Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI

DENGAN INFEKSI NEONATORUM

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dokumentasi Kebidanan


yang dibimbing oleh Ibu Susanti Pratamaningtyas, SST,.M.Keb

ANGGUN SHEILA
P17321195026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV ALIIH JENJANG KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama : Anggun Sheila


NIM : P17321195026
Tempat Praktik : -
Kasus : Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Infeksi Neonatorium

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada
masa antenatal, perinatal dan post partum. Infeksi neonatorum atau infeksi adalah
infeksi bakteri umum generalista yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Infeksi adalah sindroma
yang dikarakteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah
yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septic(Sembiring, 2019).
Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah
dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi
merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir(Sembiring, 2019).
Infeksi neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama
empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500
atau 1 dalam 600 kelahiran hidup(Bobak, 2005).

2. Etiologi dan Predisposisi


Menurut Blane (1961) yang dikutip Dwinda Octa dkk (2015) infeksi pada
neonatus bisa melalui beberapa cara :
a. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta. Kuman
melewati placenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena umbilicus
samapi ke janin kuman teresebut seperti : virus : rubella, poliomelisis, koksakie,
variola, dll. Spirokaeta : sifilis. Bakteri : jarang sekali kecuali E. Colli dan
listeria.
b. Infeksi intranatal
1) Pemeriksaan vaginal yang terlalu sering
2) Partus yang lama
c. Infeksi post partum.
Penggunaan alat-alat perawatan yang tidak steril
d. Cross infection
Infeksi yang telah ada di rumah sakit.

3. Fisiologi/Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endoskrin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolic yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
fungsi jaringan, asidosis metabolic dan syok. Yang menyebabkan disseminated
Intravaskuler Coagulation (DIC) dan kematian. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok,
yaitu :
a. Faktor maternal
1) Status social ekonomi ibu, ras dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alas an yang tidak diketahi
sepenuhnya. Ibu yang berstatus social ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis.
2) Status paritas.
3) Wanita multipara atau gravid lebih dari 3 dan umur ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 30 tahun.
4) Kurangnya perawatan prenatal.
5) Ketuban pecah dini
6) Prosedur selama persalinan
b. Faktor Neonatal
1) Prematuritas (berat badan bayi kurang dari 1500 gram)
2) Merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya immunitas
bayi kurang bulan lebih rndah dari pada bayi cukup bulan. Transfor
immunoglobulin melalui placenta terutama terjadi pada paruh terakhir
trisemester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi immunoglobulin serum terus
menurun, menyebabkan hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.

3) Definisi imun
4) Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
placenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya
hal tersebut aktivitas lintasan komplemen terhambat, dan C3 serta faktor B
tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara
defisiensi imun dan penururnan antibodi total dan spesifik bersama dengan
penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas
opsonisasi.
5) Laki-laki dan kehamilan kembar
6) Insiden infeksi pada bayi laki-laki empat kali lebih besar dari pada bayi
perempuan.
c. Faktor lingkungan
1) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasive, dan memerlukan waktu perawatan dirumah
sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter nutrisi
parental merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang
luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
2) Paparan terhadap obat-obatan tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan
resiko pada nonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotic spectrum
luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spectrum luas, sehingga
menyebabkan resisten berlipat ganda.
3) Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemic penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling
sering akibat kontak tangan.
4) Pada bayi yang minum ASI, spesies lactobacillus dan E. Colli di temukan
hanya di dominasi oleh E. Colli saja.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu :
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati placenta dan umbrilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi
darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus
placenta, antara lain virus vubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis, dan
toxplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena
kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.
Akibatnya, terjadi amnonitis dan korionitis , selanjutnya kuman melalui umbilicus
masuk ke tubuh bayi. Cara lain yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah
terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke dalam traktus digestives dan
traktus respiratoris, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain
melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat melalui kulit bayi atau “ port
de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misal
: herpes genetalis, candida albican dan gonorrhea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah persalinan/
kelahiran umunya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahin
(misal : melalui alat-alat pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasagastrik, botol minuman, atau dst). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosocomial.

4. Klarifikasi
Infeksi pada neonatus dapat dibagi dalam dua golongan besar.
a. Infeksi berat (major infection)
1) Sifilis kongenital
Biasanyan terhjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh treponema pallidum
2) Sepsis neonatorum
Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal
3) Meningitis
Biasanya didahului sepsis, penyebab utama adalah E. Colli, pnemokukus,
stefilokokus, dsb.
4) Pneumonia kongenital
Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnon yang septik.
5) Pneumonia aspirasin
Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian utama pada bayi BBLR
(berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat pemberian makan karena
refleks menelan dan batuk yang belum sempurna.
6) Pneumonia karena airbom infecton
Infeksi karena hubungan dengan orang dewasa uyang menderita infeksi saluran
pernafasan.
7) Pneumonia stifilokokus
8) Biasanyan terjadi pada neonatus yang lahir di rumah sakit
9) Diare epidemik
Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi, disebabkan oleh E. Colli yang
bersifat patogen. Ada dua macam kuman patogen, antara lain: Gastroenteritis E.
Colli dan Salmonelosis.
10) Pielonefritis
Infeksi yang mengenai ginjal bayi.
11) Ostitis akut
Disebabkan oleh metastasis sarang infeksi staflokokus
12) Tetanus neonatorum
13) Disebabkan oleh clostridium yang bersifat anaerob dan mengeluarkan eksotosin
yang nerotropik
b. Infeksi Ringan
1) Pemrigus neonatorum
Gelombang jernih yang berisi nanah yang kemudian kemerahan pada kulit
disebabkan oleh stafilokokus.
2) Oftakmia neonatorum
Infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir
3) Infeksi pusat
Disebabkan oleh stafilokokus aereus, sehingga menimbulkan nanah, edema dan
kemerahan pada ujung pusat
4) Moniliasis
Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi yang dapat
menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain.

5. Penatalaksanaan
a. Suportif
1) Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa.
2) Berikan koreksi jika terjadi hipovdemia, hipokalsemia dan hipoglikemia.
3) Bila terjadi SIADN (Syndrome of Inappropiate Anti Dieuretik Hormon)
batasi cairan.
4) Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
5) Awasi adanya hiperbilirubinemia.
6) Lakukan transfuse tukar bila perlu.
7) Pertimbangkan nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral.
b.  Kausatif
Antibiotik diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya
digunakan golongan penicillin seperti ampicilin ditambah tminoglileosida
seperti Gentamicin. Pada infeksi nosokomial, antibiotic diberikan dengan
mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial
biasanya di berikan van komisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi
ketiga.Setelah dapat hasil biakan dan uji sistematis di berikan antibiotic yang
sesuai. Terapi dilakukan selama 10 – 14 hari. Bila terjadi meningitis, antibiotic
diberikan selama 14 – 21 hari dengan dosis sesuai untuk meningitis. Pada masa
antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,
pengobatan, terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu. Asupan gizi yang
memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke tempat pusat kesehatan bila diperlukan. Pada
masa persalinan, perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara akseptic.
Pada masa pasca persalinan rawta gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, juag lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan lukan
umbilicus secara steril.

B. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN


a. Konsep majaemen asuhan varney
I. Pengumpulan Data Dasar
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien
secara keseluruhan. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam langkah ini
adalah
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi
(Saminem, 2010).
Dalam pengumpulan data dikerjakan dengan mengkaji secara umumdengan
berfokus pada orang tua bayi pada tanggal 12 Mei 2018 pukul 13.10 WIB.
1. Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi “K”
Tanggal lahir/jam : 09 Mei 2018 pukul 13.00 WIB
Anak : Pertama
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur Saat Dikaji : 3 hari
Berat Badan : 3500 gram
2. Identitas Orang Tua
Nama Ibu/Ayah : Ny. “K”/Tn. I
Umur Ibu/Ayah : 26 tahun/28 tahun
Suku : Batak
Agama : Nasrani
Pendidikan : SMA/SMA
Pernikahan ke- :1/1
Lama menikah : ±2 tahun
Alamat : Jl. Wachid Hasyim
3. Data biologis/fisiologis
1) Keadaadn bayi sekarang
Ibu mengatakan keadaan bayinya lemah, bayinya rewel dan demam, serta
malas menetek.
2) Riwayat kehamilan ibu
3) HPHT tanggal 02-08-201, cukup bulan, pemenuhan kebutuhan gizi baik,
an tidak ada penyakit yang diderita selama hamil
4) Riwayat persalinan dan kelahiran
Melahirkan tanggal 09 Mei 2018 pukul 13.00 WIB, ditolong oleh dokter,
jenis persalinan SC indikasi Ketuba Pecah Dini dan kondisi iu yang
lemah.
5) Data Obyektif
Pada pemeriksaan umum diperoleh hasil keadaan umum bayi lemah,
dengan masa gestasi 41 minggu 1 hari serta tanda-tanda vital sebagai
berikut: suhu 39°C, RR 72 x/menit, denyut jantung 160 x/menit.
1. Pemeriksaan Khusus
Pada pemeriksaan khusus dan terfokus diperoleh hasil yaitu ubun-ubun
kelihatan maju ke depan, tidak ada oedema pada wajah dan wajah
terlihat pucat, mata bersih tdak ada secretserta konjungtiva merah muda
serta sclera tidak ikterus. Tidak ada pernafasan cuping hidung, tetapi
mukosa bibir tampak kering, gerakan dada tidak sesuai irama
pernafasan bayi. Pada pemeriksaan ekstermitas terlihat pergerakan
lemah dan tidak ada cacat bawaan.
2. Pemeriksaan Antropometri
Diperoleh hasil lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 27 cm, lingkar perut
29 cm, dan lila 9 cm.
3. Pemeriksaan Refleks
Refleks sucking lemah, refleks menggenggam ada, refleks rooting
lemah, refleks moro lemah, bayi menangis lemah dan merintih.
II. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi terhadap diagnosa, masalah, dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi data yang akurat. Data dasar yang
telah dikumpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah
atau diagnosis yang spesifik (Saminem, 2010).
Bedasarkan data dasar yang ada, maka dapat diidentifikasi diagnosa pada Bayi
“K” berupa bayi umur 3 hari, sesuai masa kehamilan, dengan sepsis
neonatorium dengan gangguan pemenuhan nutrisi.
III. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan
antisipasi dan bila memungkinkan akan dilakukan pencegahan. Sambil
mengamati pasien (Saminem, 2010).
Potensial terjadinya dehidrasi.
IV. Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Pada tahap ini, mengidentifikasi perlu atau tidaknya tindakan segera oleh bidan
maupun oleh dokter, atau kondisi yang perlu dikonsultasikan atau ditangani
bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien
(Saminem, 2010)
Pemasangan Naso Gastric Tube dan kolaboari dengan dokter untu pemberian
obat injeksi.
V. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah
sebelumnya.
a. Secara Umum
1) Informasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.
Rasional : Agar ibu mengetahui keadaan bayinya saat ini.
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan seperti mengganti
popok/pakaian bayi setelah BAK/BAB, dan merawat tali pusat.
Rasional : Mencegah kemungkinan kontaminasi dengan kuman sehingga tidak
terjadi infeksi nosokominal.
3) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : megetahu keadaan umum bayi dan perkembangan bayi
4) Ganti pakaian/sarung tiap kali basah/kotor.
Rasional : Pakaian bayi yang basah akan mempengaruhi suhu normal tubuh
bayi dan menimbulkan ketidaknyamanan.
b. Sepsis Neonatorium
1) Informasikan kepada ibu penyebab bayinya mengalami sepsis neonatorium.
Rasional : Agar ibu dapat memahami penyebab bayinya mengalami sepsis
neonatorium karena pada saat persalinan ketuba ibu pecah sebelum waktunya.
2) Lakukan pemasangan oksigen sungkup
Rasional : Pemberian oksigen untuk menambah kebutuhan oksigen dalam
tubuh.
3) Lakukan observasi pemberian cairan infus
Rasional : Agar kebutuhan cairan dapat terpenuhi dan permasalahan dehidrasi
dan gangguan pemenuhan nutrisi dapat teratasi.
4) Lakukan pengukuran tanda-tanda vital setiap 1 jam sekali.
Rasional : Mengetahui KU bayi untuk melihat perkembangan bayi
b. Gangguang Pemenuhan Nutrisi
1) Jelaskan pada ibu penyebab bayinya mengalamai gangguan pemenuhan nutrisi.
Rasional : Agar ibu mengetahui penyebab bayinya mengalami gangguan
pemenuhan nutrisi disebabkan oleh ketidakcukupan asuhan nutrisi pada bayinya,
dalam hal ini berhubungan dengan faktor bayi yang malas menetek.
2) Pasang selang Naso Gastric Tube.
Rasional : Agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi berkaitan dengan faktor
refleks mengisap yang masih lemah.
c. Edukasi
1) Manfaat pemeberian ASI dini
Rasional : ASI merupakan makanan terbaik yang diberikan seorang ibu kepada
bayinya
2) Perawatan tali pusat dengan membungkus tali pusat hanya menggunakan kassa steril
tanpa memberikan obat, bedak, ataupun ramuan pada tali pusat bayi.
Rasional : Untuk mengindari terjadinya infeksi pada tali pusat
3) Menunda memandikan bayi sampai suhu tubuh bayi stabil
Rasional : Agar ibu mengetahui waktu yang tepat untuk memandikan bayinya

VI. Melaksanakan perencanaan


Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari
perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga
VII Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini mencakup evaluasi
tentang pemenuhan kebutuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan masalah dan diagnosis yang telah teridentifikasi (Saminem,
2010).

b. Pendokumentasian secara SOAP


S Ibu mengatakan melahirkan 3 hari yang lalu, cukup bulan, dengan berat badan lahir 3500
gram, bayi demam, dan disadari saat usia 2 hari, sejak lahir bayinya menetek, tidak dapat
menghisap puting susu.
O Pemeriksaan Umum:
Pada pemeriksaan umum diperoleh hasil keadaan umum bayi lemah, dengan masa
gestasi 41 minggu 1 hari serta tanda-tanda vital sebagai berikut:
Suhu 39°C, RR 72 x/menit, dan denyut jantung 160 x/menit.
Pemeriksaan Khusus:
Pada pemeriksaan khusus dan terfokus diperoleh hasul yaitu ubun-ubun kelihatan maju
ke depan, tidak ada oedema pada wajah dan wajah terlihat pucat, mata bersih tidak ada
secret serta konjungtiva merah muda serta sclera tidak ikterus. Tidak ada pernafasan
cuping hidung, tetapi mukosa bibir tampak kering, gerakan dada tidak sesuai irama
pernafasan bayi. Pada pemeriksaan ekstermitas terlihat pergerakan lemah dan tidak ada
cacat bawaan.
Pemeriksaan Antropometri:
Pada pemeriksaan antropometri diperoleh hasil lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 27
cm, dan lila 9 cm. Refleks sucking lemah, refleks menggengam ada, refleks rooting
lemah, refleks moro lemah, bayi menangis lemah.
A Bayi lahir cukup bulan usia 3 hari, sesuai masa kehamilan dengan sepsis neonatorium
dan gangguan pemenuhan nutrisi, potensial terjadinya dehidrasi serta memerlukan
kolaborasi dengan dokter.
P Tanggal 12 Mei 2018 Pukul 13.40 WIB
c. Secara Umum
1) Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.
Hasil : Ibu paham dengan keadaan bayinya saat ini.
5) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan seperti mengganti
popok/pakaian bayi setelah BAK/BAB, dan merawat tali pusat.
Hasil : Tangan telah dibersihkan.
6) Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil : Suhu 39°C, RR 42 x/menit, denyut jantung 160 x/menit
7) Mengobservasi BAK/BAB
Hasil : BAK 2 x, BAB 1 x
8) Mengganti pakaian/sarung tiap kali basah/kotor.
d. Sepsis Neonatorium
1) Menginformasikan kepada ibu penyebab bayinya mengalami sepsis neonatorium.
Hasil : Ibu paham dengan penjelasan bidan
2) Melakukan pemasangan oksigen sungkup
Hasil : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit.
3) Melakukan observasi pemberian cairan infus
Hasil : infuse RL 10 tetes/menit telah terpasang di tangan kanan bayi
4) Melakukan pengukuran tanda-tanda vital setiap 1 jam sekali.
Hasil : Suhu badan 39°C, RR 42 x/menit, denyut jantung 160 x/menit.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan
Hasil : Obat penurun panas Sanmol 2cc/6-7 jam, injeksi cefotaxime 100 mg/12
jam/IV, injeksi dexamethasone 0,5 mg /12 jam/IV
e. Gangguang Pemenuhan Nutrisi
3) Jelaskan pada ibu penyebab bayinya mengalamai gangguan pemenuhan nutrisi.
Hasil : Ibu paham dengan penjelasan bidan
4) Memasang selang Naso Gastric Tube.
Hasil : Selang Naso Gastrik Tube telah terpasang.
f.Edukasi
4) Manfaat pemeberian ASI dini
Hasil : Jika refleks mengisap bayinya sudah baik ibu ingin segera menyusui
bayinya.
5) Perawatan tali pusat dengan membungkus tali pusat hanya menggunakan kassa steril
tanpa memberikan obat, bedak, ataupun ramuan pada tali pusat bayi.
Hasil : Ibu paham dengan penjeasn bidan
6) Menunda memandikan bayi sampai suhu tubuh bayi stabil
Hasil : Ibu paham dengan penjelasan bidan dan tidak akan menunda memandikan
bayinya sebelum tubuh bayi stabil dan diperbolehkan bidan atau dokter.

c. Bagan alur berpikir dan pendokumntasian secara SOAP


Alur pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses pendokumentasian Pendokumentasian


kebidanan 7 langkah Varney

7 langkah Varney SOAP Notes


Subjektif
Data
Objektif
Masalah/Diagnosa
Antisipasi masalah potensial
Menetapkan kebutuhan
Assessment
segera untuk
konsultasi/kolaborasi

Merencanakan asuhan yang Penatalaksanaan :


menyeluruh 1. Konsul
Melaksanakan asuhan 2. Tes diagnisik
3. Rujukan
Mengevaluasi keefektifan 4. Pendidikan/konseling
asuhan 5. Follow up
C. REFERENSI
Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC
Dwinda, Octa dkk. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita dan Anak
Prasekolah untuk Para Bidan. Deepublish.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
hidayat2.wordpress.com/2009/07/14/askep-ca-colon. Di akses 14 Agustus 2019
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta.: FKUI
Noordiati. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Wineka Media
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses–Proses 
Penyakit  .Vol. 1, Edisi 6. Jakarta : EGC
Sembiring, J. B. 2019. Buku ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai