PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan
yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500gr. Terdapat beberapa macam abortus,
yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik. Abortus
spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik
untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan
pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28
minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut
abortus terapeutik.
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,
dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua
secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak
perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin
yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan
kemudian plasenta.
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di
kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih
dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam
masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan
keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian
abortus.
B. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500
gr.
B. Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebabsebab abortus spontan yaitu :
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak
mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena
kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan
sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat
terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
1) Kelainan kromosom
Pada
umumnya
kelainan
kromosom
yang
terbanyak
kromosom
tersering
dan
memungkinkan
lahirnya
bayi
euploid,
pada
umumnyanya
tidak
diketahuai
b) Infeksi kronis
nephritis
dengan
derajat
control
metabolic
pada
trisemester pertama.
anemia berat
penyakit jantung
4) Trauma,
misalnya
laparatomi
atau
kecelakaan
dapat
menimbulkan abortus
5) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang
pendek, retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala,
selama ini dapat menimbulkan abortus.
6) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
7) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)
c. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
1) Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita
yang merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2
kali lipat dobandingkan wanita yang tidak merokok.
2) Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
3) Kafein
kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak
sedikit meningkatkan abortus spontan
4) Radiasi
5) Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan
insiden abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
6) Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang
menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab.
Namun terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida,
benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus.
d. Faktor Imunologis
a) Autoimun
b) Alloimun
e. Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus.
2. Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan
C. Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi
bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
1) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan
biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadangkadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
2) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri
tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin
korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa
tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah
terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik
secara
pasti,
mungkin
diperlukan
kuretase.
untuk
tetap
memantau
kondisi
ibu
setelah
penanganan
c. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang
lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan
untuk
tetap
memantau
kondisi
ibu
setelah
penanganan.
d. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
10
11
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
E. Komplikasi
1. Perdarahan (haemorrogrie)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah
F. Penatalaksanaan Abortus
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Teknik bedah
a. Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi
memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan
kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan
mengerok isinya disebut kuretase tajam sedangang mengosongkan
uterus dengan vakum disebut kuretase isap .
b. Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5
atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
c. Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila
ada penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi
mungkin merupakan terpa ideal.
12
2. Teknik medis
a. Oksitosin
b. Prostaglandin
c. Urea hiperosomik
d. Larutan hiperostomik intraamnion.
13
Pathway
Gangguan sirkula
Psikologis ibu
kecemasan
MK: an
Hipovolemik
anemia
Dilatasi serviks
kelemahan
MK : Resiko syok hemorrhagic
nyeri
MK : Gangguan aktivitas
14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada
umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang
dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya
mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat pembedahan ( seksio
sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami(misal :
hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat
seksual, riwayat pemakaian obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas
sehari hari.
B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko syok hemorrhagic berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
15
16
J.
K.
O.
H. Rasional
Y.
Breathing,
and AA.
Circulation
2.
Mencegah
gangguan
transfusi
derita
dibaringkan
dalam AB.
L.
posisi
trendelenburg,
yaitu AC.
M.
pervaginal
Mo
nitor kondisi TTV tiap 2 jam
N.
3.
Pengeluaran
sebagai
cairan
akibat
bervariasi
AD.
P. .
Q.
AE.
R.
AF.1.
S.
diperlukan
Tranfusi
pada
mungkin
kondisi
T.
perdarahan massif
AG.
U.
AH.
AI. 2.
Penilaian
dapat
menanggulangi asidosis
V.
W.
X.
AK.
AL.
AM.
AR.
1. Mungkin
klien
tidak
merangsang
AN.
AO.
AP.
AQ.
AT.
4. Mengoptimalkan kondisi klien,
AU. pada
abortus
AV. istirahat
mutlak
imminens,
sangat
diperlukan
5. Menilai kondisi umum klien
AW.
AX.
AY.
AZ.
BA.
BB.
BC.
BD.
BG. BM.
BN.
BH.
1. Monitor kondisi
BJ.
BF.
BO.
BK.
BL.
1. Kolaborasi
pemberian
analgetika
BP.
BQ.
BR.
BS.
BT. BW.
BX.
1.
Mandiri :
Monitor
BU.
tanda infeksi
2. Inkubasi
BV.
pada
area
menyebabkan infeksi
CA.
CO.
CB.
CP.
CC.
CD.
1. 1.
kuman
Terangkan
pada
klien
pentingnya
perawatan
vulva
CQ.
2.CE.
2. Berbagai manivestasi klinik
CF.
dapat menjadi tanda nonspesifik
CG.
infeksi; demam dan peningkatan
melakukan
CM.
CH.
CI.
ibu;
CJ.
CK.
CL.
sekaligus
Kolaborasi:
senggama
dalam
meningkatkan
kondisi
resiko
CT.
CU.
CV. CY.Mandiri :
1. Monitor
persepsi
DJ.
tingkat
klien
pengetahuan/
dan
DK.
keluarga
terhadap penyakit.
2. Monitor
derajat
kecemasan
DL.
DB.
1. Kecemasan yang tinggi dapat
CX.
DC. menyebabkan
DD. penialaian
penurunan
objektif
klien
support
yang
1.
seputar
Terangkan
aborsi
yang
hal-hal
perlu
nilai
objektif
pengetahuan
membangun
support
keluarga;
untuk
dan
system
mengurangi
DN.
DO.
BAB IV
PENUTUP
DP.
A. Kesimpulan
DQ.
Ada
beberapa
kesimpulan
yang
kami
temukan
dalam
EC.
ED.
DAFTAR PUSTAKA
EE.
EF. Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC:
Jakarta.
EG.Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1984), Obstetri Patologi,
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
EH.Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
EI. NANDA INTERNASIONAL.2012.Diagnosis Keperawatan.EGC.Jakarta
EJ. Wilkinson,Judith.M;Ahern,Nancy.R.2011.Diagnosa
9.EGC.jakarta
Keperawatan
EK.http://www.scribd.com/doc/52411413/ASKEP-ABORTUS
EL.
edisi