Anda di halaman 1dari 2

LARI

Lari, lari, dan terus lari


Jiwaku terancam, tubuhku terbakar api
Sembari bersusah payah untuk berdiri
Aku menahan sakit yang menyayat-nyayat hati

Pikiranku menjerit perih


Tak kuasa menahan rintih
Seakan darahku telah amat mendidih
Tak mampu lagi tuk genggam tangan yang ingin meraih

Gemetar terlihat di seluruh permukaan tubuh


Telah nampak jelas bahwa raga sudah begitu rapuh
Akankah mampu untuk tetap berdiri teguh
Atau justru terjatuh karna tulang telah habis remuk dan rapuh ?

Ketakutan terukir tiada terkira


Menggenggam lutut berharap aku masih bernyawa
Dengan segala derita dan putus asa
Aku menangis di sudut – sudut kota

Tak jarang aku mengerang dalam gelap


Bermandikan keringat yang sesekali aku usap
Apakah aku masih dapat berharap ?
Sebab yang ku lihat hanyalah sekumpulan gumpalan asap

Mata tiada lagi menjadi terang


Mulut tinggal hanya media jeritan perang
Tak ku tahu lagi beda manusia ataupun barang
Semua sama dicampakan dalam api belerang

Kaki bukan lagi menjadi penyelamat


Dan tangan hancur tertimpa beban berat
Punggung telah habis oleh panas yang menyengat
Dan keseluruhan tubuh telah hancur dengan sangat
Aku menjerit dan mencari
Namun yang ku lihat hanya sosok kecil dalam sepi
Dari pantulan cahaya sinar mentari
Kudapati bahwa sosok itu ialah diriku sendiri

Lari? Kemana aku harus berlari ?


Adakah seseorang yang perduli ?
Sungguh, hina telah tercap di dahi
Dengan kematian yang seakan-akan menghantui

Anda mungkin juga menyukai