Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

ABORTUS INKOMPLIT

Oleh:
dr. Stefanie Clarita

Pendamping:
dr. Ibnusina, Sp. OG

RSUD KOTA TANJUNGPINANG


KEPULAUAN RIAU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20
minggu. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa kelompok,
yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion),
abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan abortus habitualis (recurrent
abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus, dan abortus septik.1
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Reproduksi manusia
relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan
kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan. Namun angka kejadian
abortus sangat tergantung kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi
pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan
berakhir dengan kelahiran hidup.2
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada wanita
berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%. Delapan puluh
persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Abortus
2.1.1 Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel, disertai atau tanpa
pengeluaran hasil konsepsi. Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai penghentian
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau berat janin kurang dari 500
gram.4

2.1.2 Klasifikasi
Hingga saat ini terdapat berbagai klisifikasi abortus, berikut ini akan disampaikan dua
jenis klasifikasi abortus berdasarkan atas terjadinya/legalitas dan klinis.5
a. Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya, tanpa provokasi
dan intervensi.
2) Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi karena diprovokasi,
yang dibedakan atas:
a) Abortus provokatus terapeutikus, yaitu abortus yang dilakukan atas indikasi
medis dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan ibu dan atau janin.
b) Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa indikasi
medis.
b. Menurut klinis:
1) Abortus Iminens
Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan
tanpa adanya dilatasi sevik.
2) Abortus insipiens.
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih
sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat
dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum disusul dengan
kerokan.
3) Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan
syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
4) Abortus komplit
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah keluar. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus sudah
banyak mengecil.
5) Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut
6) Abortus infeksiosus
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia.
Diagnosis ditegakkan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda
infeksi alat genitalia, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
7) Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. 6

2.2. Abortus Inkomplit


2.2.1. Definisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus.1
2.2.2. Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian disebutkan
sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan perdarahan akibat
mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan secara umum disebutkan sebesar 10%
dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan
dan angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya.
Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada trimester
pertama, kemudian menurun menjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-10 % pada
trimester ketiga.4
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di samping
dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Insiden abortus bertambah pada kehamilan
yang belum melebihi umur 3 bulan.5

2.2.3 Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak
jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh
penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari
ayahnya.4
1. Faktor Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama abortus rekuren
disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi penyebab 70% 6 minggu
pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah 12 minggu. Kelainan ini dapat
disebabkan faktor maternal maupun paternal. Gamet jantan berkontribusi pada 50%
material genomik embrio. Mekanisme yang dapt berkontribusi menyebabkan kelainan
genetik adalah kelainan kromosom sperma, kondensasi kromatin abnormal,
fragmentasi DNA, peningkatan apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal. Sekitar
42% struktur vili korionik abnormal akibat gangguan genetik.
2. Gangguan plasenta
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun kelainan
perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan sebagai unit
fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada fetus. Penelitian
histologi Haque, et al. pada 128 sisa konsepsi abortus, ditunjukkan bahwa 97%
menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili mengalami fibrosis stroma, 75%
mengalami degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan pembuluh darah.
Inflamasi dan gangguan genetik dapat menyebabkan aktivasi proliferasi mesenkim dan
edema stroma vili. Keadaan ini akan berlanjut membentuk sisterna dan digantikan
dengan jaringan fibroid. Pada abortus, pendarahan yang merembes melalui desidua
akan membentuk lapisan di sekeliling vili korionik. Kemudian, material pecah dan
merangsang degenerasi fibrinoid.
3. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang timbul dalam
proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah
leiomioma dan perlekatan intrauteri. Miomektomi sering mengakibatkan jaringan parut
uterus yang dapat mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya, sebelum atau selama
persalinan. Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Asherman) paling sering terjadi
akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau
mungkin pula akibat komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan oleh
destruksi endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan
amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang
memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan.
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan suatu
kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks. Inkompetensi
serviks biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua dengan insidensi 0,5-8%.
Keadaan ini juga dapat menyebabkan hilangnya barrier mekanik yang memisahkan
kehamilan dari flora bakteri vagina dan kebanyakan asimptomatik. Serviks merupakan
barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina.
4. Kelainan endokrin
a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan suatu keadaan dimana
korpus luteum mengalami kerusakan sehingga produksi progesteron tidak cukup dan
mengakibatkan kurang berkembangnya dinding endometrium. Defisiensi progesteron
karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta
mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi
mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu
nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa
kematiannya.
b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan hiperandrogenemia
Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan abortus. Dua mekanisme
yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah peningkatan hormon LH dan
efek langsung hiperinsulinemia terhadap fungsi ovarium.
c. Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.
5. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memiliki faktor autoimun.
Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus, antibodi antikardiolipin.
Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya mencapai 70%. Selain itu, faktor autoimun
dapat mempengaruhi melalui HLA. Bila kadar atau reseptor leptin menurun, terjadi
aktivasi sitrokin proinflamasi, dan terjadi peningkatan risiko abortus. Mekanismenya
berhubungan dengan timbal balik aktif reseptor di vili dan ekstravili tropoblas.
6. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi hal ini tidak
umum terjadi. Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes simpleks,
sitomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab abortus.
Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan abortus. Isolasi Mycoplasma hominis
dan Ureaplasma urealyticum dari traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami
abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma
yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari kedua organisme
tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan penyebab utama.
7. Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu
misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus.
Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi
keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Pada saat ini,
hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar kemungkinanya menjadi
predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.
8. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak kasus yang tidak
dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang paling banyak adalah jatuh
sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan menyebabkan abrupsio plasenta, pendarahan
fetomaternal, rupture uteri, trauma janin langsung.4

2.2.4. Faktor Risiko


Faktor risiko abortus yaitu:7
1. Bertambahnya usia ibu.
Abortus meningkat dengan pertambahan umur setelah usia 30 tahun. Risiko berkisar
13,3% pada usia 12-19 tahun; 11,1% pada usia 20-24 tahun; 11,9% pada usia 25-29
tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada usia 35-39%; 51% usia 40-44 tahun;
93,4% pada usia 45 tahun ke atas. Baru-baru ini peningkatan usia ayah dianggap
sebagai suatu faktor risiko terjadinya abortus. Suatu penelitian yang dilakukan di Eropa
melaporkan bahwa risiko abortus tertinggi ditemukan pada pasangan dimana usia
wanita ≥35 tahun dan pria ≥40 tahun.
2. Riwayat reproduksi abortus. Risiko pasien dengan riwayat abortus untuk kehamilan
berikutnya ditentukan dari frekuensi riwayatnya. Pada pasien yang baru mengalami
riwayat 1 kali berisiko 19%, 2 kali berisiko 24%, 3 kali berisiko 30%, dan 4 kali
berrisiko 40%.
3. Kebiasaan orang tua
a. Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus meningkat
1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang dikonsumsi setiap hari. Asap
rokok mengandung banyak ROS (Reactive Oxygen Spesies) yang akan mendestruksi
organel seluler melalui kerusakan mitrokondria, nukleus, dan membran sel. Selain itu,
secara tidak langsung ROS (Reactive Oxygen Spesies) akan menyebabkan kerusakan
sperma. Hal ini menyebabkan fragmentasi DNA rantai tunggal maupun ganda sperma.
b. Konsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat aborsi spontan dua
kali lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol 2x/minggu dan tiga kali lebih tinggi
pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap hari.
c. Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan tetapi pada
wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi setiap hari menunjukkan
tingkat abortus yang sedikit lebih tinggi.
d. Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan tetapi, jumlah
dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak diketahui secara pasti.
e. Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan menyebabkan risiko
abortus, khususnya abortus septik meningkat.

2.2.5. Patogenesis
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya berawal
dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya.
Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi
yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau
bertahan beberapa waktu.8
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8
minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban
pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.8

2.2.6. Gambaran Klinis


Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan pervaginam derajat
sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke
punggung. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada abortus yang terjadi
sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan
plasenta akan terpisah. Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus,
maka pendarahan cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus
inkomplet. Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering
pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga terjadi
hipovolemik berat. 9

2.2.7. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui
anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis
banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai
status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen, inspikulo dan vaginal toucher. Palpasi
tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih
rendah. Pemeriksaan penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan.9
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada kehamilan
ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum akan memperlihatkan
adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-
gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk menentukan besar dan bentuk uterus perlu
dilakukan sebelum memulai tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal.
Menentukan ukuran sondase uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan
yang sesuai.9

2.2.8. Diagnosis banding


Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
banding penunjang
Abortus - perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional
sebelum 20 sac (+), fetal plate
minggu berupa (+), fetal
flek-flek movement (+),
- nyeri perut ringan fetal heart
- keluar jaringan movement (+)
(-)
Abortus - perdarahan - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
insipient banyak dari umur kehamilan masih positif
uterus pada - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional
kehamilan sac (+), fetal plate
sebelum 20 (+), fetal
minggu movement (+/-),
- nyeri perut berat fetal heart
- keluar jaringan (-) movement (+/-)
Abortus - perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
inkompli banyak / sedang umur kehamilan masih positif
t dari uterus pada - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
kehamilan - teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
sebelum 20 cavum uteri atau
minggu masih menonjol
- nyeri perut ringan pada osteum uteri
- keluar jaringan eksternum
sebagian (+)
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif
- keluar jaringan - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari
(+) setelah abortus.
USG : sisa hasil
konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan terhentinya
keluhan apapun pertumbuhan
kecuali kehamilan.
merasakan - USG : gestasional
pertumbuhan sac (+), fetal plate
kehamilannya (+), fetal
tidak seperti yang movement (-), fetal
diharapkan. Bila heart movement (-)
kehamilannya >
14 minggu
sampai 20
minggu penderita
merasakan
rahimnya
semakin
mengecil, tanda-
tanda kehamilan
sekunder pada
payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan - TFU lebih dari - tes kehamilan urin
hidatidos (+) umur kehamilan masih positif
a - Terdapat banyak - Terdapat banyak (Kadar HCG lebih
atau sedikit atau sedikit dari 100,000
gelembung mola gelembung mola mIU/mL)
- Perdarahan - DJJ (-) - USG : adanya
banyak / sedikit pola badai salju
- Nyeri perut (+) (Snowstorm).
ringan
- Mual - muntah
(+)
Blighted - Perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
ovum berupa flek-flek usia kehamilan positif
- Nyeri perut - OUE menutup - USG : gestasional
ringan sac (+), namun
- Tanda kehamilan kosong (tidak terisi
(+) janin).
KET - Nyeri abdomen - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb
(+) - Tanda-tanda syok rendah, eritrosit
- Tanda kehamilan (+/-) : hipotensi, dapat meningkat,
(+) pucat, ekstremitas leukosit dapat
- Perdarahan dingin. meningkat.
pervaginam (+/-) - Tanda-tanda akut - Tes kehamilan
abdomen (+) : positif
perut tegang - USG : gestasional
bagian bawah, sac diluar cavum
nyeri tekan dan uteri.
nyeri lepas
dinding abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan
servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar
dan teraba
benjolan
disamping uterus
yang batasnya
sukar ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri
bila diraba

2.2.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan dapat dilakukan dengan pengosongan isi
uterus baik dengan cara kuretase maupun aspirasi vakum. Induksi abortus dengan tindakan
medis menggunakan preparat antara lain : oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik
intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin E2, F2a dan analog
prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi vagina,
injeksi parenteral maupun per oral, antiprogesteron - RU 486 (mefepriston), atau berbagai
kombinasi tindakan tersebut diatas.9
Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak secara longgar dalam
kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang sudah terbuka dengan
memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap
tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi
jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut. Perdarahan pada
abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat fatal. Evakuasi
jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan perdarahan dilakukan dengan cara:
1. Evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskular atau misoprostol 400 mcg per oral.
2. Evakuasi hasil konsepsi dengan:
a. Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih.
b. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
c. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular
(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulangi setelah 4 jam jika perlu). 9

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Lili Herlika


No. RM : 007236
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 34 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal masuk rumah sakit : 23 September 2022
HPHT : 07 Juli 2022
UK : 11 Minggu

3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keram perut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien G1P0A0 datang dirujuk ke Rumah Sakit dengan perdarahan pada jalan
lahir serta dicurigai sebagai abortus inkomplit. Sebelum tiba di Rumah Sakit pasien
sudah terpasang Infus RL 20 tpm, Inj. Asam traneksamat 500 mg, dan misoprostol 2
tab pervaginam. Saat di Rumah Sakit pasien mengeluhkan keram pada perut, keluhan
ini sebelumnya juga sudah dialami 1 hari sebelumnya. Awalnya pasien merasa ada
flek yang keluar bersamaan dengan gumpalan sembari disertai nyeri, 30 menit
kemudian keluarlah gumpalan kedua. Adanya riwayat trauma disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada

Riwayat Penyakit Terdahulu


Tidak ada
Riwayat Hamil
Mual (-), muntah (-), hipertensi (-), pendarahan (+)

Riwayat Pre Natal Care


Hanya 1 kali

Riwayat Haid
Menarche usia 12 tahun, Siklus haid 28 hari, lama haid 7 hari, HPHT 07 Juli 2022

Riwayat Perkawinan
Perkawinan pertama, usia 33 tahun

Riwayat KB
Belum pernah

Riwayat Penggunaan Obat-obatan


Tidak ada

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Tampak Sakit sedang
Kesadaran : Somnolen
Vital Sign : Tekanan Darah : 110/88 mmHg
Frekuensi Nadi : 88 kali / menit
Frekuensi Nafas : 22 kali / menit
Suhu : 36,6ºC
Status Generalisata
1. Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: Pernafasan cuping hidung (-), Deviasi septum (-), discharge (-)
Telinga: Deformitas (-), discharge (-)
Mulut : Bibir kering (-), bibir pucat (-), bibir sianosis (-), bibir merot (-)
2. Leher
Deviasi trakea (-), pembesaran tiroid (-), pembesaran KGB (-), TVJ DBN
3. Thoraks
 Paru :
- Inspeksi : Simetris fusiformis, ketinggalan bernafas (-), retraksi (+)
- Palpasi : Stem fremitus DBN
- Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
- Auskultasi : Suara pernafasan : vesikuler
Suara Tambahan : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V 1 jari medial LMCS
- Perkusi : Batas atas kanan : ICS II LPSD
Batas atas kiri : ICS II LPSS
Batas bawah kanan : ICS IV LPSD
Batas bawah kiri : ICS VI 2 jari lateral LMCS
- Auskultasi : S1>S2 reguler, Gallop (-), Murmur (-)
4. Abdomen
- Inspeksi : Perut tampak datar, striae gravidarum (-)
- Palpasi : Tinggi fundus uteri tidak teraba, nyeri tekan (+) minimal
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus sulit dinilai
5. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (-/-)
6. Pemeriksaan Dalam Inspekulo :
Fluksus : (+) aktif, jaringan (+)
Fluor : (-)
Vulva : Laserasi(-)
Vagina : Laserasi (-)
Portio : OUE terbuka
VT : Tidak dilakukan
RT : Tidak dilakukan
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 14,1 gr%
Leukosit : 10.580 mm3
Trombosit : 359.000 mm3
GDS : 122 mg/dL
SGOT : 18 U/I
SGPT : 16 U/I
Ur : 15,7 mg/dL
Cr : 0,68 mg/dL
Gol. Darah : B+
PT : 14 detik
APTT : 30.1 detik
INR : 1.19
HIV : Non Reaktif
HbsAg : Non Reaktif
VDRL : Non Reaktif
Antigen SARSCov19 : Negatif

3.5 DIAGNOSA
Abortus Inkomplit

3.6 PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 gtt
Observasi di ruangan
Misoprostol 2 tab pervaginam/4 jam
Jika sudah ada perdarahan atau OUE terbuka lebar direncanakan kuretase
Inj. Cefotaxim 1 gr pre OP

3.7 PLANNING
Pemasangan Laminaria
Kuretase
FOLLOW UP
Tanggal 23 Juli 2022
S : Perdarahan pervaginam sedikit, mual (-), muntah (-), demam (-),
O : TD : 125/86 mm/Hg R : 20 x/i
N : 80 x/i T : 36,7oC
A:
Abortus Inkomplit
P:
Bed Rest
IVFD RL 20 tpm
Misoprostol 2 tab pervaginam/4 jam

Tanggal 24 Juli 2022


S : Perdarahan pervaginam sedikit, mual (-), muntah (-), demam (-),
O : TD : 110/70 mm/Hg R : 22 x/i
N : 88 x/i T : 36oC
A:
Abortus Inkomplit
P:
Bed Rest
IVFD RL 20 tpm
Pemasangan Laminaria
Misoprostol 2 tab/ oral/ 6 jam

Tanggal 25 Juli 2022


S : Perdarahan pervaginam (-), mual (-), muntah (-), demam (-),
O : TD : 120/80 mm/Hg R : 20 x/i
N : 95 x/i T : 36,3oC
A:
Post Kuretase a/I Abortus Inkomplit
P:
Bed Rest
IVFD RL 20 tpm
Cefadroxil tablet 2x1
Asam Mefenamat 3x1

BAB IV
KESIMPULAN

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan


sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus. Diagnosis abortus
inkomplit ditegakan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang (usg). Adapun gejala klinis yang dijumpai adalah perdarahan pervaginam derajat
sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke
punggung. Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan kuretase
sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak secara
longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang sudah terbuka
dengan memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian
tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk
mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Dalam :


Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Hmu Kebidanan.Edisi 5.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002 : hal.302 – 312
2. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC,
Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The McGraw-Hills
Companies, Inc ; 2005 : p. 231-247.
3. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah Denpasar. 2003
4. Abortion. In: Leveno KJ, et all. Williams Manual of Obstetrics. USA:McGraw-Hill
Companies, 2003 : p. 45 – 55
5. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et all. Novak's
Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9.
6. Mansjoer, A. Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 270-273.
7. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2002.
8. Wiknjosastro GH, Saifflidin AB, Rachimadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000.
9. Tien JC & Tan TYT. Non surgical intervensions for threatened and recurrent
miscarriages. Singapore Med J, 2007; 48(12): 1074.

Anda mungkin juga menyukai