“ SEPSIS NEONATORUM”
2. Epidemiologi
Kejadian sepsis secara signifikan lebih tinggi pada kelompok umur
yang lebih muda dan anak dengan komorbiditas yang mengakibatkan keadaan
defisiensi imunitas, seperti keganasan, transpalantasi, penyakit kronis, dan
kelainan jantung bawaan. Penyebaba infeksi tersering sepsis pada anak, yaitu
infeksi saluran pernapasan, diikuti dengan infeksi non-spesifik, bakteremia,
infeksi saluran kemih, infeksi saluran pencernaan, infeksi sistem saraf pusat,
dan lainnya. Infeksi luka operasi dan jaringa lunak juga dapat menyebabkan
sepsis pada anak.
Sebuah studi prevalensi internasional tahun 2015 yang mengumpulkan
data dari 26 negara didapatkan prevalensi global sepsis pada unit perawatan
intensif anak 8,2%. Rereta usia sepsis adalah 3 tahun dan infeksi terbanyak
terdapat pada sistem respirasi (40%). Hal yang sama didapatkan di Indonesia.
Sebagian besar sumber infeksi berasal dari infeksi saluran pernapasan (36% -
42%) dengan insiden sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus dan bayi <
1 tahun dibandingkan dengan usia 1 – 18 tahun (9,7 : 0,23 kasus per 1000
anak) (Wulandari, 2017).
3. Etiologi
a. Mikroorganisme pathogen seperti streptococcus grup B klebsiela
Enterococcus, hemofilus influenza, stafilococcus pneumonia
b. Hambatan penarikan plasenta pada bayi yang premature
c. Kontak langsung selama kelahiran melalui jalan lahir
d. Kontaminasi dengan bayi lain, personal, objek dan lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara
umum berasal dari empat kelompok yaitu :
1. faktor maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang.
Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan
yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-
ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat
tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari dan umur
ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun).
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KDP)
e. Prosedur selama persalinan
2. Faktor neonatal
a. Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram),
merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.
umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada
bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta
terutama tertadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah
lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,
menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit
juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG
spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau haemophilus
influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir
tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktivitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta
faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap
lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan
penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan
penurunan Fibronektin, menyebabkan sebagian besar
penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi
laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor diluar ibu dan neonatal
a. Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter nutrisi
parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada
kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa
menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotic spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten
berlipat ganda.
c. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemi
penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi
nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu
formula hanya didominasi oleh e..colli.
4. Faktor predisposisi
Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik
dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi
terhadap kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor tersebut adalah :
a. Penyakit ineksi yang diderita ibu selama kehamilan
b. Perawatan antenatal yang tidak memadai
c. Ibu menderita eklampsia$ diabetes mellitus
d. Pertolongan persalinan yang tidak hygiene, partus lama, partus
dengan tindakan.
e. Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.
f. Adanya trauma lahir, asfiksia neonates, tindakan invasive, pada
neonatus.
g. Tidak menerapakan rawat gabung
h. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak
i. Ketuban pecah dini
4. Patofisiologi
Hambatan penarikan plasenta pada bayi yang premature
menyebabkan bayi mudah terserang virus, bakteri jamur dan infeksi
parasit. Normalnya substansi immune, utamanya IgG didapatkan dari
system maternal dan dibawa kejaringan fetal selama gestasi pada minggu
terakhir untuk memberikan imunitas pasif bagi bayi baru lahir terhadap
agen infeksi. Mekanisme pertahanan neonatus selanjutnya menghambat
complement yang lebih rendah, disfungsi monosit dan sirkulasi monosit
dan leukosit menurun jumlah dan fungsinya tidak efesien.
6. Manifestasi Klinis
a. Hipotermia atau hipertermia, tampak tidak sehat, malas minum, letargi
(keadaan kesedaran menurun seperti tidur)
b. Distensi abdomen,$ anorexia, muntah, diare dan hepatomegali
c. Apnu, dispnu, takipnu, retraksi dinding dada, napas cuping hidung,
merintih dan sianosis
d. Pucat, kulit lembab, hipotensi, tachicardi atau bradicardi
e. Iterus, splenomegali, peteki dan purpura
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan kepala
b. Pemeriksaan mata
c. Pemeriksaan Hidung
d. Pemeriksaan Mulut
e. Pemeriksaan Telinga
f. Pemeriksaan leher
Melakukan palpasi pada leher dengan menggerakkan jari ke
sekeliling leher
g. Pemeriksaan klavikula
Menggunakan jari telunjuk , meraba seluruh klavikula untuk
memastikan adanya fraktur
h. Pemeriksaan Tangan
j. Pemeriksaan Abdomen
k. Pemeriksaan Genetalia
* Bayi laki-laki
* Bayi perempuan
l. Pemeriksaan Tungkai
Memeriksa kesimetrisan, memeriksa panjang kedua tungkai dengan
cara meluruskan kemudian membandingkan, memeriksa adanya
fraktur dengan cara tes ortolani :
* Membuka baju
n. Pemeriksaan Kulit
Warna kulit, adanya ruam,dan bercak lahir, memar
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Bila sindrom klinis mengarah kesepsis perlu dilakukan evaluasi sepsis
secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, lumbal, analisis dan kultur
urin serta foto dada.
Diagnosis sepsis ditegakkan dengan dengan ditemukannya kuman pada
biakan darah. Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropenia
(penurunan sel darah putih neutropil). Adanya peningkatan C-reaktif protein
memperkuat dugaan sepsis.
1. Pemeriksaan darah rutin (hb. Leukosit, trombosit, CT –BT LED, SGOT,
SGPT)
2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
3. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal
fungsi dapat mendeteksi organisme.
4. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan
peningkatan Neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
5. Laju rendah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat
menandakan adanya perubahan Inflamasi.
6. Pemeriksaan laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut :
a. Skrining sepsis yang rutin
1. Hitung jenis darah lengkap.
2. Kultur darah.
3. Apusan bahan dari bagian yang mengalami infalamasi.
4. Apusan dari telinga dan tenggorokan (pada early - onset
infeksi).
5. Urine secara mikroskopis dan kultur.
6. Rontgen thoraks.
7. C-reaktif protein
b. Tes rutin tambahan,dari indikasi klinis yang didapatkan
1. Lumbal pungsi.
2. Kultur dan gram dari aspirasi lambung.
3. Kultur dan gram dari apusan vagina yang lebih tinggi dari ibu.
4. Kultur dari endotrakeal tube atau aspirasi dari trakeal.
5. Kultur dari drainase dada.
6. Kultur dari kateter vaskular.
7. Kultur darah kwantitatif atau kultur darah multiple.
8. igG konsentrasi serial untuk spesigik organisme.
9. konsentrasi untuk organisme spesifik.
10. Buffy coat secara mikroskopik.
c. Tes tidak rutin atau tes baru
1. Lateks aglutinasi tes.
2. Serum interleukin dan TNFa
3. Immunoelektroforesis.
4. Acridin orange leukosit cystopin test
d. Komponen dari skrining sepsis adalah :
1. C-Reaktive Protein >10 mg;L.
Sensitivitas tes ini : 47-100
Spesifik : 81-94
2. Total Leucocyte Count (TLC) <5.000, >15.000
Sensitivitas tes ini : 17-89
Spesifik : 81-98
3. Absolute Neutrophil Count (ANC) <>
Sensitivitas tes in i: 39-96
Spesifik : 61-92
4. Immature Total Ratio (TTR) >20
Sensitivitas tes ini : 90-100.
Spesifik : 50-78.
5. Micro-ESR(mESR) > umur dalam hari + 3 mm.
6. Sensitivitas : 27 -50
7. Spesifik : 83-99
11. Komplikasi
a. Meningitis
b. Henti jantung
c. Henti nafas
12. Pencegahan
a. Dari Ibu.
Grup B Streptococcus merupakan penyebab terberat sebagai
patogen terbanyak pada akhir tahun 1960an dan biasanya sebagai
penyebab dari early-onset sepsis. Sepuluh sampai 30 wanita hamil dengan
kolonisasi Grup B Streptococcus dalam vagina atau daerah rektum.Dua
pendekatan utama : prenatal skrining (semua wanita hamil di skrining
untuk deteksi infeksi Grup B Streptococcus pada 35-37 minggu kehamilan
dan dilakukan pengobatan untuk kulturnya yang positif) dan identifikasi
dari wanita beresiko tinggi serta mengobati sebelum terjadinya persalinan.
b. Dari Neonatus
Pemberian antibiotik profilaksis untuk bayi-bayi asimtomatis yang
diduga beresiko tinggi terjadi sepsis oleh Grup B Streptococcus masih
kontroversial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian
penisilin pada semua bayi atau bayi <2000>
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan kepala
b. Pemeriksaan mata
c. Pemeriksaan Hidung
d. Pemeriksaan Mulut
2). Inspeksi posisi telinga dengan menarik garis khayal dari bagian luar
sudut mata secara horizontal kearah ujung ats daun telinga
f. Pemeriksaan leher
Melakukan palpasi pada leher dengan menggerakkan jari ke
sekeliling leher
g. Pemeriksaan klavikula
Menggunakan jari telunjuk , meraba seluruh klavikula untuk
memastikan adanya fraktur
h. Pemeriksaan Tangan
i. Pemeriksaan Dada
j. Pemeriksaan Abdomen
* Bayi perempuan
l.Pemeriksaan Tungkai
* Membuka baju
n. Pemeriksaan Kulit
Warna kulit, adanya ruam,dan bercak lahir, memar
Diaknosa
Rencana Keperawatan
keperawatan
Tujuan dan
Intervensi Rasional
kriteria hasil
Resiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor resiko: Setelah dilakukan
Prosedur Infasif tindakan 1. Pertahankan teknik 1. Mencegah
Malnutrisi keperawatan aseptif terjadinya infeksi
Diaknosa
Rencana Keperawatan
keperawatan
Tujuan dan
Intervensi Rasional
kriteria hasil
Hipertermia NOC : NIC :
Rencana Keperawatan
Diaknosa keperawatan
Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
Kesiapan meningkatkan NIC : NOC :
koping keluarga
berhubungan dengan tugas Setelah dilakukan 1. Identifikasi sumber 1. Untuk
adaktif secara efektif asuhan selama 4 jam komunikasi untuk meningkatkan
diharapkan dapat meningkatkan status status kesehatan
meningkatkan kesehatan pasien pasien
pemahaman keluarga 2. Dorong keluarga 2. Membantu proses
terhadap kondisi untuk mendampingi penyembuhan
pasien dengan kriteria klien secara psikologis
hasil: 3. Berikan informasi 3. Membantu
tentang kondisi keluarga
Mengidentifikasi anaknya memahami
dan 4. Berikan pengetahuan kondisi kesehatan
mempreoritaskan yang dibutuhkan oleh pasien
tujuan keluarga 4. Mengoptimalkan
Mengimplementas 5. Berikan dorongan pengetahuan
ikan rencana dalam merencanakan keluarga pasien
berikut perawatan lanjutan tentang penyakit
yang dialami
5. Untuk
memberikakan
dukunagn pada
keluarga dan
pasien
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/381305616/281886861-Lp-Sepsis-Neonatorum
diakses tanggal 4 Mei 2022
Guyton & hall, (2012), Buku Ajar Fisiologi Keperawatan, edisi 11 Jakarta-
Indonesia, EGC
Wilkinson J.M., Ahren N.R (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.9.
Jakarta: EGC
Wilkinson, M. Judith dan nancy R.. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan edisi 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC Kreteria hasil
NOC. Jakarta : EGC