Anda di halaman 1dari 88

613

Ind
b

BUKU SAKU
PENDEKATAN KELUARGA BAGI PETUGAS KESEHATAN
EDISI KEDUA - TAHUN 2017

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
613 Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Ind
b Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Pelayanan
Kesehatan
Buku Saku Pendekatan Keluarga Bagi Petugas Kesehatan.---
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI., 2017

ISBN 978-602-416-255-9

1. JUDUL I. HEALTH POLICY


II. HEALTH PLANNING III. GOVERNMENT PROGRAMS
IV. HEALTH PROMOTION
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN RI

Pencapaian sasaran Pembangunan Kesehatan 2015-2019 melalui Program Indonesia Sehat


dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/
Kota dan masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat, yaitu
keluarga.

Pendekatan Keluarga dilaksanakan demi mewujudkan Keluarga Sehat, dengan meningkatkan


jangkauan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas, melalui
kunjungan keluarga. Dengan demikian, Puskesmas meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat
dengan melaksanakan pelayanan kesehatan di dalam gedung dan di luar gedung dengan mengunjungi
setiap keluarga yang ada di wilayah kerjanya.

Melalui Pendekatan Keluarga, Puskesmas mendapat banyak manfaat karena mendukung target capaian program, disisi lain
masyarakat mendapatkan manfaat dengan akses pelayanan kesehatan langsung kepada keluarga.

Saya berharap bahwa diterbitkannya buku saku “Pendekatan Keluarga Bagi Petugas Kesehatan Edisi Kedua Tahun 2017” ini
akan semakin meningkatkan pemahaman segenap pembaca tentang peran dan tanggung jawab Tim Pembina Keluarga serta
meningkatkan kemampuan untuk melakukan intervensi lanjut secara terintegrasi lintas program. Saya berharap agar buku ini

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 01
didistribusikan kepada segenap petugas kesehatan dan pengambil kebijakan kesehatan di daerah agar dapat dipelajari dengan
seksama guna menerapkan Pendekatan Keluarga dengan sebaik-baiknya.

Terima kasih dan apresiasi saya sampaikan kepada seluruh kontributor dan semua pihak yang telah mendukung penyusunan,
penerbitan dan distribusi buku ini.

Semoga penerapan Pendekatan Keluarga di Indonesia akan mempercepat terwujudnya Keluarga Sehat menuju tercapainya derajat
kesehatan masyarakat Indonesia yang setinggi-tingginya.

Jakarta, Desember 2017


Menteri Kesehatan RI

Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K)

02 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
DAFTAR ISI

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ................................................................................................. 01

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................................................................... 05

B. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMBINA KELUARGA ............................................................................................. 06

C. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN KUNJUNGAN KELUARGA ............................................................................... 07

D. PROGRAM GIZI, KESEHATAN IBU DAN ANAK 09


1. Keluarga Mengikuti Program KB ................................................................................................................... 09
2. Ibu Melakukan Persalinan Di Fasilitas Kesehatan ......................................................................................... 15
3. Bayi Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap ...................................................................................................... 23
4. Bayi Diberi ASI Ekslusif .................................................................................................................................. 28
5. Balita Mendapat Pemantauan Pertumbuhan ................................................................................................. 32

E. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR 37


6. Penderita TB Paru Mendapatkan Pengobatan Sesuai Standar ..................................................................... 37
7. Penderita Hipertensi Melakukan Pengobatan Secara Teratur ...................................................................... 43
8. Penderita Gangguan Jiwa Mendapatkan Pengobatan dan Tidak Diterlantarkan ........................................ 48

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 03
F. PERILAKU DAN KESEHATAN LINGKUNGAN 57
9. Anggota Keluarga Tidak Ada Yang Merokok .................................................................................................. 57
10. Keluarga menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ................................................................... 63
11. Keluarga Mempunyai Akses Sarana Air Bersih .............................................................................................. 70
12. Kelurga Mempunyai Akses atau Menggunakan Jamban Sehat .................................................................... 75

G. PANDUAN PENGGUNAAN DANA DESA UNTUK BIDANG KESEHATAN ....................................................................... 80

04 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
A. LATAR BELAKANG

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ditingkat operasional, berperan penting dalam melaksanakan amanah
Menteri Kesehatan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri kesehatan nomor 75 tahun 2014 untuk menyelenggarakan
UKM dan UKP tingkat pertama guna mewujudkan Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga. Sasaran dari Program
Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga terdiri atas 4 (empat) program prioritas yang meliputi:
a. penurunan angka kematian ibu dan bayi;
b. penurunan prevalensi balita pendek (stunting);
c. pengendalian penyakit menular; dan
d. pengendalian penyakit tidak menular.

Pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah bermaksud tidak untuk mematikan UKBM-UKBM yang sudah ada tetapi
mengenali masalah yang ada dalam keluarga secara langsung, memotivasi keluarga untuk memanfaatkan UKBM yang ada
dan pelayanan puskesmas, serta memberdayaan keluarga agar mampu memperbaiki kondisi lingkungan yang sehat dan
faktor risiko lainnya yang selama ini merugikan kesehatan keluarga. Kunjungan rumah dilakukan oleh tim Pembina keluarga
yang ditunjuk oleh pimpinan Puskesmas

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 05
B. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
TIM PEMBINA KELUARGA

Pembina Keluarga adalah tenaga kesehatan Puskesmas yang diberi tugas tambahan oleh Kepala Puskesmas untuk melakukan
kunjungan keluarga kepada keluarga-keluarga binaannya di wilayah kerja Puskesmas.
Tim Pembina Keluarga bertanggung jawab dalam:
1. Mencatat informasi keluarga sesuai dengan Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga) atau menggunakan Aplikasi Keluarga
Sehat yang perlu ditindaklanjuti oleh petugas Puskesmas dan yang perlu dirujuk ke UKBM
2. Skreening kesehatan setiap anggota keluarga terutama yang terkait dalam 12 indikator PIS-PK
3. Memberikan intervensi awal berupa KIE sesuai permasalahan kesehatan yang ditemukan dengan menggunakan Paket
Informasi Kesehatan Keluarga (Pinkesga)
4. Menganjurkan keluarga untuk memanfaatkan dan berperan serta dalam kegiatan UKBM yang ada di desa setempat
5. Meminta anggota keluarga untuk melakukan kunjungan ke Puskesmas atau FKTP lainnya (sesuai dengan FKTP di mana
peserta terdaftar) untuk pemeriksaan lebih lanjut
6. Menyampaikan informasi dan laporan hasil kunjungan rumah kepada pimpinan
7. Berkoordinasi dengan pengelola program terkait di Puskesmas sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ditemukan
di setiap keluarga agar dapat dilakukan intervensi lanjut
8. Melakukan update kondisi kesehatan tiap anggota keluarga binaannya.
9. Memberikan informasi kepada tim data Puskesmas terkait perubahan informasi kesehatan keluarga setelah dilakukan
intervensi

06 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
C. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
KUNJUNGAN KELUARGA

KELUARGA
1 UKBM
PUSKESMAS
Menindaklanjuti anjuran/
pesan kesehatan dari Tim
Pembina Keluarga
2
Menggali informasi kesehatan Berkoordinasi dengan Tim
1 setiap anggota keluarga Memberikan pelayanan Puskesmas untuk pelaporan
terutama 12 indikator kesehatan sesuai tugas 1 temuan kasus baru atau
perkembangan kesehatan
dan peran UKBM
Memberikan KIE terkait pada anggota keluarga
2 permasalahan kesehatan yang
Pengelola program Melakukan lokmin
ditemukan dan menganalisa
Menganjurkan untuk kunjungan
memberikan intervensi
lanjut secara terintegrasi 2 hasil kunjungan
lintas program terkait Memberikan informasi keluarga
3 ke UKBM atau Puskesmas
kepada tim data
dalam mengatasi masalah
kesehatan selanjutnya Puskesmas terkait 1
Melakukan kunjungan ulang
7 perubahan informasi
kesehatan keluarga
setelah dilakukan
6 untuk melakukan pembinaan
dan update status kesehatan intervensi
keluarga
Menginformasikan terkait 3
4 anggota keluarga yang perlu
Menyampaikan ke pengelola program
5 di Puskesmas sesuai permasalahan
TIM PEMBINA KELUARGA
ditindaklanjuti di UKBM Berkoordinasi
kesehatan anggota keluarga yang
terkait hasil
ditemukan
intervensi lanjut
yang telah
dilakukan

Gambar 1. ALUR KEGIATAN TIM PEMBINA KELUARGA

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 07
1. Persiapan
a. Tim Pembina keluarga membuat perencanan waktu kunjungan keluarga, mempersiapkan Prokesga, Pinkesga dengan
memperhatikan jumlah keluarga yang berada dalam wilayah binaan dan jumlah anggota keluarga pada masing
masing keluarga agar tidak ada yang terlewatkan untuk dikunjungi.
b. Pembina keluarga perlu berkoordinasi dengan tokoh masyarakat (Ketua RT/RW, Kepala Desa/Kelurahan, PKK dan
lainnya).

2. Pelaksanaan Kunjungan rumah


a. Setelah mengenalkan diri dan menjelaskan maksud kunjungan, mulailah menggali informasi terkait status dan
permasalahan kesehatan dan lakukan pencatatan pada Prokesga.
b. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan peran dan tanggung jawab Tim Pembina Keluarga (poin B)
c. Untuk kunjungan ulang dalam rangka updating data Prokesga, Tim perlu mempelajari informasi terkait permasalahan
kesehatan keluarga yang didapat dari data Prokesga yang diperoleh dari hasil kunjungan yang lalu termasuk data
IKSnya.

3. Menggali informasi kesehatan setiap anggota keluarga terutama yang terkait dalam 12 indikator PIS-PK

08 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
D. PROGRAM GIZI, KESEHATAN IBU DAN ANAK

UKBM
KELUARGA PUSKESMAS
Menindaklanjuti
anjuran/pesan dari Tim
Pembina Keluarga ke
UKBM atau Puskesmas

Mencatat informasi keluarga


sesuai dengan Prokesga
Menginformasikan program KB kepada catin, PUS tidak
ber K8 dan ibu hamil 1
1 atau menggunakan Aplikasi Pengelola program Penyuluhan dan Sosialisasi
Metode KB di :
KS tentang Keluarga
mengikuti KB
6 memberikan intervensi
lanjut secara terintegrasi - Posbindu : WUS
1
Memberikan konseling pemilihan metode KB dan
2
- Posyandu : WUS/ibu hamil melakukan pelayanan KB
lintas program terkait
- Kelas Ibu Hamil : ibu hamil
Memberikan KIE/Penyuluhan - Pos UKK : Pekerja Kunjungan rumah untuk drop out KB dan PUS tidak
ber-KB 3
2 seperti manfaat dan tujuan
KB untuk Catin, PUS dan Melakukan konseling
Ibu Hamil pemilihan metode KB di 2 Berkoordinasi dengan PLKB dan OPD KB untuk
4
Posyandu dan pos UKK penyediaan Alokon
Memberikan penjelasan TIM PEMBINA KELUARGA
Memberikan pelayanan Memberikan informasi tentang kondisi program KB
3 tentang metode KB dan
efek samping alat dan obat KB di Posyandu dan 3 dalam forum lokmin bulanan dan Triwulan kepada 5
Poskesdes LP dan LS
kontrasepsi

Mendorong Pemanfaatan
Berkoordinasi dengan Tim 7 Menyampaikan informasi dan laporan hasil kunjungan

4 Buku KIA dan P4K bagi Ibu


Puskesmas untuk pelaporan 4 rumah kepada Pimpinan Puskesmas
mengenai pelayanan KB Berkoordinasi dengan pengelola program terkait di
Hamil
8 Puskesmas sesuai dengan permasalahan kesehatan
yang ditemukan di tiap keluarga binaan
Menganjurkan kunjungan ke Menginformasikan
5 UKBM atau Puskesmas untuk Melakukan update kondisi
6 agar UKBM melakukan Memberikan informasi kepada tim data Puskesmas,
mendapat pelayanan KB 9 kesehatan tiap anggota edukasi, penyuluhan & 10 terkait perubahan informasi kesehatan keluarga setelah
keluarga binaannya pelayanan KB dilakukan intervensi

GAMBAR 2. BAGAN ALUR KELUARGA BERENCANA

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 09
Definisi Operasional
Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana :
a. Adalah jika keluarga merupakan pasangan usia subur, suami atau istri atau keduanya terdaftar secara resmi sebagai
peserta atau akseptor KB dan atau menggunakan alat kontrasepsi
b. Indikator Keluarga mengikuti KB pada PROKESGA berlaku untuk anggota keluarga wanita berstatus menikah (usia 10-54
tahun) dan tidak hamil dan atau anggota keluarga laki-laki berstatus menikah (usia ≥10tahun)

Pertanyaan :
Apakah Saudara menggunakan alat kontrasepsi atau ikut program Keluarga Berencana? Y/T
Bila jawabannya YA maka tulis Y
Apabila dalam keluarga tersebut ada anggota keluarga wanita usia 10 – 54 tahun sudah menikah dan atau laki-laki usia ≥ 10
tahun sudah menikah namun tidak menjadi akseptor KB maka jawabannya Tidak, ditulis T , lalu tanyakan alasannya.

Jawaban dapat dikategorikan sebagai N (not applicable) apabila :
a. PUS >20 tahun yang menginginkan anak kandung, dengan kriteria:
1) Baru menikah, atau
2) Belum memiliki anak, atau
3) Memiliki 1 orang anak dan anak ≤ 2 orang
b. PUS dengan istri sudah menopause
c. Ada gangguan reproduksi

10 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
kemudian lanjutkan dengan ;
Melakukan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) terkait pentingnya perencanaan kehamilan dan KB (manfaat dan tujuan)
dan memotivasi keluarga berperan aktif mengikuti KB
Apabila keluarga belum mengikuti KB, lanjutkan dengan
- Menjelaskan metode KB serta efek sampingnya
- Intervensi awal berupa pemberian flyer Pinkesga untuk KB
- Menjelaskan tentang manfaat buku KIA terkait informasi KB

PINKESGA INDIKATOR 1. KELUARGA BERENCANA.


1. Apakah yang dimaksud dengan keluarga mengikuti KB ?
Adalah keluarga yang merupakan pasangan usia subur, dimana suami, istri, atau keduanya terdaftar secara resmi/ tercatat
sebagai peserta/akseptor KB (ditunjukkan dengan catatan pada kartu KB, Buku KIA, dsb), dan atau sedang menggunakan
alat kontrasepsi
• Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan yang istrinya berumur antara 15 – 49 tahun
• Akseptor KB/PUS ber-KB adalah pasangan yang salah satu atau keduanya menggunakan metode kontrasepsi modern,
baik Metode Kontasepsi Jangka Panjang (MKJP) maupun non MKJP.
• Bagi PUS/ calon pengantin usia <20 tahun diinformasikan untuk menunda kehamilan hingga berusia minimal 20 tahun,
untuk calon pengantin dilakukan pada saat mengikuti kursus catin di KUA/lembaga pernikahan lain sedangkan bagi
PUS yang sudah terlanjur menikah dilakukan pada saat kunjungan rumah

2. Apakah yang dimaksud dengan metode kontrasepsi modern ?


Metode kontrasepsi modern adalah semua metode menggunakan obat/alat kontrasepsi modern terdiri dari Metode

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 11
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan non-MKJP. Termasuk dalam MKJP adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)/IUD, implant/susuk KB, Metode Operasi Pria (MOP)/vasektomi dan Metode Operasi Wanita (MOW)/tubektomi.
Sedangkan yang termasuk non-MKJP adalah kondom, pil, diafragma, dan suntik.

3. Siapa saja yang harus mengikuti Program KB?


Pemasangan alat kontrasepsi Keluarga Berencana ditujukan bagi:
- PUS usia < 20 tahun,
- Ibu bersalin sampai dengan 42 hari pasca persalinan
- PUS dengan kehamilan 4 terlalu yaitu terlalu muda (< 20 tahun) ,Terlalu tua (> 35 tahun), Terlalu dekat jarak kehamilan
(< 2 tahun), Terlalu sering hamil (> 3 anak)

4. Dimana tempat mendapatkan pelayanan KB ?


• Pelayanan KB dapat diberikan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas dan Jaringan serta Jejaringnya),
dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (Rumah Sakit)
• Berdasarkan waktunya, pelayanan KB dibedakan menjadi:
a. KB pasca persalinan, yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan sampai dengan
42 hari pascapersalinan.
b. KB interval, yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi setelah selesai masa nifas.
• Bagi pasangan yang istrinya masih berusia antara 20-35 tahun, baru memiliki satu anak, jarak anak lebih dari dua
tahun dan masih menginginkan anak, tidak termasuk sasaran indikator keluarga mengikuti KB

12 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
5. Mengapa harus mengikuti Program KB ?
Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur
untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas, sehingga pelayanan KB diberikan untuk pasangan yang ingin
menunda kehamilan atau tidak ingin punya anak lagi.

6. Bagaimana Efek Samping dari Obat dan alat Kontrasepsi


Implan :
- Mempengaruhi periode haid
- Perubahan Berat badan
- Beberapa pengguna mengalami nyeri payudara, mual, pusing

IUD
- Perubahan siklus haid umumnya pada 3-6 bulan pertama
- Tidak direkomendasikan untuk digunakan pada penderita IMS
- Tidak melindungi dari penularan HIV/IMS

Suntik 1 Bulanan
- Pada sebagian orang terjadi perubahan pola haid
- Mempengaruhi produksi ASI
- Pemulihan kesusburansetelah pemakaian rata-rata sekitar 5 bulan

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 13
Suntik 3 Bulanan
- Menyebabkan gangguan Haid sampai tidak mendapatkan haid
- Pemulihan kesuburan setelah pemakaian rata-rata sekitar 10 bulan

PIL Kombinasi
- Mengganggu produksi ASI
- Perubahan pola haid
- Menyebabkan kenaikan atau penurunan Berat Badan

Mini PIL (Pil Progestin)
- Perubahan pola haid
- Kenaikan BB
- Kadang-kadang menyebabkan sakit kepala ringan

Kondom
- Bila pasangan allergi terhadap lateks atau karet (bahan pembuat kondom)
- Harus selalu tersedia dan dipakai setiap kali akan berhubungan
- Kondom hanya untuk sekali pakai, bila dipakai berulang akan menyebabkan kebocoran karena terbuat dari lateks atau
karet yang tipis
- segera membersihkan organ intim sehabis berhubungan intim. Hal ini dapat membantu mencegah efek
samping dan juga menjaga kebersihan organ intim Anda.

14 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
INDIKATOR 2. IBU MELAKUKAN PERSALINAN DI FASILITAS KESEHATAN

UKBM
KELUARGA PUSKESMAS
Menindaklanjuti
anjuran/pesan dari Tim
Pembina Keluarga ke
UKBM atau Puskesmas

Mencatat informasi keluarga


Memberikan informasi kepada pasien tentang hak dan
sesuai dengan Prokesga
1 atau menggunakan Aplikasi Penyuluhan dan Sosialisasi kewajiban yang akan diperoleh pada saat melakukan 1
Metode KB di : pemeriksaan
KS tentang Keluarga
- Posbindu : WUS
mengikuti KB
Pengelola program - Posyandu : WUS/ibu hamil 1 Pengelola KIA memberikan penyuluhan manfaat dan
tujuan persalinan di faskes 2
- Kelas Ibu Hamil : ibu hamil
Memberikan KIE/Penyuluhan 6 memberikan intervensi
- Pos UKK : Pekerja
lanjut secara terintegrasi Memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan,
3
2 bagi ibu hamil agar bersalin
di faskes serta manfaat dan
lintas program terkait
Melakukan konseling
pelayanan persalinan dan nifas di faskes

tujuan bersalin di faskes pemilihan metode KB di 2 Kunjungan rumah untuk ibu hamil dan ibu nifas yang
tidak melakukan kunjungan ulang 4
Posyandu dan pos UKK
Memberikan informasi Melakukan lokmin dan menganalisa hasil kunjungan
TIM PEMBINA KELUARGA
Memberikan pelayanan 5
3 tentang tanda bahaya
(kehamilan, persalinan KB di Posyandu dan 3
keluarga

Poskesdes Berkoordinasi dengan Lintas Program terkait hasil


dan nifas)
intervensi lanjut yang telah dilakukan 7
Berkoordinasi dengan Tim
Mendorong Pemanfaatan
4 Buku KIA dan P4K bagi Ibu
Puskesmas untuk pelaporan 4 7 Menyampaikan informasi dan laporan hasil kunjungan
rumah kepada Pimpinan Puskesmas
mengenai pelayanan KB
Hamil
Berkoordinasi dengan pengelola program terkait di
8 Puskesmas sesuai dengan permasalahan kesehatan
Menganjurkan kunjungan ke Menginformasikan yang ditemukan di tiap keluarga binaan

5 UKBM atau Puskesmas untuk Melakukan update kondisi


6 agar UKBM melakukan
Memberikan informasi kepada tim data Puskesmas,
mendapat pelayanan KIA
pada saat hamil
9 kesehatan tiap anggota
keluarga binaannya
edukasi, penyuluhan & 10 terkait perubahan informasi kesehatan keluarga setelah
pelayanan KB dilakukan intervensi

GAMBAR 3. ALUR IBU BERSALIN DI FASILITAS KESEHATAN

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 15
Definisi Operasional
Ibu melakukan persalinan di Fasilitas Kesehatan Adalah jika di keluarga terdapat ibu pasca bersalin (usia bayi 0-11 bulan) dan
persalinan ibu tersebut dilakukan di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Bidan Praktek Mandiri)
Indikator Ibu melakukan persalinan di faskes pada Prokesga berlaku untuk Ibu yang memiliki Anggota Keluarga berumur <
12 bulan

Pertanyaan:
Apakah saat ibu melahirkan (NAMA)....... bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan?
NAMA yang dimaksud adalah nama anak ibu tersebut.
Bila jawabannya YA maka tulis Y
Apabila jawabannya Tidak maka tulis T, serta tanyakan alasannya.
Bila dalam keluarga tersebut terdapat ibu hamil, Ibu Nifas atau PUS yang tidak menggunakan KB karena berencana untuk
hamil, lanjutkan dengan:
- Informasikan untuk pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilannya dan mendapatkan standar pelayanan
antenatal 10 T
- Memotivasi ibu untuk mengikuti i kelas ibu dan menyepakati amanat persalinan serta menempel stiker P4K,
- memotivasi ibu memanfaatkan buku KIA karena berisi berbagai informasi dan catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin,
nifas) dan anak (bayi baru lahir sampai usia 6 tahun)
- Menyarankan keluarga agar memanfaatan buku KIA
- Menjelaskan mengapa Ibu hamil perlu mengetahui tanda – tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas

16 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
- Menjelaskan pentingnya dan manfaatnya bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan, serta mendorong setiap ibu hamil
agar melakukan persalinan di Fasilitas Kesehatan;
- Menyarankan keluarga agar bisa berkomunikasi aktif dengan kader serta Tim Pembina Keluarga
- Memotivasi kepada Ibu hamil agar ikut Keluarga Berencana sesegera mungkin setelah bayinya lahir

PINKESGA INDIKATOR 2. Ibu melakukan persalinan di Fasilitas Kesehatan


1. Apakah yang dimaksud dengan ibu melakukan persalinan di Fasilitas kesehatan ?
Yang dimaksud fasilitas kesehatan adalah sebagaimana tercantum pada PP Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, yaitu terdiri dari tempat praktek mandiri tenaga kesehatan, Puskesmas, Klinik dan Rumah Sakit.
• Setiap ibu hamil harus dapat mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar.
• Agar Ibu mau melakukan persalinan di fasilitas kesehatan maka informasi dilakukan pada saat ibu untuk memeriksa
kehamilannya yaitu minimal 4 kali sesuai standar pelayanan antenatal dan mengajak ibu untuk mengikuti kelas ibu
hamil. Informasikan kepada Ibu hamil untuk memanfaatkan buku KIA

2. Kapan sebaiknya mendorong ibu untuk bersalin di Faskes?


• Dimulai pada saat ibu tersebut hamil, dengan menginformasikan tentang pentingnya dan manfaatnya bersalin di
fasilitas kesehatan
• Menginformasikan kepada Ibu hamil untuk memanfaatkan buku KIA
• Menganjurkan ibu hamil untuk mengikuti Kelas Ibu Hamil
• Dalam menyongsong persalinannya seorang ibu membutuhkan persiapan yaitu persiapan dalam Perencanaan
persalinan disebut dengan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker. Melalui

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 17
stiker, pendataan dan pemantauan ibu hamil dapat dilakukan secara intensif oleh bidan bersama dengan suami,
keluarga, kader, masyarakat
• Setiap ibu hamil harus dapat mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar. Apabila
tempat tinggal seorang ibu hamil tidak cukup dekat dengan fasilitas kesehatan yang kompeten atau terbatasnya
alat transportasi atau letak demografi yang sulit untuk menjangkau ke fasilitas maka ibu hamil dapat ditempatkan
sementara pada Rumah Tunggu Kelahiran (RTK).
• Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) adalah suatu tempat atau ruangan yang berada dekat fasilitas kesehatan (RS,
Puskesmas), yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya (suami/kader/
dukun atau keluarga) selama beberapa hari, saat menunggu persalinan tiba dan beberapa hari setelah bersalin
• Pembiayaan persalinan juga merupakan hal penting sebelum ibu bersalin. Perlu dipastikan bahwa ibu hamil, suami
dan atau keluarga telah memiliki pembiayaan persalinan jauh sebelum adanya tanda – tanda persalinan (Jaminan
Kesehatan Nasional, Jaminan Persalinan, tabungan persalinan dan lain sebagainya).

3. Siapa saja yang dapat mengakses pelayanan kesehatan Ibu dan Anak
• Ibu Hamil
Tanda awal seorang perempuan hamil mengalami terlambat haid paling sedikit 1- 2 minggu berturut-turut, walaupun
terkadang ada bercak darah. Untuk lebih memastikan hamil atau tidak, maka perempuan tersebut dianjurkan untuk
memeriksakan diri ke bidan/dokter dan bila dilakukan test kehamilan, maka didapatkan hasil positif.

Anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali,
termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga, dengan urutan sebagai berikut.

18 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
Trimester Jumlah Kunjungan Minimal Waktu Kunjungan yang dianjurkan

I 1X Sebelum minggu ke 12
II 1X Antara minggu ke >12-24
III 2X >24 minggu sampai kelahiran

• Ibu Bersalin
Sesudah masa kehamilan akan diikuti oleh persalinan. Persiapan yang tidak kalah penting yang harus diketahui
ibu hamil yaitu mengetahui tanda-tanda persalinan karena akan membuat tenang ibu hamil selama menjalani
kehamilannya.
• Ibu Nifas
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir sampai kira – kira 42 hari (6 minggu).
Setiap ibu pada masa nifas harus mendapatkan pelayanan paling sedikit 3 kali, atau yang disebut dengan Kunjungan
Nifas (KF) yaitu:
1) 1x pada masa 6-48 jam setelah persalinan (KF 1)
2) 1x pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah persalinan (KF 2)
3) 1x pada hari ke-8 sampai hari ke-28 setelah persalinan (KF 3)
4) 1x pada hari ke 29 sampai hari ke-42 setelah persalinan (KF4)
• Bayi Baru lahir
Pada bayi baru lahir diberikan Pelayanan Neonatal Essensial yaitu:
• berupa Inisiasi Menyusu Dini (IMD) minimal 1 jam setelah lahir jika kondisi bayi stabil, menjaga bayi tetap hangat,
pemberian suntikan vitamin K1, pemberian imunisasi hepatitis B0 dan perawatan tali pusat.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 19
• Pelayanan bayi baru lahir sejalan dengan pelayanan Ibu Nifas dengan menggunakan pendekatan Manajemen
Terpadu Bayi Muda. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir oleh bidan/perawat/dokter dilaksanakan minimal 3 kali,
yaitu:
1) Pertama pada 6 jam – 48 jam setelah lahir
2) Kedua pada hari 3 – 7 setelah lahir
3) Ketiga pada hari ke 8 – 28 setelah lahir

4. Dimana Ibu dapat melakukan Persalinan


• Ibu dapat melakukan persalinan di semua fasilitas kesehatan yang ada di wilayah ibu hamil tersebut, dan bila Fasilitas
kesehatan tidak tersedia maka untuk mendekatkan akses ibu hamil ke faskes, ibu hamil dapat menempati Rumah
Tunggu Kelahiran yang sudah disediakan dan berada dekat dengan faskes.
• Pemilihan tempat persalinan dan penolong persalinan merupakan hal yang penting dilakukan sebelum adanya tanda
– tanda persalinan. Perlu dipastikan bahwa ibu hamil, suami dan atau keluarga telah menetapkan tempat persalinan
di fasiltias kesehatan. Pemilihan tempat persalinan dapat dipengaruhi diantaranya: Jarak ke fasilitas pelayanan
kesehatan, alat transportasi, letak demografi daerah, pengetahuan dalam mencari penolong persalinan yang aman.

5. Mengapa Ibu hamil perlu mengetahui Tanda – tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas?
• setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat,bersalin dengan selamat serta melahirkan
bayi yang sehat.
• Tanda Bahaya pada Kehamilan antara lain:
- Ibu tidak mau makan dan muntah terus menerus
- Demam Tinggi

20 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
- Bengkak pada kaki, tangan/wajah, pusing dan dapat diikuti kejang
- Gerakan janin berkurang atau tidak ada
- Perdarahan
- Ketuban pecah sebelum waktunya
• Pada kondisi tertentu, proses persalinan kadang sesuai dengan yang diharapkan. Proses persalinan diduga akan
mengalami gangguan jika didapatkan hal – hal sebagai berikut:
1) Pendarahan dari jalan lahir
2) Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
3) Ibu tidak kuat mengejan
4) Mengalami kejang
5) Air ketuban keruh dan berbau. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
• Tanda Bahaya pada Ibu Nifas adalah:
1) Perdarahan lewat jalan lahir
2) Keluar cairan berbau dari jalan lahir
3) Bengkak diwajah, tangan dan kaki atau sakit kepala dan kejang-kejang
4) Demam lebih dari n2 hari
5) Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit
6) Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi)
• Ibu bersalin diharapkan mendapatkan pelayanan KB Pasca Persalinan segera 10 menit setelah plasenta lahir sampai
dengan 42 hari pasca melahirkan.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 21
6. Bagaimana manfaat persalinan di faskes ?
• Ibu dan bayi ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten
• Ibu dan bayi mendapatkan penanganan segera jika sewaktu-waktu terjadi komplikasi
• Bayi mendapatkan Inisiasi Menyusus Dini (IMD)
• Bayi mendapatkan seluruh perawatan yang diperlukan termasuk Imunisasi
• Dapat menggunakan JKN-KIS/Jampersal sebagai sumber pembiayaan
• Ibu dapat memperoleh pelayanan KB segera setelah melahirkan

22 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
INDIKATOR 3. BAYI MENDAPAT IMUNISASI DASAR LENGKAP

Melakukan intervensi
1 lanjut terhadap
keluarga yang datang
ke FKTP

KELUARGA
UKBM
Mendatangi UKBM/
PKM untuk memperoleh
PUSKESMAS
Membina UKBM
imunisasi
1 Melakukan
Memberikan edukasi koordinasi dan
imunisasi sesuai tugas Berkoordinasi dengan 2 pelaporan hasil
pelayanan imunisasi
FKTP LAINNYA

• Data jumlah bayi 0-11 bulan


dan peran UKBM
2 tim Puskesmas untuk
pelayanan imunisasi dan
di FKTP lain

1
berdasarkan status imunisasi
dasar
1 pembinaan UKBM
Berkoordinasi dengan FKTP lainnya dalam
• Identifikasi status imunisasi
3
dasar anak usia 12-24 bulan pelayanan imunisasi/Pembinaan Cold Chain,
Memberikan pelayanan
pencatatan dan pelaporan dan lain lain
Berikan edukasi kepada 1 imunisasi, surveilans KIPI
termasuk KIPI
2 keluarga tentang imunisasi,
penggunaan buku KIA, ANC dan
dan surveilans PD3I

PNC, ASI dan gizi


Melakukan sweeping untuk Melakukan rujukan kasus KIPI dan
• Anjurkan keluarga yang punya
bayi 0-11 bulan untuk datang 2 menjangkau sasaran yang tidak 4 PD3I lainnya yang memerlukan
datang ke UKBM/PKM pelayanan lanjutan
ke UKBM/Puskesmas untuk Menyampaikan hasil pendataan
3 Imunisasi Dasar
• Anak usia 18-24 bulan 4 keluarga termasuk status
imunisasi rutin (dasar dan Melakukan rujuk balik
dianjurkan mendapat
imunisasi lanjutan
lanjutan) anak
Menyampaikan hasil pendataan
2 dan laporan pelayanan
imunisasi di Rumah Sakit
Melakukan kunjungan rumah 5 keluarga ke pengelola program FKRTL
di Puskesmas
6 berikutnya untuk memastikan
keluarga mendapat imunisasi Memberikan informasi kepada
rutin secara berkelanjutan tim Puskesmas terkait hasil

TIM PEMBINA KELUARGA


7 pendataan status imunisasi
anak secara berkala dan
berkelanjutan
Melakukan pelayanan
1 spesialistik sesuai
permasalahan kesehatan
(Imunisasi/KIPI)

GAMBAR 4. BAYI MENDAPAT IMUNISASI DASAR LENGKAP

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 23
Definisi Operasional
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap adalah jika di keluarga terdapat bayi (usia 12-23 bulan), bayi tersebut telah
mendapatkan imunisasi HB0, BCG, DPT-HB1, DPT-HB2, DPT-HB3, Polio1, Polio 2, Polio 3, Polio 4, Campak.

Pendataan Indikator ini hanya dilakukan pada keluarga yang mempunyai Balita 12-23 bulan

Pertanyaan:
- Apakah selama bayi usia 0 – 11 bulan diberikan imunisasi lengkap? (HBO, BCG, DPT-HB1, PT-HB2, DPT-HB3, Polio1, Polio2,
Polio3, Polio4, Campak) ?

Apabila jawabannya Tidak, tanyakan alasannya dan lanjutkan dengan:


- Memotivasi keluarga untuk imunisasi bayinya dan memakai Buku KIA sebagai acuan dalam pemberian imunisasi dasar
lengkap di keluarga
- Melakukan penyuluhan tentang gejala dan tanda-tanda penyakit PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi)
sesuai Pinkesga Imunisasi

Pinkesga INDIKATOR 3 : Bayi Mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap


1. Apa yang dimaksud dengan Imunisasi ?
Imunisasi adalah upaya aktif untuk menimbulkan kekebalan spesifik/khusus terhadap penyakit tertentu dengan cara
memberikan vaksin pada seseorang

2. Apa saja imunisasi dasar yang harus dilengkapi ?


Imunisasi dasar lengkap harus diberikan pada bayi yang terdiri dari imunisasi Hepatitis B (1 kali), BCG (1 kali), Polio tetes

24 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
(4 kali), Polio suntik (1 kali), DPT-HB-Hib (3 kali) dan Campak /Campak Rubella (1 kali). Pada umur 4 bulan bayi harus
diberikan imunisasi polio tetes dan suntikan pada saat yang sama karena akan memberikan perlindungan yang lebih
kuat.

3. Kapan saja imunisasi dasar bagi bayi diberikan ?


Jadwal imunisasi dasar bagi bayi dijelaskan pada tabel berikut:

Usia (Bulan) Jenis Imunisasi


< 24 jam Hepatitis B (HB0)
1 BCG, Polio tetes 1
2 DPT-HB-Hib 1, Polio tetes 2
3 DPT-HB-Hib 2, Polio tetes 3
4 DPT-HB-Hib 3, Polio tetes 4, Polio Suntik
9 Campak/MR (Campak-Rubella)

Imunisasi dasar lengkap harus diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun. Namun, apabila terlewat dari jadwal yang
seharusnya, imunisasi harus tetap dilengkapi meskipun usia anak sudah lebih dari 1 tahun, kecuali imunisasi Hepatitis
B untuk bayi baru lahir yang hanya diberikan pada usia maksimal 7 hari dan BCG hanya diberikan pada usia maksimal 1
tahun.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 25
4. Apakah dengan melengkapi imunisasi dasar sudah cukup?
Untuk meningkatkan perlindungan terhadap penyakit, maka imunisasi dasar harus diteruskan dengan imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan harus diberikan pada usia 1,5 tahun (DPT- Hb- HiB dan Campak/MR) serta saat sekolah dasar (melalui
program Bulan Imunisasi Anak Sekolah/BIAS) kelas 1 (Campak/MR dan DT), kelas 2 (Td) dan kelas 5 (Td).

5. Dimanakah imunisasi bisa didapatkan ?


Pelayanan imunisasi dilakukan di fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan seperti di posyandu, Puskesmas, Puskesmas
pembantu, rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, klinik dokter praktik swasta, klinik bidan praktik mandiri, dan
fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Pelayanan imunisasi di posyandu dilaksanakan setiap bulan satu kali sesuai dengan jadwal pelaksanaan posyandu rutin
di masing-masing daerah, sedangkan pelayanan imunisasi di Puskesmas dan Puskesmas pembantu dijadwalkan setiap
minggu pada hari-hari tertentu. Untuk jadwal pelayanan imunisasi di rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan oleh masing-masing fasilitas tersebut.

6. Apa saja manfaat dari Imunisasi ?


Imunisasi dasar lengkap dan lanjutan penting diberikan kepada bayi agar terlindungi dari penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, seperti dijelaskan pada tabel berikut ;

26 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
IMUNISASI MANFAAT
Hepatitis B Mencegah penyakit Hepatitis B dan Kerusakan hati
BCG Mencegah penyakit Tuberkulosis (TB)
Mencegah penyakit Polio yang menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan
Polio
atau lengan
Mencegah penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus, Hepatitis B,
DPT-HB-Hib Meningitis (radang selaput otak) dan pneumonia (radang paru) yang disebabkan
oleh kuman Haemophylus influenza tipe b (Hib)
1. Mencegah penyakit Campak yang dapat mengakibatkan komplikasi
radang paru, radang otak dan kebutaan
2. Jika Rubella mengenai ibu hamil trimester pertama (saat organogenesis)
dapat terjadi gangguan pembentukan organ tubuh, baik tunggal/multipel.
Campak /Campak Rubella
Jika multipel, disebut Sindroma Rubella Kongenital yaitu bayi lahir
disertai gangguan beberapa organ umumnya telinga, mata, jantung,
kepala yang menyebabkan gangguan pendengaran, katarak, PDA (Patent
Ductus Arteriosis) dan mikrosefali.

7. Bagaimana pelayanan Imunisasi ?


Pemberian imunisasi dilakukan secara profesional dan aman, diantaranya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Menjamin kualitas vaksin
b) Melakukan skrining kontra indikasi
c) Menyiapkan vaksin secara benar
d) Melakukan penyuntikan yang tepat, aman dan steril

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 27
INDIKATOR 4. BAYI MENDAPAT ASI EKSKLUSIF

KELUARGA PUSKESMAS
UKBM

Tindak lanjuti anjuran


Tim Pembina Keluarga

2
Melakukan edukasi keluarga Intervensi asuhan Inisiasi Menyusui Dini
1 tentang pentingnya IMD dan (IMD) di Puskesmas
1 Pengkajian masalah IMD Konseling Inisiasi ASI Eksklusif
dan ASI Eksklusif
1 Menyusui Dini dan ASI Melaporkan hasil pengkajian dalam
Menganjurkan ke UKBM/
Eksklusif Melakukan penyuluhan 3 forum Minlok/Musrenbangdes dan
PUSK untuk mendapatkan 2 tentang ASI Eksklusif dan
IMD serta makanan ibu
Musrenbangmat

2 penyuluhan tentang
IMD/ASI Eksklusif dan
menyusui
Intervensi spesifik bersama Linprog/
pemberian suplementasi
Melakukan pemberian 4 Linsek terkait perubahan perilaku IMD

3
gizi dan ASI Eksklusif serta penyediaan
suplementasi gizi dan
pangan untuk Ibu Menyusui
atau PMT
3 Penyediaan sarana KIE
IMD dan ASI Ekslusif

4
Melakukan pencatatan dan
pelaporan gizi berbasis 5 Monev melalui pencatatan dan
pelaporan gizi (E-PPGBM)
masyarakat
TIM PEMBINA KELUARGA

Melakukan pengkajian Pelaporan hasil


4 cakupan IMD dan ASI
Eksklusif
5 pengkajian masalah
IMD dan ASI Eksklusif

GAMBAR 5. ALUR BAYI MENDAPAT ASI EKSKLUSIF

28 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
Definisi Operasional
Adalah jika di keluarga terdapat bayi usia 7–23 bulan dan bayi tersebut selama 6 bulan (usia 0-6 bulan) hanya diberi ASI saja
(ASI eksklusif).

Pendataan ini dilakukan pada keluarga yang mempunyai bayi usia 7-23 bulan.

Pertanyaan:
Apakah bayi ini pada waktu usia 0-6 bulan hanya diberi ASI eksklusif?
Jawaban Ya, Apabila selama usia 0-6 bulan bayi hanya memperoleh ASI saja, tanpa diberikan makanan/minuman lain,
termasuk air putih (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan).

Apabila jawabannya Tidak, tanyakan alasannya dan lanjutkan dengan:


- Penyuluhan tentang ASI ekslusif termasuk upaya untuk mengurangi risiko PTM ;
- Menyarankan bagi ibu yang bekerja untuk tetap memberikan ASI nya dengan cara memerah ASI untuk dapat diberikan ke
bayinya. Kegiatan memerah ASI dapat dilakukan di Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) dan bila tidak tersedia dilakukan
di tempat menyusui bayi yang disiapkan perusahaan. ibu bekerja dianjurkan untuk memerah ASInya 3-4 kali selama 8 jam
kerja
- Memberikan informasi tentang pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI)
Apabila di keluarga ditemukan ibu hamil, maka diberikan informasi mengenai ASI Ekslusif

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 29
Pinkesga INDIKATOR 4 : Bayi diberi ASI Eksklusif Selama 6 Bulan

1. Apa yang dimaksud dengan bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan ?
Adalah jika dalam keluarga terdapat anak usia 7-23 bulan dan anak tersebut selama 6 bulan (saat berusia 0-6 bulan)
hanya diberikan ASI saja, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
• ASI mengandung zat gizi yang lengkap dan zat kekebalan tubuh yg tidak ada dalam makanan/minuman apapun.
• ASI diberikan segera setelah bayi lahir minimal 1 jam pertama/ IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
• ASI diberikan sesuai keinginan bayi, minimal 8x sehari. Bila bayi tidur lebih dari 3 jam, perlu dibangunkan untuk
disusui.
• ASI yang pertama keluar berwarna kuning (kolostrum), berisi zat kekebalan tubuh. Jangan dibuang!

2. Apa saja manfaat ASI ?


• Manfaat pemberian ASI:
o Sehat, praktis dan tidak butuh biaya serta dapat diberikan di mana saja
o Meningkatkan kekebalan alamiah pada bayi
o Mencegah perdarahan pada ibu nifas
o Menjalin kasih sayang antara ibu dan bayi
o Mencegah kanker payudara
• Bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai risiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3-4 kali lebih besar
kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan akut dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI
• Setiap Ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayinya kecuali terdapat Indikasi medis
berdasarkan pemeriksaan dokter, atau Ibu tidak ada , atau Ibu terpisah dari bayi.

30 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
3. Bagaimanakah cara menyimpan ASI ?
Pemberian ASI kepada bayi bagi ibu yang bekerja tetap dapat dilakukan dengan cara memerah ASI kemudian
menyimpannya. ibu bekerja dianjurkan untuk memerah ASInya 3-4 kali selama 8 jam kerja. ASI tetap dapat diberikan
dengan teknik penyimpanan seperti dibawah ini :

TEMPAT PENYIMPANAN DAYA TAHAN


Suhu Kamar 6 - 8 jam
Lemari Es 3 hari
Freezer Lemari Es 1 Pintu 2 minggu
Freezer Lemari Es 2 Pintu 3 - 6 bulan

• ASI beku dapat dicairkan dengan cara memindahkan dari freezer ke lemari es dan dapat diberikan kepada bayi dengan
cara merendam botol ASI dalam wadah yang berisi air hangat. ASI tidak boleh dipanaskan diatas kompor.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 31
INDIKATOR 5. BALITA MENDAPATKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

KELUARGA UKBM
PUSKESMAS

Tindak lanjuti Anjuran


Tim Pembina Keluarga
Melakukan Edukasi
1 Keluarga tentang
pentingnya pemantauan
pertumbuhan
1 Konfirmasi gizi kurang/buruk

1 Pengukuran Antropometri 2 Melakukan penimbangan


balita
(BB dan TB)
3 2 Pengkajian Lab, fisik/klinis,
riwayat klien
3 Melakukan penyuluhan
gizi
2 Pengkajian Hasil
Pengukuran Antropometri
Intervensi Pemberian
Makanan (Formula/
Melaporkan hasil pengkajian

RUTF), dan konseling Melakukan pemberian 4 dalam forum Minlok/


Musrenbangdes, dan
Menganjurkan ke
UKBM/PUSK untuk
gizi 4 suplementasi gizi dan
atau PMT Musrenbangmat

3 penimbangan,
Melakukan pencatatan Intervensi spesifik bersama
mendapatkan penyuluhan
dan pemberian 5 dan pelaporan gizi Linprog/Linsek terkait
suplementasi gizi Melakukan
berbasis masyarakat
8 5 ketersediaan pangan, muatan
gizi pada BKB/PAUD/TK, sanitasi
7 Pengkajian dan JKN
4 Penyediaan Sarana KIE
Pertumbuhan Balita
Cakupan SKDN Pengkajian
Prevalensi Status
6 Melakukan pengkajian Balita BGM, BB Gizi Balita 6 Koordinasi asuhan gizi dengan
Linprog/Linsek
TIM PEMBINA KELUARGA Kurang, BB Sangat Kurang dan Tidak Naik

5 Melakukan pengukuran Antropometri 7 Monev melalui pencatatan dan


pelaporan gizi (E-PPGBM)

GAMBAR 6. ALUR PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

32 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
Definisi Operasional :
Adalah jika di keluarga terdapat balita (usia 2–59 bulan 29 hari) dan bulan yang lalu ditimbang berat badannya di Posyandu
atau fasilitas kesehatan lainnya dan dicatat pada KMS/buku KIA

Pendataan ini dilakukan pada keluarga yang mempunyai balita usia (usia 2-59 bulan)
Pertanyaan :
Apakah dalam 1 bulan terakhir dilakukan pemantauan pertumbuhan balita?
Apabila balita usia 2 – 59 bulan telah dilakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pada 1 bulan terakhir,
maka jawabannya YA.

Apabila jawabannya Tidak ,tanyakan alasannya dan lanjutkan dengan:


- Penyuluhan/konseling tentang pemantauan pertumbuhan balita di posyandu;
- Konseling dan Praktek MPASI berbasis pangan lokal;
- Menjelaskan pola asuh anak balita dan pemberian asupan gizi seimbang
- Penjelasan tentang perlunya Pembentukan, Pengembangan dan pembinaan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
bagi ibu bekerja dan menitipkan bayi/balitanya ditempat kerja
- Gunakan Pinkesga Indikator 5 dibawah ini

Pinkesga INDIKATOR 5 : Pertumbuhan Balita Dipantau Tiap Bulan


1. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan balita?
Balita adalah anak yang berusia 0-59 bulan yang harus dipantau pertumbuhan dan perkembangannya
- Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh balita yang secara kuantitatif dapat
diukur.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 33
- Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan/fungsi tubuh balita: gerak kasar (melompat, memanjat), gerak
halus (menulis, mencubit), bicara dan sosial kemandirian (membereskan mainannya sendiri, dll).

2. Kapan dan dimana harus melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita?
Pertumbuhan balita dilakukan secara terus menerus dan teratur.
Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan di posyandu/fasilitas kesehatan lain.
Pemantauan perkembangan dilakukan:
• 3 bulan sekali pada usia 0 - 24 bulan
• 6 bulan sekali pada usia 2 – 6 tahun

Deteksi dini tumbuh kembang balita juga ditempuh dengan pemeriksaan fisik rutin.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dilakukan di posyandu/PAUD/fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan
dapat juga dilakukan oleh ibu/keluarga menggunakan panduan buku KIA.

3. Bagaimana cara memantau pertumbuhan dan perkembangan balita?


Pertambahan berat badan yang teratur merupakan ciri anak yang fisiknya bertumbuh dengan baik.
Pemantauan pertumbuhan dilakukan dengan memperhatikan pertumbuhan berat dan tinggi badan balita melalui
pengukuran antropometri/ukuran fisik untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan pertumbuhan

Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan cara melihat kenaikan berat badannya dibandingkan dengan standar
sesuai umurnya atau membandingkan garis pertumbuhannya dengan grafik pertumbuhan yang terdapat pada KMS
dalam Buku KIA. Setiap kali ditimbang, berat badan anak harus dicantumkan dengan tanda titik pada KMS atau Buku

34 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
KIA. Setiap titik kemudian dihubungkan sehingga menghasilkan garis (grafik) yang menggambarkan kecenderungan
pertumbuhan anak. Garis (grafik) yang naik menunjukkan anak tumbuh dengan baik. Garis (grafik) mendatar atau bahkan
turun menunjukkan bahwa pertumbuhan anak bermasalah sehingga perlu perhatian.

Bila berat badan naik, berikan pujian kepada ibu dan tetap mengingatkan pentingnya memantau pertumbuhan di Posyandu.
Bila pertumbuhan anak bermasalah (berat badan tidak naik atau anak gemuk), berikan pujian kepada ibu karena telah
membawa anaknya ke Posyandu, berikan nasihat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai dengan
golongan umurnya dan segera berkoordinasi dengan Tenaga Gizi setempat untuk mendatangi sasaran sebagai langkah
tindaklanjut.

4. Apakah manfaat dari pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita?


• Penyimpangan/gangguan pertumbuhan dan perkembangan mudah terdeteksi bila pemantauan dilakukan secara rutin,
sehingga penanganan terhadap penyimpangan/gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sesegera
mungkin,
• Pemantauan pertumbuhan dapat mendeteksi kondisi stunting (anak dengan tinggi badan tidak sesuai usianya).
• Pencegahan dan penanggulangan stunting dapat dilakukan dengan cara:
 Memberikan makanan bergizi dan tablet tambah darah bagi ibu hamil selama kehamilan.
 Inisiasi Menyusui Dini (IMD) bagi bayi baru lahir, memberi ASI eksklusif selama 6 bulan, memberi MP-ASI sejak
usia 6 bulan dan ASI tetap diberikan hingga usia 2 tahun.
 Melakukan penyuluhan gizi seimbang pada ibu atau keluarga balita
 Memberikan Bayi imunisasi dasar lengkap
 Pemberian kapsul vitamin A

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 35
 Pemberian obat cacing
 Melaksanakan PHBS, termasuk tidak merokok bagi seluruh anggota keluarga.
 Memiliki Air bersih dan jamban sehat supaya jarang terjadi implikasi
 Bila ada balita gizi buruk perlu pemikiran kontak TB di Keluarga

36 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
E. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR
DAN TIDAK MENULAR

INDIKATOR 6. PENDERITA TB PARU MENDAPATKAN PENGOBATAN SESUAI STANDAR


Melakukan intervensi
KELUARGA
1 lanjut dari informasi
Puskesmas terkait
LINTAS SEKTOR
PUSKESMAS masalah
Menindaklanjuti UKBM
anjuran/pesan
1 kesehatan dari
Tim Pembina
Melaporkan dan
Keluarga
2 mengkoordinasikan
hasil intervensi lanjut
Penggiat TB/Kader
TB, Stakeholder
Berkoordinasi dengan Tim
Menggali informasi 12 indikator a. Memberikan penyuluhan, Puskesmas untuk pelaporan
salah satunya anggota keluarga tanda, gejala, pencegahan,
2 temuan keluarga yang
1 yang memiliki gejala TB/ yang
menderita TB dan observasi
pengobatan TB dan etika
batuk
memiliki gejala TB, dan
pelacakan pasien mangkir
Rujuk : TB Sensitif
Obat, TB Resistan DPM/Klinik
kondisi lingkungan rumah, b. Menjadi Pengawas Lokmin Triwulan menginformasikan Obat, TB dengan
ventilasi, pencahayaan Menelan Obat 1 Pengelola program TB
1
ke Lintas Sektor dan Stakeholder Penyulit, TB
3
dan tim melakukan terkait untuk melakukan intervensi dengan Kormobid
Memberikan KIE terkait TB kontak investigasi pada lanjut pada anggota keluarga
2 (gejala TB, pencegahan, keluarga yang memiliki
gejala TB/resiko tertular
yang mempunyai gejala TB atau
pengobatan, etika batuk) penderita TB Melakukan rujukan kasus
TB. Melakukan konseling
UKP yang diluar kewenangan
Menganjurkan untuk kunjungan gizi, PHBS, dan perbaikan
ke UKBM atau Puskesmas jika lingkungan 1 dan kemampuan Puskesmas,
seperti TB resisten obat, TB
3 keluarga memiliki gejala TB,
Berkoordinasi dengan TPK
dengan penyulit, TB dengan

2
anak <5 tahun yang kontak Kormobid
dengan pasien TB terkait hasil intervensi
kanjut yang telah dilakukan
Menginformasikan terkait
Melakukan kunjungan ulang
untuk melakukan pembinaan
4 anggota keluarga yang perlu
Menyampaikan ke pengelola program TB di Melakukan rujuk balik
2
ditindaklanjuti di UKBM
6 dan update status keluarga
5 Puskesmas pada temuan anggota keluarga dan laporan pelayanan
salah satunya yang menderita/ yang memiliki gejala TB atau yang mangkir imunisasi di Rumah Sakit FKRTL
mempunyai gejala TB berobat atau belum selesai pengobatan

TIM PEMBINA KELUARGA Memberikan informasi kepada tim data


7 Puskesmas terkait perubahan data keluarga
yang memiliki gejala dan penderita TB

GAMBAR 7. ALUR PENDERITA TB PARU MENDAPATKAN PENGOBATAN SESUAI STANDAR

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 37
Definisi Operasional
Adalah jika di keluarga terdapat anggota keluarga berusia ≥15 tahun yang menderita batuk dan sudah 2 minggu berturut-
turut belum sembuh atau didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis (TB) paru dan penderita tersebut berobat sesuai dengan
petunjuk dokter/petugas kesehatan..

Pertanyaan ini dilakukan pada anggota keluarga lebih atau sama dengan 15 tahun.

Penderita TB Paru yang mendapatkan obat anti TB (OAT) yang digunakan oleh Program Nasional Penangulangan TB di
Indonesia

Pertanyaan:
- Apakah Saudara pernah didiagnosa menderita tuberkolosis (TB) paru?
- Bila ya, apakah meminum obat TBC secara teratur (selama bulan)?
- Apakah Saudara pernah menderita batuk berdahak ≥ 2 minggu disertai satu atau lebih gejala: dahak bercampur darah/
batuk berdarah, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan deman > 1 bulan?

Apabila jawabannya Tidak ,tanyakan alasannya dan lanjutkan dengan melakukan:


- Edukasi kepada keluarga tentang penggunaan obat TB yang benar melalui GeMa CerMat ;
- Edukasi penyehatan lingkungan prilaku hidup sehat seperti ventilasi rumah dan etika batuk
- Melaksanakan PHBS
- Menggunakan Pinkesga untuk indikator 6 penderita TB Paru
- Perbaikan Gizi

38 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
Pinkesga INDIKATOR 6. PENDERITA TB PARU BEROBAT SESUAI STANDAR
1. Apa Itu Tuberkulosis (TB) ?
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian
besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah
penyakit. Tahapan tersebut meliputi tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia

2. Bagaimana seseorang bisa terkena TB ?


Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk
atau bersin, pasien menyebarkan kuman keudara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percikan renik). Infeksi
akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius.

3. Siapa Saja yang Perlu diperiksa TB ?


Mereka yang mempunyai gejala utama TB yaitu pasien dengan batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih, dapat disertai
gejala tambahan lainnya seperti demam/meriang yang berulang lebih dari sebulan, berkeringat tanpa sebab pada waktu
tidur malam hari, Nafsu makan berkurang, Berat badan menurun, kadang dahak yang keluar bercampur darah, Sesak
nafas, rasa nyeri dada, dan mudah lelah.

Selain itu ada beberapa kelompok masyarakat yang perlu dicurigai TB jika kontak erat atau tinggal serumah dengan
pasien TB, orang yang tinggal di daerah padat penduduk, pasien dengan kondisi kurang gizi atau pasien dengan ko-morbid
tertentu yaitu pasien dengan HIV AIDS, pasien dengan DM, masyarakat yang gemar merokok, masyarakat yang tinggal
atau bekerja di tempat yang kemungkinan kejadian silikosisnya tinggi.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 39
Perlu dipertimbangkan pemeriksaan pada orang dengan faktor risiko, seperti : kontak erat dengan pasien TB, tinggal di
daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko
menimbulkan paparan infeksi paru.

4. Mengapa Perlu diperiksa TB ?


Pemeriksaan TB diperlukan untuk menemukan secara dini pasien yang dicurigai menderita TB dan masyarakat yang
rentan tertular TB. Dengan demikian penularan TB dapat dicegah dan kematian akibat TB dapat dihindari.

5. Dimana Mendapat Pelayanan TB ?


Pelayanan untuk penegakkan diagnosis TB dan pengobatan TB dapat dilakukan di Puskesmas/Rumah Sakit/ Balai
Kesehatan Paru Masyarakat.

6. Bagaimana Menegakan Diagnosa TB ?


Untuk penegakan diagnosis TB dilakukan serangkaian pemeriksaan meliputi pemeriksaan klinis dan pemeriksaan dahak,
dan dapat disertai pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan
dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP) atau Sewaktu-Sewaktu
(SS):
• S (Sewaktu) : dahak ditampung di fasyankes.
• P (Pagi) : dahak ditampung pada pagi segera setelah bangun tidur. Dapat dilakukan dirumah pasien atau di
bangsal rawat inap bilamana pasien menjalani rawat inap.

40 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
Jika hasil pemeriksaan dahak positif maka artinya dahak tersebut mengandung kuman TB. Jika hasil pemeriksaan dahak
negatif, maka harus dilanjutkan pemeriksaan penunjang lainnya dan pada pasien tersebut harus dirujuk kelayanan
kesehatan yang lebih lengkap.

7. Kapan mendapatkan pelayanan Pengobatan TB ?


Setelah pasien ditegakkan diagnosis TB nya, maka pasien dapat segera dimulai pengobatan TB nya. Paduan pengobatan
TB atau lebih dikenal sebagai Obat Anti TB (OAT) yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia
sudah dikemas dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap (KDT) untuk pengobatan pasien sampai sembuh. Pake OAT tersebut
dapat diberikan di Puskesmas maupun Rumah sakit. Pengobatan TB terdiri dari 2 tahap yaitu tahap awal (intensif) dan
tahap lanjutan.

Pengobatan TB harus lengkap dan teratur, bila pasien berhenti minum obat sebelum selesai akan berisiko:
1. Penyakit tidak sembuh dan tetap menularkan ke orang lain
2. Penyakit bertambah parah dan bisa berakibat kematian
3. Kuman TB yang ada di dalam tubuh akan terus berkembang dan menjadi kebal terhadap obat TB sebelumnya dan
harus menggunakan obat yang lebih mahal serta waktu pengobatan yang lebih lama.

8. Bagaimana Mencegah Penularan TB ?


1) Menelan OAT secara lengkap dan teratur sampai sembuh.
2) Pasien TB harus menutup mulutnya dengan saputangan atau tisu atau tangan pada waktu bersin dan batuk, dan
mencuci tangan.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 41
3) Tidak membuang dahak di sembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat khusus dan tertutup. Misalnya: dengan
menggunakan wadah/ kaleng bertutup yang sudah diberi air sabun. Buanglah dahak ke lubang WC atau timbun ke
dalam tanah di tempat yang jauh dari keramaian.

4) Pemberian profilaksis INH pada anak di bawah lima tahun dan pada ODHA yang tidak sakit TB

5) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS):


a. Menjemur alat tidur.
b. Membuka pintu dan jendela setiap pagi agar udara dan sinar matahari masuk. Sinar matahari langsung dapat
mematikan kuman TB.
c. Makan makanan bergizi.
d. Tidak merokok dan minum minuman keras.
e. Olahraga secara teratur.
f. Mencuci pakaian hingga bersih.
g. Buang air besar di jamban/ WC.
h. Mencuci tangan hingga bersih di air yang mengalir setelah selesai buang air besar, sebelum dan sesudah makan.
i. Beristirahat cukup.
j. Jangan tukar menukar peralatan mandi.

42 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
INDIKATOR 7. PENDERITA HIPERTENSI MELAKUKAN PENGOBATAN SECARA TERATUR

Melakukan intervensi
1 lanjut dari informasi
Puskesmas terkait
PUSKESMAS hipertensi yang
menjadi kepesertaan
KELUARGA Menindaklanjuti UKBM JKN di FKTP-nya

1 anjuran/pesan
Melaporkan dan
2
kesehatan dari Tim
mengkoordinasikan
Pembina Keluarga 5 Pembinaan hasil intervensi lanjut

Melakukan deteksi dini Berkoordinasi dengan Tim


FR PTM, monitoring, Puskesmas untuk pelaporan temuan FKTP LAINNYA
konseling dan aktivitas TD tinggi atau perkembangan

Menggali informasi kesehatan dan


bersama
1 2 kesehatan anggota keluarga Lokmin bulanan menginformasikan
1 mengukur tekanan darah setiap ke FKTP lainnya untuk melakukan
anggota keluarga Dokter dan tenaga medis melakukan 3 intervensi lanjut pada anggota keluarga
yang tercatat sebagai anggota
Memberikan KIE terkait pada
deteksi dini FR PTM, pemeriksaan
kepesertaan JKN di FKTP tersebut
2 permasalahan kesehatan yang
ditemukan
1 tekanan darah, dan tatalaksana
hipertensi secara terpadu lintas Berkoordinasi terkait
program terkait (PELAYANAN TERPADU hasil intervensi Melakukan rujukan kasus bila ada
Menganjurkan untuk kunjungan
ke UKBM atau Puskesmas dalam
PTM/PANDU PTM)
lanjut yang telah 4 kerusakan organ target atau penyakit
penyerta
3 dilakukan
2
mengatasi masalah kesehatan
selanjutnya, termasuk menjadi Menginformasikan terkait anggota
4 keluarga yang perlu ditindaklanjuti
2
peserta JKN
di UKBM Melakukan rujuk balik
Melakukan kunjungan ulang untuk
7 melakukan pembinaan dan update Melakukan pemicuan Menyampaikan ke pengelola
status kesehatan keluarga 5 pembentukan dan pembinaan 6 program di Puskesmas sesuai
permasalahan kesehatan anggota FKRTL
Posbindu PTM
keluarga yang ditemukan
TIM PEMBINA KELUARGA
Memberikan informasi kepada tim
8 data Puskesmas terkait perubahan
informasi kesehatan keluarga
setelah dilakukan intervensi

Melakukan pelayanan
1 spesialistik sesuai
permasalahan kesehatan

GAMBAR 8. ALUR PENDERITA HIPERTENSI BEROBAT TERATUR

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 43
Definisi Operasional
Adalah jika di dalam keluarga terdapat anggota keluarga berusia ≥15 tahun yang didiagnosis sebagai penderita tekanan
darah tinggi (hipertensi) dan berobat teratur sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan.

Penderita Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang telah diberi pengobatan secara teratur sesuai dengan petunjuk dokter/petugas
kesehatan.

Pertanyaan:
1. Apakah Saudara pernah didiagnosa menderita tekanan darah tinggi/hipertensi?
2. Bila ya, apakah selama ini Saudara meminum obat tekanan darah tinggi/hipertensi secara teratur?
3. Apakah saat ini dilakukan pengukuran tekanan darah?

Bila ya sdr menderita tekanan darah tinggi, apakah selama ini Saudara meminum obat tekanan darah tinggi/hipertensi
secara teratur?
Lanjutkan dengan
- Melakukan KIE untuk hipertensi dan faktor resiko PTM
- Melakukan KIE tentang cara mengukur tekanan darah yang benar;
- Melakukan KIE tentang penggunaan alat kesehatan pengukur tekanan darah yang baik dan benar;
- Menyarankan untuk bergabung dengan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) ditempat kerjanya
- Memotivasi untuk terlibat dalam kelompok asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui pemanfaatan toga & akupuntur
utk menurunkan hipertensi

44 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
- Gunakan Flier Pinkesga untuk penderita Hipertensi
- Motivasi untuk menjadi anggota JKN

PINKESGA INDIKATOR 7. PENDERITA HIPERTENSI BEROBAT TERATUR

1. Apa yang dimaksud penyakit Hipertensi ?


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi sering tanpa gejala, sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Keluhan-keluhan
yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara lain:

Sakit Kepala, pusing Jantung berdebar-debar


Penglihatan Kabur Rasa sakit di dada
Gelisah Mudah lelah, dan lain lain

Keadaan ini dapat berlangsung lama, sampai dirasakan “sakit” akibat kerusakan bagian tubuh yang penting seperti
jantung, ginjal, otak, dan lain-lain.
Untuk mewaspadainya, maka tekanan darah harus dikenali dengan cara mengukurnya secara rutin.

2. Apa saja faktor risiko Hipertensi ?


Faktor risiko yang tidak dapat diubah: umur, riwayat keluarga dan jenis kelamin
Faktor risiko yang dapat diubah: kegemukan (obesitas), merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi garam berlebihan,
dislipidemia, konsumsi alkohol berlebih, psikososial dan stress.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 45
3. Siapa saja yang perlu diperiksa Hipertensi ?
Seluruh penduduk usia >15 tahun. Karena berdasarkan data Riskesdas 2013, diketahui bahwa hanya sepertiga penderita
hipertensi (36,8%) yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7% yang minum obat.

4. Dimana mendapatkan pelayanan Hipertensi ?


Kegiatan deteksi dini hipertensi dapat dilakukan di masyarakat melalui kegiatan kemasyarakatan seperti pos pembinaan
terpadu penyakit tidak menular (POSBINDU PTM). Selain itu juga dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Monitoring tekanan darah juga dapat dilakukan secara mandiri di rumah, sehingga tidak perlu datang ke fasilitas pelayaan
kesehatan.

5. Kapan mendapatkan pelayanan Hipertensi ?


Pada saat deteksi dini mandiri di keluarga atau di POSBINDU PTM diketahui seseorang menderita tekanan darah tinggi
maka akan dirujuk ke Puskesmas. Selanjutnya Puskesmas melakukan penilaian faktor risiko dan dilengkapi pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar gula, lemak dan pemeriksaan urine (air seni).

Pada saat seseorang ditegakkan diagnosis hipertensi derajat satu, maka yang pertama dilakukan adalah mencari faktor
risiko apa yang ada. Kemudian dilakukan upaya untuk menurunkan faktor risiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup,
sehingga dapat dicapai tekanan darah yang diharapkan.

Bila dalam satu bulan tidak tercapai tekanan darah normal, maka terapi obat diberikan. Bila hipertensi derajat dua, maka
intervensi obat diberikan bersamaan dengan modifikasi gaya hidup.

6. Mengapa perlu diperiksa Hipertensi ?


Hipertensi yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi yang fatal, seperti serangan jantung, stroke, dan gagal
ginjal. Hipertensi juga dapat menyebabkan kebutaan, irama jantung tidak beraturan dan gagal jantung.

46 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
7. Bagaimana pelayanan Hipertensi ?
Pelayanan hipertensi merupakan rangkaian tahapan tatalaksana yang dimulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.

Upaya promotif dan preventif/pencegahan dilakukan terhadap orang atau kelompok masyarakat yang masih sehat
maupun yang sudah berisiko yang dilakukan melalui kegiatan POSBINDU PTM. Hipertensi dapat dicegah dengan perilaku
CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara berkala; Enyahkan asap rokok; Rajin aktivitas fisik; Diet sehat dengan gizi seimbang;
Istirahat yang cukup; dan Kelola stress.

Sedangkan upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan terhadap orang atau sekelompok masyarakat yang sudah sakit
melalui modifikasi gaya hidup sehat dan terapi obat.

Pola Hidup sehat yang danjurkan adalah:


1) Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak [Gula 4 sendok makan perorang perhari, Garam 1 sendok teh
perorang perhari, Lemak 5 sendok makan perorang perhari]
2) Mempertahankan berat badan dan lingkar perut ideal
3) Gaya hidup aktif/olah raga teratur [aktivitas fisik minimal 30 menit perhari dilakukan 3 – 5 kali per minggu]
4) Stop merokok
5) Membatasi konsumsi alkohol
6) Minum obat secara teratur.

WASPADAILAH HIPERTENSI DAN KENDALIKAN

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 47
INDIKATOR 8. PENDERITA GANGGUAN JIWA MENDAPATKAN PENGOBATAN DAN TIDAK DITELANTARKAN

KELUARGA PUSKESMAS DENGAN


UKBM LAYANAN JIWA FKTP LAINNYA
Menindaklanjuti
anjuran/pesan
dari Tim Pembina
Keluarga

- Kunjungan rumah
1 Melakukan : Melaporkan dan
Memotivasi ODGJ Berat agar dapat
- Layanan rumah
- Upaya promotif dan 2 mengkoordinasikan
hasil intervensi lanjut
6 bersosialisasi, melakukan pekerjaan
2 Preventif (KIE Keswa)
rumah tangga sederhana
- Deteksi dini 2
Memberikan informasi kepada
- Konseling masalah Keswa Melakukan rujukan
5 Memberikan KIE Keswa dan Pinkesga tim data Puskesmas terkait
9 perubahan informasi kesehatan
- Rehabilitasi Berbasis
lanjut ke RS sesuai
ketentuan JKN
keluarga setelah dilakukan
4 Mengevaluasi PHBS (perawatan diri,
ketersediaan air bersih) intervensi 3 Masyarakat 1 Instrumen Diagnosis : Mini
ICD-X
di FKTP

- Balai Latihan Kerja


Menginformasikan, membuat
Mengevaluasi keteraturan minum
8
laporan (Prokesga) dan 2 Merujuk ke RS dengan
Layanan Jiwa
3 obat, efektifitas obat ditandai
Membantu Proses
penurunan gejala serta efek
menyampaikan ke pengelola
program di Puskesmas 4 Pembuatan Kartu JKN
samping obat
3 Membutuhkan Rehabilitasi
Psikososial di RS Jiwa
Mendeteksi Dini (skrining dan Membantu proses
Konseling) masalah : 7 penggunaan atau pembuatan
2 - Kesehatan Jiwa (SDQ atau SRQ) JKN FKTL DENGAN
- Penyakit Fisik Penyerta LAYANAN JIWA
- ODGJ Berat Terlantar/Dipasung Instrumen Deteksi Dini :
SDQ : Strength Difficulties Questionnaire
Kunjungan Rumah (Home Visit), SRQ : Self Reporting Questionnaire 4 Rujuk Balik ke Puskesmas
1 Perawatan Rumah (Home Care) &
Pemetaan Kasus Jiwa

TIM PEMBINA KELUARGA 3 Pulih, terkontrol dengan obat


dan kembali ke keluarga

- Kegawatdaruratan Psikiatri Memberikan Pelayanan Rujukan


1 - ODGJ berat akut
- ODGJ tidak patuh minum obat
2 sesuai kebutuhan secara
Komprehensif

GAMBAR 9. ALUR PELAYANAN KESEHATAN JIWA

48 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
Definisi Operasional
Adalah jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa berat dan penderita tersebut tidak
ditelantarkan dan/atau dipasung serta diupayakan kesembuhannya.

Gangguan jiwa merupakan sekumpulan gejala atau pola perilaku yang ditemukan secara klinis, disertai penderitaan dan
hambatan. Penderita gangguan kejiwaan yang ditemukan dikeluarga diindikasi dengan adanya beberapa tanda dan gejala
perubahan emosi/suasana perasaan, pola dan isi pikir serta perilaku yang tidak wajar pada anggota keluarganya. Perubahan
perilaku anggota keluarga tersebut yang ditemukan secara klinis yang berdampak pada kesulitan dalam melakukan pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari termasuk bersosialisasi. Penderita tersebut dikatakan sudah mendapatkan pengobatan apabila
sudah diberikan konseling dan psikoterapi serta obat jiwa (psikofarmaka).

Pendataan indikator ini dilakukan pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa berat dan
tidak ditelantarkan dan/atau dipasung serta diupayakan penyembuhannya.

Pertanyaan:
1. Apakah ada anggota keluarga yang pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa berat (Schizopenia)?
2. Bila ya, apakah selama ini penderita tersebut meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur?
3. Apakah ada anggota keluarga yang dipasung?

Lanjutkan dengan
- Melakukan Edukasi kepada keluarga tentang penggunaan obat gangguan jiwa yang benar melalui GeMa CerMat ;
- Meminta keluarga melakukan Deteksi dini (skrining) masalah keswa anak dan remaja;
- Meminta untuk segera berkonsultasi dengan Puskesmas

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 49
- Gunakan Flier Pinkesga penderita gangguan jiwa
- Edukasi gizi dan Pemeriksaan PTM

Pinkesga INDIKATOR 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
1. Apa yang dimaksud Gangguan Jiwa Berat?
Gangguan jiwa merupakan sekumpulan gejala atau pola perilaku yang ditemukan secara klinis, disertai penderitaan
dan hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan dan bersosialisasi. Dalam UU No 18 tahun
2014 tentang kesehatan jiwa, orang dengan masalah kesehatan jiwa disebut sebagai ODMK. Sedangkan orang dengan
gangguan jiwa disebut sebagai ODGJ. Keluarga penting memperhatikan beberapa tanda dan gejala perubahan emosi/
suasana perasaan, pola dan isi pikir serta perilaku yang tidak wajar pada anggota keluarganya.
Dalam hal ini yang termasuk dalam gangguan jiwa berat adalah Gangguan Mental Organik, Gangguan Bipolar dengan ciri
Psikotik, Gangguan Depresi Berat dengan Ciri Psikotik, Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya.
Kondisi kegawatdaruratan psikiatri adalah suatu situasi yang ditandai dengan gejala gaduh gelisah, perilaku melukai diri
sendiri dan atau membahayakan orang lain, serta perilaku menarik diri (mengurung diri, berdiam diri, tidak merawat diri).

2. Apa saja faktor resiko Gangguan Jiwa ?


Gangguan jiwa tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan gabungan yang saling berinteraksi antara faktor biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (biopsikososial-spiritual). Faktor risiko yang menyebabkan seseorang rentan terhadap
gangguan jiwa yang meliputi:
a. Faktor Biologis: genetik/keturunan, perubahan struktur otak dan keseimbangan zat kimia pada otak, penyakit fisik
kronik/terminal, penggunaan obat-obatan dilarang seperti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza)

50 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
b. Faktor Psikologis: beberapa tipe kepribadian tertentu, tidak dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan, mengalami peristiwa traumatik seperti bencana, kehilangan/perpisahan, KDRT dan kekerasan
lainnya
c. Faktor Sosial: hubungan antar sesama yang kurang baik atau keluarga yang tidak harmonis, stres/tekanan sosial
yang berlangsung lama, kesulitan ekonomi, kurangnya dukungan keluarga dan sosial, dan lingkungan yang tidak
mendukung.

Pencegahannya antara lain adalah dukungan keluarga dan masyarakat, pola asuh yang baik, pelatihan keterampilan
sosial hidup (mis kelola stress dengan baik), berpikir positif, olah raga teratur, menerapkan teknik relaksasi, meningkatkan
nilai spiritual, cek kesehatan teratur dan menciptakan kehidupan dengan semangat ceria.

3. Siapa saja yang perlu diperiksa Kesehatan Jiwanya ?


Gangguan jiwa dapat terjadi di semua tingkatan usia terutama pada kelompok berisiko (mis: kondisi anak dan remaja, ibu
hamil, usia produktif, pekerja, lansia, penyakit kronis), terdapat faktor risiko (mis: riwayat gangguan jiwa pada keluarga),
stres berkepanjangan dan kondisi yang dialaminya sepanjang siklus kehidupan manusia (misalnya; bencana, kekerasan,
penyakit kronis) dan sebagainya.

Gangguan jiwa perlu deteksi dini didalam keluarga, kader kesehatan melalui Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) seperti posyandu, posbindu dan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM).
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan kepada anggota keluarga untuk mendeteksi gangguan jiwa adalah sebagai
berikut:

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 51
• Adakah anggota keluarga yang mengalami riwayat gangguan jiwa? Bagaimana kondisinya saat ini dalam aktivitasnya
sehari-hari? Apakah sudah mendapatkan penanganan/penatalaksanaan, patuh berobat dan kontrol secara teratur?
• Adakah anggota keluarga yang sering marah tanpa alasan yang jelas, memukul, merusak barang, mudah curiga
berlebihan, tampak bicara sendiri, bicara kacau atau pikiran yang aneh?
• Adakah anggota keluarga yang sering mengalami sedih terus menerus lebih dari 2 minggu, berkurangnya minat
terhadap hal-hal yang dulunya dinikmati, dan mudah lelah atau tenaganya berkurang sepanjang waktu?
• Adakah anggota keluarga yang sering mengalami cemas, kuatir, was-was, kurang konsentrasi disertai dengan keluhan
fisik seperti sering berkeringat, jantung berdebar, sesak, mual?
• Adakah anggota keluarga yang sering mengalami gembira berlebihan, merasa sangat bersemangat, merasa hebat
dan lebih dari orang lain, banyak bicara dan mudah tersinggung?
• Adakah anggota keluarga yang mengalami gejala tersebut diatas mengalami pengekangan kebebasan berupa
pengikatan fisik atau pengurungan/pengisolasian?
• Adakah anggota keluarga yang pernah mencoba melakukan tindakan menyakiti diri sendiri atau berusaha mengakhiri
hidup?

Jika ditemukan/dideteksi salah satu pertanyaan diatas, maka segeralah membawanya ke fasilitas kesehatan tingkat
dasar atau fasilitas pelayanan kesehatan tingkat rujukan terdekat dengan mengikuti alur sistim rujukan yang berlaku.
Selain pertanyaan dapat pula dibantu menggunakan instrumen Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk usia
dibawah 17 tahun dan Self Reporting Questionnaire (SRQ) untuk usia diatas 17 tahun (terlampir).
Sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, dokter dapat menggunakan instrumen Mini ICD-X

52 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
4. Dimana mendapatkan pelayanan Ganguan Kesehatan Jiwa ?
Pelayanan gangguan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat dasar (Klinik, Puskesmas) yang memberikan
pelayanan masalah kesehatan jiwa sampai pada fasilitas kesehatan tingkat rujukan (Rumah Sakit Umum dan Rumah
Sakit khusus Jiwa), serta rehabiltasi psikososial/psikiatrik di RS dan rehabilitasi yang terintegrasi di masyarakat seperti
rehabilitasi berbasis masyarakat.
Jika gangguan jiwa berat diketahui dan ditangani dengan baik sejak awal, maka melalui pengobatan yang teratur dan
berkesinambungan gangguan jiwa berat dapat dikendalikan atau terkontrol dengan obat.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah ODGJ berat diharuskan menjadi anggota jaminan kesehatan nasional
(JKN) dengan memiliki kartu JKN yang dikelola oleh BPJS setempat. Sistim pelayanannya adalah mengikuti alur sistim
rujukan fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang memiliki pelayanan
kesehatan jiwa. Jika tidak dapat ditangani, dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat rujukan lanjut (FKTRL) dengan layanan
jiwa disertai membawa kartu identitas dan surat rujukan.

Apabila yang bersangkutan mengalami keadaan gawat darurat psikiatri, maka dapat langsung ke unit gawat darurat
(UGD) di Rumah Sakit terdekat. Jika dirawat, peserta harus melengkapi persyaratan administrasi 3 x 24 jam hari kerja
sejak peserta masuk ke rumah sakit.

5. Kapan mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa?


Pelayanan kesehatan jiwa didapatkan pada setiap orang saat dideteksi dini secara mandiri di keluarga dan di masyarakat
ditemukan adanya tanda dan gejala-gejala yang mengarah kepada masalah atau gangguan jiwa. Jika ditemukan gejala
gangguan jiwa berat yang menyebabkan sampai tidak dapat melakukan aktivitas, pekerjaan dan bersosialisasi dalam
sehari-hari, maka segera dibawa fasilitas pelayanan kesehatan dengan bantuan kader kesehatan jiwa, pamong setempat

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 53
atau tenaga medis yang tersedia. Fasilitas pelayanan kesehatan akan menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan yang
sesuai dengan kondisinya. Kesulitan dalam akses pelayanan kesehatan jiwa, menyebabkan orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) tidak dapat ditatalaksana dengan baik, dapat terjadi putus obat, penelantaran dan pemasungan yang
melanggar hak azazi manusia. Pelayanan kesehatan jiwa yang baik akan dapat mengendalikan gejala gangguannya,
mengoptimalkan fungsi mentalnya, memulihkan, mencegah kekambuhan dan mencegah terjadinya disabilitas mental
atau kecacatan mental.

6. Mengapa perlu diperiksa Kesehatan Jiwa?


Pemeriksaan kesehatan jiwa perlu dilakukan agar dapat dideteksi secara dini adanya masalah, gangguan atau riwayat
gangguan jiwa di keluarga sehingga;
- Kondisi kesehatan jiwa yang sehat tetap dapat sehat;
- Mencegah terjadinya gangguan jiwa pada orang yang memiliki konflik atau masalah kesehatan jiwa;
- Mencegah gangguan jiwa menjadi berat dan kecacatan mental di kemudian hari.
Gangguan jiwa berat bersifat kronis dan dapat sering mengalami kekambuhan jika penatalaksanaan/penangangan tidak
tepat dan berkesinambungan. Hal ini menyebabkan hilangnya hari produktif dan menjadi beban bagi individu, keluarga,
masyarakat dan negara. Melalui pemeriksaan kesehatan jiwa secara dini, diharapkan keluarga menyadari pentingnya
memiliki jiwa yang sehat karena tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa.

7. Bagaimana Upaya pelayanan Gangguan jiwa ?


Upaya pelayanan gangguan jiwa dilaksanakan melalui:
a. Promosi kesehatan jiwa yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
ODGJ yang di upayakan melalui :

54 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
• Komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan masyarakat melalui
media informasi elektronik dan cetak berupa video singkat, poster, leaflet, booklet, serta penyuluhan/seminar/
lokakarya kesehatan jiwa yang dapat dilakukan di keluarga, institusi sekolah, masyarakat umum seperti pertemuan
di kelurahan, kecamatan, kantor, tempat ibadah, posyandu, posbindu, dalam dan luar Puskesmas, Rumah Sakit
dan sebagainya agar mengenal dan memahami kesehatan jiwa dan masalah serta gejala gangguan jiwa.
• Membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di keluarga dan masyarakat

b. Prevensi kesehatan jiwa untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa, keparahan dan kekambuhan serta munculnya
penyakit lain yang bersamaan dengan gangguan jiwa dilaksanakan melalui :
• Deteksi dini dan diagnosis gangguan jiwa
• Edukasi kesehatan jiwa melalui peningkatan keterampilan atau pelatihan dan pendidikan (seperti; pelatihan pola
asuh, pelatihan keterampilan sosial, pelatihan tanda dan gejala gangguan jiwa, pendidikan keterampilan hidup
sehat, pelatihan keluarga sehat dan sebagainya).
• Keterampilan pengelolaan stres dan pemecahan masalah

c. Pengobatan gangguan jiwa yang tepat sedini mungkin melalui :


• Intervensi non-farmakologis (pendekatan/intervensi melalui konseling dan psikoterapi)
• Pemberian obat jiwa (psikofarmaka)
• Kepatuhan dalam pengobatan (patuh minum obat dan kontrol teratur)
• Upaya pencegahan kekambuhan
• Perawatan terintegrasi di masyarakat seperti panti sosial

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 55
d. Rehabilitasi psikososial/psikiatrik dan rehabilitasi berbasis masyarakat agar dapat mengoptimalkan fungsi mentalnya
dan mempersiapkan orang dengan gangguan jiwa berat di keluarga dan masyarakat dengan mengajarkan aktivitas
dalam kehidupan sehari-hari seperti:
• Pelatihan keterampilan sosial antara lain:
Meronce, menjahit, pertukangan, bercocok tanam, mencuci, memasak, bermain musik dan sebagainya.
• Pelatihan vokasional
Mengerjakan tugas sehari-hari seperti perawatan diri, bekerja dan bersosialisasi

Gangguan jiwa berat dapat dikendalikan dengan penatalaksanaan yang tepat dan
berkesinambungan sehingga mencegah penderitaan dan hambatan dalam aktivitas sehari-
hari, serta mencegah kekambuhan, penelantaran dan pemasungan.

56 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
F. PERILAKU DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
INDIKATOR 9. ANGGOTA KELUARGA TIDAK ADA YANG MEROKOK

Melakukan intervensi
KELUARGA lanjut dari informasi
PUSKESMAS Puskesmas terkait
UKBM 1 masalah kesehatan
yang menjadi
Mengimplementasikan
KTR di rumah dan di Pemicuan dalam
4 kepesertaan JKN di
FKTP nya
wilayah Pembentukan KTR di
wilayah Melaporkan dan
2 mengkoordinasikan
hasil intervensi lanjut FKTP LAINNYA
Menyepakati Kawasan Berkoordinasi dengan
Tanpa Rokok tim Puskesmas untuk
Menggali informasi kesehatan
setiap anggota keluarga terutama 12
1 2 pelaporan temuan kasus
baru atau perkembangan
1 indikator perlu perhatikan bila ada
keluarga yang merokok kemungkinan
kesehatan anggota
keluarga Lokmin bulanan menginformasikan ke FKTP
adanya anak yang stunting, TB dan
PTM seperti hipertensi, DM, dll. 5 lainnya untuk melakukan intervensi lanjut pada
anggota keluarga yang tercatat sebagai anggota

2 Memberikan KIE terkait pada 1 Melakukan Pelayanan Upaya


Berhenti Merokok
kepesertaan JKN di FKTP tersebut

permasalahan yang ditemukan


Berkoordinasi untuk
Melakukan rujukan UBM
Menganjurkan untuk berhenti
merokok, menjelaskan bahwa 2
Berkoordinasi terkait hasil
intervensi lanjut yang telah 3
pemicuan dan implementasi
KTR terpadu dengan 6 yang diluar kewenangan dan
kemampuan Puskesmas
keluarga perokok anaknya dilakukan kegiatan penyediaan SAB
dan samijaga
3 kemungkinan stunting cukup tinggi.
Memperkenalkan layanan upaya
berhenti merokok di FKTP dan
konseling berhenti merokok QUIT-LINE 4 Melakukan pemicuan untuk
membentuk KTR
bebas pulsa 0-800-177-6767
Menyampaikan ke pengelola program
2 Melakukan rujuk balik
FKRTL
5
Melakukan kunjungan ulang untuk di Puskesmas sesuai permasalahan
6 melakukan pembinaan dan update
status kesehatan keluarga
Membuat aturan yang
disepakati bersama
LINTAS kesehatan anggota keluarga yang
ditemukan
masyarakat tentang KTR SEKTOR
TIM PEMBINA KELUARGA Memberikan informasi kepada tim
7 data Puskesmas terkait perubahan
informasi kesehatan keluarga setelah
dilakukan intervensi
Melakukan pelayanan
spesialistik sesuai
1 permasalahan kesehatan
(spesialistik berhenti
merokok)

GAMBAR 10. ALUR UPAYA BERHENTI MEROKOK

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 57
Definisi Operasional
Adalah jika tidak ada seorang pun dari anggota keluarga tersebut yang sering atau kadang-kadang menghisap rokok atau
produk lain dari tembakau. Termasuk di sini adalah jika anggota keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari kebiasaan
menghisap rokok atau produk lain dari tembakau.

Pertanyaan:
Apakah Saudara merokok?
Apabila jawabannya ya, lanjutkan dengan:
- Memotivasi dan Edukasi berhenti merokok dan
- Menyarankan untuk bergabung dengan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) ditempat kerjanya
- Memotivasi untuk memanfaatkan Raport Kesehatanku
- Memotivasi orang tua untuk mencegah penyalahgunaan NAPZA (tembakau) dan Mencegah merokok melalui akupresure
- Gunakan flyer terkait merokok

Pinkesga INDIKATOR 9 : Tidak ada anggota keluarga yang merokok

1. Apa yang dimaksud dengan konsumsi rokok atau hasil tembakau lainnya?
Rokok dikonsumsi dengan cara dibakar dan dihisap asapnya, yang bahannya dibuat dari tembakau rajangan atau bahan
penggantinya dan cengkeh atau rempah lain yang dibungkus dengan cara dilinting. Selain rokok, hasil olahan tembakau
lain yang dikonsumsi berupa cerutu, rokok elektrik atau yang dikenal dengan “vape”, shisha, atau tembakau yang dikunyah.
Dalam rokok yang dibakar mengandung Nikotin yang menyebabkan ketagihan, gas karbon monoksida (CO) yang merupakan
gas beracun yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah dan menyebabkan menurunnya daya pikir-konsentrasi,
TAR serta 4000 zat kimia beracun lain, diantaranya 43 zat kimia bersifat karsinogenik atau memacu terjadinya sel kanker.

58 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
2. Bagaimana bahaya merokok bagi kesehatan?
Zat kimia dalam sebatang rokok dan olahan tembakau lain yang dihisap dapat menyebabkan penyempitan dan pengerasan
pembuluh darah, sehingga aliran darah terhambat dan mengganggu suplai oksigen dan zat makanan ke seluruh organ
tubuh. Hal ini menjadikan konsumsi rokok dan olahan tembakau lain sebagai faktor risiko terjadinya berbagai penyakit-
penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian. Penyakit tersebut sering terjadi pada jantung &
pembuluh darah dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke dan gagal ginjal serta Burger disease (penyumbatan
pembuluh darah tepi), saluran pernafasan berupa PPOK, asma dan kanker paru, saluran cerna dapat berupa kanker mulut,
kanker lidah, kanker tenggorokan, kanker hati dan kanker lain, penyakit diabetes militus dan gangguan sistem reproduksi
dan kehamilan berupa kecacatan janin, keguguran, bayi lahir dengan berat badan rendah yang dapat meningkatkan risiko
kematian bayi, infeksi panggul dan kanker serviks, sindroma kematian mendadak pada bayi baru lahir serta menyebabkan
kelainan fungsi organ-organ lainnya.

Efek yang sama juga dapat terjadi pada orang yang memperoleh paparan asap rokok dari orang lain serta menghisap
residu yang ditinggalkan pada barang-barang dan tubuh yang terpapar asap rokok.

3. Siapa dan apa yang perlu edukasi bahaya merokok bagi kesehatan ?
Anggota keluarga yang merokok yaitu perokok aktif (orang yang merokok) dan perokok pasif (orang lain yang terpapar
asap rokok) baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak.
Paparan asap rokok terutama di dalam rumah dan tempat kerja, sangat berbahaya bagi perokok maupun orang lain
disekitarnya. Perokok dianjurkan untuk berhenti merokok, dan jika tetap ingin merokok dianjurkan untuk merokok di luar
rumah dan tempat-tempat terbuka yang berhubungan dengan udara luar.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 59
4. Dimana mendapatkan layanan berhenti merokok?
Layanan Berhenti Merokok dilakukan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas atau klinik mandiri) bagi
masyarakat dan guru yang terlatih bagi anak di sekolah. Bila ada masyarakat yang tidak mempunyai kesempatan untuk
datang atau segan untuk mendapatkan pelayanan di Puskesmas atau klinik mandiri, kini tersedia layanan konseling
berhenti merokok melalui telpon tanpa bayar di nomor 0800 – 177 – 6565.

Apa bila terdapat penyulit berupa gejala putus nikotin yang berat (sakau nikotin) seperti cemas berlebihan, agresif berat,
depresi berat agar dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (rumah sakit) untuk memperoleh layanan lanjutan.

5. Apa yang perlu diperiksa bila seseorang ingin mendapatkan layanan upaya berhenti merokok?
a. Penilaian motivasi dan kesiapan untuk berhenti merokok menggunakan kuesioner yang ada.
b. Penilaian tingkat ketergantungan nikotin menggunakan kuisioner yang ada.
c. Penilaian fungsi Paru sederhana dengan menggunakan peak flow meter dan kadar gas karbon monoksida di paru
dengan alat CO analiser di Puskesmas.

6. Apa saja upaya pencegahan konsumsi rokok dan hasil tembakau lainnya?
Upaya yang dilakukan sebagai berikut :
a. Mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di 7 tatanan (tempat belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,
tempat fasilitas kesehatan, tempat kerja, angkutan umum dan tempat-tempat umum serta tempat lainnya yang diatur).
Untuk wilayah desa/kelurahan/dusun/RW/RT yang mempunyai masalah utama rokok dapat dilakukan pemicuan untuk
menyepakati aturan desa/kelurahan/dusun/RW/RT tanpa rokok dan mendeklarasikannya.

60 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
b. Rumah tangga juga harus menerapkan rumah sehat tanpa rokok, untuk melindungi seluruh anggota keluarga terhadap
paparan asap rokok serta memberikan role model bagi anak-anak, dengan melarang semua orang merokok di rumah
termasuk orang yang berkunjung ke rumah tersebut
c. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat secara luas tentang bahaya merokok dan bagaimanaa hidup
sehat termasuk pencantuman informasi dan peringatan kesehatan bergambar pada kemasan rokok dan hasil tembakau
lainnya
d. Melarang iklan, promosi dan sponsor yang berkaitan dengan rokok di wilayahnya.
e. Melarang penjualan rokok pada anak < 18 tahun dan ibu hamil dari warung-warung/toko yang ada di wilayahnya

7. Apa yang dilakukan bila ditemukan anggota keluarga yang konsumsi rokok dan hasil tembakau lainnya?
a. Menginformasi dan mengedukasi keluarga tentang bahaya merokok baik bagi diri perokok tersebut maupun bagi
anggota keluarga yang lain.
b. Menganjurkan anggota keluarga yang merokok untuk berhenti merokok, dan
c. Menganjurkan agar tidak merokok di dalam rumah dan segera mandi serta ganti baju apabila selesai merokok
d. Menginformasikan adanya layanan berhenti merokok di FKTP (Puskesmas dan klinik mandiri) atau di FKRTL (rumah
sakit) dan layanan berhenti merokok tanpa bayar dengan nomor telpon 0800 – 177 – 6565
e. Melaporkan kondisi keluarga ini kepada pimpinan puskesmas dan petugas pengelola program untuk tindak lanjutnya

8. Apa yang dilakukan bila ditemukan merokok menjadi salah satu sebab rendahnya IKS di suatu wilayah (RT/TW/
Dusun/Desa/Kelurahan)?
a. Mencari informasi siapa saja pemimpin atau tokoh formal dan informal yang ada di wilayah tersebut yang
dapat mempengaruhi masyarakat untuk menyepakati aturan desa/kelurahan/dusun/RW/RT tanpa rokok dan
mendeklarasikannya.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 61
b. Mencari tahu kelompok-kelompok yang peduli kesehatan (STBM/ Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Peduli Anak
dll) yang dapat dijadikan agen perubahan yang akan melakukan dilakukan pemicuan untuk menyepakati aturan desa/
keluraha n/dusun/RW/RT tanpa rokok.
c. Melakukan indentifikasi anggaran yang tersedia di wilayah tersebut (seperti anggaran dana desa, BOK dll) untuk
mendukung kegiatan pemicuan untuk menyepakati aturan desa/kelurahan/dusun/RW/RT tanpa rokok dan
mendeklarasikannya serta pelaksanaannya.
d. Lakukan pemicuan terintegrasi dengan program setempat.
e. Membuat komitmen bersama untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai Kawasan Tanpa Rokok dan mendeklarasikan.
f. Melaporkan hal ini kepada pimpinan puskesmas dan petugas pengelola program untuk tindak lanjutnya

62 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
INDIKATOR 10 : KELUARGA MENJADI ANGGOTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) KELUARGA SEHAT

PROFIL KESEHATAN KELUARGA

KELUARGA UKBM/LINTAS PUSKESMAS


SEKTOR

Jaminan Kesehatan Nasional Mendatangi UKBM


untuk memperoleh DATA KELUARGA

Pelayanan Kesehatan
1 Provinsi :

2 Kabupaten/Kota*) :

3 Kecamatan :

4 Desa/Kelurahan :

5 RT / RW : RT  RW 
6 Nomor Rumah 
8 Nomor KK :


1 Menanyakan sudah atau belum


menjadi peserta JKN
Tim Puskesmas berkoordinasi dengan 1
Mensosialisasikan JKN melalui 9
Lokmin kepada Lintas sektor &
Alamat Rumah :

Pemuka Masyarakat
1
TKSK, Dinas Sosial & Dinas Kesehatan
Menanyakan apakah Keluarga untuk pengusulan kepesertaan JKN
2 yang menjadi peserta sudah
mempunyai Kartu JKN?
masyarakat miskin & tidak mampu Melakukan Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama,
Tim Puskesmas melakukan sosialisasi 2 termasuk Skrining/Deteksi Dini,

3 Melakukan sosialisasi tentang


JKN 2 tentang JKN bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan melalui UKBM
Prolanis dan Program Rujuk
Balik bagi peserta JKN

Menanyakan apakah ada keluhan Tim Puskesmas berkoordinasi dengan Melakukan rujukan pasien JKN
4 atau iur biaya dari peserta JKN
dalam mendapatkan pelayanan 3 BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan
untuk pertakan kartu JKN & kendala dalam
3 yang memerlukan pelayanan
Kesehatan Lanjutan
kesehatan pelayanan JKN
TIM PEMBINA KELUARGA Melaksanakan program rujuk
5 Menyampaikan hasil pendataan
kepada Puskesmas 4 balik pasien prolanis yang
mampu laksana di FKTP

Melakukan kunjungan rumah

6 berikutnya untuk memastikan


keluarga telah mendaftar menjadi
5 Memberikan laporan pelayanan
JKN kepada Dinas Kesehatan
peserta JKN

Menyampaikan keluhan atau

7 permasalahan yang dialami


peserta dalam mendapat
pelayanan kesehatan

GAMBAR 11. ALUR KEPESERTAAN JKN

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 63
Definisi Operasional
Adalah jika seluruh anggota keluarga tersebut memiliki kartu keanggotaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan dan/atau kartu kepesertaan asuransi kesehatan lainnya.

Pertanyaan ini untuk seluruh anggota keluarga

Pertanyaan:
Apakah Saudara mempunyai kartu jaminan kesehatan atau JKN?
Apabila jawabannya tidak, lanjutkan dengan:
- Memotivasi keluarga untuk ikut JKN
- Memotivasi keluarga untuk ikut dalam Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
- Gunakan flier JKN untuk berkomunikasi dengan keluarga

Pinkesga INDIKATOR 10 : Sekeluarga menjadi anggota JKN/ASKES

1. Apakah yang dimaksud dengan JKN ?


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dilaksanakan
dengan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib dan berlaku secara nasional dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
• JKN diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
• Peserta JKN mendapatkan kartu kepesertaan berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS)

64 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
2. Siapa saja peserta JKN ?
Peserta JKN ada 2 kelompok yaitu:
1) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan adalah peserta JKN yang terdiri dari fakir miskin dan orang tidak
mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah/ Pemerintah Daerah.
2) Bukan PBI Jaminan kesehatan, yang terdiri dari:
• Pekerja Penerima Upah (PPU) baik PNS maupun Swasta dan anggota keluarganya
• Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan anggota keluarganya.
• Bukan Pekerja (BP) dan anggota keluarganya.

3. Apa Hak dan Kewajiban peserta JKN ?


a. Hak Peserta JKN
• Peserta JKN berhak mendapatkan pelayanan kesehatan di Fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
Pelayanan Kesehatan meliputi :
(1) manfaat pelayanan medis yang terdiri dari pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk
obat dan alat kesehatan sesuai dengan indikasi medis. Alat Kesehatan yang dimaksud meliputi : Kacamata,
alat bantu dengar, protesa alat gerak, protesa gigi, protesa tulang belakang dan collar neck.
(2) manfaat non-medis meliputi akomodasi untuk layanan rawat inap sesuai hak kelas perawatan dan pelayanan
ambulans untuk pasien rujukan antar fasilitas kesehatan
(3) Imunisasi dasar, meliputi BCG, Difteri Pertusis Tetanus (DPT) dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak.
(4) Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi,

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 65
(5) Pelayanan skrining kesehatan yaitu:
a) Diabetes mellitus tipe II;
b) Hipertensi;
c) Kanker leher rahim;
d) Kanker payudara
(6) Pemeriksaan penunjang pelayanan skrining kesehatan meliputi :
a) Pemeriksaan Gula Darah;
b) Pemeriksaan IVA untuk kasus Ca Cervix ; dan
c) Pemeriksaan Pap Smear
Khusus untuk kasus dengan pemeriksaan IVA positif dapat dilakukan pelayanan Terapi Krio.
(7) Pelayanan Program Rujuk Balik (PRB) pada penyakit Kronis ( DM, Hipertensi, Jantung , Asma , Penyakit Paru
Obstruktif Kronis /PPOK, Epilepsi, Stroke, Skizofernia dan SLE) meliputi :
a. obat rujuk balik di Apotek atau FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
b. Pemeriksaan Penunjang PRB di FKTP atau Laboratorium yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
antara lain: pemeriksaan gula darah, HBA 1C dan pemeriksaan kimia darah.

• Pelayanan Kesehatan dapat dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun FKRTL
(Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan). Pelayanan kesehatan dilakukan secara berjenjang mulai dari
FKTP ke FKRTL kecuali pada keadaan gawat darurat.

66 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
b. Kewajiban Peserta JKN
• Membayar iuran JKN KIS paling lambat tanggal 10 setiap bulannya bagi peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Bukan Pekerja melalui bank yang bekerja sama atau channel pembayaran lainnya
• Melaporkan perubahan data kepesertaan dirinya dan anggota keluarganya meliputi:
(1) meninggal dunia,
(2) Kelahiran
(3) Pindah tempat kerja, Perubahan pangkat, golongan atau besaran gaji bagipeserta Pekerja Penerima Upah
(4) Pindah alamat,
(5) Pindah fasilitas kesehatan,
(6) Pernikahan dan Perceraian
(7) Peningkatan status ekonomi bagi peserta yang iurannya di bayar oleh Pemerintah (PBI Jaminan Kesehatan)
• Menjaga kartu kepesertaan JKN KIS agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang lain
• Mentaati peraturan dan tatacara pelayanan kesehatan, contoh sistem pelayanan berjenjang.

4. Bagaimana cara menjadi peserta JKN?


a. Bagi Penduduk yang fakir miskin dan tidak mampu
Puskemas dapat berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan melakukan pengecekan NIK penduduk melalui Data P-care.
1) Jika Penduduk sudah terdaftar pada Data P-care namun belum memiliki kartu JKN KIS, maka Puskemas atau
penduduk dapat berkordinasi dengan Kantor Cabang BPJS Kesehatan untuk pencetakan kartu JKN KIS
2) Jika Penduduk belum terdaftar pada Data P-care, Puskesmas dapat berkoordinasi dan melakukan pengusulan
penduduk untuk menjadi peserta JKN yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah/ Pemerintah Daerah melalui
Dinas Kesehatan atau Dinas Sosial setempat.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 67
b. Bagi Pekerja Penerima Upah baik PNS Maupun Swasta
1) Bagi Penduduk yang bekerja sebagai PNS maupun swasta dapat memastikan apakah dirinya dan anggota
keluarganya sudah didaftarkan oleh Pemerintah Daerah Setempat (PNS) dan Pemberi Kerja (Swasta)
2) Jika penduduk dan anggota keluarganya belum terdaftar atau belum mempunyai Kartu JKN/KIS, penduduk
dapat berkoordinasi dengan Pemberi Kerja
3) Jika anggota keluarga penduduk dalam kartu keluarga melebihi jumlah yang dijamin (maksimal 5 orang yang
terdiri dari Pekerja Penerima Upah, istri / suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah,
dan anak angkat yang sah) maka:
• Penduduk mendaftarkan anggota keluarga lainnya melalui Pemberi Kerja (swasta) dengan besaran iuran
1% (satu persen) dari Gaji atau Upah Peserta Pekerja Penerima Upah per orang per bulan.
• Penduduk mendaftarkan anggota keluarga lainnya secara mandiri (menjadi peserta PBPU) melalui kantor
BPJS Kesehatan setempat dengan membayar iuran per bulan.
4) Bagi penduduk dan anggota keluarganya yang sudah menjadi peserta JKN namun masih memiliki kartu ASKES
dan Jamsostek dapat menukarkan kartu tersebut melalui pemberi kerja atau kantor cabang BPJS Kesehatan
setempat.

c. Bagi Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja


1) Penduduk dapat mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya menjadi peserta JKN melalui Kantor cabang
BPJS Kesehatan sesuai dengan daerah tempat berdomisili; melalui website BPJS Kesehatan; dan/atau pihak
lain yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
2) Adapun persyaratan mendaftar menjadi peserta JKN:
(1) pas photo terbaru ukuran 3x4 untuk setiap peserta,

68 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
(2) membawa dokumen pendukung: KTP dan Kartu Keluarga serta nomer rekening bank yang tercantum pada
halaman pertama buku tabungan

5. Berapakah besaran iuran peserta JKN ?

PESERTA BENTUK IURAN BESAR IURAN


PBI NILAI NOMINAL (Per Jiwa) Rp. 23.000,-
2% dari pekerja
PNS/TNI/POLRI 5% (Per Keluarga)
3% dari pemberi kerja
PEKERJA PENERIMA 1% dari pekerja
5% (Per Keluarga)
UPAH SELAIN PNS, DLL 4% dari pemberi kerja
PEKERJA BUKAN 1. Rp. 25.500,-
PENERIMA UPAH DAN NILAI NOMINAL (Per Jiwa) 2. Rp. 51.000,-
BUKAN PEKERJA 3. Rp. 80.000,-

6. Apa yang harus dilakukan oleh peserta jika mengalami permasalahan dalam kepesertaan atau pelayanan
JKN?
Peserta dapat mendatangi kantor cabang BPJS di wilayahnya atau BPJS Center yang berada di RS.

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 69
INDIKATOR 11. KELUARGA MEMPUNYAI AKSES SARANA AIR BERSIH

KELUARGA
1 UKBM, POKMAIR,
BPSPAM, HIPPAM PUSKESMAS
Lokmin Triwulan
Menindaklanjuti menginformasikan ke Lintas
anjuran/pesan dari Tim Sektor, dan stakeholder terkait
Pembina Keluarga 3 untuk melakukan intervensi
lanjut pada anggota keluarga
yang mempunyai masalah
kesehatan terkait air

1
Menggali informasi dan Observasi Memberikan penyuluhan,
1 akses/menggunakan air bersih Pengelola program perbaikan sarana dan peningkatan
kualitas air bersih
setiap anggota keluarga Kesling melakukan

Memberikan KIE terkait


1 Inspeksi Kesehatan
Lingkungan (IKL) dan
2 permasalahan akses/ Intervensi lanjut 2 Berkoordinasi dengan TPK terkait
menggunakan air bersih dan
kegunaan serta dampaknya Berkoordinasi dengan Tim 2 hasil intervensi lanjut yang telah
dilakukan
Puskesmas untuk pelaporan
Menganjurkan untuk kunjungan temuan masalah terkait sarana
3 ke UKBM atau Puskesmas dalam
mengatasi masalah air bersih
dan kualitas air bersih di keluarga
Menyampaikan ke pengelola

5
program Kesling di Puskesmas
Melakukan kunjungan ulang sesuai permasalahan air bersih
untuk melakukan pembinaan anggota keluarga yang ditemukan
6 dan update akses/memiliki dan
memanfaatkan air bersih setiap
anggota keluarga 4 Memberikan informasi kepada tim
Menginformasikan terkait data Puskesmas terkait perubahan
TIM PEMBINA KELUARGA
anggota keluarga yang perlu
ditindak lanjuti di UKBM
7 akses/memiliki dan memanfaatkan
air bersih setelah dilakukan
intervensi

GAMBAR 12. ALUR AIR BERSIH

70 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
Definisi Operasional :
Adalah jika keluarga tersebut memiliki akses dan menggunakan air leding PDAM atau sumur pompa, atau sumur gali, atau
mata air terlindung untuk keperluan sehari-hari.

Pendataan indikator ini dilakukan diseluruh keluarga yang berada diwilayah kerja Puskesmas

Pertanyaan :
Apakah tersedia sarana air bersih di lingkungan rumah?
Ditanyakan tentang ketersediaan sarana air bersih yang dimiliki oleh keluarga yang digunakan untuk seluruh keperluan
keluarga termasuk untuk keperluan makan, minum, masak, mandi, dan mencuci.

Bila Ya, apa jenis sumber airnya terlindungi (PDAM, sumur pompa, sumur gali terlindung, mata air terlindung)
• PDAM adalah air yang berasal dari perusahaan air minum yang dialirkan langsung ke rumah dengan beberapa titik kran,
biasanya menggunakan meteran (termasuk perusahaan air minum swasta).
• Sumber air terlindung adalah sumber air tanah yang secara langsung (tanpa diolah) digunakan untuk keperluan keluarga
(termasuk sumur pompa, sumur gali terlindung, dan mata air terlindung).
Bila jawabannya Tidak, maka dilanjutkan dengan memberikan KIE mengenai air bersih. Penggunaan, manfaat dan kerugian
apabila tidak menggunakan air bersih.

Pinkesga INDIKATOR 11. Keluarga Mempunyai Akses Sarana Air Bersih

1. Apa yang dimaksud dengan air bersih dan air minum?


a. Air bersih atau yang kita sebut juga air untuk keperluan higiene sanitasi adalah air dengan kualitas tertentu yang

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 71
digunakan untuk keperluan sehari-hari (MCK/mandi-cuci-kakus, keperluan kebersihan lainnya) yang kualitasnya
berbeda dengan kualitas air minum.
b. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan langsung dapat diminum

Apa saja yang termasuk sarana air bersih?


a. Ledeng (PDAM/Swasta/Masyarakat)
b. Sumur gali
c. Sumur bor dengan pompa
d. Mata air terlindung
e. Penampungan air hujan
f. Tangki air
g. Hidran umum
h. Terminal air

Apa perbedaan sarana air bersih dimiliki dengan sarana air bersih milik umum/komunal?
a. Akses air bersih yang dimiliki yaitu: sarana milik keluarga (ledeng sambungan rumah, sumur gali/sumur bor dengan
pompa/penampungan air hujan di area rumah)
b. Akses air bersih milik umum/komunal yaitu : sarana milik umum (sumur gali/sumur bor dengan pompa/mata air
terlindung/penampungan air hujan/tangki air/hidran umum/terminal air)

72 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
2. Penyakit apa saja yang dapat ditularkan melalui air?
Bila tidak memenuhi persyaratan, air dapat menjadi media penularan penyakit, penyakit yang dapat ditularkan melalui air
dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:
1) Penyakit yang dapat ditularkan melalui air (waterborne diseases) adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air
minum yang mengandung pathogen. Contoh penyakit: kolera, demam tifoid, hepatitis, disentri, dan gastroenteritis.
2) Penyakit akibat kekurangan air (waterwashed diseases) adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk
pemeliharaan kebersihan diri seperti cuci tangan, mandi, mencuci, gosok gigi, dll.
3) Penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus hidupnya di air (waterbased diseases). contoh :
schistosomiasis atau bilharziasis/demam siput, dan demam Katayama.
4) Penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air (water related insect vector diseases)
Contoh: malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever, dan sebagainya.

3. Berapa banyak air yang dibutuhkan sehari-hari?


Air keperluan higiene sanitasi dan air minum : 60 liter/orang/hari

4. Bagaimanakah kualitas air yang sehat ?


Air yang sehat harus memenuhi kualitas secara fisik, kimia, biologi.
Kualitas fisik dapat dilihat secara kasat mata memiliki ciri-ciri : jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, kualitas
kimia dan biologi harus diuji dengan peralatan lapangan atau laboratorium.

5. Kapan kondisi air bersih dapat digunakan sebagai air minum?


Air bersih atau air untuk keperluan higiene dapat digunakan sebagai air minum, yaitu apabila air bersih yang diambil dari

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 73
sarana air sudah diolah, hingga tidak ditemukan kuman penyakit dalam air. Pengolahan tersebut dapat berupa;
1) Penyaringan menggunakan biosan filter/keramik filter/membran filter.
2) Desinfeksi secara kimia yaitu:
- Klorinasi menggunakan zat klorin (tablet/bubuk/cair)
3) Desinfeksi secara fisik yaitu:
- Merebus air sampai mendidih dan dibiarkan mendidih selama 3-5 menit.
- SODIS (Solar Water Disinfection) berupa menjemur air dibawah sinar matahari
- Ultraviolet, contoh di depot air minum

6. Siapa yang menyediakan sarana dan prasarana air bersih untuk keluarga?
1) Keluarga
2) Kelompok Masyarakat
3) Pemerintah/Pemerintah Daerah
4) Swasta/Corporate Social Responsibility (CSR)/Mitra lainnya

74 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
INDIKATOR 12. KELUARGA MEMPUNYAI AKSES DAN MENGGUNAKAN JAMBAN SEHAT

KELUARGA
1 UKBM, POKMAIR,
BPSPAM, HIPPAM PUSKESMAS
Lokmin Triwulan
Menindaklanjuti menginformasikan ke Lintas
anjuran/pesan dari Tim Sektor, dan stakeholder terkait
Pembina Keluarga 3 untuk melakukan intervensi
lanjut pada anggota keluarga
yang mempunyai masalah
kesehatan terkait jamban

1
Menggali informasi dan Observasi Memberikan penyuluhan,
1 akses/menggunakan jamban sehat Pengelola program perbaikan sarana dan peningkatan
kualitas jamban sehat
setiap anggota keluarga Kesling melakukan

Memberikan KIE terkait


1 Inspeksi Kesehatan
Lingkungan (IKL) dan
2 permasalahan akses/ Intervensi lanjut 2 Berkoordinasi dengan TPK terkait
menggunakan jamban sehat dan
kegunaan serta dampaknya Berkoordinasi dengan Tim 2 hasil intervensi lanjut yang telah
dilakukan
Puskesmas untuk pelaporan
Menganjurkan untuk kunjungan temuan masalah terkait sarana
3 ke UKBM atau Puskesmas dalam
mengatasi masalah jamban sehat
dan kualitas jamban sehat di
keluarga Menyampaikan ke pengelola

5
program Kesling di Puskesmas
Menganjurkan untuk kunjungan sesuai permasalahan jamban sehat
6 ke UKBM atau Puskesmas dalam
mengatasi masalah jamban sehat
anggota keluarga yang ditemukan

4 Memberikan informasi kepada tim


Menginformasikan terkait data Puskesmas terkait perubahan
TIM PEMBINA KELUARGA
anggota keluarga yang perlu
ditindak lanjuti di UKBM
7 akses/memiliki dan memanfaatkan
jamban sehat setelah dilakukan
intervensi

GAMBAR 13. ALUR JAMBAN SEHAT

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 75
Definisi Operasional :
Adalah jika keluarga tersebut memiliki akses dan menggunakan sarana untuk buang air besar berupa kloset leher angsa atau
kloset plengsengan.

Yang dimaksud dengan ketersediaan jamban dalam keluarga adalah kepemilikan Jamban oleh sebuah keluarga. Sedangkan
Jamban komunal (umum) yang jumlahnya 1 (satu) atau lebih namun digunakan oleh beberapa rumah tangga /rumah kontrakan
tidak termasuk dalam ketersediaan jamban keluarga.

Pendataan indikator ini dilakukan diseluruh keluarga yang berada diwilayah kerja Puskesmas

Pertanyaan :
1. Apakah tersedia jamban keluarga?
2. Bila ya, apakah jenis jambannya saniter? (kloset/leher angsa/plengsengan)
3. Untuk anggota keluarga berumur >15 tahun, dilanjutkan dengan pertanyaan : Apakah Saudara biasa buang air besar di
jamban? Pertanyaan ini untuk mengetahui perilaku sehari-hari AK dalam penggunaan jamban.

Apabila dalam pemeriksaaan jamban ditemukan hal yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan lanjutkan dengan
memberi informasi dan memotivasi keluarga untuk memanfaatkan jamban sehat

Pinkesga INDIKATOR 12. Keluarga Mempunyai Akses Dan Menggunakan Jamban Sehat

1. Apakah pengertian jamban sehat ?


Jamban sehat merupakan jamban yang memenuhi kriteria bangunan dan persyaratan kesehatan,

76 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
2. Bagaimana persyaratan kesehatan jamban sehat?
a. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran
manusia.
b. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.

3. Bagaimana kriteria bangunan jamban sehat?


a. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari hujan/panas dan menjaga estetika.
b. Bangunan tengah jamban
Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) dengan konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi
permanen) untuk daerah rawan/sulit air, lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
c. Bangunan Bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya
pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

4. Apa saja jenis jamban sehat ?


a. Jamban semi permanen
b. Jamban permanen

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 77
BAGIAN BANGUNAN JAMBAN SEMI PERMANEN JAMBAN PERMANEN

• Dinding (kayu/bilik/terpal/kain) • Dinding (tembok/semen)


ATAS • Tidak beratap • Atap (Genteng/Seng)
(dinding dan atap) • Jika beratap (daun/bambu)

• Lantai (tanah) • Lantai (kedap air)


TENGAH • Dudukan Jamban (cemplung • Dudukan jamban (leher angsa)
(lantai dan dudukan) dengan tutup/plengsengan
dengan tutup/leher angsa)

• Cubluk (lubang penampung • Septic Tank (dengan


kotoran langsung meresap ke peresapan)
BAWAH
dalam tanah/tidak kedap • Jarak peresapan ke sumber air
(penampungan kotoran)
• Jarak ke sumber air minimal minimal 10 meter
10 meter

5. Kapan keluarga disebut akses jamban sehat serta menggunakan jamban sehat?
a. Apabila setiap anggota keluarga dapat mengakses dan menggunakan jamban sehat yang ada di rumah maupun di
jamban komunal.
b. Jika ada anggota keluarga yang menggunakan popok, harus membuang/membersihkan tinjanya ke dalam lubang
WC.

78 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
6. Siapa yang menyediakan sarana dan prasarana jamban sehat untuk keluarga?
a. Keluarga
b. Kelompok Masyarakat
c. Pemerintah/Pemerintah Daerah
d. Swasta/Corporate Social Responsibility (CSR)/Mitra lainnya

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 79
G. PANDUAN PENGGUNAAN DANA DESA
BIDANG KESEHATAN

MENU PRIORITAS
PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2018
40

TERKAIT KESEHATAN
Permendes
Permendes PDTT
PDTT No.
No. 19
19 tahun
tahun 2017
2017
1. Air bersih berskala desa
2. Sanitasi lingkungan
3. Bantuan Insentif Kader Kesehatan/UKBM
4. Pelatihan (Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan)
Ketrampilan) Kader
Kader Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
Masyarakat
5. Transport Kader Kesehatan
hamil, nifas,
6. Perawatan dan/atau Pendampingan ibu hamil, nifas, dan
dan menyusui
menyusui
7. Pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makananmakanan tambahan/sehat
tambahan/sehat untuk
untuk
sekolah
peningkatan gizi bayi, balita, dan anak sekolah
8. Pengadaan, Pembangunan, Pengembangan, Pemeliharaan,
Pemeliharaan, pengelolaan
pengelolaan dan
dan pembinaan
pembinaan
UKBM (Poskesdes/Polindes, Posbindu, Posyandu,
Posyandu, dan
dan pos
pos kesehatan
kesehatan lainnya)
lainnya)
9. Penyelenggaraan dan Pemberdayaan masyarakat
masyarakat dalam
dalam promosi
promosi kesehatan
kesehatan dan
dan
gerakan masyarakat hidup sehat
10. Kampanye dan Promosi Hidup Sehat (Peningkatan
(Peningkatan PHBS)
PHBS) guna
guna mencegah
mencegah Penyakit
Penyakit Menular
Menular
Seksual HIV/AIDS, Tuberkulosis, Hipertensi,
Hipertensi, Diabetes
Diabetes Mellitus
Mellitus dan
dan Gangguan
Gangguan Jiwa
Jiwa

11

80 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
1. Air bersih berskala desa
a. Air bersih
b. Fasilitasi pelaksanaan rencana pengamanan air minum (RPAM)
c. Penyediaan sarana teknologi tepat guna (TTG) untuk air bersih

2. Sanitasi Lingkungan
a. Sanitasi yang layak kesehatan
b. Pembangunan sarana MCK (Mandi, Cuci, Kakus), sarana cuci tangan
c. Pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga serta yang berbasis masyarakat
d. Sanitasi berbasis masyarakat (misal: sanitas pasar desa, menghilangkan genangan air, dsb)
e. Penyediaan sarana teknologi tepat guna (TTG) untuk sanitasi (misal: septic tank terapung)

3. Bantuan Insentif Kader Kesehatan/UKBM


a. Honor/insentif/reward kader
b. Honor kader kesehatan
c. Pendampingan oleh kader kepada perempuan usia 30-59 mendapatkan pelayanan skrining sadanis
dan IVA di Puskesmas
d. Honor instruktur senam di desa

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 81
4. Pelatihan (Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan) Kader Kesehatan Masyarakat
a. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader
b. Orientasi kader kesehatan yang diselenggarakan oleh desa

5. Transport Kader Kesehatan


a. Transport kader dalam pelaksanaan UKBM
b. Transportasi petugas/kader ke Pos Lansia/Posbindu
c. Pendampingan pelaksanaan kunjungan rumah
d. Transport pendampingan masyarakat yang ditemukan beresiko dan berpenyakit PTM (Penyakit
Tidak Menular), pendamping IVA
e. Pendampingan pendataan sasaran dan sweping imunisasi
6. Perawatan dan/atau Pendampingan Ibu Hamil, Nifas, dan Menyusui
a. Pendampingan ibu hamil, nifas, dan menyusui oleh kader
b. Pendampingan pendataan oleh kader terhadap bumil dan balita
c. Pelaksanaan pendampingan program perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi oleh
kader

82 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
7. Pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makanan tambahan/sehat untuk
peningkatan gizi bayi, balita, dan anak sekolah
a. Pemantauan pertumbuhan balita oleh kader dan penyediaan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan) bayi, balita dan anak
b. Kunjungan rumah oleh kader untuk pemantauan pertumbuhan balita
8. Pengadaan, Pembangunan, Pengembangan, Pemeliharaan, pengelolaan dan
pembinaan UKBM (Poskesdes/Polindes, Posbindu, Posyandu, dan pos kesehatan
lainnya)
a. Pengembangan pengelolaan dan pembinaan UKBM
b. Penyediaan sarpras (sarana prasarana)
c. Penyediaan media KIE
d. Operasional UKBM
e. Pengadaan posbindu kit dan bahan habis pakai posbindu kit untuk warga desa
f. Penyediaan PMT bagi lansia di posyandu lansia/posbindu
g. Pengembangan kegiatan promotif dan preventif di posyandu lansia/posbindu

9. Penyelenggaraan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan dan


Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
a. Penyelenggaraan dan Pemberdayaan masyarakat dalam promosi kesehatan dan Germas
b. Penyediaan sarana prasarana olahraga

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 83
c. Pertemuan kader kesehatan
d. Penyuluhan kesehatan yang diselenggarakan oleh desa
e. Menjadikan rumah ibadah sebagai KTR (Kawasan Tanpa Rokok)
f. Pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan obat secara benar melalui Gema Cermat
g. Edukasi kesehatan terkait pencegahan dan deteksi dini
h. Gerakan makan sayur, buah, dan ikan
i. Gerakan olahraga bersama
j. Pemanfaatan lahan tidur untuk tanaman obat keluarga (TOGA) dan irigasi desa untuk
mengurangi genangan air serta peningkatan gizi
k. Taman stimulasi anak dan lansia
l. Lapangan olahraga

10. Kampanye dan Promosi Hidup Sehat (Peningkatan PHBS) guna mencegah Penyakit
Menular Seksual HIV/AIDS, Tuberkulosis, Hipertensi, Diabetes Mellitus dan Gangguan Jiwa

a. Peningkatan PHBS
b. Pemantauan kepatuhan minum obat (TTD, obat TB, obat HIV, obat Malaria, dll) oleh kader
c. Promosi/Penyuluhan dan penyediaan media KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)
d. Operasional kegiatan desa wisma/kunjungan rumah
e. Aktifitas kreatif yang sehat bagi remaja, pemuda dan kelompok seksual aktif

84 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN
TIM PENYUSUN

TIM BUKU
Penasehat : Nila Farid Moeloek (Menteri Kesehatan Republik Indonesia)
Pengarah : Untung Suseno Sutarjo (Sekretaris Jenderal), Anung Sugihantono (Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat), Mohamad Subuh (Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit), Bambang
Wibowo (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan), Maura Linda Sitanggang (Direktur Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan), Purwadi (Inspektur Jenderal), Siswanto (Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan), Usman Sumantri (Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan)
Penyusun : Saraswati (Direktur Pelayanan Kesehatan Primer), Ganda Raja Partogi Sinaga (Direktorat Pelayanan
Kesehatan Primer), Monika Saraswati Sitepu (Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer), Aditia Putri
(Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer), Trihono (Health Policy Unit), Tini Suryanti (Health Policy
Unit), Siti Sundari (Health Policy Unit), Lalu Hendi Purnomo (Health Policy Unit), Wulan Sri Damayanti
(Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer), Naneu Retna Arfani (Direktorat Pelayanan Kesehatan
Primer), Bagus Satrio Utomo (Setditjen Kesmas), Ari Rahma Wati (Setditjen Kesmas), Prayit Susilo Aji
(Setditjen P2P), Siti Nadia Tarmizi (Setditjen P2P), Yuli Farianti (P2JK), Akhmad Afflazir (P2JK), Mukti
Eka Rahadian (PADK), Dian Kusumawardhani (PADK), Danu Ramadityo (Direktorat Promkes)

BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN 85
Kontributor : Kuwat Sri Sundoyo (Sesditjen Kesmas), Asjikin Iman Hidayat (Sesidtjen P2P), Eni Gustina (Direktur
Kesehatan Keluarga), Doddy Izwardy (Direktur Gizi Mayarakat), Imran Agus Nulari (Direktur Kesehatan
Lingkungan), Wiendra Waworuntu (Direktur P2PML), Lily S. Sulistyowati (Direktur P2PTM), Elizabeth
Jane Soepardi (Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan), Fidiansjah (Direktur P2 Masalah Keswa
dan Napza), Kalsum Komaryani (Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan), Trisa Wahyuni
Putri (Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan), Riskiana Sukandi Putra (Direktur Promkes dan
Pemberdayaan Masyarakat),
Koordinator Teknis : Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer

86 BUKU SAKU PENDEKATAN KELUARGA


BAGI PETUGAS KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai