PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak yang tidak tahu tentang abortus, karena setiap pendarahan sebetulnya
belum tentu abortus. Abortus/keguguran sendiri artinya suatu ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram. Sedangkan konsepsi merupakan pembuahan sel
sperma terhadap sel telur. Abortus bermacam-macam jenisnya, makanya tidak
setiap pendarahan selalu dilakukan tindakan kiret/kuretase. Ada yang
dipertahankan sampai waktu tertentu dengan cara baring total dan obat-obatan
penguat kandungan.
Aborsi adalah istilah biasa yang digunakan untuk menunjukkan penghentian
kehamilan. Abort berarti mengakhiridan aborsi bergun untuk mengakhiri
kehamilan. Aborsi mungkin direncanakan dan terjadi secara spontan.Ketika
kehamilan tidak direncanakan dan terjadi secara spontan. Ketika kehamilan tidak
mampu diteruskan, hasilnya adalah aborsi spontan, juga dinamakan keguguran.
Keguguran dapat ditandai oleh terjadinya pendarahan yang hebat dari vagina dan
mungkin membutuhkan pertolongan secara medis. Aborsi biasanya dilakukan
oleh dokter/bidan/dukun, lebih disukai selama tiga bulan pertama dari kehamilan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan 8-14 minggu villi koriales menembus desisua secara mendalam,
plasenta tidak dilepaskan sempurna shingga banyak perdarahan. Pada kehamilan
diatas 14 minggu, setelah ketuban pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan
dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta ( Prawiroharjo,
2002).
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Abortus ?
2. Apa saja Jenis jenis Abortus ?
3. Apa penyebab Abortus ?
4. Bagaimana tanda dan gejala pada pasien abortus ?
Tujuan makalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud abortus;
2. Mengetahui jenis jenis abortus;
3. Mengetahui penyebab abortus;
4. Mengetahui tanda dan gejala abortus;
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada abortus;
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada pasien abortus;
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien abortus.
D. Manfaat makalah
Makalah ini disusun dengan harapan membeikan kegunaan baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan dalam pengetahuan kita sebagai calon perawat. Secara praktis
makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis sebagai wahana menambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang abortus.
2. Pembaca sebagai media informasi tentang abortus.
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari
3 kali.
8. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman
atau toksis kedalam perederan darah atau peritoneum.
C. Etiologi Abortus
1. Etiologi dari keadaan patologi
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan keguguran.
Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-sebab abortus
spontan yaitu :
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin hidup
terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus
adalah :
7.
1)
2)
Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi
terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom
terjadi pada abortus trisemester pertama yang disebabkan oleh
nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada monosomi X
(45, X) merupakan kelainan kromosom tersering dan memungkinkan
lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu aborsi
aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena adanya
kelainan kromosom baik kelainan struktural kromosom atau pun
komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus euploid, pada
umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor
pendukung aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor
2.
Wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2
kali lipat dobandingkan wanita yang tidak merokok.
2) Alkohol. Abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
3) Kafein. Konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per
hari tampak sedikit meningkatkan abortus spontan
4) Radiasi
5) Kontrasepssi. Alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan
peningkatan insiden abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
6) Toxin lingkungan. Pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi
yang menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab.
Namun terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena
dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus (barlow, 1982)
d. Faktor Imunologis
1) Autoimun
2) Alloimun
e. Faktor ayah. Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan
abortus.(william,2006)
Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan.
Hal- hal yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagi berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : Kelainan kromosom, lingkungan
nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
2. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV.
3. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversio uterus.
4. Kelainan plesenta, Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh
darah pada plasenta yang disebabkan oleh penyakit darah tinggi yang
menahun
5. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu
seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus
toxoplasma.
d. Pemeriksaan tes urine biasa hasil negatif setelah satu minggu dari
terhentinya kehamilan.
5. Mised Abortion
a. Perdarahan sedikit
b. Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah
menutup
c. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan
d. Pemeriksaan tes urine biasanya masih positif 7 10 hari setelah abortus
6. Abortus Habitualis
a. Ostium serviks akan mebuka ( inkompeten )
b. Tanpa rasa mules / kontraksi rahim dan akhirnya terjadi pengeluaran janin
7. Abortus Infesius/sepsis
a. Panas tinggi
b. Tampak sakit dan lelah.
c. Takikardi
d. Perdarahan pervaginam yang berbau
e. Uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan.
f. Pemeriksaan laboratorium didapatkan tanda infeksi dan leukositosis
E. Pemeriksaan Diagnostik
1.
2.
3.
4.
5.
Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala /
keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan
riwayat obstetri / ginekologi.
Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal
harus selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. jika
keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera
Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika
memungkinkan, cari sumber perdarahan, apakah dari dinding vagina, atau
dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium
Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang
(ambil sediaan sebelum pemeriksaan vaginal touche)
3. Abortus Inkomplet
a. Berikan informen consent.
b. Tes urine
c. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan pemeriksaan
secara klinis.
d. Bila terjadi perdarahan yang hebat segera melakukan pengeluaran sisa hasil
konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi
uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan
perdarahan bisa terhenti.
e. Selanjutnya lakukan tindakan kuretase.
f. Pasca tindakan diberikan uterotonika parenteral atau per oral dan
antibiotika.
4. Abortus Komplet
a. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis
telah memadai.
b. Pemeriksaan urine biasanya masih positif sampai 7 - 10 hari setelah
abortus.
c. Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun
pengobatan. Biasanya hanya diberi robonsia atau hematenik bila keadaan
pasien memerlukan.
d. Uterotonika tidak perlu diberikan.
5. Missed Abortion
a. Informent consent
b. Pemeriksaan urine
c. Pemeriksaan USG
d. Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi
dapat secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks
uterus memungkinkan.
e. Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kuang dari 20 minggu dengan
serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi
terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau meamtangkan kanalis
serviks. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infus
intravena cairan oksitosin dimulai daari dosis 10 unit dalam 500 cc
dekstrose 5% tetesan, 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total
10
11
banyak istirahat, hal ini tidak berart i bahwa ia harus tinggal terus ditempat
tidur, akan tetapi perlu dicegah usaha usaha yang melelahkan.
Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannya harus
adekuat mengenai protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya
dalam masa organogenesis pemeberian obat obatan harus dibatasi dan obat
obat yang diketahui dapat mempunyai pengaruh jelekterhadap janin, dilarang.
Dimana khususnya dimana faktor emosional memegang peranan penting,
pengaruh dokter sangat besar utntuk mengatasi ketakutan dan kecemasan.
Terapi hormonal umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi
tiroid, atau gangguan fase luteal. ( ilmu kandungan, prawirohardjo. S)
7. Abortus Infeksiosus
a. Pengelolaan pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan
tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang adekuatb sesuai dengan
kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan fluksus /
flour yang keluar pervaginam.
b. Untuk tahap pertama dapat diberikan penisilin 4 x 1,2 juta unit atau
ampisilin 4 x 1 gram ditambah gentamisin 2 x 80 mg dan Metronidazol 2x
1 gram. Selanjutnya antibiotik sesuai dengan kultur.
c. Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat diberikan. Jangan lupa pada saat
tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika.
d. Antibiotik dilanutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberikan respon harus diganti dengan antibiotik
yang lebih sesuai.
e. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan
irigasi kanalis vagina / uterus dengan larutan peroksida ( HO ) atau kalau
perlu histerektomi total secepatnya.
8. Abortus Provokatus
Ditinjau dari segi usia kehamilan, abortus provokatus medicinalis
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Aborsi pada triwulan pertama sampai dengan 12 minggu. Pada kehamilan
sampai batas 7 minggu pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret
tajam, agar ovum kecil tidak tertinggal, maka ovum uteri dikerok
seluruhnya. Apabila kehamilan melebihi 6 sampai 7 minggu digunakan
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
13
A. Kurangnya
Rencana Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Evaluasi, laporan, serta cacat jumlah
dan sifa kehilangan darah, lakukan
dengan panggul ditinggikan atau semifowler. tersedia untuk otak, peninggian paggul
menghindari kompresi vena kaya. Posisi
14
plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan dan mengatasi gejala-gejala syok.
sesuai indikasi.
hipovolemia.
Kriteria hasil: Perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan denyut jantung
janin (DJJ)dalam batas normal.
Rencana intervensi
Rasional
Mandiri:
15
1.
2.
3.
4.
5.
5. Meningkatkan ketersediaan
oksigen untuk janin. Janin
mempunyi beberapa kepastian
perlengkapan utuk mengatasi
hipoksia, di mana disosiasi Hb
janin lebih cepat dari pada Hb
dewasa dan jumlah eritrosit janin
16
Mengevaluasi dengan
7.
7.
Mempertahankan volume
sirkulasi yang adekuat untuk
transpor oksigen. Hemoragi
maternal memengaruhi transpor
oksigen uteroplasenta secara
negatif, menimbulkan
kemungkinan kehilangan
kehamilan atau memburuknya
status janin. Bila menyimpan
oksigen menetap, janin akan
kehilangan tenaga untuk
melakukan mekanisme koping
dan kemungkinansusunan saraf
pusat (SSP) rusak/janin,
sehingga janin dapat
meninggal.
8.
amniosentesis.
17
9.
10.
dengan cepat.
Rasional
Mandiri:
18
1.
2.
1.
yang terjadi.
3.
3.
seksama.
4.
4.
5.
sebanyak mungkin.
6.
19
6.
Rasional
1. Monitos kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan
penyebabnya
3. Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
dilakukan
dengan
skala
maupun
deskripsi
Meningkatkan
koping
klien
dalam
Evaluasi
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan dengan
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
21