BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan yang paling sering
terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002).
Terdapat beberapa macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik.
Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk
berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan
disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi
medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, 2002).
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat
mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya wanita mengalami yang kehamilan dengan
usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan
demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya
karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu
villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga
banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati
akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo,
2002).
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat
masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan
yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus
dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan
kejadian abortus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan pada ibu dengan kejadian
Abortus sesuai dengan konsep teori asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui dan memahami definisi abortus.
b) Mengetahui dan memahami jenis – jenis abortus beserta tanda dan gejalanya.
c) Mengetahui dan memahami epidemiologi dari abortus
d) Mengetahui dan memahami etiologi dan web of causation abortus
e) Mengetahui dan memahami komplikasi dari abortus.
f) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari abortus.
g) Mampu menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Abortus?
2. Apa saja etiologi dari Abortus?
3. Apa saja klasifikasi dari Abortus?
4. Apa patofisiologi dari Abortus?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Abortus?
6. Apa saja komplikasi dari Abortus?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Abortus?
8. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada Ibu dengan Komplikasi Abortus?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat badan janin
kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
B. Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran. Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-sebab abortus spontan
yaitu:
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan pertumbuhan yang
sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh
karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu
bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan
disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
1) Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi terjadinya aborsi adalah
Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama yang
disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada monosomi X (45, X)
merupakan kelainan kromosom tersering dan memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup
(sindrom Turner).
2) Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu aborsi aneuploid dan aborsi
euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural
kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus euploid, pada umumnyanya
tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi mungkin disebabkan oleh :
kelainan genetik, faktor ibu, dan beberapa faktor ayah serta kondisi lingkungan. (Williams,2006)
b. Faktor Ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1) Infeksi yang terdiri dari :
a) Infeksi akut
§ Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
§ Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
§ Parasit, misalnya malaria.
b) Infeksi kronis
§ Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
§ Tuberkulosis paru aktif.
2) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
3) Penyakit kronis, misalnya :
a) Hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,
b) Nephritis
c) Diabetes angka abortus dan malformasi congenital meningkat pada wanita dengan diabetes.
Resiko ini berkaitan dengan derajat control metabolic pada trisemester pertama.
d) Anemia berat
e) Penyakit jantung
f) Toxemia gravidarum yang beratà dapat menyebabkan gangguan sirkulasi pada plasenta
4) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan abortus
5) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang pendek, retro flexio utero
incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat menimbulkan abortus.
6) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga akan menyebabkan hiperemia dan
abortus
7) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)
d. Faktor Imunologis
1) Autoimun
2) Alloimun
e. Faktor Ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus. (William,2006)
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi
1. Abortus spontaneous
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi
karena faktor alamiah. Klasifikasi abortus secara klisnis adalah sebagai berikut:
a. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
b. Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus.
d. Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan.
e. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus
ekternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis menjadi
besar, kurang lebih bundar dengan dinding,
f. Missed Abortion adalah kematian janin berusia sebelum dari 20 minggu. Tetapi janin mati itu
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
g. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari 3 kali.
h. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
2. Abortus Provakatus (induced abortion/abortus yang sengaja dibuat) adalah menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat
hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan
bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus medisinalis (Abortus therapeutica).
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan apabila kehamilan dilanjutkan
dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis ). Biasanya perlu mendapat
persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.
E. Manifestasi Klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan
per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan
nyeri pada perut bagian bawah.
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.
Secara khusus:
1. Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
a. Terdapat keterlambatan datang bulan.
b. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules.
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi
otot Rahim.
d. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih
tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim.
e. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
2. Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
a. Perdarahan lebih banyak.
b. Perut mules atau sakit lebih hebat.
c. Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan
atau hasil konsepsi dapat diraba.
3. Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
4. Tanda dan gejala abortus Kompletus :
a. Uterus telah mengecil.
b. Perdarahan sedikit
c. Canalis servikalis telah tertutup.
5. Tanda dan gejala Missed Abortion :
a. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin.
b. Buah dada mengecil kembali
F. Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau
tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak
jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Vagina toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
4. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali
kongenital.
5. BMR dan kadar udium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula
thyroidea.
6. Psiko analisa.
7. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
H. Penatalaksanaan.
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila terjadi perdarahan selama kehamilan.
Ibu harus istirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi. Terapi intravena atau transfuse darah dapat
dilakukan bila diperlukan. Pada kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus
melalui pembedahan. Begitu juga dengan kasus Missed Abortion jika janin tidak keluar spontan.
Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya ditunda sampai dapat penyebab
yang pasti untuk memulai terapi antibiotic.
Secara spesifik dibagi menjadi:
1. Abortus Iminens
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang melanik berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4 jam bila
pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG
untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. berikan preparat hematinik misalnya
sulfas ferosus 600-1000 mg.
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus Insipiens
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36
jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500
ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
d. Bila janin keluar, tetapi plasenta masih tertinggal di dalam , lakukan pengeluaran plasenta
dengan cara manual.
3. Abortus Inkomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan
selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikan ergometrin 0,2 mg
intramuscular.
c. Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, maka lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4. Abortus Komplit
a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Missed Abortion
a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu
dengan kuret tajam.
b. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi.
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria
selama 12 jam laulu dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil
engan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan diestilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse oksitosin 10
IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada
kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang
infus oksitosin setelah pasien istirahat 1 hari.
e. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik
larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding
6. Abortus Septik
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit. Penyalahgunaan infeksi :
a. Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuscular tiap 12 jam ditambah
kloramfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 gmg peroral tiap 6 jam.
b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol
500 mg tiap 6 jam.
c. Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloramfenikol, penisilin dan metronidazol, ampsilin dan
gentamicin, penisilin dan gentamisin.
d. Tingkatkan asupan cairan.
e. Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.
f. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi bila terjadi
perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
g. Pada pasien menolak dirujuk, beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang
hendak dirujuk, selama 10 hari.
7. Abortus Habitualis
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika
dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya . merokok dan minum alkohol sebaiknya
dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif : SHIRODKAR atau
MC DONALD (cervical cerclage ).
I. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora
normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric
bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli,
Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke
perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering
bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus,
Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan
Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk
gas.
5. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Anamnesa
1. Identitias Istri
a. Nama : Ny. N
b. Umur : 32 tahun
c. Agama : Islam
d. Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Karyawan toko
g. Alamat : Jl. Sultan Adam Rt. 13 No. 4 Banjarmasin
2. Identitas Suami
a. Nama : Tn. Nx
b. Umur : 35 tahun
c. Agama : Islam
d. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
e. Pendidikan : SMP
f. Pekerjaan : Swasta
g. Alamat : Jl. Sultan Adam Rt. 13 No. 4 Banjarmasin
3. Status Perkawinan
a. Kawin :1x
b. Usia saat kawin : 22 tahun
c. Lama perkawinan : 10 tahun
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Persepsi Terhadap Kehamilan Saat ini :
a. Ibu dapat ke klinik karena mengalami perdarahan yang tidak berhenti mulai tanggal 24 Maret
2001, jumlah sedikit-sedikit dan disertai dengan nyeri pada perutnya bagian bawah, menyebar ke
daerah pinggang dan dubur. Jumlah darah yang keluar kurang lebih 500 cc (tiap hari 50 cc/kali)
b. Ibu menyatakan bahwa dirinya hanyalah mengalami menstruasi (tidak merasa bahwa dirinya
hamil) saat ini, setelah sebelunya tidak haid selama satu bulan.
c. Kondisi hamil yang tidak dirasakan oleh ibu meyebabkan ibu melakukan aktiitas seperti
biasanya sebagai ibu rumah tangga.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) denggan jumlah darah relatif banyak selama 6-7
hari. Klien tidak mengalami dismenorhea. Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 23 januari
2001. Perdarahan tanggal 24 Maret 2001 dianggap klien sebagai haid.
b. Riwayat Kehamilan/nifas sebelumnya :
Klien sebelumnya pernah mengalami keguguran (tahun 1993) pada saat umur kehamilan 5 bulan.
Klien memiliki anak (dari kehamilan kedua) berusia 5 tahun, persalinan normal dan tidak terdapat
komlikasi persalinan/nifas.
c. Kehamilan Saat ini
Klien tidak merasa dirinya hamil walaupun pernah telambat haid satu bulan.
3. Riwayat KB
Saat ini klien tidak menggunakan alat kontrasepsi; tatpi klien pernah menggunakan kontrasepsi
jenis Suntik sebelumnya. Kontrasepsi yang digunakan oleh klien tidak menimbulkan masalah
kesehatan.
4. Riwayat Kesehatan
Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing manis, gondok, dan penyakit
keturunan lainnya. Tidak ada riwayat keguguran padfa annggota keluarga lainnya.
C. Pengkajian
a. Pemeriksaaan Fisik
Kesadaraan Umum : Composmentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pernafasan : 18 X/menit
Nadi : 80 X/menit
Suhu : 36,5 C
BB sebelum hamil : 49 Kg. BB Sekarang : 55 Kg
Tinggi Badan : 157 cm
Lingkar Lengan Atas : 23,5 cm
b. Head to toe
1) Kepala/Leher
Konjungtiva : Anemis
Sclera : Anikteric
Turgor kulit : elastis
Warna kulit : agak pucat
Muka : tidak ada oedem,
lut/gigi :Bersih, tidak bau, tidak ada caries, tidak ada stomatitis
her : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2) Dada
Hyperpigmentasi areola mamae. Keadaan putting susu menonjol
3) Perut
a. Inspeksi :
Pembesaran relatif abdomen, linea alba tidak ada, striae pada perut sedikit.
b. Palpasi
Leopold I
Tinggi Fundus Uteri : 2 cm diatas simpisis
Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :
- Vaginal Toucher : tidak ditemukan fluks
- Portio : Lunak, nyeri goyang (-), Pembukaan 1 cm
- Cavum Uteri : TFU l.k 8 – 10 Cm
- Adnexia Parametrium ka/ki : Nyeri tekan (-) Massa (-)
- Cavum Douglas : tidak menonjol
- Inspekulo : Fleks (+)
c. Auskultasi
Doppler tidak dilakukan
4) Ekstremitas
Tidak ada oedem pada tangan dan jari, tidak ada varises pada tungkai.
c. Data Penunjang
HCG Test : Positif
Hemoglobin : 9 mg%
ografi : Janin Tunggal intraabdomen, Denyut Jantung (+) Panjang janin 5-6 Cm
Diagnosa Medik : Abortus Imminens
D. Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS : Perdarahan akibat kerusakan jari- Devisit Volume
- Mengeluh perdarahan 10 ngan intrauterus menimbulkan Cairan
hari, badan lemah perdarahan dan penurunan
volume cairan.
DO :
- Perdarahan 10 hari, 50
cc/hari
- Hb. 9 mg%
- Kulit agak pucat Resiko tinggi untuk
Akibat perdarahan
Infeksi
mengakibatkan kondisi vulva
DS :
hygiene menjadi berkurang dan
- mengeluh perdarahan 10
selalu lembab, beresiko terhadap
hari
terjadinya infeksi
DO :
- Perdarahan Gangguan Rasa
- Vulva kotor & lembab Nyaman : Nyeri
Kerusakan jaringan yang terjadi
dapat mengakibatkan nyeri dan
DS :
mengganggu kondisi fisik dan
- Menyatakan Nyeri
psikologis klien
- Mengeluh Perdarahan 10
hari
DO : Cemas
- Kadang meringis menahan
nyeri Kurangnya
pengetahuan terhadap kondisi
DS : dapat mengakibatkan kecemasan
- Menyatakan tidak tahu dan mengakibatkan perawatan
dirinya hamil yang dilakukan tidak maksimal
- Menyatakan perdarahan
yang terjadi adalah haid
- Menyatakan bingung apa
yang harus dilakukan
DO :
- Pasien terlihat gelisah dan
sering bertanya-tanya
tentang perkembangan
kesehatan dirinya
E. Diagnosa Keperawatan
a. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan.
b. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
c. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.
d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
F. RENCANA KEPERAWATAN :
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka Tidak terjadi devisit volume cairan,
seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
b. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan
yang hilang pervaginal
d. Anjurkan klien memenuhi kebutuhan cairan
Rasional : Motivasi untuk memenuhi kebutuhan cairan
A. Kesimpulan
Suatu kehamilan dikatakan abortus apabila kehamilan tersebut terhenti atau gagal
dipertahankan pada usia kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat badan janin kurang dari 500
gr. Penyebab kelainan hasil konsepsi yaitu : abnormalitas uteri, kerusakan pada serviks, penyakit-
penyakit maternal dan penggunaan obat, penyakit, trauma. Faktor hormonal, dan kelainan
plasenta. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan
kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom,
lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar.
Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat
oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian
(Prawirohardjo, S, 2002). Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain, penyakit Ibu seperti
pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke
janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus, penyakit menahun, dan kelainan traktus
genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus
(Prawirohardjo, 2002). Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron
diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada
saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dapat memperbaiki perbuatan makalah yang akan
datang.
Diharapkan kepada para pembaca terutama mahasiswa/i dapat memahami konsep teori
asuhan keperawatan pada infeksi nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaeman, S. 1981. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi. Bandung: Elstar Offset.