Ind
b
BUKU SAKU
PENDEKATAN KELUARGA BAGI PETUGAS KESEHATAN
EDISI KEDUA - TAHUN 2017
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
613 Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Ind
b Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Pelayanan
Kesehatan
Buku Saku Pendekatan Keluarga Bagi Petugas Kesehatan.---
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI., 2017
ISBN 978-602-416-255-9
Melalui Pendekatan Keluarga, Puskesmas mendapat banyak manfaat karena mendukung target capaian program, disisi lain
masyarakat mendapatkan manfaat dengan akses pelayanan kesehatan langsung kepada keluarga.
Saya berharap bahwa diterbitkannya buku saku “Pendekatan Keluarga Bagi Petugas Kesehatan Edisi Kedua Tahun 2017” ini
akan semakin meningkatkan pemahaman segenap pembaca tentang peran dan tanggung jawab Tim Pembina Keluarga serta
meningkatkan kemampuan untuk melakukan intervensi lanjut secara terintegrasi lintas program. Saya berharap agar buku ini
Terima kasih dan apresiasi saya sampaikan kepada seluruh kontributor dan semua pihak yang telah mendukung penyusunan,
penerbitan dan distribusi buku ini.
Semoga penerapan Pendekatan Keluarga di Indonesia akan mempercepat terwujudnya Keluarga Sehat menuju tercapainya derajat
kesehatan masyarakat Indonesia yang setinggi-tingginya.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ditingkat operasional, berperan penting dalam melaksanakan amanah
Menteri Kesehatan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri kesehatan nomor 75 tahun 2014 untuk menyelenggarakan
UKM dan UKP tingkat pertama guna mewujudkan Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga. Sasaran dari Program
Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga terdiri atas 4 (empat) program prioritas yang meliputi:
a. penurunan angka kematian ibu dan bayi;
b. penurunan prevalensi balita pendek (stunting);
c. pengendalian penyakit menular; dan
d. pengendalian penyakit tidak menular.
Pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah bermaksud tidak untuk mematikan UKBM-UKBM yang sudah ada tetapi
mengenali masalah yang ada dalam keluarga secara langsung, memotivasi keluarga untuk memanfaatkan UKBM yang ada
dan pelayanan puskesmas, serta memberdayaan keluarga agar mampu memperbaiki kondisi lingkungan yang sehat dan
faktor risiko lainnya yang selama ini merugikan kesehatan keluarga. Kunjungan rumah dilakukan oleh tim Pembina keluarga
yang ditunjuk oleh pimpinan Puskesmas
Pembina Keluarga adalah tenaga kesehatan Puskesmas yang diberi tugas tambahan oleh Kepala Puskesmas untuk melakukan
kunjungan keluarga kepada keluarga-keluarga binaannya di wilayah kerja Puskesmas.
Tim Pembina Keluarga bertanggung jawab dalam:
1. Mencatat informasi keluarga sesuai dengan Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga) atau menggunakan Aplikasi Keluarga
Sehat yang perlu ditindaklanjuti oleh petugas Puskesmas dan yang perlu dirujuk ke UKBM
2. Skreening kesehatan setiap anggota keluarga terutama yang terkait dalam 12 indikator PIS-PK
3. Memberikan intervensi awal berupa KIE sesuai permasalahan kesehatan yang ditemukan dengan menggunakan Paket
Informasi Kesehatan Keluarga (Pinkesga)
4. Menganjurkan keluarga untuk memanfaatkan dan berperan serta dalam kegiatan UKBM yang ada di desa setempat
5. Meminta anggota keluarga untuk melakukan kunjungan ke Puskesmas atau FKTP lainnya (sesuai dengan FKTP di mana
peserta terdaftar) untuk pemeriksaan lebih lanjut
6. Menyampaikan informasi dan laporan hasil kunjungan rumah kepada pimpinan
7. Berkoordinasi dengan pengelola program terkait di Puskesmas sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ditemukan
di setiap keluarga agar dapat dilakukan intervensi lanjut
8. Melakukan update kondisi kesehatan tiap anggota keluarga binaannya.
9. Memberikan informasi kepada tim data Puskesmas terkait perubahan informasi kesehatan keluarga setelah dilakukan
intervensi
KELUARGA
1 UKBM
PUSKESMAS
Menindaklanjuti anjuran/
pesan kesehatan dari Tim
Pembina Keluarga
2
Menggali informasi kesehatan Berkoordinasi dengan Tim
1 setiap anggota keluarga Memberikan pelayanan Puskesmas untuk pelaporan
terutama 12 indikator kesehatan sesuai tugas 1 temuan kasus baru atau
perkembangan kesehatan
dan peran UKBM
Memberikan KIE terkait pada anggota keluarga
2 permasalahan kesehatan yang
Pengelola program Melakukan lokmin
ditemukan dan menganalisa
Menganjurkan untuk kunjungan
memberikan intervensi
lanjut secara terintegrasi 2 hasil kunjungan
lintas program terkait Memberikan informasi keluarga
3 ke UKBM atau Puskesmas
kepada tim data
dalam mengatasi masalah
kesehatan selanjutnya Puskesmas terkait 1
Melakukan kunjungan ulang
7 perubahan informasi
kesehatan keluarga
setelah dilakukan
6 untuk melakukan pembinaan
dan update status kesehatan intervensi
keluarga
Menginformasikan terkait 3
4 anggota keluarga yang perlu
Menyampaikan ke pengelola program
5 di Puskesmas sesuai permasalahan
TIM PEMBINA KELUARGA
ditindaklanjuti di UKBM Berkoordinasi
kesehatan anggota keluarga yang
terkait hasil
ditemukan
intervensi lanjut
yang telah
dilakukan
3. Menggali informasi kesehatan setiap anggota keluarga terutama yang terkait dalam 12 indikator PIS-PK
UKBM
KELUARGA PUSKESMAS
Menindaklanjuti
anjuran/pesan dari Tim
Pembina Keluarga ke
UKBM atau Puskesmas
Mendorong Pemanfaatan
Berkoordinasi dengan Tim 7 Menyampaikan informasi dan laporan hasil kunjungan
Pertanyaan :
Apakah Saudara menggunakan alat kontrasepsi atau ikut program Keluarga Berencana? Y/T
Bila jawabannya YA maka tulis Y
Apabila dalam keluarga tersebut ada anggota keluarga wanita usia 10 – 54 tahun sudah menikah dan atau laki-laki usia ≥ 10
tahun sudah menikah namun tidak menjadi akseptor KB maka jawabannya Tidak, ditulis T , lalu tanyakan alasannya.
Jawaban dapat dikategorikan sebagai N (not applicable) apabila :
a. PUS >20 tahun yang menginginkan anak kandung, dengan kriteria:
1) Baru menikah, atau
2) Belum memiliki anak, atau
3) Memiliki 1 orang anak dan anak ≤ 2 orang
b. PUS dengan istri sudah menopause
c. Ada gangguan reproduksi
IUD
- Perubahan siklus haid umumnya pada 3-6 bulan pertama
- Tidak direkomendasikan untuk digunakan pada penderita IMS
- Tidak melindungi dari penularan HIV/IMS
Suntik 1 Bulanan
- Pada sebagian orang terjadi perubahan pola haid
- Mempengaruhi produksi ASI
- Pemulihan kesusburansetelah pemakaian rata-rata sekitar 5 bulan
Kondom
- Bila pasangan allergi terhadap lateks atau karet (bahan pembuat kondom)
- Harus selalu tersedia dan dipakai setiap kali akan berhubungan
- Kondom hanya untuk sekali pakai, bila dipakai berulang akan menyebabkan kebocoran karena terbuat dari lateks atau
karet yang tipis
- segera membersihkan organ intim sehabis berhubungan intim. Hal ini dapat membantu mencegah efek
samping dan juga menjaga kebersihan organ intim Anda.
UKBM
KELUARGA PUSKESMAS
Menindaklanjuti
anjuran/pesan dari Tim
Pembina Keluarga ke
UKBM atau Puskesmas
tujuan bersalin di faskes pemilihan metode KB di 2 Kunjungan rumah untuk ibu hamil dan ibu nifas yang
tidak melakukan kunjungan ulang 4
Posyandu dan pos UKK
Memberikan informasi Melakukan lokmin dan menganalisa hasil kunjungan
TIM PEMBINA KELUARGA
Memberikan pelayanan 5
3 tentang tanda bahaya
(kehamilan, persalinan KB di Posyandu dan 3
keluarga
Pertanyaan:
Apakah saat ibu melahirkan (NAMA)....... bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan?
NAMA yang dimaksud adalah nama anak ibu tersebut.
Bila jawabannya YA maka tulis Y
Apabila jawabannya Tidak maka tulis T, serta tanyakan alasannya.
Bila dalam keluarga tersebut terdapat ibu hamil, Ibu Nifas atau PUS yang tidak menggunakan KB karena berencana untuk
hamil, lanjutkan dengan:
- Informasikan untuk pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilannya dan mendapatkan standar pelayanan
antenatal 10 T
- Memotivasi ibu untuk mengikuti i kelas ibu dan menyepakati amanat persalinan serta menempel stiker P4K,
- memotivasi ibu memanfaatkan buku KIA karena berisi berbagai informasi dan catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin,
nifas) dan anak (bayi baru lahir sampai usia 6 tahun)
- Menyarankan keluarga agar memanfaatan buku KIA
- Menjelaskan mengapa Ibu hamil perlu mengetahui tanda – tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas
3. Siapa saja yang dapat mengakses pelayanan kesehatan Ibu dan Anak
• Ibu Hamil
Tanda awal seorang perempuan hamil mengalami terlambat haid paling sedikit 1- 2 minggu berturut-turut, walaupun
terkadang ada bercak darah. Untuk lebih memastikan hamil atau tidak, maka perempuan tersebut dianjurkan untuk
memeriksakan diri ke bidan/dokter dan bila dilakukan test kehamilan, maka didapatkan hasil positif.
Anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali,
termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga, dengan urutan sebagai berikut.
I 1X Sebelum minggu ke 12
II 1X Antara minggu ke >12-24
III 2X >24 minggu sampai kelahiran
• Ibu Bersalin
Sesudah masa kehamilan akan diikuti oleh persalinan. Persiapan yang tidak kalah penting yang harus diketahui
ibu hamil yaitu mengetahui tanda-tanda persalinan karena akan membuat tenang ibu hamil selama menjalani
kehamilannya.
• Ibu Nifas
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir sampai kira – kira 42 hari (6 minggu).
Setiap ibu pada masa nifas harus mendapatkan pelayanan paling sedikit 3 kali, atau yang disebut dengan Kunjungan
Nifas (KF) yaitu:
1) 1x pada masa 6-48 jam setelah persalinan (KF 1)
2) 1x pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah persalinan (KF 2)
3) 1x pada hari ke-8 sampai hari ke-28 setelah persalinan (KF 3)
4) 1x pada hari ke 29 sampai hari ke-42 setelah persalinan (KF4)
• Bayi Baru lahir
Pada bayi baru lahir diberikan Pelayanan Neonatal Essensial yaitu:
• berupa Inisiasi Menyusu Dini (IMD) minimal 1 jam setelah lahir jika kondisi bayi stabil, menjaga bayi tetap hangat,
pemberian suntikan vitamin K1, pemberian imunisasi hepatitis B0 dan perawatan tali pusat.
5. Mengapa Ibu hamil perlu mengetahui Tanda – tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas?
• setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat,bersalin dengan selamat serta melahirkan
bayi yang sehat.
• Tanda Bahaya pada Kehamilan antara lain:
- Ibu tidak mau makan dan muntah terus menerus
- Demam Tinggi
Melakukan intervensi
1 lanjut terhadap
keluarga yang datang
ke FKTP
KELUARGA
UKBM
Mendatangi UKBM/
PKM untuk memperoleh
PUSKESMAS
Membina UKBM
imunisasi
1 Melakukan
Memberikan edukasi koordinasi dan
imunisasi sesuai tugas Berkoordinasi dengan 2 pelaporan hasil
pelayanan imunisasi
FKTP LAINNYA
1
berdasarkan status imunisasi
dasar
1 pembinaan UKBM
Berkoordinasi dengan FKTP lainnya dalam
• Identifikasi status imunisasi
3
dasar anak usia 12-24 bulan pelayanan imunisasi/Pembinaan Cold Chain,
Memberikan pelayanan
pencatatan dan pelaporan dan lain lain
Berikan edukasi kepada 1 imunisasi, surveilans KIPI
termasuk KIPI
2 keluarga tentang imunisasi,
penggunaan buku KIA, ANC dan
dan surveilans PD3I
Pendataan Indikator ini hanya dilakukan pada keluarga yang mempunyai Balita 12-23 bulan
Pertanyaan:
- Apakah selama bayi usia 0 – 11 bulan diberikan imunisasi lengkap? (HBO, BCG, DPT-HB1, PT-HB2, DPT-HB3, Polio1, Polio2,
Polio3, Polio4, Campak) ?
Imunisasi dasar lengkap harus diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun. Namun, apabila terlewat dari jadwal yang
seharusnya, imunisasi harus tetap dilengkapi meskipun usia anak sudah lebih dari 1 tahun, kecuali imunisasi Hepatitis
B untuk bayi baru lahir yang hanya diberikan pada usia maksimal 7 hari dan BCG hanya diberikan pada usia maksimal 1
tahun.
Pelayanan imunisasi di posyandu dilaksanakan setiap bulan satu kali sesuai dengan jadwal pelaksanaan posyandu rutin
di masing-masing daerah, sedangkan pelayanan imunisasi di Puskesmas dan Puskesmas pembantu dijadwalkan setiap
minggu pada hari-hari tertentu. Untuk jadwal pelayanan imunisasi di rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan oleh masing-masing fasilitas tersebut.
KELUARGA PUSKESMAS
UKBM
2
Melakukan edukasi keluarga Intervensi asuhan Inisiasi Menyusui Dini
1 tentang pentingnya IMD dan (IMD) di Puskesmas
1 Pengkajian masalah IMD Konseling Inisiasi ASI Eksklusif
dan ASI Eksklusif
1 Menyusui Dini dan ASI Melaporkan hasil pengkajian dalam
Menganjurkan ke UKBM/
Eksklusif Melakukan penyuluhan 3 forum Minlok/Musrenbangdes dan
PUSK untuk mendapatkan 2 tentang ASI Eksklusif dan
IMD serta makanan ibu
Musrenbangmat
2 penyuluhan tentang
IMD/ASI Eksklusif dan
menyusui
Intervensi spesifik bersama Linprog/
pemberian suplementasi
Melakukan pemberian 4 Linsek terkait perubahan perilaku IMD
3
gizi dan ASI Eksklusif serta penyediaan
suplementasi gizi dan
pangan untuk Ibu Menyusui
atau PMT
3 Penyediaan sarana KIE
IMD dan ASI Ekslusif
4
Melakukan pencatatan dan
pelaporan gizi berbasis 5 Monev melalui pencatatan dan
pelaporan gizi (E-PPGBM)
masyarakat
TIM PEMBINA KELUARGA
Pendataan ini dilakukan pada keluarga yang mempunyai bayi usia 7-23 bulan.
Pertanyaan:
Apakah bayi ini pada waktu usia 0-6 bulan hanya diberi ASI eksklusif?
Jawaban Ya, Apabila selama usia 0-6 bulan bayi hanya memperoleh ASI saja, tanpa diberikan makanan/minuman lain,
termasuk air putih (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan).
1. Apa yang dimaksud dengan bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan ?
Adalah jika dalam keluarga terdapat anak usia 7-23 bulan dan anak tersebut selama 6 bulan (saat berusia 0-6 bulan)
hanya diberikan ASI saja, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
• ASI mengandung zat gizi yang lengkap dan zat kekebalan tubuh yg tidak ada dalam makanan/minuman apapun.
• ASI diberikan segera setelah bayi lahir minimal 1 jam pertama/ IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
• ASI diberikan sesuai keinginan bayi, minimal 8x sehari. Bila bayi tidur lebih dari 3 jam, perlu dibangunkan untuk
disusui.
• ASI yang pertama keluar berwarna kuning (kolostrum), berisi zat kekebalan tubuh. Jangan dibuang!
• ASI beku dapat dicairkan dengan cara memindahkan dari freezer ke lemari es dan dapat diberikan kepada bayi dengan
cara merendam botol ASI dalam wadah yang berisi air hangat. ASI tidak boleh dipanaskan diatas kompor.
KELUARGA UKBM
PUSKESMAS
3 penimbangan,
Melakukan pencatatan Intervensi spesifik bersama
mendapatkan penyuluhan
dan pemberian 5 dan pelaporan gizi Linprog/Linsek terkait
suplementasi gizi Melakukan
berbasis masyarakat
8 5 ketersediaan pangan, muatan
gizi pada BKB/PAUD/TK, sanitasi
7 Pengkajian dan JKN
4 Penyediaan Sarana KIE
Pertumbuhan Balita
Cakupan SKDN Pengkajian
Prevalensi Status
6 Melakukan pengkajian Balita BGM, BB Gizi Balita 6 Koordinasi asuhan gizi dengan
Linprog/Linsek
TIM PEMBINA KELUARGA Kurang, BB Sangat Kurang dan Tidak Naik
Pendataan ini dilakukan pada keluarga yang mempunyai balita usia (usia 2-59 bulan)
Pertanyaan :
Apakah dalam 1 bulan terakhir dilakukan pemantauan pertumbuhan balita?
Apabila balita usia 2 – 59 bulan telah dilakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pada 1 bulan terakhir,
maka jawabannya YA.
2. Kapan dan dimana harus melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita?
Pertumbuhan balita dilakukan secara terus menerus dan teratur.
Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan di posyandu/fasilitas kesehatan lain.
Pemantauan perkembangan dilakukan:
• 3 bulan sekali pada usia 0 - 24 bulan
• 6 bulan sekali pada usia 2 – 6 tahun
Deteksi dini tumbuh kembang balita juga ditempuh dengan pemeriksaan fisik rutin.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dilakukan di posyandu/PAUD/fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan
dapat juga dilakukan oleh ibu/keluarga menggunakan panduan buku KIA.
Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan cara melihat kenaikan berat badannya dibandingkan dengan standar
sesuai umurnya atau membandingkan garis pertumbuhannya dengan grafik pertumbuhan yang terdapat pada KMS
dalam Buku KIA. Setiap kali ditimbang, berat badan anak harus dicantumkan dengan tanda titik pada KMS atau Buku
Bila berat badan naik, berikan pujian kepada ibu dan tetap mengingatkan pentingnya memantau pertumbuhan di Posyandu.
Bila pertumbuhan anak bermasalah (berat badan tidak naik atau anak gemuk), berikan pujian kepada ibu karena telah
membawa anaknya ke Posyandu, berikan nasihat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai dengan
golongan umurnya dan segera berkoordinasi dengan Tenaga Gizi setempat untuk mendatangi sasaran sebagai langkah
tindaklanjut.
2
anak <5 tahun yang kontak Kormobid
dengan pasien TB terkait hasil intervensi
kanjut yang telah dilakukan
Menginformasikan terkait
Melakukan kunjungan ulang
untuk melakukan pembinaan
4 anggota keluarga yang perlu
Menyampaikan ke pengelola program TB di Melakukan rujuk balik
2
ditindaklanjuti di UKBM
6 dan update status keluarga
5 Puskesmas pada temuan anggota keluarga dan laporan pelayanan
salah satunya yang menderita/ yang memiliki gejala TB atau yang mangkir imunisasi di Rumah Sakit FKRTL
mempunyai gejala TB berobat atau belum selesai pengobatan
Pertanyaan ini dilakukan pada anggota keluarga lebih atau sama dengan 15 tahun.
Penderita TB Paru yang mendapatkan obat anti TB (OAT) yang digunakan oleh Program Nasional Penangulangan TB di
Indonesia
Pertanyaan:
- Apakah Saudara pernah didiagnosa menderita tuberkolosis (TB) paru?
- Bila ya, apakah meminum obat TBC secara teratur (selama bulan)?
- Apakah Saudara pernah menderita batuk berdahak ≥ 2 minggu disertai satu atau lebih gejala: dahak bercampur darah/
batuk berdarah, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan deman > 1 bulan?
Selain itu ada beberapa kelompok masyarakat yang perlu dicurigai TB jika kontak erat atau tinggal serumah dengan
pasien TB, orang yang tinggal di daerah padat penduduk, pasien dengan kondisi kurang gizi atau pasien dengan ko-morbid
tertentu yaitu pasien dengan HIV AIDS, pasien dengan DM, masyarakat yang gemar merokok, masyarakat yang tinggal
atau bekerja di tempat yang kemungkinan kejadian silikosisnya tinggi.
Pengobatan TB harus lengkap dan teratur, bila pasien berhenti minum obat sebelum selesai akan berisiko:
1. Penyakit tidak sembuh dan tetap menularkan ke orang lain
2. Penyakit bertambah parah dan bisa berakibat kematian
3. Kuman TB yang ada di dalam tubuh akan terus berkembang dan menjadi kebal terhadap obat TB sebelumnya dan
harus menggunakan obat yang lebih mahal serta waktu pengobatan yang lebih lama.
4) Pemberian profilaksis INH pada anak di bawah lima tahun dan pada ODHA yang tidak sakit TB
Melakukan intervensi
1 lanjut dari informasi
Puskesmas terkait
PUSKESMAS hipertensi yang
menjadi kepesertaan
KELUARGA Menindaklanjuti UKBM JKN di FKTP-nya
1 anjuran/pesan
Melaporkan dan
2
kesehatan dari Tim
mengkoordinasikan
Pembina Keluarga 5 Pembinaan hasil intervensi lanjut
Melakukan pelayanan
1 spesialistik sesuai
permasalahan kesehatan
Penderita Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang telah diberi pengobatan secara teratur sesuai dengan petunjuk dokter/petugas
kesehatan.
Pertanyaan:
1. Apakah Saudara pernah didiagnosa menderita tekanan darah tinggi/hipertensi?
2. Bila ya, apakah selama ini Saudara meminum obat tekanan darah tinggi/hipertensi secara teratur?
3. Apakah saat ini dilakukan pengukuran tekanan darah?
Bila ya sdr menderita tekanan darah tinggi, apakah selama ini Saudara meminum obat tekanan darah tinggi/hipertensi
secara teratur?
Lanjutkan dengan
- Melakukan KIE untuk hipertensi dan faktor resiko PTM
- Melakukan KIE tentang cara mengukur tekanan darah yang benar;
- Melakukan KIE tentang penggunaan alat kesehatan pengukur tekanan darah yang baik dan benar;
- Menyarankan untuk bergabung dengan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) ditempat kerjanya
- Memotivasi untuk terlibat dalam kelompok asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui pemanfaatan toga & akupuntur
utk menurunkan hipertensi
Keadaan ini dapat berlangsung lama, sampai dirasakan “sakit” akibat kerusakan bagian tubuh yang penting seperti
jantung, ginjal, otak, dan lain-lain.
Untuk mewaspadainya, maka tekanan darah harus dikenali dengan cara mengukurnya secara rutin.
Pada saat seseorang ditegakkan diagnosis hipertensi derajat satu, maka yang pertama dilakukan adalah mencari faktor
risiko apa yang ada. Kemudian dilakukan upaya untuk menurunkan faktor risiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup,
sehingga dapat dicapai tekanan darah yang diharapkan.
Bila dalam satu bulan tidak tercapai tekanan darah normal, maka terapi obat diberikan. Bila hipertensi derajat dua, maka
intervensi obat diberikan bersamaan dengan modifikasi gaya hidup.
Upaya promotif dan preventif/pencegahan dilakukan terhadap orang atau kelompok masyarakat yang masih sehat
maupun yang sudah berisiko yang dilakukan melalui kegiatan POSBINDU PTM. Hipertensi dapat dicegah dengan perilaku
CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara berkala; Enyahkan asap rokok; Rajin aktivitas fisik; Diet sehat dengan gizi seimbang;
Istirahat yang cukup; dan Kelola stress.
Sedangkan upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan terhadap orang atau sekelompok masyarakat yang sudah sakit
melalui modifikasi gaya hidup sehat dan terapi obat.
- Kunjungan rumah
1 Melakukan : Melaporkan dan
Memotivasi ODGJ Berat agar dapat
- Layanan rumah
- Upaya promotif dan 2 mengkoordinasikan
hasil intervensi lanjut
6 bersosialisasi, melakukan pekerjaan
2 Preventif (KIE Keswa)
rumah tangga sederhana
- Deteksi dini 2
Memberikan informasi kepada
- Konseling masalah Keswa Melakukan rujukan
5 Memberikan KIE Keswa dan Pinkesga tim data Puskesmas terkait
9 perubahan informasi kesehatan
- Rehabilitasi Berbasis
lanjut ke RS sesuai
ketentuan JKN
keluarga setelah dilakukan
4 Mengevaluasi PHBS (perawatan diri,
ketersediaan air bersih) intervensi 3 Masyarakat 1 Instrumen Diagnosis : Mini
ICD-X
di FKTP
Gangguan jiwa merupakan sekumpulan gejala atau pola perilaku yang ditemukan secara klinis, disertai penderitaan dan
hambatan. Penderita gangguan kejiwaan yang ditemukan dikeluarga diindikasi dengan adanya beberapa tanda dan gejala
perubahan emosi/suasana perasaan, pola dan isi pikir serta perilaku yang tidak wajar pada anggota keluarganya. Perubahan
perilaku anggota keluarga tersebut yang ditemukan secara klinis yang berdampak pada kesulitan dalam melakukan pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari termasuk bersosialisasi. Penderita tersebut dikatakan sudah mendapatkan pengobatan apabila
sudah diberikan konseling dan psikoterapi serta obat jiwa (psikofarmaka).
Pendataan indikator ini dilakukan pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa berat dan
tidak ditelantarkan dan/atau dipasung serta diupayakan penyembuhannya.
Pertanyaan:
1. Apakah ada anggota keluarga yang pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa berat (Schizopenia)?
2. Bila ya, apakah selama ini penderita tersebut meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur?
3. Apakah ada anggota keluarga yang dipasung?
Lanjutkan dengan
- Melakukan Edukasi kepada keluarga tentang penggunaan obat gangguan jiwa yang benar melalui GeMa CerMat ;
- Meminta keluarga melakukan Deteksi dini (skrining) masalah keswa anak dan remaja;
- Meminta untuk segera berkonsultasi dengan Puskesmas
Pinkesga INDIKATOR 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
1. Apa yang dimaksud Gangguan Jiwa Berat?
Gangguan jiwa merupakan sekumpulan gejala atau pola perilaku yang ditemukan secara klinis, disertai penderitaan
dan hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan dan bersosialisasi. Dalam UU No 18 tahun
2014 tentang kesehatan jiwa, orang dengan masalah kesehatan jiwa disebut sebagai ODMK. Sedangkan orang dengan
gangguan jiwa disebut sebagai ODGJ. Keluarga penting memperhatikan beberapa tanda dan gejala perubahan emosi/
suasana perasaan, pola dan isi pikir serta perilaku yang tidak wajar pada anggota keluarganya.
Dalam hal ini yang termasuk dalam gangguan jiwa berat adalah Gangguan Mental Organik, Gangguan Bipolar dengan ciri
Psikotik, Gangguan Depresi Berat dengan Ciri Psikotik, Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya.
Kondisi kegawatdaruratan psikiatri adalah suatu situasi yang ditandai dengan gejala gaduh gelisah, perilaku melukai diri
sendiri dan atau membahayakan orang lain, serta perilaku menarik diri (mengurung diri, berdiam diri, tidak merawat diri).
Pencegahannya antara lain adalah dukungan keluarga dan masyarakat, pola asuh yang baik, pelatihan keterampilan
sosial hidup (mis kelola stress dengan baik), berpikir positif, olah raga teratur, menerapkan teknik relaksasi, meningkatkan
nilai spiritual, cek kesehatan teratur dan menciptakan kehidupan dengan semangat ceria.
Gangguan jiwa perlu deteksi dini didalam keluarga, kader kesehatan melalui Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) seperti posyandu, posbindu dan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM).
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan kepada anggota keluarga untuk mendeteksi gangguan jiwa adalah sebagai
berikut:
Jika ditemukan/dideteksi salah satu pertanyaan diatas, maka segeralah membawanya ke fasilitas kesehatan tingkat
dasar atau fasilitas pelayanan kesehatan tingkat rujukan terdekat dengan mengikuti alur sistim rujukan yang berlaku.
Selain pertanyaan dapat pula dibantu menggunakan instrumen Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk usia
dibawah 17 tahun dan Self Reporting Questionnaire (SRQ) untuk usia diatas 17 tahun (terlampir).
Sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, dokter dapat menggunakan instrumen Mini ICD-X
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah ODGJ berat diharuskan menjadi anggota jaminan kesehatan nasional
(JKN) dengan memiliki kartu JKN yang dikelola oleh BPJS setempat. Sistim pelayanannya adalah mengikuti alur sistim
rujukan fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang memiliki pelayanan
kesehatan jiwa. Jika tidak dapat ditangani, dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat rujukan lanjut (FKTRL) dengan layanan
jiwa disertai membawa kartu identitas dan surat rujukan.
Apabila yang bersangkutan mengalami keadaan gawat darurat psikiatri, maka dapat langsung ke unit gawat darurat
(UGD) di Rumah Sakit terdekat. Jika dirawat, peserta harus melengkapi persyaratan administrasi 3 x 24 jam hari kerja
sejak peserta masuk ke rumah sakit.
b. Prevensi kesehatan jiwa untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa, keparahan dan kekambuhan serta munculnya
penyakit lain yang bersamaan dengan gangguan jiwa dilaksanakan melalui :
• Deteksi dini dan diagnosis gangguan jiwa
• Edukasi kesehatan jiwa melalui peningkatan keterampilan atau pelatihan dan pendidikan (seperti; pelatihan pola
asuh, pelatihan keterampilan sosial, pelatihan tanda dan gejala gangguan jiwa, pendidikan keterampilan hidup
sehat, pelatihan keluarga sehat dan sebagainya).
• Keterampilan pengelolaan stres dan pemecahan masalah
Gangguan jiwa berat dapat dikendalikan dengan penatalaksanaan yang tepat dan
berkesinambungan sehingga mencegah penderitaan dan hambatan dalam aktivitas sehari-
hari, serta mencegah kekambuhan, penelantaran dan pemasungan.
Melakukan intervensi
KELUARGA lanjut dari informasi
PUSKESMAS Puskesmas terkait
UKBM 1 masalah kesehatan
yang menjadi
Mengimplementasikan
KTR di rumah dan di Pemicuan dalam
4 kepesertaan JKN di
FKTP nya
wilayah Pembentukan KTR di
wilayah Melaporkan dan
2 mengkoordinasikan
hasil intervensi lanjut FKTP LAINNYA
Menyepakati Kawasan Berkoordinasi dengan
Tanpa Rokok tim Puskesmas untuk
Menggali informasi kesehatan
setiap anggota keluarga terutama 12
1 2 pelaporan temuan kasus
baru atau perkembangan
1 indikator perlu perhatikan bila ada
keluarga yang merokok kemungkinan
kesehatan anggota
keluarga Lokmin bulanan menginformasikan ke FKTP
adanya anak yang stunting, TB dan
PTM seperti hipertensi, DM, dll. 5 lainnya untuk melakukan intervensi lanjut pada
anggota keluarga yang tercatat sebagai anggota
Pertanyaan:
Apakah Saudara merokok?
Apabila jawabannya ya, lanjutkan dengan:
- Memotivasi dan Edukasi berhenti merokok dan
- Menyarankan untuk bergabung dengan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) ditempat kerjanya
- Memotivasi untuk memanfaatkan Raport Kesehatanku
- Memotivasi orang tua untuk mencegah penyalahgunaan NAPZA (tembakau) dan Mencegah merokok melalui akupresure
- Gunakan flyer terkait merokok
1. Apa yang dimaksud dengan konsumsi rokok atau hasil tembakau lainnya?
Rokok dikonsumsi dengan cara dibakar dan dihisap asapnya, yang bahannya dibuat dari tembakau rajangan atau bahan
penggantinya dan cengkeh atau rempah lain yang dibungkus dengan cara dilinting. Selain rokok, hasil olahan tembakau
lain yang dikonsumsi berupa cerutu, rokok elektrik atau yang dikenal dengan “vape”, shisha, atau tembakau yang dikunyah.
Dalam rokok yang dibakar mengandung Nikotin yang menyebabkan ketagihan, gas karbon monoksida (CO) yang merupakan
gas beracun yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah dan menyebabkan menurunnya daya pikir-konsentrasi,
TAR serta 4000 zat kimia beracun lain, diantaranya 43 zat kimia bersifat karsinogenik atau memacu terjadinya sel kanker.
Efek yang sama juga dapat terjadi pada orang yang memperoleh paparan asap rokok dari orang lain serta menghisap
residu yang ditinggalkan pada barang-barang dan tubuh yang terpapar asap rokok.
3. Siapa dan apa yang perlu edukasi bahaya merokok bagi kesehatan ?
Anggota keluarga yang merokok yaitu perokok aktif (orang yang merokok) dan perokok pasif (orang lain yang terpapar
asap rokok) baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak.
Paparan asap rokok terutama di dalam rumah dan tempat kerja, sangat berbahaya bagi perokok maupun orang lain
disekitarnya. Perokok dianjurkan untuk berhenti merokok, dan jika tetap ingin merokok dianjurkan untuk merokok di luar
rumah dan tempat-tempat terbuka yang berhubungan dengan udara luar.
Apa bila terdapat penyulit berupa gejala putus nikotin yang berat (sakau nikotin) seperti cemas berlebihan, agresif berat,
depresi berat agar dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (rumah sakit) untuk memperoleh layanan lanjutan.
5. Apa yang perlu diperiksa bila seseorang ingin mendapatkan layanan upaya berhenti merokok?
a. Penilaian motivasi dan kesiapan untuk berhenti merokok menggunakan kuesioner yang ada.
b. Penilaian tingkat ketergantungan nikotin menggunakan kuisioner yang ada.
c. Penilaian fungsi Paru sederhana dengan menggunakan peak flow meter dan kadar gas karbon monoksida di paru
dengan alat CO analiser di Puskesmas.
6. Apa saja upaya pencegahan konsumsi rokok dan hasil tembakau lainnya?
Upaya yang dilakukan sebagai berikut :
a. Mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di 7 tatanan (tempat belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,
tempat fasilitas kesehatan, tempat kerja, angkutan umum dan tempat-tempat umum serta tempat lainnya yang diatur).
Untuk wilayah desa/kelurahan/dusun/RW/RT yang mempunyai masalah utama rokok dapat dilakukan pemicuan untuk
menyepakati aturan desa/kelurahan/dusun/RW/RT tanpa rokok dan mendeklarasikannya.
7. Apa yang dilakukan bila ditemukan anggota keluarga yang konsumsi rokok dan hasil tembakau lainnya?
a. Menginformasi dan mengedukasi keluarga tentang bahaya merokok baik bagi diri perokok tersebut maupun bagi
anggota keluarga yang lain.
b. Menganjurkan anggota keluarga yang merokok untuk berhenti merokok, dan
c. Menganjurkan agar tidak merokok di dalam rumah dan segera mandi serta ganti baju apabila selesai merokok
d. Menginformasikan adanya layanan berhenti merokok di FKTP (Puskesmas dan klinik mandiri) atau di FKRTL (rumah
sakit) dan layanan berhenti merokok tanpa bayar dengan nomor telpon 0800 – 177 – 6565
e. Melaporkan kondisi keluarga ini kepada pimpinan puskesmas dan petugas pengelola program untuk tindak lanjutnya
8. Apa yang dilakukan bila ditemukan merokok menjadi salah satu sebab rendahnya IKS di suatu wilayah (RT/TW/
Dusun/Desa/Kelurahan)?
a. Mencari informasi siapa saja pemimpin atau tokoh formal dan informal yang ada di wilayah tersebut yang
dapat mempengaruhi masyarakat untuk menyepakati aturan desa/kelurahan/dusun/RW/RT tanpa rokok dan
mendeklarasikannya.
Pelayanan Kesehatan
1 Provinsi :
2 Kabupaten/Kota*) :
3 Kecamatan :
4 Desa/Kelurahan :
5 RT / RW : RT RW
6 Nomor Rumah
8 Nomor KK :
Pemuka Masyarakat
1
TKSK, Dinas Sosial & Dinas Kesehatan
Menanyakan apakah Keluarga untuk pengusulan kepesertaan JKN
2 yang menjadi peserta sudah
mempunyai Kartu JKN?
masyarakat miskin & tidak mampu Melakukan Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama,
Tim Puskesmas melakukan sosialisasi 2 termasuk Skrining/Deteksi Dini,
Menanyakan apakah ada keluhan Tim Puskesmas berkoordinasi dengan Melakukan rujukan pasien JKN
4 atau iur biaya dari peserta JKN
dalam mendapatkan pelayanan 3 BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan
untuk pertakan kartu JKN & kendala dalam
3 yang memerlukan pelayanan
Kesehatan Lanjutan
kesehatan pelayanan JKN
TIM PEMBINA KELUARGA Melaksanakan program rujuk
5 Menyampaikan hasil pendataan
kepada Puskesmas 4 balik pasien prolanis yang
mampu laksana di FKTP
Pertanyaan:
Apakah Saudara mempunyai kartu jaminan kesehatan atau JKN?
Apabila jawabannya tidak, lanjutkan dengan:
- Memotivasi keluarga untuk ikut JKN
- Memotivasi keluarga untuk ikut dalam Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
- Gunakan flier JKN untuk berkomunikasi dengan keluarga
• Pelayanan Kesehatan dapat dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun FKRTL
(Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan). Pelayanan kesehatan dilakukan secara berjenjang mulai dari
FKTP ke FKRTL kecuali pada keadaan gawat darurat.
6. Apa yang harus dilakukan oleh peserta jika mengalami permasalahan dalam kepesertaan atau pelayanan
JKN?
Peserta dapat mendatangi kantor cabang BPJS di wilayahnya atau BPJS Center yang berada di RS.
KELUARGA
1 UKBM, POKMAIR,
BPSPAM, HIPPAM PUSKESMAS
Lokmin Triwulan
Menindaklanjuti menginformasikan ke Lintas
anjuran/pesan dari Tim Sektor, dan stakeholder terkait
Pembina Keluarga 3 untuk melakukan intervensi
lanjut pada anggota keluarga
yang mempunyai masalah
kesehatan terkait air
1
Menggali informasi dan Observasi Memberikan penyuluhan,
1 akses/menggunakan air bersih Pengelola program perbaikan sarana dan peningkatan
kualitas air bersih
setiap anggota keluarga Kesling melakukan
5
program Kesling di Puskesmas
Melakukan kunjungan ulang sesuai permasalahan air bersih
untuk melakukan pembinaan anggota keluarga yang ditemukan
6 dan update akses/memiliki dan
memanfaatkan air bersih setiap
anggota keluarga 4 Memberikan informasi kepada tim
Menginformasikan terkait data Puskesmas terkait perubahan
TIM PEMBINA KELUARGA
anggota keluarga yang perlu
ditindak lanjuti di UKBM
7 akses/memiliki dan memanfaatkan
air bersih setelah dilakukan
intervensi
Pendataan indikator ini dilakukan diseluruh keluarga yang berada diwilayah kerja Puskesmas
Pertanyaan :
Apakah tersedia sarana air bersih di lingkungan rumah?
Ditanyakan tentang ketersediaan sarana air bersih yang dimiliki oleh keluarga yang digunakan untuk seluruh keperluan
keluarga termasuk untuk keperluan makan, minum, masak, mandi, dan mencuci.
Bila Ya, apa jenis sumber airnya terlindungi (PDAM, sumur pompa, sumur gali terlindung, mata air terlindung)
• PDAM adalah air yang berasal dari perusahaan air minum yang dialirkan langsung ke rumah dengan beberapa titik kran,
biasanya menggunakan meteran (termasuk perusahaan air minum swasta).
• Sumber air terlindung adalah sumber air tanah yang secara langsung (tanpa diolah) digunakan untuk keperluan keluarga
(termasuk sumur pompa, sumur gali terlindung, dan mata air terlindung).
Bila jawabannya Tidak, maka dilanjutkan dengan memberikan KIE mengenai air bersih. Penggunaan, manfaat dan kerugian
apabila tidak menggunakan air bersih.
Apa perbedaan sarana air bersih dimiliki dengan sarana air bersih milik umum/komunal?
a. Akses air bersih yang dimiliki yaitu: sarana milik keluarga (ledeng sambungan rumah, sumur gali/sumur bor dengan
pompa/penampungan air hujan di area rumah)
b. Akses air bersih milik umum/komunal yaitu : sarana milik umum (sumur gali/sumur bor dengan pompa/mata air
terlindung/penampungan air hujan/tangki air/hidran umum/terminal air)
6. Siapa yang menyediakan sarana dan prasarana air bersih untuk keluarga?
1) Keluarga
2) Kelompok Masyarakat
3) Pemerintah/Pemerintah Daerah
4) Swasta/Corporate Social Responsibility (CSR)/Mitra lainnya
KELUARGA
1 UKBM, POKMAIR,
BPSPAM, HIPPAM PUSKESMAS
Lokmin Triwulan
Menindaklanjuti menginformasikan ke Lintas
anjuran/pesan dari Tim Sektor, dan stakeholder terkait
Pembina Keluarga 3 untuk melakukan intervensi
lanjut pada anggota keluarga
yang mempunyai masalah
kesehatan terkait jamban
1
Menggali informasi dan Observasi Memberikan penyuluhan,
1 akses/menggunakan jamban sehat Pengelola program perbaikan sarana dan peningkatan
kualitas jamban sehat
setiap anggota keluarga Kesling melakukan
5
program Kesling di Puskesmas
Menganjurkan untuk kunjungan sesuai permasalahan jamban sehat
6 ke UKBM atau Puskesmas dalam
mengatasi masalah jamban sehat
anggota keluarga yang ditemukan
Yang dimaksud dengan ketersediaan jamban dalam keluarga adalah kepemilikan Jamban oleh sebuah keluarga. Sedangkan
Jamban komunal (umum) yang jumlahnya 1 (satu) atau lebih namun digunakan oleh beberapa rumah tangga /rumah kontrakan
tidak termasuk dalam ketersediaan jamban keluarga.
Pendataan indikator ini dilakukan diseluruh keluarga yang berada diwilayah kerja Puskesmas
Pertanyaan :
1. Apakah tersedia jamban keluarga?
2. Bila ya, apakah jenis jambannya saniter? (kloset/leher angsa/plengsengan)
3. Untuk anggota keluarga berumur >15 tahun, dilanjutkan dengan pertanyaan : Apakah Saudara biasa buang air besar di
jamban? Pertanyaan ini untuk mengetahui perilaku sehari-hari AK dalam penggunaan jamban.
Apabila dalam pemeriksaaan jamban ditemukan hal yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan lanjutkan dengan
memberi informasi dan memotivasi keluarga untuk memanfaatkan jamban sehat
Pinkesga INDIKATOR 12. Keluarga Mempunyai Akses Dan Menggunakan Jamban Sehat
5. Kapan keluarga disebut akses jamban sehat serta menggunakan jamban sehat?
a. Apabila setiap anggota keluarga dapat mengakses dan menggunakan jamban sehat yang ada di rumah maupun di
jamban komunal.
b. Jika ada anggota keluarga yang menggunakan popok, harus membuang/membersihkan tinjanya ke dalam lubang
WC.
MENU PRIORITAS
PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2018
40
TERKAIT KESEHATAN
Permendes
Permendes PDTT
PDTT No.
No. 19
19 tahun
tahun 2017
2017
1. Air bersih berskala desa
2. Sanitasi lingkungan
3. Bantuan Insentif Kader Kesehatan/UKBM
4. Pelatihan (Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan)
Ketrampilan) Kader
Kader Kesehatan
Kesehatan Masyarakat
Masyarakat
5. Transport Kader Kesehatan
hamil, nifas,
6. Perawatan dan/atau Pendampingan ibu hamil, nifas, dan
dan menyusui
menyusui
7. Pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makananmakanan tambahan/sehat
tambahan/sehat untuk
untuk
sekolah
peningkatan gizi bayi, balita, dan anak sekolah
8. Pengadaan, Pembangunan, Pengembangan, Pemeliharaan,
Pemeliharaan, pengelolaan
pengelolaan dan
dan pembinaan
pembinaan
UKBM (Poskesdes/Polindes, Posbindu, Posyandu,
Posyandu, dan
dan pos
pos kesehatan
kesehatan lainnya)
lainnya)
9. Penyelenggaraan dan Pemberdayaan masyarakat
masyarakat dalam
dalam promosi
promosi kesehatan
kesehatan dan
dan
gerakan masyarakat hidup sehat
10. Kampanye dan Promosi Hidup Sehat (Peningkatan
(Peningkatan PHBS)
PHBS) guna
guna mencegah
mencegah Penyakit
Penyakit Menular
Menular
Seksual HIV/AIDS, Tuberkulosis, Hipertensi,
Hipertensi, Diabetes
Diabetes Mellitus
Mellitus dan
dan Gangguan
Gangguan Jiwa
Jiwa
11
2. Sanitasi Lingkungan
a. Sanitasi yang layak kesehatan
b. Pembangunan sarana MCK (Mandi, Cuci, Kakus), sarana cuci tangan
c. Pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga serta yang berbasis masyarakat
d. Sanitasi berbasis masyarakat (misal: sanitas pasar desa, menghilangkan genangan air, dsb)
e. Penyediaan sarana teknologi tepat guna (TTG) untuk sanitasi (misal: septic tank terapung)
10. Kampanye dan Promosi Hidup Sehat (Peningkatan PHBS) guna mencegah Penyakit
Menular Seksual HIV/AIDS, Tuberkulosis, Hipertensi, Diabetes Mellitus dan Gangguan Jiwa
a. Peningkatan PHBS
b. Pemantauan kepatuhan minum obat (TTD, obat TB, obat HIV, obat Malaria, dll) oleh kader
c. Promosi/Penyuluhan dan penyediaan media KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)
d. Operasional kegiatan desa wisma/kunjungan rumah
e. Aktifitas kreatif yang sehat bagi remaja, pemuda dan kelompok seksual aktif
TIM BUKU
Penasehat : Nila Farid Moeloek (Menteri Kesehatan Republik Indonesia)
Pengarah : Untung Suseno Sutarjo (Sekretaris Jenderal), Anung Sugihantono (Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat), Mohamad Subuh (Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit), Bambang
Wibowo (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan), Maura Linda Sitanggang (Direktur Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan), Purwadi (Inspektur Jenderal), Siswanto (Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan), Usman Sumantri (Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan)
Penyusun : Saraswati (Direktur Pelayanan Kesehatan Primer), Ganda Raja Partogi Sinaga (Direktorat Pelayanan
Kesehatan Primer), Monika Saraswati Sitepu (Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer), Aditia Putri
(Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer), Trihono (Health Policy Unit), Tini Suryanti (Health Policy
Unit), Siti Sundari (Health Policy Unit), Lalu Hendi Purnomo (Health Policy Unit), Wulan Sri Damayanti
(Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer), Naneu Retna Arfani (Direktorat Pelayanan Kesehatan
Primer), Bagus Satrio Utomo (Setditjen Kesmas), Ari Rahma Wati (Setditjen Kesmas), Prayit Susilo Aji
(Setditjen P2P), Siti Nadia Tarmizi (Setditjen P2P), Yuli Farianti (P2JK), Akhmad Afflazir (P2JK), Mukti
Eka Rahadian (PADK), Dian Kusumawardhani (PADK), Danu Ramadityo (Direktorat Promkes)