Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

OMPHALITIS

A. Pengertian
 Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai dengan
kulit kemerahan disertai pus. Penyebab terjadinya omfalitis pada kasus ini
adalah akibat kurangnya aseptik antiseptik saat pengguntingan dan perawatan
tali pusat oleh bidan penolong persalinan. Hasil apus pus omfalitis adalah
bakteri batang Gram negatif, sesuai dengan pola kuman yang sering
menginfeksi bayi baru lahir.
Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam 15
hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan infeksi yang
dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi tali pusat sangat penting
untuk mencegah sepsis.
Tali pusat merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi yang
baru lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih dua menit akan segera di potong tali
pusatnya kira-kira dua sampai tiga sentimeter yang hanya tinggal pada pangkal pusat
(umbilicus), dan sisa potongan inilah yang sering terinfeksi Staphylococcus aereus.
Pada ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat
akan memerah dan disertai edema (Musbikin, 2005).
Pada keadaan infeksi berat, infeksi dapat menjalar hingga ke hati (hepar)
melalui ligamentum (falsiforme) dan menyebabkan abses yang berlipat ganda.
Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada umbilikus
(Prawirohardjo, 2002)
B. Insidensi
Tetanus Neonatorum dan infeksi tali pusat telah menjadi penyebab kesakitan
dan kematian secara terus-menerus di berbagai negara. Setiap tahunnya sekitar
500.000 bayi meninggal karena tetanus neonatorum dan 460.000 meninggal akibat
infeksi bakteri (WHO, 1998). Infeksi sebagai salah satu penyebab kematian,
sebenarnya dapat dengan mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan
pengetahuan yang memadai tentang cara merawat tali pusat.
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation( WHO) hampir semua( 98%)
dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga
kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal
disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan
diare.(Imral chair, 2007)

C. Etiologi
Infeksi tali pusat adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan
oleh Clostridium tetani dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran (Mieke, 2006).
Merupakan hasil dari klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob,
berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang
dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan
tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru
lahir adalah sebagai berikut :
a. Faktor kuman
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal
kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan.
Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran
pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya
infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan
tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu
pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya
karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat proses
pengeringan tali pusat.
Dan masih banyak penyebab lain yang dapat memperbesar peluang
terjadinya infeksi pada tali pusat seperti penolong persalinan yang kurang
menjaga kebersihan terutama pada alat-alat yang digunakan pada saat
menolong persalinan dan khususnya pada saat pemotongan tali pusat.
Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan terjadinya infeksi (Danuatmadja,
2003).
b. Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
1. Kurangnya perawatan prenatal.
2. Ketuban pecah dini (KPD)
3. Prosedur selama persalinan.
c. Faktor Neonatatal

1. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan


faktor resiko terjadinya infeksi. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih
rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta
terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia
berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak,
kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.

2. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,


khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA
tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3
serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.
Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar
penurunan aktivitas opsonisasi.
3. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens infeksi pada bayi laki- laki
empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
d. Faktor Lingkungan
1. Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit
lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
2. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum
luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
3. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan. Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada
BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit
dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak
termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Segala bentuk
infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya
dibandingkan dengan infeksi yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini
merupakan alasan mengapa bayi harus dirawat dengan ketat bila dicurigai
mengalami infeksi.
4. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi
oleh E.colli.
5. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa cara, yaitu :
 Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal
kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam
tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi
adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella,
herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri
yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan
toksoplasma.
 Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan
terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion
dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya
kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu
saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi
oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui
kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang
terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir
ini adalah Herpes genetalis, Candida albican dan N.gonorrea.
 Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan
di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang
endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot).
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi
melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)
d. Proses persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis,
terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan
tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas
dari masih adanya tradisi yang berlaku di masyarakat.
e. Faktor tradisi
Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-
ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat
kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi
itu harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh
dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut
kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus
neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya
beberapa hari setelah persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan
meninggal dunia (Mieke, 2006).
D. Klasifikasi
1. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di
sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah kuang
dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat lokal atau terbatas.

2. Infeksi tali pusat berat atau meluas


Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau
kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami
pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.
E. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua adalah apabila timbul bau
menyengat dan terdapat cairan berwarna merah darah atau bisa juga berbentuk
nanah di sisa tali pusat bayi. Hal tersebut menandakan sisa tali pusat
mengalami infeksi, lekas bawa bayi ke klinik atau rumah sakit, karena apabila
infeksi telah merambat ke perut bayi, akan menimbulkan gangguan serius pada
bayi (Febrina, 2006)
Manifestasi kebanyakan infeksi Staphylococcus pada neonatus adalah tidak
spesifik, bakteremia tanpa kerusakan jaringan setempat dikaitkan dengan
berbagai tanda, berkisar dari yang ringan sampai dengan keadaan yang berat.
Distress pernafasan, apnea, bradikardia, abnormalitas saluran cerna, masalah
termoregulasi, adanya perfusi yang buruk, dan disfungsi serebral merupakan hal
umum. Infeksi spesifik yang disebabkan oleh Staphylococcus aereus meliputi
pneumonia, efusi pleural, meningitis, endokarditis, omfalitis, abses, dan
osteomielitis (Wahab, 2000).
Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya akan
mengeluarkan nanah dan pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan terlihat merah
dan dapat disertai dengan edema. Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar
ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses yang berlipat
ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada umbilikus
(Prawirohardjo:2002).
Jika tali pusat bayi bernanah atau bertambah bau, berwarna merah, panas,
bengkak, dan ada area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang logam seratus
rupiah, ini merupakan tanda infeksi tali pusat (Sean, 2004).

F. Pencegahan dan Penanganan


1. Pencegahan
Untuk pencegahan awal tetanus dapat diberikan pada calon pengantin
dengan harapan bila setelah menikah dan hamil tubuhnya sudah punya
antitoksin tetanus yang akan ditransfer ke janin melalui plasenta.
Seorang wanita yang sudah diimunisasi tetanus 2 kali dengan
interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus
selama tiga tahun imunisasi TT diberikan juga pada ibu hamil, diberikan 2
kali pada trimester kedua dengan interval waktu 4-6 minggu diharapkan
dapat memberikan kekebalan selama tiga tahun sehingga jika si ibu hamil kurun
waktu tiga tahun itu tidak diberikan imunisasi TT atau satu kali saja imunisasi
sudah cukup (Erikania, 2007).
Agar tali pusat tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi tali pusat, klem
dilepas, dan tali pusat diikat dan dipotong dekat umbilikus kurang dari 24
jam setelah bayi lahir. Ujung dari potongan diberikan krim klorheksidin
untuk mencegah infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu dibalut dengan kasa dan
dapat hanya diberi pengikat tali pusat atau penjepit tali pusat yang terbuat dari
plastik (Penny, 2008).
Dalam keadaan normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya dalam
waktu lima sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua
minggu bahkan lebih lama. Selama belum pupus, tali pusat harus dirawat
dengan baik. Agar tali pusat tidak infeksi, basah, bernanah, dan berbau.
Bersihkan tali pusat bayi dengan sabun saat memandikan bayi. Keringkan
dengan handuk lembut. Tidak peru di olesi dengan alkohol 70% atau betadine,
karena yodium yang dikandung betadine dapat masuk ke peredaran darah bayi
dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka
hingga kering, dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat
dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi media yang
baik bagi tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus (Wartamedika, 2006).
Untuk penggantian popok, sebaiknya popok yang telah basah segera
diganti untuk menghindari iritasi tali pusat, area tali pusat jangan ditutup
dengan popok atau celana plastik dan bila bayi menggunakan popok
langsung pakai saja (Sean, 2002).
Pencegahan pada infeksi tali pusat dapat dilakukan dengan perawatan
tali pusat yang baik. Jika di tempat perawatan bayi banyak penyebab infeksi
dengan Staphylococcus aereus maka perawatan tali pusat dapat dilakukan
sebagai berikut :

a. Setelah tali pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tincture
jodii.
b. Tangkai tali pusat / pangkal tali pusat dan kulit di sekeliling tali pusat dapat
diolesi dengan triple-dye (triple dye ini adalah campuran brilliant green
2,29 g, prylapine bemisulfate 1,14 g, dan crystal violet 2,29 g yang
dilarutkan dalam satu liter air), jika obat-obat ini tidak ada dapat pula
digantikan dengan merkurokrom.
c. Atau tali pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti setiap hari
(Prawirohardjo, 2002).
2. Penanganan
Infeksi pada bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat sulit
diobati. Jika tali pusat bayi terinfeksi oleh Staphylococcus aereus, sebagai
pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung neomisin dan
basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salep gentamisin. Jika terdapat
granuloma, dapat pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3%
(Prawirohardjo,2002).
Berikut adalah klasifikasi infeksi dan penanganannya, antara lain :
a) Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Cara penanganannya :
Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau
membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan.
Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik
(misalnya klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang
bersih.
Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik
(misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari
sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan Ibu melakukan ini
kapan saja bila memungkinkan.
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm,
obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.
b) Infeksi tali pusat berat atau meluas
Cara penanganannya :
Rujuk bayi ke dokter dan tetap lakukan perawatan seperti infeksi tali pusat
lokal atau terbatas. Oleh dokter akan dilakukan pemeriksaan tanda tanda
sepsis pada bayi.
Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan
sensivitasi. Dapat diberikan pemberian antibiotik sesuai indikasi seperti
Kloksasilin oral selama lima hari Jika terdapat pustule / lepuh kulit dan selaput
lendir.
Cari tanda-tanda sepsis. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk
infeksi tali pusat lokal atau terbatas.
3. Perawatan umum tali pusat pada bayi baru lahir
Perawatan yang dilakukan pada tali pusat untuk mencegah infeksi.
Mencegah dan mengidentifikasi perdarahan infeksi secara dini. Hal- hal yang
dilarang adalah membubuhkan atau mengoleskan ramuan dan abu dapur karena
akan menyebabkan infeksi.
Menghindari kontak langsung dengan air kencing bayi karena air kencing
tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada tali pusat bayi.
memakaikan popok sekali pakai sebaiknya di bawah pusar.
Merawat tali pusat dengan prinsip bersih dan kering. Jadi, saat
memandikan bayi, tali pusat juga digosok dengan air dan sabun, lalu
dikeringkan dengan handuk bersih terutama daerah tali pusat yang masih
berwarna putih di bagian pangkalnya (tali pusat yang bermuara ke perut bayi).
Bagian pangkal ini bisa dibersihkan dengan cotton budpovidone yodine) dan
biarkan terbuka sehingga cepat mengering, atau dibungkus dengan kasa kering
yang steril.
Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.

G. Komplikasi
Kekebalan neonatal, seperti peradangan pusar tidak terkontrol, mungkin berlaku
untuk pembentukan perut selulitis dinding atau Cullen menyebar di sepanjang
limfatik menyebar, mengakibatkan berbagai infeksi perut, dan bahkan meluas ke
dinding dada bagian bawah, untuk difusi dalam dapat menyebabkan peritonitis;
Dengan tidak menempel dapat menyebabkan perut vena umbilikalis infeksi dalam,
atau langsung ke dalam sirkulasi darah yang disebabkan oleh abses hati, sepsis, syok
toksik juga dapat menyebabkan vena umbilikalis trombosis, seperti memperluas ke
trombosis vena portal disebabkan oleh obstruksi vena portal setelah pengembangan
dari hipertensi portal ekstrahepatik.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata : terdiri dari identitas bayi meliputi : nama, tempat, tanggal lahir, jenis
kelamin.
Identitas orang tua bayi meliputi nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku,
pekerjaan, pendidikan)
2. Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan Utama : pusar berbau tidak enak
b. Riwayat Penyakit Sekarang : ibu bayi mengatakan pusar anaknya berbau
tidak sedap, bernanah, demam
c. Riwayat Kehamilan/Persalinan :
- Prenatal : meliputi keluhan waktu hamil, tempat pemeriksaan,
ketergantungan obat-obatan, kebiasaan ibu merokok, lama kehamilan
- Natal : meliputi tempat persalinan, bayi lahir ditolong oleh
dokter/bidan/dukun, bayi lahir secara spontan/operasi, bayi lahir langsung
menangis, bayi tidak mengalami trauma
- Post natal : meliputi keadaan ibu dan bayi
d. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : meliputi bb lahir, panjang bayi
lahir, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan
3. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
- Kepala : warna, penyebaran rambut, ada/tidak benjolan, ubun-ubun tidak
terlalu menonjol
- Mata : warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap
cahaya
- Hidung : tidak nampak adnya secret, bengkak, tanda-tanda peradangan
- Telinga : perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
- Mulut : Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
- Leher : tidak nampak pembesaran kelenjar limfe, tiroid, vena jugularis
- Dada : bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit
- Abdomen : cembung, tali pusar puput, pinggir edema, pus, tampak bayi
menangis bila ditekan, timpani
- Genetalia : pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor
dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan
- Anus; perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
- Ekstremitas; warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh b.d invasi kuman dalam tubuh
2. Deficit volume cairan b.d metabolism yang meningkat
3. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi bayi

C. Rencana Keperawatan
Tgl/ No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
jam Dx Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Kaji suhu dengan 1. Peningkatan suhu
tindakan keperawatan memeriksa suhu tubuh merupakan
selama 1x24 jam akral pada salah satu tanda
diharapkan suhu tubuh awalnya, meningkatnya
normal dengan KH : selanjutnya suhu kuman dalam
- Orang tua bayi aksila tubuh
mengerti penyebab 2. Perhatikan 2. Tanda-tanda
peningkatan suhu takikardi, warna hipertermi ini
tubuh kemerahan, apnea, dapat berlanjut
- Orang tua bayi aktifitas kejang pada kerusakan
mengerti cara untuk otak bila tidak
mengatasi teratasi
peningkatan suhu 3. Evaluasi status
tubuh hemodinamika 3. Peningkatan suhu
- Orang tua mampu tubuh akan
melakukan kompres menambah
pada bayi pengeluaran
- Ttv dbn, turgor kulit sehingga cairan
elastic, tidak panas, yang dibutuhkan
mukosa bibir lembab oleh tubuh akan
bertambah dan
untuk mengetahui
cairan pasien
4. Kolaborasi dengan sudah seimbang
tim medis lain 4. Mengetahui dosis
obat yang sesui
dengan yang
dibutuhkan bayi
dan
memepercepat
penyembuhan
2 Setelah dilakukan 1. Observasi ttv tiap 1. Kehilangan cairan
tindakan keperawatan 2 jam dan tentukan yang aktif secara
selama 1x24 jam penyebab dari terus-menerus
diharapkan deficit cairan akan
keseimbangan cairan 2. Observasi keadaan mempengaruhi ttv
membaik dengan KH : kulit melalui 2. Mengetahui
- Orang tua bayi warna, derajat dehidrasi
mengetahui penyebab kelembapan, yang disebabkan
kekurangan cairan turgor oleh peningkatan
- Orang tua bayi suhu tubuh dan
mengerti cara dapat melakukan
mengatasi kekurangan tindakan yang
cairan akan dilakukan
- Orang tua bayi dapat 3. Volume cairan
memenuhi cairan 3. Monitor asupan menurun dan
- Turgor kulit elastis, dan pengeluaran hipovolemik yang
membrane mukosa tiap jam diakibatkan oleh
lembab, mata tidak plasma sebagai
cowong penurunan aliran
ke ginjal
4. Kolaborasi obat 4. Pemberian obat
sesuai indikasi yang sesuai dapat
menurunkan
kehilangan cairan

3 Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Dapat


tindakan keperawatan pendekatan pada mempermudah
selama 1x60 menit orang tua bayi melakukan
diharapkan orang tua tindakan
bayi tidak cemas keperawatan yang
dengan KH : akan dilakukan
- Orang tua bayi 2. Beri penjelasan 2. Dengan
mengerti penyebab tentang kondisi memberikan
cemas yang terjadi pada penjelasan yang
- Orang tua bayi bayinya sesuai dapat
mengerti cara untuk menurunkan
mengatasi cemas kecemasan yang
- Orang tua mampu dialami
melakukan cara 3. Kaji pengetahuan 3. Mengetahui
mengatasi cemas orang tua pasien seberapa jauh
dengan pertanya pada tentang penyakit pengetahuan
dokter atau perawat yang dialami orang tua
- Orang tua bayi tampak anaknya terhadap penyakit
rileks, tidak gelisah, yang dialami
tidak bertanya terus anaknya
menerus 4. Ajarkan orang tua 4. Dapat
tehnik relaksasi menurunkan
dan beri kecemasan yang
lingkungan yang dialami oleh
nyaman orang tua bayi

5. Kolaborasi dengan
tim medis lain
DAFTAR PUSTAKA

Hellen, farer. 1999. Perawatan Maternitas. EGC: Jakarta


HAMILTON, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai