Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Banyak yang tidak tahu tentang abortus, karena setiap pendarahan sebetulnya
belum tentu abortus. Abortus/keguguran sendiri artinya suatu ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram. Sedangkan konsepsi merupakan pembuahan sel
sperma terhadap sel telur. Abortus bermacam-macam jenisnya, makanya tidak
setiap pendarahan selalu dilakukan tindakan kiret/kuretase. Ada yang
dipertahankan sampai waktu tertentu dengan cara baring total dan obat-obatan
penguat kandungan.
Aborsi adalah istilah biasa yang digunakan untuk menunjukkan penghentian
kehamilan. Abort berarti mengakhiridan aborsi bergun untuk mengakhiri
kehamilan. Aborsi mungkin direncanakan dan terjadi secara spontan.Ketika
kehamilan tidak direncanakan dan terjadi secara spontan. Ketika kehamilan tidak
mampu diteruskan, hasilnya adalah aborsi spontan, juga dinamakan keguguran.
Keguguran dapat ditandai oleh terjadinya pendarahan yang hebat dari vagina dan
mungkin membutuhkan pertolongan secara medis. Aborsi biasanya dilakukan
oleh dokter/bidan/dukun, lebih disukai selama tiga bulan pertama dari kehamilan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan 8-14 minggu villi koriales menembus desisua secara mendalam,
plasenta tidak dilepaskan sempurna shingga banyak perdarahan. Pada kehamilan
diatas 14 minggu, setelah ketuban pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan
dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta ( Prawiroharjo,
2002).

B.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Abortus ?
2. Apa saja Jenis jenis Abortus ?
3. Apa penyebab Abortus ?
4. Bagaimana tanda dan gejala pada pasien abortus ?

5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada abortus ?


6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada abortus ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien abortus ?

Tujuan makalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud abortus;
2. Mengetahui jenis jenis abortus;
3. Mengetahui penyebab abortus;
4. Mengetahui tanda dan gejala abortus;
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada abortus;
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada pasien abortus;
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien abortus.
D. Manfaat makalah
Makalah ini disusun dengan harapan membeikan kegunaan baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan dalam pengetahuan kita sebagai calon perawat. Secara praktis
makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis sebagai wahana menambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang abortus.
2. Pembaca sebagai media informasi tentang abortus.
C.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi


sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray , 2002).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin lebih dari 500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa
tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus dengan sengaja dilakukan
tindakan disebut abortus provokatus. (Prawiroharjo, S, 2008)
Aborsi adalah penghentian kehamilan atau pengeluaran produk konsepsi
sebelum janin hidup. janin biasanya dianggap mampu hidup setelah 5-6 bulam
masa gestasi. Istilah persalinan premature digunakan ketika wanita mengalami
persalinan pada bulan bulan kehamilan tersebut.
B. Klasifikasi
Bentuk abortus dibagi menurut terjadinya abortus spontan (abortus
provokatus, kriminalis, medisinalis) dan menurut bentuk klinis (abortus iminens,
abortus insipiens, abortus inkompkletus, abortus habitualis, abortus yang
tertahan(missed abortion), abortus infeksiosus. ( Manuaba, I, 2008).
1. Abortus provokatus (indoset abortion) adalah aborsi yang disengaja baik
dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat, ini terbagi menjadi dua:
a. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh
dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak
diambil akan membahayakan jiwa ibu.
b. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi
medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka
melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan.
2. Abortus Iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa
adanya dilatasi serviks.
3. Abortus insipiens adalah peristiwa pardarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
4. Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus.
5. Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan
6. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari
3 kali.
8. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman
atau toksis kedalam perederan darah atau peritoneum.
C. Etiologi Abortus
1. Etiologi dari keadaan patologi
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan keguguran.
Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-sebab abortus
spontan yaitu :
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin hidup
terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus
adalah :
7.

1)

2)

Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi
terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom
terjadi pada abortus trisemester pertama yang disebabkan oleh
nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada monosomi X
(45, X) merupakan kelainan kromosom tersering dan memungkinkan
lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu aborsi
aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena adanya
kelainan kromosom baik kelainan struktural kromosom atau pun
komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus euploid, pada
umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor
pendukung aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor

ibu, dan beberapa faktor ayah serta kondisi lingkungan.


(Williams,2006)
b. Faktort ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1) Infeksi yang terdiri dari :
a) Infeksi akut
Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
Parasit, misalnya malaria.
b) Infeksi kronis
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
Tuberkulosis paru aktif.
2) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
3) Penyakit kronis, misalnya :
a) Hipertensi, jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,
b) Nephritis
c) Diabetes, angka abortus dan malformasi congenital meningkat
pada wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan dengan derajat
control metabolic pada trisemester pertama.
d) anemia berat
e) penyakit jantung
f) Toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi pada plasenta
4) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan
abortus
5) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang
pendek, retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama
ini dapat menimbulkan abortus.
6) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
7) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)
c. Pemakainan obat dan faktor lingkungan

1) Tembakau. Merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid.

2.

Wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2
kali lipat dobandingkan wanita yang tidak merokok.
2) Alkohol. Abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
3) Kafein. Konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per
hari tampak sedikit meningkatkan abortus spontan
4) Radiasi
5) Kontrasepssi. Alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan
peningkatan insiden abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
6) Toxin lingkungan. Pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi
yang menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab.
Namun terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena
dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus (barlow, 1982)
d. Faktor Imunologis
1) Autoimun
2) Alloimun
e. Faktor ayah. Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan
abortus.(william,2006)
Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan.

Hal- hal yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagi berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : Kelainan kromosom, lingkungan
nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
2. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV.
3. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversio uterus.
4. Kelainan plesenta, Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh
darah pada plasenta yang disebabkan oleh penyakit darah tinggi yang
menahun
5. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu
seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus
toxoplasma.

D. Manifestasi Klinis Abortus

Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh


tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga
sering terdapat rasa mulas dan keluan nyeri pada perut bagian bawah.
1. Abortus Imminens
a. Perdarahan pervaginam
b. Mulas sedikit atau tidak ada keluhan
c. Ostium uteri masih tertutup
d. Besar uterus sesuai umur kehamilan
e. Tes urin masih positif
2. Abortus Insipiens
a. Perdarahan pervaginam dan semakin bertambah sesuai dengan pembukaan
serviks
b. Serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum ueri
c. Mulas karena kontraksi yang sering dan kuat
d. Tes urin masih positif
3. Abortus Inkompletus
a. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnyapun bisa banyak atau sedikit
tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
plasental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus
b. Kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uerti
atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
c. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi
sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang
bentuknya tidak beraturan
4. Abortus Kompletus
a. Biasa tidak ada keluhan.
b. Biasa diawali dngan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tapi
pertumbuhan terhenti.
c. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil , kantong
gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai
gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.

d. Pemeriksaan tes urine biasa hasil negatif setelah satu minggu dari

terhentinya kehamilan.
5. Mised Abortion
a. Perdarahan sedikit
b. Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah
menutup
c. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan
d. Pemeriksaan tes urine biasanya masih positif 7 10 hari setelah abortus
6. Abortus Habitualis
a. Ostium serviks akan mebuka ( inkompeten )
b. Tanpa rasa mules / kontraksi rahim dan akhirnya terjadi pengeluaran janin
7. Abortus Infesius/sepsis
a. Panas tinggi
b. Tampak sakit dan lelah.
c. Takikardi
d. Perdarahan pervaginam yang berbau
e. Uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan.
f. Pemeriksaan laboratorium didapatkan tanda infeksi dan leukositosis

E. Pemeriksaan Diagnostik
1.

2.
3.
4.

5.

Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala /
keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan
riwayat obstetri / ginekologi.
Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal
harus selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. jika
keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera
Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika
memungkinkan, cari sumber perdarahan, apakah dari dinding vagina, atau
dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium
Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang
(ambil sediaan sebelum pemeriksaan vaginal touche)

Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak


uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam
ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi
serviks).
F. Penatalaksanaan Medis
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan terjadi selama
kehamilan. Ibu harus istirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi. Terapi
intravena atau transpusi darah dapat dilakukan bila diperlukan. Pada kasus aborsi
inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus melalui pembedahan. Begitu
juga dengan kasus missed abortion jika janin tidak keluar spontan. Jika
penyebabna adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya ditunda sampai dapat
penyebab yang pasti untuk memulai terapi antibiotic.
1. Abortus Imminens
a. Berikan informent consent. Bila ibu masih menghendaki kehamilan
tersebut, maka pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan
kehamilan ini.
b. Tes urine
c. Pemeriksaan USG
d. Penderita melakukan tirah baring sampai perdarahan terhenti.
e. Bisa diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontrkasi atau diberikan
tambahan hormon progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya
abortus.
f. Peenderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan
khusus tidak boleh berhubungan seksual sampai lebih kurang 2 minggu.
2. Abortus Insipiens
a. Berikan Informent consent
b. Tes urine
c. Pemeriksaan USG
d. Perhatikan keadaan umum pasien dan perubahan keadaan hemodinamik
yang terjadi dan lakukan segera tindakan evakuasi / pengeluaran hasil
konsepsi disusul kuretase jika perdarahan banyak.
e. Berikan uterotonika.
f. Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian uterotonika dan
antibiotik profilaksis.
6.

3. Abortus Inkomplet
a. Berikan informen consent.
b. Tes urine
c. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan pemeriksaan

secara klinis.
d. Bila terjadi perdarahan yang hebat segera melakukan pengeluaran sisa hasil
konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi
uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan
perdarahan bisa terhenti.
e. Selanjutnya lakukan tindakan kuretase.
f. Pasca tindakan diberikan uterotonika parenteral atau per oral dan
antibiotika.
4. Abortus Komplet
a. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis
telah memadai.
b. Pemeriksaan urine biasanya masih positif sampai 7 - 10 hari setelah
abortus.
c. Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun
pengobatan. Biasanya hanya diberi robonsia atau hematenik bila keadaan
pasien memerlukan.
d. Uterotonika tidak perlu diberikan.
5. Missed Abortion
a. Informent consent
b. Pemeriksaan urine
c. Pemeriksaan USG
d. Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi
dapat secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks
uterus memungkinkan.
e. Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kuang dari 20 minggu dengan
serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi
terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau meamtangkan kanalis
serviks. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infus
intravena cairan oksitosin dimulai daari dosis 10 unit dalam 500 cc
dekstrose 5% tetesan, 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total

10

oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya


retensi cairan tubuh
f. Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi
diulangi biasanya maksimal 3 kali
g. Setelah janin atau jarigan hasil konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini
dilajutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
h. Pada dekade ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin atau
sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara
yang banyak disebutkan adalah dengan cara poemberian mesoprostol
secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi dua kali dengan
jarak 6 jam.
i. Apabila terjadi hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah atau
fibrinogen.
j. Pasca tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infus intravena cairan
oksitosin dan pemberian antibiotika.
6. Abortus Habitualis
Jika ibu belum hamil lagi, hendaknya waktu itu digunakan untuk
melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang mungkin
menyebabkan abortus habitualis itu.
Disamping pemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan bentuk
badan penderita, dilakukan pula pemeriksaan suami istri, antara lain
pemeriksaan darah dan urin rutin, pemeriksaan golongan darah , faktor Rh,
dan tes terhadap sifilis; selanjutnya pada isteri dibuatkan kurve harian glukose
darah dan diperiksa fungsi tiroid, dan pada suami diperiksa sperma.
Perlu diselidiki pula, apakah ada kelainan anatomik, baik kelainan bawaan
atau kelainan yang terjadi setelah melahirkan. Laserasi pada serviks uteri dan
adanya mioma uteri dapat ditemukan pada pemeriksaan ginekologik, sedang
mioma uteri submukosum, uterus septus dan serviks uteri inkompeten dapat
diketahui dengan melakukan histerogafi. Kadang-kadang perlu dilakukan
laparoskopi untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kelainan
anatomik pada uterus.
Selain terapi yang bersifat kausal, mak penderita dengan abortus
habitualis, jika ia hamil, perlu mendapat perhatian yang khusus. Ia harus

11

banyak istirahat, hal ini tidak berart i bahwa ia harus tinggal terus ditempat
tidur, akan tetapi perlu dicegah usaha usaha yang melelahkan.
Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannya harus
adekuat mengenai protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya
dalam masa organogenesis pemeberian obat obatan harus dibatasi dan obat
obat yang diketahui dapat mempunyai pengaruh jelekterhadap janin, dilarang.
Dimana khususnya dimana faktor emosional memegang peranan penting,
pengaruh dokter sangat besar utntuk mengatasi ketakutan dan kecemasan.
Terapi hormonal umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi
tiroid, atau gangguan fase luteal. ( ilmu kandungan, prawirohardjo. S)
7. Abortus Infeksiosus
a. Pengelolaan pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan
tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang adekuatb sesuai dengan
kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan fluksus /
flour yang keluar pervaginam.
b. Untuk tahap pertama dapat diberikan penisilin 4 x 1,2 juta unit atau
ampisilin 4 x 1 gram ditambah gentamisin 2 x 80 mg dan Metronidazol 2x
1 gram. Selanjutnya antibiotik sesuai dengan kultur.
c. Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat diberikan. Jangan lupa pada saat
tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika.
d. Antibiotik dilanutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberikan respon harus diganti dengan antibiotik
yang lebih sesuai.
e. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan
irigasi kanalis vagina / uterus dengan larutan peroksida ( HO ) atau kalau
perlu histerektomi total secepatnya.
8. Abortus Provokatus
Ditinjau dari segi usia kehamilan, abortus provokatus medicinalis
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Aborsi pada triwulan pertama sampai dengan 12 minggu. Pada kehamilan
sampai batas 7 minggu pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret
tajam, agar ovum kecil tidak tertinggal, maka ovum uteri dikerok
seluruhnya. Apabila kehamilan melebihi 6 sampai 7 minggu digunakan

12

kuret tumpul sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi


sebagian besar lepas dari dinding uterus maka hasil tersebut dapat
dikeluarkan dengan cunam abortuis dan kemudian dilakukan kerokan hatihati dengan kuret tajam yang cukup besar, apabila diperlukan dimasukkan
tampon kedalam uteri dan vagina yang akan dikeluarkan esok harinya.
b. Abortus pada kehamilan 12 sampai 16 minggu. Aborsi dilakukan dengan
menggunakan perpaduan antara dilatasi, kuret dan pengisapan. Bahaya dari
cara ini adalah terbentuknya luka-luka yang menimbulkan pendarahan.
c. Abortus pada triwulan kedua (Kehamilan sampai 16 minggu), dilakukan
dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus supaya janin dan plasenta
dapat dilahirkan secara spontan. Cara yang dilakukan adalah dengan
melakukanesantasi (pembiusan lokal).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Jika selama, kehamilan di temukan perdarahan ,identifikasi :


1. lama kehamilan
2. kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang
memengaruhi.
3. Karakteristik darah: merah terang, kecoklatan , adanya gumpalan darah, dan
lendir.
4. Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam,
mulas serta pusing.
5. Gejala-gejala hipovolemia seperti sinkop.
B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :

13

A. Kurangnya

volume cairan yang


berhubungan dengan kehilangan
vaskulardalam jumlah berlebih.
B. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia.
C. Ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan
janin.
D. Nyeri yang berhubungan dengan dilatasi serviks ,trauma jaringan, dan
kontraksi uterus.
E. Resiko tinggi terjadi infeksi yang berhubungan dngan penahanan hasil
konsepsi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosis 1 : kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
vaskular yang berlebihan.
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan yang
dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium
tepat, serta pengeluaran dan brat jenis urine adekuat secara individual.

Rencana Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Evaluasi, laporan, serta cacat jumlah
dan sifa kehilangan darah, lakukan

1. Perkiraan kehilanggan darah


membantu mmbedakan diagnosis,

perhitungan pembalut,kemudian timbang Setiap gram peningkatan berat pembalut


pembalut.

sama dengan khilangan kira-kira 1 ml


darah.

2. Lakukan tirang baring, instruksikan ibu

2. Perdarahan dapat berhenti dengan

`untuk menghindari valsava manuver dan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan


koitus.

abdomen atau orgasme dapat merangsan


perdarahan.

3. Posisikan ibu dengan tepat, telentang

3. Menjamin keadekuatan darah yang

dengan panggul ditinggikan atau semifowler. tersedia untuk otak, peninggian paggul
menghindari kompresi vena kaya. Posisi

14

semifowler memungkinkan janin


bertindak sebagai tampon.
4. Catat tanda-tanda vital, pengisisn kapiler4. Membantu menentukan beratnya
pada dasar kuku, warna membra mukosa ataukehilangan darah, meskipun sianosis
kulit dan suhu. Ukuran tekanan vena sentraldan perubahan pada tekanan darah dan
bila ada.

nadi adalah tanda-tanda lanjut dari


kehilangan volume sirkulasi.

5. Pantau aktivitas uterus, status janin, dan

5. Membantu menentuan sifat hemoragi

adanya nyeri tekan pada abdomen.

dan kemungkinan akibat dari peristiwa


hemoragi.

6. Hindari pemeriksaan rektal atau vagina.

6. Dapat meningkatkan hemoragi.

7. Patau masukan/keluaran cairan. Dapatkan 7. Menentukan luasnya kehilangan


sampel urine setiap jam, ukur berat jenis.

cairan dan menunjukan prfusi ginjal.

8. Dapatkan pemeriksaan darah cepat: HDL

8.Menentukan jumlah darah yang hilang

jenis dan pencocokan silang, titer Rh, kadar

dan dapat memberikan informasi

fibrinogen, hitung trombosit, APTT, dan kadar mengenai penyebabharus dipertahankan


LCC.

di atas 30% untuk mendukung transpor


oksigen dan nutrien.

9. Berikan larutan intravena, ekspander

9. Meningkatkan volume darah sirkulasi

plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan dan mengatasi gejala-gejala syok.
sesuai indikasi.

2. Diagniosis 2: Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan

hipovolemia.
Kriteria hasil: Perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan denyut jantung
janin (DJJ)dalam batas normal.
Rencana intervensi

Rasional

Mandiri:

15

1.

Perhatikan status f isiologi ibu, status 1. Kejadian perdarahn potensial


sirkulasi, dan volume dan darah.

merusk hasil kehamilan.Kemudian


mengakibatkan hipovotalemia atau
hipoksia iterplasenta

2.

Auskultasi dan laporkan DJJ. Catat

2. Mengkaji berlanjutnya hipoksia

bradikardiatau takikardi.Catat perlu

janin, pada awalnya janin

bahan pada aktivitas janin

berespons pada penurunan kadar


oksigen dengan takikardi dan
peningkatan gerakan. Bila tetap
defisit , bradikardi dan penurunan
akivitas terjadi.

3.

Catat kehilangan darah ibu karena


adanya kontraksi uterus.

3. Bila kontraksi uterus di sertai


dilatasi serviks, tirah baring dan
mediksi mungkin tidak efektif
dalam mepertahankan kehamilan.
Keilangan darah ibu secara
berlebihan menurunkan perfusi
plasenta.

4.

Catat tinggi fundus ibu.

4. Menghilangkan tekanan pada vena


kava inferioer dan meningkatkan
sirkulasi plasenta/janin dan
pertukaran oksigen.

5.

Anjurkan tirah baring pada posisi


miring.

5. Meningkatkan ketersediaan
oksigen untuk janin. Janin
mempunyi beberapa kepastian
perlengkapan utuk mengatasi
hipoksia, di mana disosiasi Hb
janin lebih cepat dari pada Hb
dewasa dan jumlah eritrosit janin

16

,lbih besar dari dewasa sehingga


kapasitas oksigen yang dibawa
janin meningkat.
Kolaborasi:
6.

Berikan suplemen oksigen pada ibu. 6.

Mengevaluasi dengan

Lakukan sesuai indikasi.

menggunakan Doppler respons


DJJ terhadap gerakan janin,
bermanfaant dalam
menentukanjanin apakah janin
dalam keadan asfiksia.

7.

Ganti kehilangan darah/caran ibu.

7.

Mempertahankan volume
sirkulasi yang adekuat untuk
transpor oksigen. Hemoragi
maternal memengaruhi transpor
oksigen uteroplasenta secara
negatif, menimbulkan
kemungkinan kehilangan
kehamilan atau memburuknya
status janin. Bila menyimpan
oksigen menetap, janin akan
kehilangan tenaga untuk
melakukan mekanisme koping
dan kemungkinansusunan saraf
pusat (SSP) rusak/janin,
sehingga janin dapat
meninggal.

8.

Bantu dengan ultrasonografi dan

Menentukan maturitas janin dan

amniosentesis.

usia gestasi. Membantu


menentukan viabilitas dan

17

perkiraan hasil secara realistis.


9.

Dapatkan tes darah ibu untuk

9.

Membedakan darah ibu dengan

mengevaluasi serum ibu, darah Hb,

darah janin dalam cairan

atau produk lavase lambung.

amnion menunjukan implikasi


terhadap pemberian oksigen
serta kebutuhan ibu terhadap
injeksi imunoglobulin Rh
(RhlgG) bila kelahiran terjadi.

10.

Siapkan ibu untuk intervensi bedah 10.

Pembedahan perlu dilakukan

dengan cepat.

bila terjadi pelepasan plasenta


yang berat atau bila perdarahan
berlebihan, terjadi penyimpanan
oksigen janin, dan kelahiran
melalui vagina tidak mungkin
seperti pada kasus plasenta
previa total, dimana
pembedahan mungkin perlu
diindikasi untuk
menyelamatkan hidup janin.

3. Diagnosis 3: Ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian pada

diri sendiri dan janin.


Kriteria hasil: Ibu mendiskusikan ketakutan mengenai diri janin dan masa
depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat.
Rencana intervensi

Rasional

Mandiri:

18

1.

2.

Diskusikan tentang situasi dan

1.

Memberi informasi tentang

pemahaman tentang situasi dengan

reaksi individu terhadap apa

ibu dan pasangan.

yang terjadi.

Pantau respon verbal dan non verbal 2.

Menandai tingkat rasa takut

ibu dan pasangan.

yang sedang di lami


ibu/pasangan.

3.

Dengarkan masalah ibu dengan

3.

seksama.

Meningkatkan rasa kntrol


terhadap situasi dan
memberikan kesempatan pada
ibu untuk mengembangkan
solusi sendiri.

4.

Berikan informasi dalam bentuk

4.

Pengetahuan akan membantu

verbal dan tulis serta beri kesempatan

ibu untuk mengatasi apa yang

klien untuk mengajukan pertanyaan.

sedang terjadi dengan lebih


efektif. Informasi sebaiknya
tertulis, agar nantinya
memungkinkan ibu untuk
mengulang informasi akibat
tidak stres, ibu mungkin tidak
dapat mengasimilasi informasi.
Jawaban yang jujur dapat
meningkatkan pemahaman
dengan lebih baik serta
menurunkan rasa takut.

5.

Libatkan ibu dalam perencanaan dan 5.

Menjadi mampu melakukan

berpartisipasi dalam perawatan

sesuatu untuk membantu

sebanyak mungkin.

mengontrol situasi sehingga


dapat menurunkan rasa takut.

6.

Jelaskan prosedur dan arti gejala.

19

6.

Pengetahuan dapat membantu

menurunkan rasa takut dan


meningkatkan rasa kontrol
terhadap situasi.

4. Diagnosa 4 : Nyeri yang berhubungan dngan dilatasi serviks, trauma jaringan,

dan kontraksi uterus.


Kriteria hasil : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi

Rasional

1. Monitos kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan

penyebabnya
3. Kolaborasi dalam pemberian analgetika.

dilakukan

dengan

skala

maupun

deskripsi
Meningkatkan

koping

klien

dalam

guidance mengatasi nyeri


Mengurangi onset terjadinya nyeri
dapat dilakukan dalam pemberian
analgetik oral maupun sistemik dalam
spectrum luas/spesifik

Evaluasi
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan dengan
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

20

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia


kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah
abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
Secara medis abortus dimengerti sebagai penghentian kehamilan selama janin
belum viable, belum dapat hidup mandiri di luar rahim, artinya sampai kira-kira
24 minggu atau sampai awal trimester ketiga. Bentuk abortus dibagi menurut
terjadinya dan menurut bentuk klinis.
B. Saran

Abortus hendaknya dilakukan jika benar-benar terpaksa karena bagaimanapun


didalam kehamilan berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia
dan abortus hendaknya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar.

21

Anda mungkin juga menyukai