 WIB)
 Aminophillin 2x2,3 mg (Pukul 10.00 dan 22.00 WIB)
 Paracetamol 4 x 13 mg (s/d 4 hari) (Pukul 10.00, 16.00, 22.00, 04.00 WIB)
 Fluconazole 5 mg/48 jam (Pukul 10.00 WIB)
 Dopamin 5 meq (0,5 ml/jam) (Stop tgl 26/08/2023)
 Heparin 0,5 ml/jam
II. ANALISA DATA
Tanggal 25 Agustus 2023
No Data pendukung Etiologi Problem
DS : Belum dapat dikaji Imaturitas neurologis Pola nafas tidak efektif
1 (Prematuritas)
DO :
- Kesadaran apatis, sesak,
retraksi dada ringan
- Bunyi nafas ronkhi
- RR: 60 x/mnt
- Suhu: 36,6 oC
- Nadi: 167 x/mnt
- Saturasi oksigen: 97% dengan
Ventilator dengan setting
NIPPV RR 60 PIP 17 PEEP 5
TI 0,33 FiO2 30 %
- Hasil x-ray tgl 19/08/2023:
Opasitas Granuler halus difus
di kedua paru, DD/HMD grade
1, Neonatal Pneumonia, tgl
21/08/23 : Konsolidasi dan
infiltrate di kedua paru
berkurang (perbaikan)
DS : Belum dapat dikaji Kurangnya lapisan lemak Resiko Hipotermi
2
subkutan (Prematuritas
DO :
dan BBLASR)
- Bayi rawat incubator
- Suhu incubator 34,5 oC
Humidity 53 %
- Akral Teraba hangat
- Suhu: 36,6 oC
- Berat badan 870 gram

DS : Belum dapat dikaji Resiko Hipovolemi


3 Gangguan absorp
DO : cairan (Prematuritas
dan BBLASR)
- Akral hangat , CRT < 3 detik,
- Perabaan nadi sedang,
- Nadi: 167 x/mnt,Suhu: 36,6 oC
- Turgor kulit baik, mukosa
bibir lembab
- Terpasang infus PICC pada
tangan kanan dengan cairan
dan TPN : PG 2 92 ml, Lipid
12 ml, D10% 16 ml,
Dopamin 5 meq (0,5 ml/jam),
Heparin 0,5 ml/jam, tidak ada
tanda ekstravasasi pada area
penusukan infus, tetesan infus
lancar

DS : Belum dapat dikaji Resiko Infeksi


4 Pertahanan tubuh yang
DO : tidak adekuat
- Bayi terpasang akses infus (prematuritas)
PICC pada tangan kanan,
tidak ada bengkak pada area
infus, tidak ada tanda-tanda
ekstravasasi,
- hasil laboratorium CRP
kuantitatif 0,04 mg/dl,
Leukosit: 6,8 ribu/ul,
trombosit : 46 ribu/ul

DS : Belum dapat dikaji Resiko deficit nutrisi


5 Reflek hisap belum ada
DO : (prematuritas)
- Bayi di puasakan, terpasang
selang OGT, dekompresi
dialirkan, produksi ada
sedikit keruh kecoklatan di
ogt, tidak ada distensi
abdomen sufel, bising usus
terdengar lemah, BAB belum
ada
- Reflek hisap belum ada
- BB : 870 gr

DS : Belum dapat dikaji Resiko Jatuh


6 Anak usia < 2 tahun
DO :
- Bayi rawat dalam incubator
- Skrining humpty dumpty 17
- Terpasang ID band, kancing
kuning resiko tinggi jatuh,
segitiga jatuh, pintu dan
jendela incubator terkunci

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Tanggal 25 Agustus 2023
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Imaturitas neurologis (Prematuritas)
2. Risiko Hipotermi berhubungan dengan Kurangnya lapisan lemak subkutan
(Prematuritas dan BBLASR)
3. Resiko Hipovolemi berhubungan dengan Gangguan absorp cairan (Prematuritas
dan BBLASR)
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan tubuh yang tidak adekuat
(prematuritas)
5. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan Reflek hisap belum ada (prematuritas)
6. Resiko Jatuh berhubungan dengan Anak usia < 2 tahun
IV. RENCANA KEPERAWATAN

NO Tanggal Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
DX Keperawatan Indonesia Indonesia (SLKI)
(SDKI)
1 25-8-2023 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 3x24 Manajemen jalan nafas
imaturitas neurologis jam diharapkan pola nafas Pemantauan respirasi
(Prematuritas) membaik dengan kriteria hasil :
Terapi Oksigen
 Dipsnea menurun,
retraksi berkurang, bunyi Observasi
nafas tambahan menurun  Monitor pola nafas, frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
bernafas
 Monitor saturasi oksigen
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor aliran oksigen
 Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Berikan posisi nyaman (Posisikan semi fowler atau fowler,
lateral kiri atau kanan, supine, prone atau quarter prone)
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan, informasikan hasil
pemantaun

Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen sesuai kebutuhan
2 25-8-2023 Risiko Hipotermi Setelah dilakukan tindakan 3x24 Manajemen hipotermi
berhubungan dengan jam diharapkan hipotermi tidak
Kurangnya lapisan lemak terjadi dengan kriteria hasil : Observasi
subkutan (Prematuritas dan  Akral teraba hangat  Observasi suhu tubuh setiap 1 jam
BBLASR)  Suhu tubuh normal 36,5-  Identifikasi penyebab hipotermi
37,5 Terapeutik
 Sianosis tidak  Atur suhu incubator
ada,hipoksia tidak ada,  Ganti linen bila basah
konsumsi oksigen cukup  Gunakan topi bayi
menurun  Gunakan blanket roll
3 25-8-2023 Resiko Hipovolemi Setelah diberikan intervensi Manajemen Hipovolemia
berhubungan dengan selama 3x24 jam maka status
Gangguan absorp cairan cairan membaik, dengan kriteria Observasi
(Prematuritas dan hasil :
 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misal frekuensi nadi
BBLASR)  Kekuatan nadi meningkat
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
 Turgor kulit meningkat tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane
 Membrane mukosa mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
membaik meningkat, haus, lemah)
 Intake cairan membaik  Monitor intake dan output cairan

Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan asupan cairan oral

Edukasi
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
4 25-8-2023 Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan perawatan Pencegahan infeksi
dengan pertahanan tubuh 3x24jam resiko infeksi tidak
yang tidak adekuat terjadi dengan kriteria hasil : Observasi
(Prematuritas)  Kebersihan tangan  Monitor tanda infeksi
meningkat, tidak ada  Berikan lingkungan bersih
demam, hasil leukosit  Periksa lokasi insisi adanya kemerahan, bengkak
dan CRP tidak ada
Terapeutik
peningkatan
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pasien
 Batasi jumlah pengunjung
 Jaga lingkungan aseptic saat mengganti IV line dan spuit
TPN

Edukasi
 Ajarkan cara cuci tangan yang tepat untuk pengunjung.

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotic
5 25-8-2023 Resiko deficit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan Reflek keperawatan selama 3x24 jam,
hisap belum ada maka status nutrisi membaik Observasi
(prematuritas) dengan kriteria hasil :  Identifikasi asupan nutrisi
 Kekuatan otot menelan  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
meningkat  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogatrik
 Bising usus membaik  Monitor berat badan
 Membrane mukosa  Auskultasi bising usus
lembab  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
 Frekuensi diit membaik
Terapeutik
 Timbang berat badan secara rutin
 Lakukan oral hygiene

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan dokter atau ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang diberikan (TPN)
6 25-8-2023 Resiko jatuh berhubungan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan jatuh
dengan Anak usia < 2 keperawatan selama 3x24 jam,
tahun maka resiko jatuh tidak terjadi Observasi
dengan kriteria hasil :
 Identifikasi factor resiko jatuh
 Kejadian jatuh tidak
terjadi
Terapeutik
 Skala humpty dumpty
menurun  Pastikan roda incubator dalam keadaan terkunci
 Pasang ID band, kancing kuning resiko tinggi jatuh
 Pasang tanda segitiga jatuh di dekat incubator
 Pastikan pintu dan jendela incubator terkunci
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N0 TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


DAN JAM

1 25-08-2023 S : Belum dapat dikaji Yuli dan Anggie


1. Pola nafas tidak efektif
(08.00-14.00) O:
- Monitoring pola nafas, frekuensi, irama,
- Kesadaran apatis, sesak, retraksi dada ringan
kedalaman dan upaya bernafas,
- Bunyi nafas ronkhi, akral teraba hangat, nadi teraba
Monitoring saturasi oksigen, Auskultasi
sedang
bunyi nafas, Monitoring aliran oksigen
- CRT < 3 detik
- Melakukan penghisapan lendir kurang
- RR: 62x/mnt
dari 15 detik
- Suhu: 36,5 oC
- Memberikan posisi nyaman lateral
- Nadi: 165 x/mnt
kanan
- Saturasi oksigen: 98% dengan Ventilator dengan
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
setting NIPPV RR 60 PIP 17 PEEP 5 TI 0,33 FiO2
- Monitoring hasil x-ray thoraks
30 %
- Mendokumentasikan hasil pemantauan
- Hasil x-ray tgl 19/08/2023:
Opasitas Granuler halus difus di kedua paru,
2. Resiko hipotermi
DD/HMD grade 1, Neonatal Pneumonia, tgl
- Mengobservasi suhu tubuh setiap 1 jam
21/08/23 : Konsolidasi dan infiltrate di kedua paru
- Mengidentifikasi penyebab hipotermi
berkurang (perbaikan
- Mengatur suhu incubator
- Bayi rawat dalam incubator dengan Suhu incubator
- Memberikan topi bayi
34,5 oC Humidity 53 %
- Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab
3. Resiko hipovolemia
- Terpasang infus PICC pada tangan kanan dengan
- Memeriksa adanya tanda dan gejala
cairan dan TPN : PG 2 92 ml, Lipid 12 ml, D10%
hipovolemia
16 ml, Dopamin 5 meq (0,5 ml/jam), Heparin 0,5
- Monitoring intake dan output cairan
ml/jam, tidak ada tanda ekstravasasi pada area
- Menghitung kebutuhan cairan
penusukan infus, tetesan infus lancar
- Bayi di puasakan, terpasang selang OGT, dialirkan,
4. Resiko infeksi
produksi ada sedikit keruh kecoklatan diogt, tidak
- Monitoring adanya tanda-tanda infeksi
ada distensi abdomen sufel, bising usus terdengar
- Membersihkan lingkungan bayi dan
lemah, BAB belum ada
incubator
- Reflek hisap belum ada, produksi secret sedikit
- Memeriksa lokasi insisi adanya
- Bayi tampak nyaman posisi lateral kanan
kemerahan atau bengkak
- BB 870 gr
- Melakukan Cuci tangan sebelum dan
- Intake(8jam) : 40 cc output(BAK): 11 cc
sesudah kegiatan pasien
- Skrining humpty dumpty 17
- Memberikan terapi obat antibiotic
- Terpasang ID band, kancing kuning resiko tinggi
jatuh, segitiga jatuh, pintu dan jendela incubator
5. Resiko deficit nutrisi
terkunci
- Monitoring berat badan
- Terapi obat :
- Melakukan Auskultasi bising usus
- Melakukan oral hygiene  Cefotaxime 2x45 mg ( Pukul 10.00 dan 22.00
- Melakukan pemberian TPN WIB)
 Amikasin 6,5 mg/24 jam (Pukul 11.00 WIB)
6. Resiko jatuh  Aminophillin 2x2,3 mg (Pukul 10.00 dan 22.00
- Mengidentifikasi factor resiko jatuh WIB)
- Memastikan roda incubator dalam  Paracetamol 4 x 13 mg (s/d 4 hari) (Pukul
keadaan terkunci 10.00, 16.00, 22.00, 04.00 WIB)
- Memastikan pintu dan jendela  Fluconazole 5 mg/48 jam (Pukul 10.00 WIB)
incubator terkunci A:
- Memasang ID band, kancing kuning 1. Pola nafas tidak efektif
resiko tinggi jatuh 2. Risiko Hipotermi
- Memasang tanda segitiga jatuh di 3. Resiko Hipovolemi
dekat incubator 4. Resiko Infeksi
5. Resiko deficit nutrisi
6. Resiko Jatuh

P : Lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas dan Pemantauan respirasi
- Manajemen hipotermi
- Manajemen hipovolemi
- Pencegahan infeksi
- Manajemen nutrisi
- Pencegahan Jatuh
2 26-08-2023 S : Belum dapat dikaji Yuli dan Anggie
1. Pola nafas tidak efektif
(14.00-20.00) O:
- Monitoring pola nafas, frekuensi, irama,
- Kesadaran apatis, sesak, retraksi dada ringan
kedalaman dan upaya bernafas,
- Bunyi nafas ronkhi, akral teraba hangat, nadi teraba
Monitoring saturasi oksigen, Auskultasi
sedang
bunyi nafas, Monitoring aliran oksigen
- CRT < 3 detik
- Melakukan penghisapan lendir kurang
- RR: 60x/mnt
dari 15 detik
- Suhu: 36,7 oC
- Memberikan posisi nyaman lateral kiri
- Nadi: 155 x/mnt
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
- Saturasi oksigen: 97% dengan Ventilator dengan
- Mendokumentasikan hasil pemantauan
setting NIPPV RR 60 PIP 17 PEEP 5 TI 0,33 FiO2
30 %
2. Resiko hipotermi
- Bayi rawat dalam incubator dengan Suhu incubator
- Mengobservasi suhu tubuh setiap 1 jam
34 oC Humidity 56 %
- Mengidentifikasi penyebab hipotermi
- Mengatur suhu incubator
- Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab
- Memberikan topi bayi
- Terpasang infus PICC pada tangan kanan dengan
cairan dan TPN : PG 2 92 ml, Lipid 12 ml, D10%
3. Resiko hipovolemia
16 ml, Heparin 0,5 ml/jam tidak ada tanda
- Memeriksa adanya tanda dan gejala
ekstravasasi pada area penusukan infus, tetesan
hipovolemia
infus lancar
- Monitoring intake dan output cairan
- Bayi di puasakan, terpasang selang OGT, dialirkan,
- Menghitung kebutuhan cairan
produksi ada sedikit keruh kecoklatan diogt, tidak
ada distensi abdomen sufel, bising usus terdengar
4. Resiko infeksi
lemah, BAB belum ada
- Monitoring adanya tanda-tanda infeksi
- Bayi tampak nyaman posisi lateral kiri
- Membersihkan lingkungan bayi dan
- Reflek hisap belum ada, produksi secret sedikit
incubator
- BB 950 gr
- Memeriksa lokasi insisi adanya
- Skrining humpty dumpty 17
kemerahan atau bengkak
- Terpasang ID band, kancing kuning resiko tinggi
- Melakukan Cuci tangan sebelum dan
jatuh, segitiga jatuh, pintu dan jendela incubator
sesudah kegiatan pasien
terkunci
- Memberikan terapi obat antibiotic
- Intake (12 jam) : 60 cc, output (IWL : 38,95, BAK:
15) : 53,95cc, BC: + 6,05 cc/12 jam, Diuresis :
5. Resiko deficit nutrisi
1,25 cc/KgBB/12 jam
- Monitoring berat badan
- Terapi obat :
- Melakukan Auskultasi bising usus
 Cefotaxime 2x45 mg ( Pukul 10.00 dan 22.00
- Melakukan pemberian TPN
WIB)
 Amikasin 6,5 mg/24 jam (Pukul 11.00 WIB)
6. Resiko jatuh
 Aminophillin 2x2,3 mg (Pukul 10.00 dan 22.00
- Mengidentifikasi factor resiko jatuh
WIB)
- Memastikan roda incubator dalam
 Paracetamol 4 x 13 mg (s/d 4 hari) (Pukul 10.00,
keadaan terkunci
16.00, 22.00, 04.00 WIB)
- Memastikan pintu dan jendela
 Fluconazole 5 mg/48 jam (Pukul 10.00 WIB)
incubator terkunci
A:
- Memasang ID band, kancing kuning
1. Pola nafas tidak efektif
resiko tinggi jatuh
2. Risiko Hipotermi
- Memasang tanda segitiga jatuh di
3. Resiko Hipovolemi
dekat incubator
4. Resiko Infeksi
5. Resiko deficit nutrisi
6. Resiko Jatuh

P : Lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Manajemen hipotermi
- Manajemen hipovolemi
- Pencegahan infeksi
- Manajemen nutrisi
- Pencegahan Jatuh
3 27-08-2023 - S : Belum dapat dikaji Yuli dan Anggie
1. Pola nafas tidak efektif
28-08-2023 O:
- Monitoring pola nafas, frekuensi, irama,
(20.30-07.30) - Kesadaran apatis, sesak, retraksi dada ringan
kedalaman dan upaya bernafas,
- Bunyi nafas ronkhi, akral teraba hangat, nadi teraba
Monitoring saturasi oksigen, Auskultasi
sedang
bunyi nafas, Monitoring aliran oksigen
- CRT < 3 detik
- Melakukan penghisapan lendir kurang
- RR: 62x/mnt
dari 15 detik
- Suhu: 36,5 oC
- Memberikan posisi nyaman quarter
- Nadi: 165 x/mnt
prone
- Saturasi oksigen: 97% dengan Ventilator dengan
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
setting NIPPV RR 60 PIP 16 PEEP 5 TI 0,33 FiO2
- Mendokumentasikan hasil pemantauan
30 %
- Bayi rawat dalam incubator dengan Suhu incubator
2. Resiko hipotermi
33,5oC Humidity 52%
- Mengobservasi suhu tubuh setiap 1 jam
- Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab
- Mengidentifikasi penyebab hipotermi
- Terpasang infus PICC pada tangan kanan dengan
- Mengatur suhu incubator
cairan dan TPN : PG 2 92 ml, Lipid 12 ml, D10%
- Mengganti linen bila basah
16 ml, Heparin 0,5 ml/jam tidak ada tanda
- Memberikan topi bayi
ekstravasasi pada area penusukan infus, tetesan
infus lancar
3. Resiko hipovolemia
- Bayi di puasakan, terpasang selang OGT, dialirkan,
- Memeriksa adanya tanda dan gejala
produksi ada sedikit keruh kecoklatan diogt, tidak
iypovolemia
ada distensi abdomen sufel, bising usus terdengar
- Monitoring intake dan output cairan
lemah, BAB belum ada
- Menghitung kebutuhan cairan
- Bayi tampak nyaman posisi quarter prone
- Reflek hisap belum ada, produksi secret sedikit
4. Resiko infeksi
- BB 1030 gr
- Monitoring adanya tanda-tanda infeksi
- Skrining humpty dumpty 17
- Membersihkan lingkungan bayi dan
- Terpasang ID band, kancing kuning resiko tinggi
incubator
jatuh, segitiga jatuh, pintu dan jendela incubator
- Memeriksa lokasi insisi adanya
terkunci
kemerahan atau bengkak
- Intake (24 jam) : 120 cc, output (IWL : 57,6, BAK:
- Melakukan Cuci tangan sebelum dan
78) : 135,6 cc, BC: - 15,6 cc/24 jam, Diuresis :
sesudah kegiatan pasien
3,25 cc/KgBB/24 jam
- Memberikan terapi obat antibiotic
- Terapi obat :
 Cefotaxime 2x45 mg ( Pukul 10.00 dan 22.00
5. Resiko deficit nutrisi
- Monitoring berat badan WIB)
- Menimbang berat badan secara rutin  Amikasin 6,5 mg/24 jam (Pukul 11.00 WIB)
- Melakukan Auskultasi bising usus  Aminophillin 2x2,3 mg (Pukul 10.00 dan 22.00
- Melakukan pemberian TPN WIB)
 Paracetamol 4 x 13 mg (s/d 4 hari) (Pukul 10.00,
6. Resiko Jatuh 16.00, 22.00, 04.00 WIB)
- Mengidentifikasi factor resiko jatuh  Fluconazole 5 mg/48 jam (Pukul 10.00 WIB)
- Memastikan roda incubator dalam
keadaan terkunci A:
- Memastikan pintu dan jendela 1. Pola nafas tidak efektif
incubator terkunci 2. Risiko Hipotermi
- Memasang ID band, kancing kuning 3. Resiko Hipovolemi
resiko tinggi jatuh 4. Resiko Infeksi
- Memasang tanda segitiga jatuh di 5. Resiko deficit nutrisi
dekat incubator 6. Resiko Jatuh

P : Lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Manajemen hipotermi
- Manajemen hipovolemi
- Pencegahan infeksi
- Manajemen nutrisi
- Pencegahan jatuh
VI. IMPLEMENTASI

Tanggal Implementasi TTD


dan Jam
25/08/2023 Melakukan handover dengan perawat shift malam Yuli dan Anggie
08.00
25/08/2023 Mengukur TTV dan Monitoring frekuensi, irama, kedalaman dan upaya bernafas, Monitoring pola nafas, saturasi
08.30 oksigen, Auskultasi bunyi nafas, Monitoring aliran oksigen, dan monitoring adanya tanda hipovolemi
- Kesadaran apatis, sesak, retraksi dada ringan
- Bunyi nafas ronkhi, akral teraba hangat, nadi teraba sedang
- Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab
- CRT < 3 detik
- RR: 60x/mnt
- Suhu: 36,6 oC
- Nadi: 160 x/mnt
- Saturasi oksigen: 97% dengan Ventilator dengan setting NIPPV RR 60 PIP 17 PEEP 5 TI 0,33 FiO2 30 %
25/08/2023 Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik (produksi secret sedikit)
09.00 Melakukan oral hygiene(reflek hisap belum ada) dan monitoring produksi ogt dekompresi (ogt dialirkan, produksi
ada sedikit keruh kecoklatan diogt) tidak ada distensi (abdomen sufel)
25/08/2023 Mengganti diapers, tidak ada ruam popok, bab belum, bak 11 cc
09.10 Memberikan posisi lateral kanan bayi tampak nyaman
25/08/2023
Monitoring suhu incubator dan humidity (Suhu incubator 34,5 oC Humidity 53 %)
09.30
Membersihkan incubator
25/08/2023 Memberikan terapi obat injeksi:
10.00 - Cefotaxime 2x45 mg /IV
- Aminophillin 2x2,3 mg/IV
- Paracetamol 4 x 13 m/IV
- Fluconazole 5 mg/48 jam/IV
25/08/2023 Memberikan terapi obat injeksi:
11.00 - Amikasin 6,5 mg/24 jam/IV
Monitoring pemasangan IV line dan tanda infeksi (Terpasang infus PICC pada tangan kanan dengan cairan dan
TPN : PG 2 92 ml, Lipid 12 ml, D10% 16 ml, Dopamin 5 meq (0,5 ml/jam), Heparin 0,5 ml/jam, tidak ada tanda
ekstravasasi pada area penusukan infus, tetesan infus lancar)
Melakukan auskultasi BU (bising usus terdengar lemah)
Monitoring BB hari ini 870 gr
Monitoring hasil x-ray Thorax tgl 19/08/2023:
Opasitas Granuler halus difus di kedua paru, DD/HMD grade 1, Neonatal Pneumonia, tgl 21/08/23 : Konsolidasi
dan infiltrate di kedua paru berkurang (perbaikan)
25/08/2023 Mengukur TTVdan Monitoring frekuensi, irama, kedalaman dan upaya bernafas, Monitoring pola nafas, saturasi
12.30 oksigen, Auskultasi bunyi nafas, Monitoring aliran oksigen dan monitoring adanya tanda hipovolemi
- Kesadaran apatis, sesak, retraksi dada ringan
- Bunyi nafas ronkhi, akral teraba hangat, nadi teraba sedang
- Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab
- CRT < 3 detik
- RR: 62x/mnt
- Suhu: 36,5 oC
- Nadi: 165 x/mnt
- Saturasi oksigen: 98% dengan Ventilator dengan setting NIPPV RR 60 PIP 17 PEEP 5 TI 0,33 FiO2 30 %
25/08/2023
Melakukan skrining resiko jatuh ( skrining humpty dumpty 17) Memastikan ID band terpasang, kancing kuning
14.00
resiko tinggi jatuh, segitiga jatuh, pintu dan jendela incubator terkunci
Menghitung intake (8 jam) : 40 cc, output (BAK) : 11 cc
26/08/2023 Melakukan handover dengan perawat shift pagi Yuli dan Anggie
14.00
26/07/2023 Mengukur TTV dan Monitoring frekuensi, irama, kedalaman dan upaya bernafas, Monitoring pola nafas, saturasi
14.30 oksigen, Auskultasi bunyi nafas, Monitoring aliran oksigen, dan monitoring adanya tanda hipovolemi
- Kesadaran apatis, sesak, retraksi dada ringan
- Bunyi nafas ronkhi, akral teraba hangat, nadi teraba sedang
- Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab
- CRT < 3 detik
- RR: 63x/mnt
- Suhu: 36,8 oC
- Nadi: 157 x/mnt
- Saturasi oksigen : 98% dengan Ventilator dengan setting NIPPV RR 60 PIP 17 PEEP 5 TI 0,33 FiO2 30 %

26/07/2023 Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik (produksi secret sedikit)
15.00 Monitoring produksi ogt dekompresi (ogt dialirkan, produksi ada sedikit keruh kecoklatan diogt) tidak ada distensi
(abdomen sufel)
26/07/2023 Mengganti diapers, tidak ada ruam popok, bab belum, bak 8 cc,
15. 10 Memberikan posisi lateral kiri bayi tampak nyaman
26/07/2023 Memberikan terapi obat injeksi:
16.00 - Paracetamol 4 x 13 m/IV
26/07/2023
Monitoring suhu incubator dan humidity (Suhu incubator 34oC Humidity 56 %)
16.15
Membersihkan incubator
26/07/2023
Monitoring pemasangan IV line dan tanda infeksi (Terpasang infus PICC pada tangan kanan dengan cairan dan
18.00 TPN : PG 2 92 ml, Lipid 12 ml, D10% 16 ml, Heparin 0,5 ml/jam, tidak ada tanda ekstravasasi pada area
penusukan infus, tetesan infus lancar)
Melakukan auskultasi BU (bising usus terdengar lemah)
Monitoring BB hari ini 950 gr
26/07/2023 Mengukur TTV dan Monitoring frekuensi, irama, kedalaman dan upaya bernafas, Monitoring pola nafas, saturasi
18.30 oksigen, Auskultasi bunyi nafas, Monitoring aliran oksigen, dan monitoring adanya tanda hipovolemi
- Kesadaran apatis, sesak, retraksi dada ringan
- Bunyi nafas ronkhi, akral teraba hangat, nadi teraba sedang
- Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab
- CRT < 3 detik
- RR: 60x/mnt
- Suhu: 36,7 oC
- Nadi: 155 x/mnt
- Saturasi oksigen : 97% dengan Ventilator dengan setting NIPPV RR 60 PIP 17 PEEP 5 TI 0,33 FiO2 30 %
26/07/2023 Menghitung intake (12 jam) : 60 cc, output (IWL : 38,95, BAK: 15) : 53,95cc, BC: + 6,05 cc/12 jam, Diuresis :
19.00 1,25 cc/KgBB/12 jam
26/07/2023
Melakukan skrining resiko jatuh ( skrining humpty dumpty 17) Memastikan ID band terpasang, kancing kuning
20.00
resiko tinggi jatuh, segitiga jatuh, pintu dan jendela incubator terkunci
27/07/2023 Melakukan handover dengan perawat shift siang Yuli dan Anggie
21.00
27/07/2023 Mengukur TTV dan Monitoring frekuensi, irama, kedalaman dan upaya bernafas, Monitoring pola nafas, saturasi
21.30 oksigen, Auskultasi bunyi nafas, Monitoring aliran oksigen, dan monitoring adanya tanda hipovolemi
- Kesadaran apatis, sesak, retraksi dada ringan
- Bunyi nafas ronkhi, akral teraba hangat, nadi teraba sedang
- Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab
- CRT < 3 detik
- RR: 60x/mnt
- Suhu: 37 oC
- Nadi: 154 x/mnt
- Saturasi oksigen : 98% dengan Ventilator dengan setting NIPPV RR 60 PIP 17 PEEP 5 TI 0,33 FiO2 30 %
27/07/2023 Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik (produksi secret sedikit)
21.40 Monitoring produksi ogt dekompresi (ogt dialirkan, produksi ada sedikit keruh kecoklatan diogt) tidak ada distensi
(abdomen sufel)
27/07/2023 Mengganti linen, nesting dan mengganti diapers, tidak ada ruam popok, bab belum, bak 10 cc,
21.45 Memberikan posisi quarter prone bayi tampak nyaman
27/07/2023 Memberikan terapi obat injeksi:
22.00 - Cefotaxime 2x45 mg /IV
- Aminophillin 2x2,3 mg/IV
- Paracetamol 4 x 13 m/IV
27/07/2023
Monitoring suhu incubator dan humidity (Suhu incubator 33,5oC Humidity 52%)
23.20
Membersihkan lingkungan dan incubator
27/07/2023
Monitoring pemasangan IV line dan tanda infeksi (Terpasang infus PICC pada tangan kanan dengan cairan dan
00.00
TPN : PG 2 92 ml, Lipid 12 ml, D10% 16 ml, Heparin 0,5 ml/jam, tidak ada tanda ekstravasasi pada area penusukan
infus, tetesan infus lancar)

28/07/2023 Melakukan auskultasi BU (bising usus terdengar lemah)


02.00
28/07/2023 Memberikan terapi obat injeksi:
04.00 - Paracetamol 4 x 13 m/IV
28/07/2023 Mengukur suhu bayi 36.7 C, memandikan bayi dengan mengelap badan bayi dengan air hangat, mengganti diapers
tidak ada ruam popok Bak 14 cc , Bab belum ada, menimbang berat badan 1030 gram,
05.00 Mengukur TTV dan Monitoring frekuensi, irama, kedalaman dan upaya bernafas, Monitoring pola nafas, saturasi
oksigen, Auskultasi bunyi nafas, Monitoring aliran oksigen, dan monitoring adanya tanda hipovolemi
- Kesadaran apatis, sesak, retraksi dada ringan
- Bunyi nafas ronkhi, akral teraba hangat, nadi teraba sedang
- Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab
- CRT < 3 detik
- RR: 62x/mnt
- Suhu: 36,5 oC
- Nadi: 165 x/mnt
- Saturasi oksigen : 97% dengan Ventilator dengan setting NIPPV RR 60 PIP 16 PEEP 5 TI 0,33 FiO2 30 %
28/07/2023 Menghitung intake (24 jam) : 120 cc, output (IWL : 57,6, BAK: 78) : 135,6 cc, BC: - 15,6 cc/24 jam, Diuresis : 3,25
06.00 cc/KgBB/24 jam
28/07/2023 Melakukan skrining resiko jatuh ( skrining humpty dumpty 17) Memastikan ID band terpasang, kancing kuning
07.00 resiko tinggi jatuh, segitiga jatuh, pintu dan jendela incubator terkunci
DAFTAR PUSTAKA

Bennet JN, Domachowske J. Pediatric Pneumonia. Medscape Feb 2013.


URL:http://emedicine.medscape.com/article/967822overview#aw2aab6b2b4aa
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Duke T. Neonatal pneumonia in developing countries. Arch. Dis. Child. Fetal
Neonatal.2005;90;211-219
Heller OJ. Slovis LT. Hoshi Aparana. The Chest in the Neonate and Young Infant. Pediatric
Radiology . New York. Springer 2005. 3rd. p64-94
Holmes JE, Misra RR. Pneumonia. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge University press,
USA: Greenwich Medical Media Ltd. 2004. P53
Khan NA, Irion LK, Mohammed ES. Neonatal Pneumonia Imaging. Medscape. Okt 2011. URL:
http://emedicine.medscape.com/article/412059-overview
Nissen DM. Congenital and Neonatal Pneumonia. Pediatric Respiratory Reviews. Australia:
Elsevier. 2007. p195-203
Shah S, Sharieff GQ. Emergency Medicine Clinics of North America. Pediatric Respiratory
Infections. USA: Elsevier. 2007. p961 –979
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC.
Soetikno DR. Pneumonia neonatus. Kegawatdaruratan pada Pediatri. Radiologi Emergency.
Bandung; Rafika Aditama. 2011. P260-262
Sutton D. The Pediatric Chest. Textbook of Radiology and Imaging. UK. Elsevier 2003.7th ed.
P247-264.

Anda mungkin juga menyukai