TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
induksi sebelum janin siap. Menurut World Health Organization dan the National
Center for Helth Statistic Center for Disease Control and Prevention, abortus
2.2 Klasifikasi
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi
uterus.
d. Abortus Komplit adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan muda
e. Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau
lebih berturut-turut.
atau peritoneum.
jiwa ibu.2
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya
2.3 Epidemiologi
Mortalitas yang diakibatkan oleh abortus spontan jarang terjadi (0,7 per
100.000), faktor resikonya meliputi: wanita usia lebih 35 tahun, ras selain kulit
putih, dan aborsi pada trimester kedua. Penyebab langsung dari kematian
meliputi: infeksi 59%, perdarahan 18%, emboli 13%, dan komplikasi dari
anesthesia 5%.4
Berdasarkan data yang diambil dari data rekam medis pasien Rumah Sakit
Pindad Bandung periode Januari 2013 hingga Desember 2014, didapatkan angka
kejadian abortus adalah sebesar 130 kasus. Dari 130 kasus tersebut didapatkan
bahwa angka kejadian abortus sebagian besar berupa abortus inkomplit yaitu
sebesar 103 kasus (79,23%), diikuti dengan abortus imminens sebesar 13 kasus
(10%), abortus insipiens sebesar 12 kasus (9,23%) dan missed abortion sebesar 2
kasus (1,54%). Pada penelitian ini tidak didapatkan kasus abortus kompletus dan
umumnya terdapat lebih dari satu penyebab.2 Beberapa faktor yang berhubungan
1. Faktor janin
yang merupakan kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk sejak awal
meskipun kantong gestasi tetap terbentuk. Bila terdapat janin dalam kantong
gestasi, pada umumnya terdapat kelainan zigot, embrio, janin, atau plasenta.
2. Faktor maternal
a. Infeksi
Toxoplasma gondii.
tidak direpair merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan abortus.
Penyakit lain yang berhubungan dengan peningkatan kejadian abortus adalah
c. Obat-obat
kejadian aborsi. Sama halnya dengan penggunaan anti inflamasi nonsteroid atau
penggunaan ondansetron.7,8
d. Diabetes melitus
pada wanita dengan diabetes insulin dependen. Ini berhubungan dengan glikemik
e. Penyakit tiroid
f. Nutrisi
mengkonsumsi buah segar dan sayuran setip hari diduga menurunkan risiko
aborsi.1
kejadian aborsi berulang. . pada penelitian terhadap 6500 wanita yang menjalani
kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan
ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek
menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan
2.5 Patogenesis
rongga uterus. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah
itu terjadi pendorongan benda asing keluar rongga uterus (ekspulsi). Perlu
ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling
lama dua minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk
mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak
karena abortus tidak dapat dihindari. Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi
biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10
vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua. Antara
minggu ke-10 hingga minggu ke-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan
vili korialis dengan desidua makin erat sehingga bila terjadi kematiani saat
pada 4 cara:
2.5.1.4 Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada
kalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas ( blighted ovum), mingkin pula janin telah mati lama ( missed
aborted ). Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Uterus seperti ini dinamakan
molakrenta. Bentuk ini menjadi molakarnosa apabila pigmen darah telah diserap
dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin karena cairan amnion berkurang. Janin menjadi agak gepeng
(fetus kompresus), bila berlanjut makin lama akan semakin tipis seperti kertas
perkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
lainnya. Abortus yang terjadi secara spontan memiliki risiko jika tidak
ditatalaksana dengan baik. Sedangkan untuk abortus yang diinduksi secara medis
biasanya bersifat lebih aman khususnya jika dilakukan pada 2 bulan pertama
kehamilan.7
1. Abortus iminens
darah dari vagina yang muncul pada awal kehamilan. Biasanya perdarahan
dikeluhkan terlebih dahulu, yang kemudian diikuti nyeri kram abdomen beberapa
jam atau hari setelah perdarahan tersebut. Abortus iminens sangat sering dijumpai,
dimana satu dari empat sampai 5 perempuan mengalami perdarahan pada saat
kehamilannya. Hampir sekitar setengah dari perempuan yang mengalami ini akan
berlanjut pada abortus. Perempuan yang tidak aborsi setelah ini bisanya memiliki
risiko terjadinya hasil kehamilan yang tidak optimal seperti melahirkan preterm,
usia kehamilan, dan juga ostium uteri yang masih tertutup. Selain itu juga perlu
dilakukan pencarian terhadap penyulit seperti kehamilan ektopik atau adanya torsi
2. Abortus insipiens
adanya dilatasi dari serviks. Pada keadaan ini hampir dapat dipastikan bahwa
Dengan adanya ruptur dari membran dan dilatasi dari serviks yang
memungkinkan lagi. Jika sudah tidak ada nyeri atau perdarahan lagi, maka
dilakukan observasi untuk melihat perdarahan, nyeri kram, atau demam. Jika
setelah 48 jam keluhan hilang dan kondisi pasien stabil maka pasien dapat
dalam bentuk apapun. Namun jika masih terdapat keluarnya cairan atau darah
yang disertai nyeri, ataupun pasien mengeluhkan adanya demam, maka uterus
3. Abortus inkomplit
sebagian, tertinggal dalam uterus tetapi janin telah keluar. Perdarahan biasanya
lebih banyak pada abortus inkomplit dan dapat sangat signifikan jika usia
4. Missed aborsi
Missed abortion didefinisikan sebagai retensi dari sisa konsepsi yang telah
mati di dalam uterus selama beberapa minggu. Setelah kematian janin, mungkin
dapat terjadi perdarahan atau tidak sama sekali ataupun tidak menimbulkan gejala.
Ukuran dari uterus biasanya tidak bertambah, dan perubahan pada payudara
dapat keluar sendiri, akan tetapi, jika retensi dari janin yang mati tersebut telah
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan 1, 3,4,10
a. Abortus imminens
berhenti. Selain itu juga dapat diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi
atau jika timbul gangguan lain seperti tanda infeksi, pasien harus dievaluasi ulang
dengan segera. Pasien boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan
pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2
minggu.
b. Abortus insipiens.
dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka,
dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit
oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil
c. Abortus inkomplit
dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis.pada pemeriksaan usg
dapat ditemukan besar uterus yang lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong
gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperkoik yang
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal
keluar, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan
yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dan plastik.
Pasca tindakan perlu diberikan uretrotonika parenteral ataupun per oral dan
antibiotik.
d. Abortus komplit
melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah
penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus
e. Abortus infeksiosa/septik
sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan
cairan yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4x
jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan, uterus harus
harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari
pemberian tidak terdapat respon harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai
dan kuat.Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS harus diberikan dan
f. Missed abortion
kepada pasien dan keluraganya secara baik karena resiko tindakan operasi dan
kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya
dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan
diatas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang
intravena cairan oksitosin dimulai dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc
dekstrose 5 % tetesan 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total oksitosin
tubuh. Jika tidak berhasil pasien diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi
diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil
keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
g. Abortus Habitualis
kehamilan seawal mungkin dan bila dicurigai adanya inkompetensia serviks harus
dilakukan tindakan untuk memberikan fiksasi serviks agar dapat menerima beban
Bila pada saat USG pertama tidak ditemukan gambaran mudigah maka
perlu dievaluasi dengan USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak dijumpai
elektif.
2.7 Komplikasi
2.7 Komplikasi3
a. Perdarahan.
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal,
b. Perforasi.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.
c. Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.
d. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
2.8 Prognosis3
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2