Sejarah Artikel: Surveilans epidemiologi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian dan
Diterima 17 November penanggulangan penyakit menular, tidak terkecuali pada kegiatan pengendalian dan penanggulangan penyakit
2017 DBD. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pontianak pada tahun 2014-2015 angka kesakitan penyakit
Disetujui 02 DBD menunjukkan trend flukluatif berdasarkan angka incidence rate, dimana pada tahun 2014 IR sebesar
Desember 2017 57,07 per 100.000 penduduk dan pada tahun 2015 IR sebesar 61,1 per 100.000 penduduk. Tujuan dari
Di Publikasi 31 Agustus penelitian ini adalah untuk melakukan pengamatan evaluasi gambaran pelaksanaan surveilans epidemiologi
2017 DBD dari aspek input, proses, output dan atribut surveilans di Puskesmas se-Kota Pontianank. Metode
penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif, subyek penelitian adalah petugas surveilans
Keywords: Dinas Kesehatan Kota dan petugas surveilans Puskesmas se-kota pontianak dengan jumlah sampel yaitu
Surveilans, DBD sebanyak 24 sampel. Hasil penelitian menunjukkan dari aspek input, proses dan output sebagian besar belum
lengkap. Diharapkan dinas terkait untuk menyelenggarakan berbagai pelatihan khusus bagi petugas surveilans
DBD di puskesmas agar pada proses pelaksanaan kegiatan surveilans DBD dapat berjalan lancar serta adanya
evaluasi yang berkesinambungan kepada petugas surveilans puskesmas
ISSN 2581-2858
Alamat korespondensi:
Universitas Muhammadiyah Pontianak
Email: iskandar_arfan@yahoo.com
Iskandar Arfan & Muhammad Taufik. Analisis Epidemiologi Kasus DBD
265
JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017
Tabel. 2 Komponen Input Alat Transportasi Tabel. 5 Komponen Input Buku Pedoman
Penunjang dan Petunjuk Teknis
Alat Ada Tidak Buku Pedoman Ada Tidak
Transportasi Jumlah % Jumlah % No dan Petunjuk Jumlah % Jumlah %
Roda 2 23 100 0 0 Teknis
Roda 4 17 73,9 6 26,1 1 Buku Program
Pengendalian 22 95,7 1 4,3
Sumber: Data Primer, 2017
DBD
2 Buku Tata 22 95,7 1 4,3
Laksana DBD
3 Petunjuk Teknis 21 91,3 2 8,7
Jumantik
4 Pedoman Praktis 4 17,4 19 82,6
Surveilans
Sumber: Data Primer, 2017
266
Iskandar Arfan & Muhammad Taufik. Analisis Epidemiologi Kasus DBD
Tabel. 6 Komponen Proses Pengumpulan Data Tabel. 8 Komponen Proses Pengolahan dan
Pengumpulan Ada Tidak Penyajian Data
No dan Pencatatan Juml % Juml % Pengumpulan dan Ada Tidak
ah ah Pencatatan Jumlah % Jumlah %
1 Penderita DD, 23 100 0 0 DBD Mingguan Analisis 9 39,1 14 60,9
DBD, dan DSS Interpretasi 5 21,7 18 78,3
2 Sumber dari RS 10 43,5 13 56,5 DBD Bulanan Analisis 4 34,8 15 65,2
(Form KDRS) Interpretasi 3 17,4 19 82,6
3 Sumber dari 23 23 0 0 Stratifikasi Analisis 3 13,0 20 87,0
Dinkes Kota Desa/Kelurahan Interpretasi 4 17,4 20 87,0
4 Sumber dari Distribusi DBD Analisis 2 8,7 19 82,6
puskesmas rawat 0 0 23 100 RW/Dusun Interpretasi 2 8,7 21 91,3
inap
Musim Analisis 2 8,7 21 91,3
5 Sumber dari 14 14 9 39,1
Penularan DBD Interpretasi 2 8,7 21 91,3
puskesmas lain
6 Sumber dari 9 9 14 60,9 Kecenderungan Analisis 2 8,7 21 91,3
yankes lainnya DBD Interpretasi 1 4,3 22 95,7
7 PE tambahan 23 23 0 0 Sumber: Data Primer, 2017
8 Bukti harian atau 23 23 0 0
register Tabel. 9 Komponen Proses Diseminasi dan
9 Data demografi 23 23 0 0 Umpan Balik
Sumber: Data Primer, 2017
No Diseminasi dan Ya Tidak
Umpan Balik Jumlah % Jumlah %
Tabel. 7 Komponen Proses Pengolahan dan
1 Diseminas
Penyajian Data Menggunakan 23 100 0 0
No Pengumpulan Ada Tidak W1
dan Pencatatan Jumlah % Jumlah % 2 Diseminas
1 Tabel Situasi 14 60,9 9 39,1 Menggunakan 23 100 0 0
DBD Mingguan W2
2 Grafik Situasi 10 43,5 13 56,5 3 Diseminas
DBD Mingguan Kepada Pihak 23 100 0 0
3 Tabel DBD 13 56,5 10 26,1 Stakeholder
Bulanan 4 Umpan Balik 23 100 0 0
4 Grafik Situasi 8 34,8 15 65,2 dari Dinkes Kota
DBD Bulanan Sumber: Data Primer, 2017
5 Tabel Stratifikasi 11 47,8 12 52,2
Desa Kelurahan Tabel. 10 Komponen Output
6 Stratifikasi
Kelurahan 5 21,7 18 78,3 No Diseminasi dan Ya Tidak
Dengan Peta Umpan Balik Jumlah % Jumlah %
7 Tabel Distribusi 17 73,9 6 26,1 1 Data Kasus 23 100 0 0
DBD RW/Dusun Perorangan
8 Grafik Musim 3 13,0 20 87 2 Data Kasus 23 100 0 0
Penularan DBD Mongguan
9 Tabel Penderita 3 Data Kasus 0 0 23 100
DBD/SSD per 12 52,2 11 47,8 bulanan K-DBD
Tahun 4 Grafik Distribusi 13 56,5 10 43,5
10 Grafik Garis 4 17,4 19 82,6 Kaus
Trend DBD 5 Peta Stratifikasi 5 21,7 18 78,3
Sumber: Data Primer, 2017 Endemisitas
6 Data ABJ 23 100 0 0
7 Data 18 78,3 5 21,7
Endemisitas
Sumber: Data Primer, 2017
267
JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017
268
Iskandar Arfan & Muhammad Taufik. Analisis Epidemiologi Kasus DBD
program pemetaan sehingga tidak dapat juga biasanya menggunakan buku catatan
melakukan pengolahan dan penyajian data tersendiri dan buku tersebut petugas
stratifikasi peta kelurahan endemis surveilans puskesmas sendiri yang bikin”.
Berdasarkan hasil wawancara yang (Responden 2)
dilakukan oleh peneliti dengan petugas Menurut Ditjen PP & PL KEMENKES RI
surveilans dinas Kesehatan kota Pontianak tahun 2011, formulir surveilans DBD terdiri
“untuk perangkat lunak kita hanya dari formulir pasien DBD, formulir W1 yang
menggunakan perangkat microsoft office, digunakan apabila terjadi KLB DBD, formulir
sedangkan seperti SPSS dan aplikasi lain W2 digunakan untuk data DBD mingguan
belum kita gunakan hanya saja pada yang berisi jumlah penderita DBD dan SSD
pelaksanaan surveilans semua laporan setiap minggu, formulir DP-DBD digunakan
menggunakan ewars baik itu dari puskesmas untuk laporan data perorangan penderita DD,
pun biasanya menggunakan SIK.” DBD, SSD yang disampaikan tiap bulan,
(Responden 2) formulir K-DBD berisi jumlah
Menurut pedoman surveilans tersedianya penderita/kematian DD, DBD dan SSD
sarana perangkat lunak (microsoft office, termasuk beberapa kegiatan pokok
SPSS, perangkat lainnya) memberikan pemberantasan setiap bulan, formulir PE,
kemudahan dalam kegiatan surveilans 4. formulir PWS (PJB1), dan formulir
Berdasarkan keterangan diatas peneliti penanggulangan. Ketersediaan formulir
menyimpulkan bahwa dari segi input surveilans DBD merupakan instrumen penting
khususnya sarana untuk mendukung kegiatan dalam pelaporan DBD 10.
surveilans seluruh puskesmas sudah baik dari Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dari
alat pemeriksaan, alat transportasi, sedangkan sisi input terkait formulir surveilans masih
peralatan kantor khusus nya perangkat lunak belum lengkap yakni seluruh puskesmas
untuk pemetaan guna mendukung pengolahan (100%) tidak memiliki formulir DP-DBD dan
dan penyajian data stratifikasi peta K-DBD, petugas hanya menggunakan laporan
endemisitas DBD. bulanan dalam bentuk STP dan langsung
dilaporkan melalui ewars.
c. Formulir surveilans DBD
d. Buku Pedoman
Formulir surveilans DBD merupakan
instrumen penting dalam pelaporan kasus Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
DBD. Berdasarkan hasil observasi dan oleh peneliti diketahui bahwa sebesar 100%
wawancara yang dilakukan peneliti di petugas memiliki buku pedoman dan petunjuk
Puskesmas se Kota Pontianak, formulir yang teknis seperti buku program pengendalian
tidak tersedia yaitu pada formulir DP-DBD DBD, buku tatalaksana DBD, dan buku
(bulanan) sebanyak 23 puskesmas 100%, petunjuk teknis jumantik, sedangkan
Formulir K-DBD (bulanan) sebanyak 23 ketersediaan buku pedoman praktis surveilans
puskesmas 100% dan formulir yang dimiliki masing-masing Puskesmas Kota
penanggulangan sebanyak 8 puskesmas Pontianak sebesar 17,4%.
34,8%. Buku pedoman dan petunjuk teknis adalah
Berdasarkan hasil wawancara dengan pedoman yang digunakan oleh tenaga surveilans
petugas surveilans Dinas Kesehatan Kota dalam melaksanakan kegiatan surveilans dan
Pontianak, mengatakan bahwa penanggulangan penyakit DBD di lapangan.
“bentuk formulir yang ada yaitu berbentuk Menurut pedoman surveilans, buku pedoman
formulir KLB W1, formulir mingguan W2, dan petunjuk teknis meliputi tersedianya buku
formulir bulanan berbentuk STP, formulir PE pedoman pengendalian DBD, buku tatalaksana
dan formulir PJB”, sedangkan bentuk formulir DBD, buku petunjuk teknis jumantik dan buku
seperti DP-DBD maupun K-DBD baik itu dari pedoman praktis surveilans
Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi memang 8.
bentuk form tersebut tidak ada, puskesmas Hal tersebut disimpulkan bahwa buku
269
JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017
pedoman dan petunjuk teknis bagi tenaga Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
Surveilans sudah sesuai dengan pedoman, pada kegiatan pengumpulan dan pencatatan data
karena dengan tersedianya buku pedoman dan surveilans kasus DBD di Puskesmas sebagian
petunjuk teknis surveilans DBD akan besar sudah sesuai dengan pedoman
mempermudah tenaga surveilans DBD dalam surveilans. Puskesmas melakukan
melakukan surveilans DBD dan tindakan pengumpulan dan pencatatan secara aktif dan
penanggulangan DBD dilapangan. pasif, dan mencatat data kasus DBD ke dalam
buku catatan harian dan juga mengumpulkan
2. Komponen Proses
data wilayah seperti data demografi.
a. Pengumpulan dan Pencatatan
b. Pengolahan dan Penyajian Data
Berdasarkan hasil observasi data dan
Berdasarkan hasil observasi data yang
wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dilakukan oleh peneliti di 23 Puskesmas Kota
bahwa sebagian besar petugas surveilans di
Pontianak, diketahui bahwa data yang telah
Puskesmas Kota Pontianak pengumpulan data
dikumpulkan di olah dan disajikan masih
kasus DBD dilakukan secara aktif petugas
terbatas pada penyajian grafik dan peta,
surveilans mendapatkan laporan kasus dari
bahkan sebagian petugas juga masih
Dinas Kesehatan, rumah sakit, Puskesmas
melakukan pengolahan secara manual, hal
lainnya, dan laporan dari masyarakat, apabila
tersebut dikarenakan keterbatasan
ada tindak lanjut atau informasi petugas
pengetahuan petugas dalam mengaplikasikan
langsung turun kelapangan untuk melakukan
data seperti grafik, banyak petugas yang
PE DBD. Pencatatan data kasus DBD dicatat
belum sepenuhnya mengetahui cara penyajian
kedalam buku catatan harian sebanyak 23
data tersebut, seperti tidak menyajikan grafik
puskesmas 100% dan data demografi
musim penularan dan grafik garis trend DBD.
sebanyak 23 puskesmas 100%.
Berdasarkan hasil wawancara yang
Berdasarkan hasil wawancara dengan
dilakukan peneliti dengan petugas surveilans
petugas surveilans di Dinas Kesehatan Kota
Dinas Kesehatan Kota Pontianak mengatakan
Pontianak, mengatakan bahwa sistem
bahwa data perlu diolah secara mandiri dan
pengumpulan data di tingkat puskesmas yaitu
disajikan selain menggunakan ewars yakni
dengan form W2 dan STP dengan bulanan dan
bisa dengan grafik maupun dengan peta.
catatan mandiri.
“diharapkan dalam mengolah data tidak
“Untuk mengumpulkan data dapat dengan
hanya mengharapkan ewars melainkan juga
menggunakan catatan form W2 (mingguan)
di olah secara mandiri oleh tenaga
untuk mencatat dan memantau DBD mingguan
Puskesmas dengan grafik dan peta sehingga
dan bulanan menggunakan STP serta
mudah dalam mengamati kasus wilayahnya
pemanfaatan ewars ditambah buku catatan
masing-masing, biasanya data kasus hanya di
mandiri khususnya penyakit DBD”.
olah menggunakan program ewars”. “selain
(Responden 2)
program ewars sebaiknya disajikan dapat
Menurut pedoman surveilans
berbentuk grafik dan kalau ada map kasus
(PERMENKES No.45 tahun 2014), bahwa
lebih bagus, di masing-masing puskesmas”.
proses pengumpulan dan pencatatan kasus
(Responden 2)
DBD yaitu data dilakukan dengan cara aktif
dan pasif, sumber data antara lain yaitu dari Menurut Pedoman surveilans
individu, fasilitas pelayanan kesehatan unit (PERMENKES Nomor 45 tahun 2014),
bahwa hasil pengolahan dapat berbentuk tabel,
statistik, demografi dan sebagainya 10.
grafik, dan peta menurut variabel golongan
Hal ini sejalan dengan penelitian frans umur, jenis kelamin, tempat dan waktu atau
(2010), diketahui bahwa petugas surveilans berdasarkan faktor resiko tertentu. Setiap
lebih aktif dalam mengumpulkan data kasus variabel tersebut disajikan dalam bentuk
DBD dan menginformasikan data tersebut, ukuran epidemiologi yang tepat (rate, rasio
aktif melaksanakan PE dan pelaksanaan
dan proporsi) 10.
fogging fokus bila diperlukan 12.
270
Iskandar Arfan & Muhammad Taufik. Analisis Epidemiologi Kasus DBD
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian menganalisis dengan melihat apakah ada
Desi (2016), mengatakan bahwa dalam peningkatan atau tidak, atau melihat
mengolah data kasus penyakit merekapnya kecenderungan kemudian di simpulkan atau
masih diolah kedalam bentuk tabel, di interpretasikan untuk melihat frekuensi,
kenyataannya hal tersebut belum trend dan penyebaran kasus DBD”.
dimanfaatkan dalam menunjang pelaksanaan (Responden 2)
surveilans epidemiologi. Hal ini dikarenakan Menurut pedoman surveilans (PERMENKES
kurangnya pelatihan terhadap tenaga Nomor 45 tahun 2014), Dilakukan analisis dan
surveilans DBD, kegiatan pengolahan data interpretasi data dapat membantu untuk
surveilans akan terlaksana dengan baik jika pemantauan mingguan, laporan bulanan,
didukung oleh sarana dan prasarana yang penentuan desa/kelurahan rawan DBD,
sesuai dengan kebutuhan yang semakin hari mengetahui distribusi kasus DBD per
semakin meningkat 6. RW/Dusun, menentukan musim penularan dan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengetahui kecenderungan penyakit. Analisis
proses pengolahan pada masing-masing data DBD dilakukan dengan tujuan untuk
puskesmas sudah dilakukan berdasarkan orang, memprediksi trend DBD yang terjadi di
tempat dan waktu namun ada sebagian masyarakat agar dengan mudah dilakukan upaya
puskesmas yang melakukan pengolahan data pencegahan serta penanggulangan DBD
secara manual serta penyajian data dalam bentuk 10.
tabel, grafik dan peta sebagian besar puskesmas Hal ini juga sejalan dengan penelitian Desi
belum melaksanakan. (2016), untuk analisis data biasanya
digunakan hanya pada saat evaluasi program,
c. Analisis dan Interpretasi Data hal ini dikarenakan kurang tersedianya
Berdasarkan hasil observasi data yang pelatihan untuk petugas dalam menganalisis
dilakukan peneliti dengan petugas surveilans di data serta keterbatasan tenaga 6.
Puskesmas Kota Pontianak, diketahui bahwa Dari uraian diatas, dapat disimpulkan
petugas surveilans yang melakukan analisis data bahwa kesesuaian tataran ideal analisis dan
sebagian besar hanya (39,1%) dan interpretasi interpretasi data berdasarkan pedoman
data sebesar (21,7%), hal tersebut dikarenakan surveilans dengan kenyataan dilapangan yaitu
petugas masih terbatas karena di 23 Puskesmas Kota Pontianak dikatakan
waktu maupun kemampuan dalam belum sesuai. Petugas surveilans Puskesmas
menganalisis dan menginterpretasi data kasus masih banyak yang tidak melakukan analisis
DBD, terkait juga petugas tidak pernah dan interpretasi data, hal tersebut dikarenakan
mendapatkan pelatihan surveilans sehingga keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
pengetahuan petugas dalam memahami cara petugas dalam menganalisis dan
menganalisis dan menginterpretasi masih menginterpretasi data.
rendah. d. Diseminasi dan Umpan Balik
Berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas surveilans Dinas Kesehatan Kota Berdasarkan hasil observasi data yang
Pontianak, mengatakan bahwa seharusnya data dilakukan di Puskesmas Kota Pontianak
kasus DBD di analisis dengan melihat bahwa petugas surveilans dalam
kecenderungan dan di interpretasikan untuk menyebarluaskan informasi sudah sesuai dan
melihat frekuensi, trend dan penyebaran kasus. memanfaatkan teknologi yang tersedia seperti
“…data DBD dilaporkan dalam bentuk internet dan sms. Informasi disebarluaskan
laporan, ada yang bulanan ada dalam bentuk kepada Dinas Kesehatan Kota, Kelurahan,
mingguan. Untuk data DBD harus dipastikan Lintas Sektoral dalam bentuk pertemuan
kebenaran kasus DBD dan deskripsikan dengan instansi terkait seperti diadakannya
menurut waktu, tempat dan orang, kemudian di rapat dan melalui apel pagi senin untuk
analisis disimpulkan untuk melihat frekuensi, disampaikan kepada petugas puskesmas.
trend dan penyebaran kasus DBD. Cara Berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas Dinas Kesehatan Kota Pontianak
271
JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017
272
Iskandar Arfan & Muhammad Taufik. Analisis Epidemiologi Kasus DBD
surveilans kasus DBD dikatakan belum sesuai 4. Dinkes Provinsi Kal-Bar, 2015, Profil Dinas
dikarenakan petugas masih terbatas karena Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
waktu dan kemampuan dalam menganalisis 2015.Pontianak
dan menginterpretasi data kasus DBD. 5. Kemenkes, RI, 2011, Modul Pengendalian
Penyebarluasan informasi dan umpan balik Demam Berdarah Dengue, Jakarta.Direktorat
dapat dikatakan telah lengkap dan sesuai Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan
dengan pedoman surveilans. Hasil output data Penyehatan Lingkungan.
surveilans kasus DBD dikatakan belum 6. Desi Arwanti,dkk, 2016. Pelaksanaan
lengkap sebagai indikator kinerja pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Di Puskesmas Se-
surveilans kasus DBD Kota
Diharapkan untuk menyelenggarakan Kendari.http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKE
berbagai pelatihan khusus bagi petugas SMAS/article/view/1206 (diakses 3 Oktober
surveilans DBD agar pada proses pelaksanaan 2016)
kegiatan surveilans DBD dapat berjalan lancar, 7. Depkes RI, 2003, Panduan Praktis Surveilans
petugas juga mendapat perubahan ke arah yang Epidemiologi Penyakit, Jakarta.Direktorat
lebih baik lagi serta meningkatkan pengetahuan Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan
dan kemampuan petugas.Selain diadakannya Penyehatan Lingkungan.
pelatihan khusus surveilans diharapkan juga 8. Ditjen PP&PL, 2011, Modul Pengendalian
untuk merekrut tenaga surveilans lebih Demam Berdarah Dengue, Jakarta.Direktorat
dikedepankan pada tingkat pendidikan yang Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan
sesuai dengan pedoman yaitu tenaga yang Penyehatan Lingkungan.
memegang surveilans adalah tenaga 9. Masrochah,s. 2006. Sistem Informasi Surveilans
epidemiologi atau tenaga kesehatan lain Epidemiologi Sebagai Pendukung Kewaspadaan
yang mempunyai jabatan fungsional Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Di
epidemiologi. Kepada puskesmas diharapkan Dinas Kesehatan Kota Semarang. PhD Thesis.
melakukan evaluasi untuk mengkoordinasi Program Pasca Sarjana
dengan petugas surveilans maupun lintas Universitas Diponegoro
sektoral yang berkesinambungan sehingga http://eprints.undip.ac.id/18184/ (diakses pada
setiap permasalahan yang ada dilapangan 3 Agustus 2016)
dapat diketahui secara dini dan dilakukan 10.Permenkes RI No.45, 2014, Penyelenggaraan
upaya pemecahan masalahnya. Diharapkan Surveilans Epidemiologi. Kesehatan Peraturan
juga agar petugas surveilans tidak diberi Menteri Kesehatan Republik Indonesia
beban kerja yang banyak selain menjadi 11. Zumaroh, 2015. Evaluasi Pelaksanaan
petugas surveilans, Meningkatkan Surveilans Kasus Demam Berdarah Dengue
pengetahuan dan kemampuan dengan di Puskesmas Putat Jaya Berdasarkan Atribut
mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan, Surveilans. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol
Meningkatkan ketelitian dalam menjalankan 3,
tugas sebagai petugas surveilans serya Perlu No 1 e_journal.unair.ac.id/index.php/JBE/arti
menyajikan informasi distribusi kasus DBD cle/download/1317/1076 (diakses pada 3
baik itu dalam bentuk tabel grafik dan peta Agustus 2016)
12. Frans Yosep Sitepu, Dkk, 2010. Evaluasi Dan
DAFTAR PUSTAKA
Implemmentasi Sistem sureilans Demam
1. Malik Saepudin, 2003. Prinsip-prinsip Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Singkawang.
Epidemiologi. STAIN Pontianak Pres: Aufa BALABA Vol.8, No 01.http://download.portal
Grafis garuda.org/article.php?article=87675&val=48
2. Nur Nasry Noor, 2004, Pengantar Epidemiolo 97 (diakses pada 6 Agustus 2016)
gi Penyakit Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta
3. Kemenkes RI, 2015, Data dan Informasi
Tahun 2015 (Profil Kesehatan Indonesia),
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
273
JKMK., Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3, Agustus 2017
274