Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan
yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500gr. Terdapat beberapa macam abortus,
yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik. Abortus
spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik
untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan
pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28
minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut
abortus terapeutik.
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,
dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua
secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak
perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin
yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan
kemudian plasenta.
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di
kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih
dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam

masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan
keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian
abortus.
B. Tujuan
1.

Mengetahui dan memahami definisi abortus

2.

Mengetahui dan memahami jenis jenis abortus beserta tanda dan


gejalanya.

3.

Mengetahui dan memahami etiologi dan web of causation abortus

4.

Mengetahui dan memahami komplikasi dari abortus

5.

Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari abortus

6.

Mampu menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien


dengan abortus.

BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500
gr.
B. Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebabsebab abortus spontan yaitu :
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak
mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena
kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan
sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat
terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
1) Kelainan kromosom
Pada

umumnya

kelainan

kromosom

yang

terbanyak

mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi


X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama
yang disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom.
Sedangkan pada monosomi X (45, X) merupakan kelainan

kromosom

tersering

dan

memungkinkan

lahirnya

bayi

perempuan hidup (sindrom Turner).


2) Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu
aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi
karena adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural
kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan pada
abortus

euploid,

pada

umumnyanya

tidak

diketahuai

penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi mungkin


disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan beberapa
faktor ayah serta kondisi lingkungan.
b. Faktor ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1) Infeksi yang terdiri dari :
a) Infeksi akut

Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.

Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

Parasit, misalnya malaria.

b) Infeksi kronis

Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester


kedua.

Tuberkulosis paru aktif.

2) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa.


3) Penyakit kronis, misalnya :

hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80


minggu

nephritis

diabetes angka abortus dan malformasi congenital


meningkat pada wanita dengan diabetes. Resiko ini
berkaitan

dengan

derajat

control

metabolic

pada

trisemester pertama.

anemia berat

penyakit jantung

toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan


gangguan sirkulasi pada plasenta

4) Trauma,

misalnya

laparatomi

atau

kecelakaan

dapat

menimbulkan abortus
5) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang
pendek, retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala,
selama ini dapat menimbulkan abortus.
6) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
7) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)
c. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
1) Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita
yang merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2
kali lipat dobandingkan wanita yang tidak merokok.
2) Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
3) Kafein
kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak
sedikit meningkatkan abortus spontan
4) Radiasi
5) Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan
insiden abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
6) Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang
menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab.
Namun terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida,
benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus.

d. Faktor Imunologis
a) Autoimun
b) Alloimun
e. Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus.
2. Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan
C. Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi
bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
1) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan
biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadangkadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
2) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri
tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin
korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa
tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah
terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik

pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam


mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua
jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah
abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat
didentifikasi

secara

pasti,

mungkin

diperlukan

kuretase.

Ultrasonografi abdomen atau probe vagina dapat membantu dalam


proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus
terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan
dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
1) Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai
zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.
Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
3) Pemeriksaan ultrasonografi
b. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
1) rasa mules lebih sering dan kuat
2) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
3) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret
vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus


dengan aspirasi vakum manual.
Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
a). Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b). Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a). Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
b). Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml
cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi
hasil konsepsi.
c). Pastikan

untuk

tetap

memantau

kondisi

ibu

setelah

penanganan
c. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang
lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan

berusaha mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah


dibiarkan lama, cervix akan menutup.

Penanganan abortus inkomplit :


1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin
0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d) Pastikan

untuk

tetap

memantau

kondisi

ibu

setelah

penanganan.
d. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah

menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat


dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
a. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang
telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi
missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Gejala missed abortion adalah :
a. tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang
secara spontan atau setelah pengobatan.
b.

Gejala subyektif kehamilan menghilang,

c. mamma agak mengendor lagi,


d. uterus tidak membesar lagi malah mengecil,
e. tes kehamilan menjadi negatif
f. gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe
berlangsung terus.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin
sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu
diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh

10

gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga


pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan. Tindakan pengeluaran
janin, tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia
dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari 1 bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan
karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah,
mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya
janin secepatnya dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus
dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat
dipastikan
b. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
D. Patofisiologi
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian / seluruh
janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing
bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi eksplusi
seringkali fatus tak tampak dan ini disebut Bligrted Ovum.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong

11

amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
E. Komplikasi
1. Perdarahan (haemorrogrie)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah
F. Penatalaksanaan Abortus
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Teknik bedah
a. Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi
memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan
kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan
mengerok isinya disebut kuretase tajam sedangang mengosongkan
uterus dengan vakum disebut kuretase isap .
b. Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5
atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
c. Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila
ada penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi
mungkin merupakan terpa ideal.

12

2. Teknik medis
a. Oksitosin
b. Prostaglandin
c. Urea hiperosomik
d. Larutan hiperostomik intraamnion.

13

Pathway

Kelainan kromosom, lingkungan, teratogenik, kongenital, penyakit pada ibu

hubungan seksual yang berlebihan ,trauma.


Kelainan ovum

Gangguan sirkula

kelainan pada ibu

Kematian janin pada usia 20 minggu kehamilan

Psikologis ibu

MK : Risti infeksiLepasnya PD dan plasenta ibu


ABORTUS

kecemasan

Rangsangan pada uterus


perdarahan

MK: an
Hipovolemik

anemia

Dilatasi serviks
kelemahan
MK : Resiko syok hemorrhagic

nyeri
MK : Gangguan aktivitas

MK : Gangguan rasa nyaman : nye

14

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada
umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang
dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya
mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat pembedahan ( seksio
sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami(misal :
hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat
seksual, riwayat pemakaian obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas
sehari hari.
B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko syok hemorrhagic berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

15

16

C. Rencana asuhan keperawatan


G.
I.

J.

K.

O.

H. Rasional
Y.

Z. 1. Sebagai pertolongan pertama


Cek
Airway,

Breathing,

pada keadaan syok

and AA.

Circulation

2.

Mencegah

gangguan

perfusi serebral dan untuk auto


Pen

transfusi

derita

dibaringkan

dalam AB.

L.

posisi

trendelenburg,

yaitu AC.

M.

posisi telentang biasa dengan

pervaginal

kaki sedikit tinggi 30 derajat

abortus memiliki karekteristik

Mo
nitor kondisi TTV tiap 2 jam
N.

3.

Pengeluaran
sebagai

cairan
akibat

bervariasi
AD.

4. Jumlah cairan ditentukan

P. .

dari jumlah kebutuhan harian

Q.

ditambah dengan jumlah cairan


Mo

yang hilang pervaginal

nitor input dan output cairan

AE.

R.

AF.1.

S.

diperlukan

Tranfusi
pada

mungkin
kondisi

T.

perdarahan massif
AG.

U.

AH.
AI. 2.

Penilaian

dapat

dilakukan secara harian melalui


pemeriksaan fisik
AJ. 3.

untuk mencegah atau

menanggulangi asidosis

V.

W.

X.

AK.

AL.

AM.

AR.
1. Mungkin

klien

tidak

mengalami perubahan berarti,


AS. tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah
kondisi klien lebih buruk.
2. Aktivitas

merangsang

AN.

peningkatan vaskularisasi dan

AO.

pulsasi organ reproduksi

AP.
AQ.

3. Mengistiratkan klilen secara


optimal

AT.
4. Mengoptimalkan kondisi klien,
AU. pada

abortus

AV. istirahat

mutlak

imminens,
sangat

diperlukan
5. Menilai kondisi umum klien

AW.
AX.

AY.

AZ.
BA.

BB.

BC.

BD.

BG. BM.
BN.
BH.

1. Monitor kondisi

nyeri yang dialami klien


BI.
BE.

BJ.

BF.

BO.
BK.
BL.

1. Kolaborasi

pemberian

analgetika

BP.
BQ.

BR.

BS.

BT. BW.
BX.

1.

Mandiri :
Monitor

1. Perubahan yang terjadi pada


kondisi

dishart dimonitor setiap saat

keluaran dischart yang keluar;

dischart keluar. Adanya warna

jumlah, warna, dan bau

yang lebih gelap disertai bau


BY. tidak enak mungkin merupakan

BU.

tanda infeksi
2. Inkubasi

BV.

pada

area

genital yang relatif cepat dapat


BZ.

menyebabkan infeksi

CA.

CO.

CB.

CP.

CC.
CD.
1. 1.

kuman

Terangkan

pada

klien

pentingnya

perawatan

vulva

selama masa perdarahan


2. 2. Terangkan pada klien cara
mengidentifikasi tanda infeksi

CQ.
2.CE.
2. Berbagai manivestasi klinik
CF.
dapat menjadi tanda nonspesifik
CG.
infeksi; demam dan peningkatan

3. 3. Anjurkan pada suami untuk rasa nyeri mungkin merupakan


tidak

melakukan

hubungan gejala infeksi

senggama selama masa perdarahan3. 3. Pengertian pada keluarga sangat

CM.

CH.

penting artinya untuk kebaikan

CI.

ibu;

CJ.

perdarahan dapat memperburuk

CK.

kondisi system reproduksi ibu dan

CL.

sekaligus

Kolaborasi:

senggama

dalam

meningkatkan

kondisi

resiko

infeksi pada pasanganyang lebih


CN.
luar
CR.
CS.

CT.

CU.

CV. CY.Mandiri :
1. Monitor
persepsi

DJ.

tingkat
klien

pengetahuan/
dan

DK.

keluarga

terhadap penyakit.
2. Monitor

derajat

kecemasan

yang dialami klien.


CZ.
DA.
3. Bantu klien mengidentifikasi
CW. penyebab kecemasan

DL.
DB.
1. Kecemasan yang tinggi dapat

CX.

DC. menyebabkan
DD. penialaian

penurunan
objektif

klien

DE. tentang penyakit.


DF.
2. Kelibatan klien secara aktif

DG. dalam tindakan keperawatan


DH. merupakan

support

yang

mungkin berguna bagi klien


DI.

1.

seputar

Terangkan
aborsi

yang

hal-hal
perlu

diketahui oleh klien dan keluarga

dan meningkatkan kesadaran


diri klien.
3. Peningkatan

nilai

objektif

terhadap masalah berkontibusi


menurunkan kecemasan.
DM.

1. Konseling bagi klien

sangat diperlukan bagi klien untuk


meningkatkan

pengetahuan

membangun

support

keluarga;

untuk

dan

system

mengurangi

kecemasan klien dan keluarga

DN.
DO.

BAB IV
PENUTUP
DP.

A. Kesimpulan
DQ.

Ada

beberapa

kesimpulan

yang

kami

temukan

dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus


yaitu:
1. Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum),
terutama pada trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu
primigravida cenderung mengalami gangguan dalam proses kehamilannya
seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan sangat berpengaruh
terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan
bayinya dapat dipertahankan.
2. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan
secara komprehensif meliputi seluruh aspek bio psiko sosial dan
spiritual karena kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap
kondisi janin yang dikandungnya.
3. Dalam masa kehamilan sebaiknya Ibu selalu melakukan konsultasi kepada
dokter kandungan terkait dengan perkembangan janin dan nutrisi serta
aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama masa kehamilan.
Hal ini bisa mengurangi terjadinya abortus.
DR.
DS.
DT.
DU.
DV.
DW.
DX.
DY.
DZ.
EA.
EB.

EC.
ED.

DAFTAR PUSTAKA

EE.
EF. Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC:
Jakarta.
EG.Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1984), Obstetri Patologi,
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
EH.Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
EI. NANDA INTERNASIONAL.2012.Diagnosis Keperawatan.EGC.Jakarta
EJ. Wilkinson,Judith.M;Ahern,Nancy.R.2011.Diagnosa
9.EGC.jakarta

Keperawatan

EK.http://www.scribd.com/doc/52411413/ASKEP-ABORTUS
EL.

edisi

Anda mungkin juga menyukai