ANGGUN SHEILA
P17321195026
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada
masa antenatal, perinatal dan post partum. Infeksi neonatorum atau infeksi adalah
infeksi bakteri umum generalista yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Infeksi adalah sindroma
yang dikarakteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah
yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septic(Sembiring, 2019).
Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah
dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi
merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir(Sembiring, 2019).
Infeksi neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama
empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500
atau 1 dalam 600 kelahiran hidup(Bobak, 2005).
3. Fisiologi/Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endoskrin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolic yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
fungsi jaringan, asidosis metabolic dan syok. Yang menyebabkan disseminated
Intravaskuler Coagulation (DIC) dan kematian. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok,
yaitu :
a. Faktor maternal
1) Status social ekonomi ibu, ras dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alas an yang tidak diketahi
sepenuhnya. Ibu yang berstatus social ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis.
2) Status paritas.
3) Wanita multipara atau gravid lebih dari 3 dan umur ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 30 tahun.
4) Kurangnya perawatan prenatal.
5) Ketuban pecah dini
6) Prosedur selama persalinan
b. Faktor Neonatal
1) Prematuritas (berat badan bayi kurang dari 1500 gram)
2) Merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya immunitas
bayi kurang bulan lebih rndah dari pada bayi cukup bulan. Transfor
immunoglobulin melalui placenta terutama terjadi pada paruh terakhir
trisemester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi immunoglobulin serum terus
menurun, menyebabkan hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.
3) Definisi imun
4) Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
placenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya
hal tersebut aktivitas lintasan komplemen terhambat, dan C3 serta faktor B
tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara
defisiensi imun dan penururnan antibodi total dan spesifik bersama dengan
penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas
opsonisasi.
5) Laki-laki dan kehamilan kembar
6) Insiden infeksi pada bayi laki-laki empat kali lebih besar dari pada bayi
perempuan.
c. Faktor lingkungan
1) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasive, dan memerlukan waktu perawatan dirumah
sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter nutrisi
parental merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang
luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
2) Paparan terhadap obat-obatan tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan
resiko pada nonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotic spectrum
luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spectrum luas, sehingga
menyebabkan resisten berlipat ganda.
3) Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemic penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling
sering akibat kontak tangan.
4) Pada bayi yang minum ASI, spesies lactobacillus dan E. Colli di temukan
hanya di dominasi oleh E. Colli saja.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu :
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati placenta dan umbrilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi
darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus
placenta, antara lain virus vubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis, dan
toxplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena
kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.
Akibatnya, terjadi amnonitis dan korionitis , selanjutnya kuman melalui umbilicus
masuk ke tubuh bayi. Cara lain yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah
terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke dalam traktus digestives dan
traktus respiratoris, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain
melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat melalui kulit bayi atau “ port
de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misal
: herpes genetalis, candida albican dan gonorrhea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah persalinan/
kelahiran umunya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahin
(misal : melalui alat-alat pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasagastrik, botol minuman, atau dst). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosocomial.
4. Klarifikasi
Infeksi pada neonatus dapat dibagi dalam dua golongan besar.
a. Infeksi berat (major infection)
1) Sifilis kongenital
Biasanyan terhjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh treponema pallidum
2) Sepsis neonatorum
Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal
3) Meningitis
Biasanya didahului sepsis, penyebab utama adalah E. Colli, pnemokukus,
stefilokokus, dsb.
4) Pneumonia kongenital
Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnon yang septik.
5) Pneumonia aspirasin
Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian utama pada bayi BBLR
(berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat pemberian makan karena
refleks menelan dan batuk yang belum sempurna.
6) Pneumonia karena airbom infecton
Infeksi karena hubungan dengan orang dewasa uyang menderita infeksi saluran
pernafasan.
7) Pneumonia stifilokokus
8) Biasanyan terjadi pada neonatus yang lahir di rumah sakit
9) Diare epidemik
Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi, disebabkan oleh E. Colli yang
bersifat patogen. Ada dua macam kuman patogen, antara lain: Gastroenteritis E.
Colli dan Salmonelosis.
10) Pielonefritis
Infeksi yang mengenai ginjal bayi.
11) Ostitis akut
Disebabkan oleh metastasis sarang infeksi staflokokus
12) Tetanus neonatorum
13) Disebabkan oleh clostridium yang bersifat anaerob dan mengeluarkan eksotosin
yang nerotropik
b. Infeksi Ringan
1) Pemrigus neonatorum
Gelombang jernih yang berisi nanah yang kemudian kemerahan pada kulit
disebabkan oleh stafilokokus.
2) Oftakmia neonatorum
Infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir
3) Infeksi pusat
Disebabkan oleh stafilokokus aereus, sehingga menimbulkan nanah, edema dan
kemerahan pada ujung pusat
4) Moniliasis
Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi yang dapat
menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain.
5. Penatalaksanaan
a. Suportif
1) Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa.
2) Berikan koreksi jika terjadi hipovdemia, hipokalsemia dan hipoglikemia.
3) Bila terjadi SIADN (Syndrome of Inappropiate Anti Dieuretik Hormon)
batasi cairan.
4) Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
5) Awasi adanya hiperbilirubinemia.
6) Lakukan transfuse tukar bila perlu.
7) Pertimbangkan nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral.
b. Kausatif
Antibiotik diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya
digunakan golongan penicillin seperti ampicilin ditambah tminoglileosida
seperti Gentamicin. Pada infeksi nosokomial, antibiotic diberikan dengan
mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial
biasanya di berikan van komisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi
ketiga.Setelah dapat hasil biakan dan uji sistematis di berikan antibiotic yang
sesuai. Terapi dilakukan selama 10 – 14 hari. Bila terjadi meningitis, antibiotic
diberikan selama 14 – 21 hari dengan dosis sesuai untuk meningitis. Pada masa
antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,
pengobatan, terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu. Asupan gizi yang
memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke tempat pusat kesehatan bila diperlukan. Pada
masa persalinan, perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara akseptic.
Pada masa pasca persalinan rawta gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, juag lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan lukan
umbilicus secara steril.