Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di indonesia, angka pembunuhan janin pertahun sudah mencapai 3juta.
Anggka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di
indonesia. Ada yang mengkategorikan aborsi itu pembunuhan, namun ada
juga yang melarang atas nama agama. Selain itu ada yang mengatakan bahwa
bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dll.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan
dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi, dan
eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian
ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan
tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul
dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal
itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah
kontraversial dimasyarakat. Disatu pihak aborsi di anggap ilegal dan dilarang
oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian
aborsi, dilain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang
ditulis disurat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat selain dengan
mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk
mereka yang terlambat datang bulan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisiAbortus?
2. Bagaimana epidemiologiAbortus?
3. Apa etiologi Abortus?
4. Bagaimana klasifikasi Abortus?
5. Bagaimana patofisiologi dan woc Abortus?
6. Apa komplikasiAbortus?
7. Bagaimana manifestasi klinisAbortus?

1
8. Bagaimanapemeriksaan penunjangAbortus ?
9. Bagaimana pencegahan Abortus ?
10. Bagaimana penatalaksanaan medis Abortus?
11. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan klien dengan Abortus?

C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi Abortus.
2. Menjelaskan epidemiologi Abortus.
3. Menjelaskan etiologi Abortus.
4. Menjelaskan klasifikasi Abortus.
5. Menjelaskan patofisiologi dan woc Abortus.
6. Menjelaskan komplikasiAbortus.
7. Menjelaskan manifestasi klinisAbortus.
8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang Abortus.
9. Menjelaskan pencegahan Abortus.
10. Menjelaskan penatalaksanaan medisAbortus.
11. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Abortus.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16
minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat
fetus hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi
BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus
(Amrus sofian, 2012).
Terminasi (berakhirnya) kehamilan (spontan atau diinduksi) sebelum
berusia 28 minggu. Definisi ini lebih bersifat legal dibandingkan dengan
medis dimana batas waktu adalah 28 minggu, karena pertimbangan batas
viabilitas fetus.Pengalaman sekarang menunjukkan hal ini bukan merupakan
suatu kasus: Unit perawatan bayi khusus dengan fasilitas perawatan intensif
sekarang dapat “menyelamatkan” bayi preterm 24 minggu, dan makin lama
makin rendah. (Christopher dalam buku saku ilmu kebidanan dan kandungan
2011).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu
hidup di luarrahim, jika beratnya kurang dari 500gr atau usia kehamilan
kurang dari 20 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai.
Pada bulan pertama kehamilan yangmengalami abortus, hampir selalu
didahului dengan matinya janin dalam rahim.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masagestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr
(Derekliewollyn&Jones, 2002).

3
B. Epidemiologi
Frekuensi Abortus suka ditentukan karena Abortus buatan banyak
tidak dilaporkan, kecuali apa bila terjadi komplikasi. Abortus spontan
kadang-kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan
medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat
haid.Diperkirakan frekuensi Abortus spontan berkisar 10-15%.Frekuensi ini
dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan wanita yang hamil sangat
dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-
tahun,dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus spontan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta Abortus
dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :1,3 juta dilakukan
di Vietnam dan Singapura, antara 750.000 sampai 1,5 juta
di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina.

C. Etiologi
Penyebab – penyebab terjadinya abosrtus spontanea adalah :
1. Usia di bawah 20 tahun, ibu yang terlalu muda sering kali secara fisik
maupunemosional belum matang. selain pendidikan pada umumnya
rendah, ibu yangmasih muda masih tergantung pada orang lain.
Keguguran sebagian dilakukandengan sengaja untuk menghilangkan
kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat jarak kehamilan kurang dari 2
tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan
lama dan perdarahanpada saat persalinan karena keadaan rahim belum
pulih dengan baik. Ibu yangmelahirkan anak dengan jarak yang
sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akanmengalami peningkatan
resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,termasuk
karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini
sertadapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3. Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan

4
rahim biasanya sudah lemah.Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.
Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik
lebihbaik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau
dicegah dengankeluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas
tinggi adalah tidak direncanakan. Penyebab secara umum:
a. Penyebab dari segi martenal :
1. Infeksi akut
a. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria.
2. Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester
kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa,
dll.
d. Penyakit kronis, misalnya :
a) Hipertensi
b) Nephritis
c) Diabetes
d) Anemia berat
e) Penyakit jantung
f) Toxemia gravidarum
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.
Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.

5
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil,
sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus.
2.Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan
degenerasi
Adapun etiologi dari abortus provokatus adalah :
a.Abortus Provokatus Medisinalis
1. Abortus yang mengancam (threatened abortion)
disertai dengan perdarahan yangterus menerus, atau
jika janin telah meninggal (missed abortion).
2. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
3. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
4. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir,misalnya
kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan
menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan
lainnyapada tubuh seperti kanker payudara.
5. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
6. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
7. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung,
misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan
jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru
aktif,toksemia gravidarum yang berat.
8. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang
tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler,
hipertiroid, dan lain-lain.
9. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea
gravidarum.
11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk
bunuh diri. Pada kasus seperti ini, sebelum melakukan

6
tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan
psikiater.
b. Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada
kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada beberapa alasan
wanita tidak menginginkan kehamilannya:
1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat
untuk hamil.
2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah
enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan
menambah beban ekonomi keluarga.
5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya
penyakit turunan, janin cacat.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau
akibat incest (hubungan antar keluarga).
7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa
kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan
kehamilan yang tidak diinginkan.

D. Klasifikasi
Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:
Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan,
dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:
a. Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi
seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
(Syaifudin. Bari Abdul, 2000). Ditandai dengan perdarahan pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami
mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi

7
atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan
(dilatasi serviks).
b. Abortus insipiens adalah perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada
abortus jenis ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil
konsepsi masih di dalam rahim atau uterus.
c. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu. Sementara sebagian masih
berada di dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan,
jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah
menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti
sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus kompletus Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi
dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal
kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin
sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita
yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan jika datang
ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa
jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis adalah pengeluaran hasil konsepsi terhalang
oleh os uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga
mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan
uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.

1. Abortus provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja
dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum

8
janin dapat hidup diluar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap
belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum
mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000
gram,walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah
1000 gram dapat terus hidup.Pengelompokan Abortus provokatus
secara lebih spesifik:
a. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus,
abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di
Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
1) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung
jawab profesi.
2) Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain,
agama, hukum, psikologi).
3) Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya
atau keluarga terdekat.
4) Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki
tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh
pemerintah.
5) Prosedur tidak dirahasiakan.
6) Dokumen medik harus lengkap.
b. Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan
tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran
dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat
tertentu.

9
E. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai
khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi
dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi
khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada
plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini
menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk,


adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak
dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan
darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa
apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga
semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal
ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion
dan khorion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh
sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat
lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan. (Sarwono,
2006)

10
WOC

Kelainan kromosom,
lingkungan, teratogenik,
kongenital, penyakit pada ibu

hubungan seksual yang


berlebihan ,trauma. Gangguan sirkulasi
Kelainan ovum kelainan pada ibu plasenta

Kematian janin pada usia ≤ 20 minggu


kehamilan

Psikologis ibu
MK : Resiko Lepasnya PD dan ABORTUS
infeksi plasenta ibu

kecemasan
Rangsangan pada uterus

perdarahan

MK: ansietas
anemia
Hipovolemik

Dilatasi serviks
kelemahan

MK : Resiko syok
hemorrhagic nyeri

MK : Gangguan
aktivitas
MK : Gangguan rasa
nyaman : nyeri

11
F. Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu
ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat
menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke
kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan
lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi
serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret
dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar
dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi
ialah perdarahan dan peritonitis.
Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita
harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum,
nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan
keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atauada tanda-tanda
bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat
timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila
terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera
timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon
pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan
timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan
miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat
mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di
beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat
apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak
begitu lembut lagi.

12
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola
hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu
hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan
tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka
bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat
menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan
kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara
lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak
bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian
NaCL hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam
rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan
menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung,
penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan
komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin
antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.
Komplikasi yang dapat timbul pada janin Sesuai dengan tujuan
dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka
nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian
besar meninggal.Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus
gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat
fisik.

G. Manifestasi Klinis
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanandarah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

13
c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri
pingang akibat
e. kontraksi uterus.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

I. Pencegahan
Adapun upaya-upaya pencegahan terjadinya abortus ialah :
1. Yaitu melakukan making pregnancy safer (MPS) dengan 3 pesan kunci
yaitu :
a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
b. Semua komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan
adekuat
c. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi abortus yang aman
2. Penuhi ADIK (asam folat, dua asam amino, iron dan kalsium)
Pencegahan abortus provaktus dapat dilakukandengan cara :
Suatu kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah seandainya
pasangan menggunakan kontrasepsi darurat. Yang dimaksud kontrasepsi
darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan
setelah hubungan seksual. Hal ini sering disebut “kontraksepsi pasca
senggama” atau “morning after pill” atau “morning after treatment”.
Istilah “kontrasepsi sekunder” atau “kontrasepsi darurat” asalnya untuk
menepis anggapan obat tersebut harus segera dipakai/digunakan setelah
hubungan seksual atau harus menunggu hingga keesokan harinya dan bila

14
tidak, berarti sudah terlambat sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Sebutan kontrasepsi darurat juga menekankan bahwa dalam cara KB ini
lebih baik dari pada tidak ada sama sekali, namun tetap kurang efektif
dibandingkan dengan cara KB yang sudah ada.

J. penatalaksanaan Medis
1. Abortus imminens
a. Tirah baring total
b. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual.
c. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti
biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lahi. Jika
perdarahan terus berlangsung, nilai kondisi janin (uji
kehamilan atau USG). Jika perdarahan berlanjut, khususnya
jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
2. Abortus insipien
a. Jika kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat,
segera berikan egomentrin 0,2 mg intramuskuler (dapat
diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu). Kemudian
segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu, tunggu ekspulsi spontan
hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi. Jika perlu,
lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan
40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Abortus inkomplit
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan

15
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi
dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi dengan kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergoetrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat dilang setelah
4 jam bila perlu).
c. Jika kehamilan lebih 16 minggu ,berikan infus oksitosin 20
unit dalam 500 ml cairan intavena (garam fsiologik atau ringer
laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu berikan misoprostol 200
mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi (maksimal 800 mcg). Evaluasi hasil konsepsi yang
tertinggal dalam uterus.
4. Abortus komplit
a. Tidak perlu evaluasi lagi.
b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan
c. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet suflas ferrosus
600 mg per hari selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan
transfusi darah.
5. Absortus terapeutik
Menurut Sastrawinata (2005), abortus terapeutik dapat dilakukan
dengan cara:
a. Kimiawi adalah pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin
obat abortus, seperti prostaglandin, antiprogesteron atau
oksitosin.

16
b. Mekanis
 Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka
serviks secara perlahan dan tidak traumatis sebelum
kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret tajam atau
vakum.
 Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator
hegar dilanjutkan dengan kuretasi
 Histerotomi/histerektomi.

K. KonsepAsuhanKeperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi :
nama, umur, agam, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan vagina
berulang.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat
klien pergi ke RS atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan vagina diluar siklus haid, pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa, dan dimana tindakan tersebut
berlangsung.
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien, misalnya
DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi atau urinary,
penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

17
f. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
g. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya disminorhoe, serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala juga keluhan yang menyertainya.
h. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan, serta keluhan yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat
digitalis dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan, dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan
saat sakit.

Pemeriksaan fisik (Johnson & Taylor, 2005 : 39)


a. Inspeksi
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi,
lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fisik dan seterusnya.
b. Palpasi
1) Sentuhan

18
Merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau akan menentukan
kekuatan kontraksi uterus.
2) Tekanan
Menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor.
3) Pemeriksaan dalam
Menentukan tegangan atau tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal.
c. Perkusi
1) Menggunakan jari
Ketuk lutut dan dada lalu dengarkan bunyi yang
menentukan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi
Tekuk lutu dan amati ada tidaknya refleks atau gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah
ada kontraksi dinding perut atau tidak.
d. Auskultasi
Mendengarkan diruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung atau paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin.

Pemeriksaan laboratorium
a. Darah dan urine, serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG,
biopsi, pap smear.
b. Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB
jenis apa.

19
2. Diagnosis Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan sampai dengan perdarahan


vagina.
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan kontraksi
uterus
4. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan pervagina

3. Rencana Keperawatan
1. Defisit volume cairan sampai dengan perdarahan vagina
Tujuan : dalam 2x24 jam tidak terjadi defisit volume cairan,
seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria hasil : tidak ada perdarahan, intake dan output dalam
rentan normal

No. Intervensi Rasional


1. Kaji kondisi status Pengeluaran cairan pervaginal
hemodinamik sebagai akibat abortus memiliki
karakteristik bervariasi
2. Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari
jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan
yang hilang pervaginal
3. Berikan sejumlah cairan Transfusi mungkin diperlukan
pengganti harian pada kondisi perdarahan massif
4. Evaluasi status hemodinamika Penilaian dapat dilakukan secara
harian melalui pemeriksaan fisik

2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian


Tujuan : dalam perawatan 2x24 jam ansietas klien dapat berkurang.

20
Kriteria hasil : klien mengerti penyebab ansietas, melakukan
koping pada situasi medis saat ini tanpa melanjutkan tanda-tanda
ansietas yang berat.
No. Intervensi Rasional
1. Ajak pasien untuk Untuk membangun rasa
mengidentifikasi dan kontrol
berpatisipasi dalam aktivitas
yang ia rasa menyenangkan
2. Berikan obat sesuai yang Untuk membantu klien rileks
diresepkan selama periode ansietas berat
3. Berikan kesempatan kepada Untuk menghilangkan
psien untuk mendiskusikan keraguan dan meningkatkan
perasaannya dengan orang lain dukungan
yang memiliki masalah
kesehatan yang sama
4. Ajarkan pada klien tehnik Untuk memperbaiki
relaksasi untuk dilakukan keseimbangan fisik dan
sekurang-kurangnya setia 4 psikologis
jam ketika terjaga

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan kontraksi


uterus
Tujuan : dalam perawatan 2x24 jam, nyeri klien dapat berkurang
atau hilang
Kriteria hasil : klien tidak meringis kesakitan, klien menyatakan
nyerinya berkurang
No. Intervensi Rasional
1. Kaji kondisi nyeri yang Pengukuran nilai ambang nyeri
dialami klien dapat dilakukan skala maupun
deskripsi.
2. Terangkan nyeri yang Meningkatkan koping klien
diderita klien dan dalam melakukan guldance

21
penyebabnya mengatasi nyeri
3. Kolaborasi pemberian Mengurangi onset terjadinya
analgetika nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam
spectrum luas luas/spesifik

4. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan pervagina


Tujuan : dalam 2x24 jam perawatan, tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria hasil : tanda vital (nadi, suhu, tensi, RR) dalam rentan
normal.
No. Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan umum Untuk memonitor kondisi
pasien pasien selama perawatan
terutama saat terjadi
perdarahan. Perawat segera
mengetahui tanda-tanda
persyok/syok
2. Observasi vital sign setiap 3 Perawat perlu terus
jam atau lebih mengobservasi vital sign untuk
memastikan tidak terjadi
presyok/syok
3. Jelaskan pada pasien dan Dengan melibatkan pasien dan
keluarga tanda perdarahan, keluarga maka tanda-tanda
dan segera laporkan jika perdarahan dapat segera
terjadi perdarahan diketahui yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan
4. Kolaborasi : pemberian Cairan intravena diperlukan
cairan intravena untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara hebat.
5. Kaji tanda-tanda dehidrasi Dehidrasi merupakan salah
satu tanda syok hipovolemik

22
IMPLEMENTASI & EVALUASI

Defisit volume cairan berhubungan sampai dengan perdarahan vagina.


Waktu Implementasi Respon

09.45 Mengukur jumlah Menyatakan takut


cairan yang keluar dengan perdarahan,
dan menanyakan
Menerangkan bahaya
cara agar perdarahan
pengeluaran cairan
berhenti
berlebihan
Intake harian +
Melakukan
1200 cc, Output +
penghitungan intake
1400 cc.
dan output
Menyatakan
Mengajarkan cara
mengerti cara
mengukur kebut uhan
pengukuran cairan
cairan sederhana
Menyatakan akan
Menganjurkan klien
berusaha banyak
cukup banyak minum
minum
dan makan
Menyatakan akan
Mengajarkan cara
minum air tambahan
menentukan jumlah
2 gelas tiap har
minum yang diperlukan
selama perdarahan Vol
darah l.k 20 cc keluar,
warna merah segar

Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus


Waktu Implementasi Respon

23
09. 55 Menilai derajad Klien diam,
nyeri menyatakan
mengerti
Menerangkan
penyebab nyeri Klien mengangguk

Menganjurkan
klien tidak banyak
Klien
bergerak/aktivitas
mengangguk,
Menganjurkan menyatakan akan
klien untuk berobat memperhatikan
bila nyeri kondisi tubuhnya
bertambah hebat
Nyeri seperti
ditekan pada
bagian bawah perut

Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan pervagina.


Waktu Implementasi Respon

10.10 Mengajarkan pada Menganggguk dan


ibu untuk dapat menyatakan
mengecek sanggup
perdarahan tiap
hari, menerangkan
hal-hal yang harus Menyatakan akan
diperhatikan dalam ke RS dua minggu
mengkaji tanda lagi atau bila perlu
infeksi pada vagina

Menganjurkan ibu
untuk
membersihkan

24
kemaluan teratur

Menganjurkan
pada ibu untuk
segera berobat bila
ada tanda demam,
perdarahan berbau
atau keluar nanah
Menyatakan ia
telah berusaha
memperhaikan
perdarahan yang
terjadi dan dapat
menyebutkan tanda
infeksi

Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian.


Waktu Implementasi Respon

10.30 Menerangkan Menyatakan ia


bahwa ibu saat ini akan banyak
hamil dan istirahat
mengalami
keguguran
Mengangguk
Menerangkan agar
ibu banyak
istirahat Mengangguk

Menerangkan
perdarahan yang
terjadi

25
Menganjurkan ibu
untuk tidak
melakukan
hubungan seksual
Mengulang
pernyataan bahwa
dirinya hamil.

BAB 3

26
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Definisi abortus
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum
usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi
jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban
karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan
untuk dapat hidup terus (Amrus sofian, 2012).
2. Epidemiologi
Diperkirakan frekuensiAbortus spontan berkisar 10-15%.Frekuensi ini
dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan wanita yang hamil
sangat dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga seorang wanita
tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta
kehamilan per-tahun,dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000
abortus spontan. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan
4,2 juta Abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan
perincian :1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara 750.000
sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina.
3. Etiologi
Penyebab – penyebab terjadinya abosrtus spontanea adalah :
1. Usia di bawah 20 tahun, ibu yang terlalu muda sering kali secara
fisik maupun emosional belum matang. selain pendidikan pada
umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada
orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk
menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat jarak kehamilan kurang dari
2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik,
persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak
dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan

27
mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan
ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.
3. Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janindan perdarahan saat persalinan karena keadaan
rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. Penyebab
secara umum:
a. Penyebab dari segi martenal :
a. Infeksi akut
b. Infeksi kronis
c. Penyebab yang bersifat lokal:
b. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan
degenerasi
4. Klasifikasi
Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:
1. Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa
tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:
a. Abortus imminen
b. Abortus insipiens Abortus inkompletus.
c. Abortus kompletus.
d. Abortus Servikalis
2. Abortus provokatus

28
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
a. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus
b. Abortus Provokatus Kriminalis.
5. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari
8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila
kehamilan 8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu
dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak pendarah dan dari pada plasenta. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk, adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah
yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya
terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol
karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion
menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus
kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna
kemerah-merahan. (Sarwono, 2006)

29
6. Komplikasi
1. Perforasi
2. Luka pada serviks uteri
3. Pelekatan pada kavum uteri
4. Perdarahan
5. Infeksi
7. Manifestasi Klinis
1. Abortus Immines (threatened abortion)
2. Abortus insipien
3. Abortus inkompletus (keguguran bersisa)
4. Abortus Komplitus (keguguran lengkap)
5. Missed Abortion
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup .
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
9. Penatalaksanaan Medis
1. Abortus imminens
2. Abortus insipien
3. Abortus inkomplit
4. Abortus komplit
5. Absortus terapeutik

B. SARAN

30
1. Diharapkan agar mahasiswa mampu menguasai pengetahuan tentang
abortus
2. Meningkatkan cara hidup sehat, seperti intake makanan yang baik,
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, serta memonitor status
ksehatan
3. Menjaga Personal Hygien.

DAFTAR PUSTAKA

31
Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC:
Jakarta.

NANDA INTERNASIONAL.2012.Diagnosis Keperawatan.EGC.Jakarta

Wilkinson,Judith.M;Ahern,Nancy.R.2011.Diagnosa Keperawatan edisi


9.EGC.jakarta

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 2000.


Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

32

Anda mungkin juga menyukai