Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI

PADA KASUS ABORTUS

Disusun oleh

Kelompok 2 :

1. Ahmad Fauzi : A1C219088


2. Resfianti : A1C219102
3. Febriani Ukas : A1C219089
4. Jumila Gia : A1C221084
5. Wadeli Nurlaila .R : A1C221083
6. Maria Ndamung : A1C219093
7. Joispani Ama : A1C219099
8. Nurhidayah Udin : A1C219067

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia, tampa
mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus
spontan” (Manuaba, 2011).
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010).
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan
hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian dimasa kehamilan muda.

B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian abortus ?
2. Bagaimana etiologi abortus
3. Bagaimana Patofisilogi abortus?
4. Apa Penyebab abortus?
5. Bagaimana komplikasi abortus?
6. Bagaimana Penatalaksanaan medis abortus?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan
memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap
keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan untuk dapat
hidup terus (Amru Sofian, 2015).
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obatobatan
atau bedah, (Morgan, 2011).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak
baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak
yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut
juga dengan immature.Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupak suatu keadaan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia kurang dari 20
minggu (Kelompok, 2019).
B. Etiologi
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan
hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda.
Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X 6 Abnormalitas embrio
atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan kejadian ini
kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada
abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom
seks.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Bila lingkungan di
endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga pemberian zat-
zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima
implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
pendek jarak kehamilan.
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.Radiasi,
virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh
teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena
hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak
dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus.
Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut
infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit
cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan
pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan
mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan
mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan
abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau 7 plasmodium dapat
melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian
terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko
terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi
abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. Abnoramalitas uterus
yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan dan
pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio
uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat
tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi). Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus,
uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi,
amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
5. Trauma. Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan
riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal. Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat
plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-
hipofise.
8. Penyebab dari segi Maternal
a. Penyebab secara umum:
1) Infeksi
- Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis
- Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
- Parasit, misalnya malaria
2) Infeksi kronis
- Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
- Tuberkulosis paru aktif.
- Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
- Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat,
penyakit jantung, toxemia gravidarum.
- Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
- Trauma fisik.
b. Penyebab yang bersifat lokal:
1) Fibroid, inkompetensia serviks.
2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
3) Retroversikronis.
4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
9. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
d. Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin.
e. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
f. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi
dengan adekuat.
C. Patofisiologi
Proses abortus imminens biasanya berlangsung secara spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya berawal
dari pendarahan pada desidua basialis yang menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya. Pada
abortus imminens nekrosis yang terjadi tidak cukup dalam. Untuk menimbulakan pelepasan
hasil konsepsi dari dinding ukterus. Namun jika tidak segara ditangani, nekrosis dapat meluas
hasil konseptus sehingga berlanjut pada abortus inkomplet atau komplet. Pada kehamilan
antara 8 sampai 14 minggu villi coreales menembus desidua lebih dalam hingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurnah yang dapat menyebabkan banyak pendarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula mula dikeluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap (Darma,2015)
D. Klasifikasi
Klasifikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan
adalah keguguran (miscarriage).Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara
spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai
aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau
janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia
kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Aspek klinis abortus spontan dibagi
menjadi lima subkelompok, yaitu:
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di
anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang
menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri
tumpul di garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage
(Abortus Tidak Terhindarkan) Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable)
ditandai oleh pecah ketuban yang nyata disertai pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
plasentabiasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah.
Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambatakan
terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in
utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan
pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga
tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi
perubahanperubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi
definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut
selama tiga kali atau lebih
2. Abortus Provokatus
(abortus yang sengaja dibuat) : Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar
kandungan apabila 10 kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus
bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan
jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai
3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyisembunyi oleh tenaga tradisional.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala secara umum pada abortus adalah :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul
lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan
amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini
terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke
dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan
terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan 13 kematian, sedangkan
dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi
pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang
digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu
dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang
hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan
untuk menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan
waktu.
G. Penatalaksanaan
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. Teknik bedah
1) Kuretose ( dilatasi)
Kurotase ( kerokan) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
( sendok kerokan ) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks. Mengan isi
uterus dengan mengerok isinya disebut kuretase tajam sedangang mengosongkan
uterus dengan vakum disebut kuretase isap.
2) Aspirasi haid
Aspirasi ronggo endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5 atau 6 mm
fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu setelah keterlambatan haid
disebut juga indikasi haid, haid instan dan mini abortus.
3) Laporatomi
Pada beberapa kasus histerotomi atau histerektomi abdomen untuk abortus lebih
disukai dari pada kuretase atau induksi medis. apabila ada penyakit yang cukup
significan pada uterus, histerektomi mungkin merupakan terpa ideal.
2. Teknik medis
1) Oksitosin
2) prostaglandin
3) urea hiperosomik
4) larutan hiperostomik intraamnion
H. Asuhan keperawatan
Ny. “N” hamil 25 tahun dilarikan ke RS UMM tanggal 07-03-2018 klien mengalami
kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB menggunakan sepeda motor.
Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan terhempas dari sepeda motornya sejauh 1
meter. Klien ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang,
terlihat darah segardari daerah jalan lahir, dari keterangan keluarga usia kehamilannya 20
minggu. Dari pengkajian di RS didapatkan : TD 90/70 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu
36,10C, RR 29 x/menit, nafas cepat dan dangkal, akral dingin (Gcs 7) dan terdapat suara
tambahan (ronchi), CRT > 3 detik, konjungtiva anemis, ditemukan laserasi pada ulna
sinistra, contusion pada daerah inguinalis, krepitasi pelvis (+), perdarahan pervaginam
(+), hasil pemeriksaan ketuban intact
1. pengkajian
a. Biodata
- Nama : Ny “N”
- Umur : 25 tahun
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : IRT
- Alamat : Perumahan Jalak Putih V no 46 Singaraja - Bali
b. Data penanggung jawab
- Nama : Tn. W
- Umur : 29 Tahun
- Pekerjaan : PNS
- Pendidikan : S1 PGSD
c. Keluhan utama
Klien ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi
terlentang, terlihat darah segar ke arah kaki, dari keterangan keluarga usia
kehamilannya 29 minggu.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB
menggunakan sepeda motor dan diboncengi suami dalam posisi duduk miring
tidak berpegangan dengan suaminya, Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk
dan terhempas dari sepeda motornya sejauh 1 meter.
e. Riwayat Menstruasi.

Menarche 12 tahun Siklus 30 hari


Lama 5 hari Teratur Teatur
Sifat darah Cair Keluhan Tidak ada

f. Riwayat obstetrik : G2P1A0 Ah1


Hamil Persalinan Nifas
ke Tanggal Umur Jenis Penolong komplikasi Jk BB Laktasi komp
kehami persalina likasi
lan n
1 20/03/10 aterm Spontan Bidan Tidak ada L 2600 gr ASI Tidak
ada
Hamil ini
g. Riwayat kontrasepsi digunakan
No Jenis pemasangan Pelepasan
Kontras
tanggal Oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Temp Alas
epsi
at an
Ibu Mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi

h. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Sopor
- Status emisional : Stabil
- Tanda Vital :Tekanan Darah : 120/70mmHg Nadi : 83x/menit Pernapasan :
20x/menit Suhu : 36,50c
- BB : 52kg TB : 155 cm
i. Pemeriksaan fisik
- Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal,tidak ada nyeri
tekan
- Wajah : Bentuk oval, tidak ada bekas luka operasi,tidak pucat,tidak ada
cloasma gravidarum.
- Mata : Simetris, tidak ada secret,sclera putih konjungtiva merah muda
- Hidung :Simetris. Tidak ada polip. Tidak ada secret, tidak ada gerak
cuping hidung saat bernafas.
- Mulut :Simetris. Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada
perdarahan gusi, lidah bersih.
- Telingga :Simetris, tidak ada serumen, Pendengaran baik.
- Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena
jugularis
- Dada :Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing,pernafasan
teratur.
- Payudara :Simetris, putting susu menonjol, areola mammae hiperpigmentasi,
tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
- Abdomen : Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka, tidak
ada bekas operasi, tidak ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae
gravidarum.
Palpasi
o Leopold I : fundus tegang
o Leopold II : belum teraba
o Leopold III : belum teraba
o Leopold IV : belum teraba
o Osborn test : Tidak dilakukan
o Pemeriksaan Mc. Donald
o TFU : - cm TBJ : - gram
Auskultasi
o DJJ : - x/mnt
- Ekstremitas atas : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-masing
5, tidak ada odema, tidak ada sianosis, kuku bersih warna merah muda.
- Ekstremitas bawah : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-
masing 5, tidak ada odema, tidak ada varices, reflek patella ada, kuku bersih
warna merah muda.
- Genetalia luar : Terjadi pengeluaran flek-flek, tidak ada odema, tidak ada
bekas luka operasi, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini.
- Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Kejadian kecelakaan Resiko syok
- penolong mengakatan lalu lintas (hipovolemik)
korban mengalami
perdarahan hebat Benturan
- Penolong mengatakan
keluar darah segar dan Abortus spontan
menggumpal pada
daerah jalan lahir Ansietas
DO :
- Konjungtiva Nyeri abdomen
anemis
- Pasien tampak Gangguan rasa nyaman
pucat Pasien
lemah Perdarahan
2 DS : Kejadian kecelakaan lalu Kekurangan volume
- Penolong mengatakan lintas cairan
korban banyak
mengungeluarkan Benturan
darah
DO : Abortus spontan
- TD 90/70 mmHg
- nadi 110 x/meni Ansietas
- suhu 36,10C
- RR 29 x/menit Nyeri abdomen
Gangguan rasa
nyaman

Perdarahan

Kekurangan volume cairan


3 DS : Kejadian kecelakaan lalu Gangguan rasa
- Pasien mengatakan lintas nyaman
nyeri pada Perut
bagian bawah dan Benturan
pada Pinggang.
DO : Perdarahan
- Pasien tampak tidak
sadarkan diri setelah Abortus spontan
kecelakaan
- TD 90/70 mmHg Ansietas
- nadi 110 x/meni
- suhu 36,10C Nyeri abdomen
- RR 29 x/menit
Gangguan rasa nyaman
3. Diagnosa keperawatan
a. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri abdomen
4. Rencana asuhan keperawatan
N Diagnosa keperawatan Tujuan intervensi
o
1 Resiko syok (hipovelemik Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status
berhubungan dengan keperawatan diharapkan syok sirkulasi,
pendarah dapat teratasi dengan kriteria 2. warna kulit, suhu
hasil : tubuh,
- Nadi dibatas yang 3. denyut jantung dan
diharapkan ritme,
- Irama jantung dalam batas 4. nadi perifer dan
yang diharapkan kapiler refill
- Irama pernapasan yang 5. Monitor suhu dan
diharapkan pernafasan
- Mata cekung tidak 6. Monitor tanda awal
ditemukan syok
- Demam tidak ditemukan 7. Monitor tanda dan
- TD normal gejala asites
8. Berikan cairan iv dan
oral yang tepat
9. Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok.
10. Syok management
11. Monitor fungsi
neurologis.

2 Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan cacatan


cairan berhubungan keperawatan diharapkan intake dan output yang
dengan perdarahan kekurangan volume cairan akurat
dapat teratasi dengan kriteria 2. Monitor tekanan darah
hasil : pasien
- Mempertahankan urine 3. Monitor vital sign
output sesuai dengan 4. Hyovolemia
usia, BB, BJ, urine management
normal, HT normal. 5. Berikan cairan IV dan
- Tekanan darah, nadi, monitor adanya tanda
suhu tubuh dalam batas dan
normal 6. gejala kelebihan
- turgor kulit baik volume cairan
7. Monitor tingkat HB
dan HT
8. Dorong pasien untuk
menambah intake oral.
9. Kolaborasi dengan
dokter
3 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan yang menenangkan
ansietas dan nyeri kecemasan dapat teratasi 2. Temani pasien untuk
abdomen dengan kriteria hasil : memberikan
- Mampu mengontrol keamanan dan
kecemasan mengurangi takut
- Kualitas istirahat dan 3. Bantu pasien
tidur adekuat mengenali situasi yang
- Dapat mengontol menimbulkan
Ketakutan kecemasan
- Mengontrol nyeri 4. Dorong pasien untuk
- Respon terhadap mengungkapkan
pengobatan perasaan, ketakutan,
persepsi
5. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
6. Monitor fungsi renal
7. Monitor tekanan nadi
8. Monitor status cairan,
input dan ouput.

4. Implementasi dan Evaluasi


No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi
Dx Resiko syok 1) Memonitor status S : kelurarga mengatakan
1 (hipovolemik) sirkulasi, warna kulit, pasien masih nampak
berhubungan dengan suhu tubuh, denyut panik
perdarahan jantung dan ritme, nadi O : perdarahan sudah
perifer dan kapiler refill mulai
2) Memonitor suhu dan berhenti
pernafasan - Pasien tampak lebih
3) Memonitor tanda awal tenang
syok A : Masalah teratasi
4) Memonitor tanda dan sebagian
gejala asites P : Intervensi di lanjutkan
5) Memberikan cairan iv dan
oral yang tepat
6) Mengajarkan keluarga
dan pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok.
7) Syok Memonitor
8) fungsi menajemen
2 Kekurangan volume 1) Mengunakan pendekatan S : Keluarga mengatakan
cairan berhubungan yang menenangkan darah pada bagian
dengan perdarahan 2) Menemani pasien untuk pervaginam mulai
memberikan keamanan berhenti
dan mengurangi takut O : tidak ada lagi tanda-
3) Membantu pasien tanda
mengenali situasi yang kekurangan cairan
menimbulkan kecemasan A : Masalah teratasi
4) Mendorong pasien untuk sebagian
mengungkapkan P : intervensi dilanjutkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
5) Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Neurologis
6) Memonitor fungsi renal
7) Memonitor tekanan nadi
8) Memonitor status cairan,
input dan ouput
3 Gangguan rasa nyaman 1) Mempertahankan cacatan S : Pasien mengatakan
berhubungan dengan intake dan output yang nyeri
ansietas dan nyeri akurat pada Perut bagian bawah
abdomen 2) Memonitor tekanan darah dan
pasien padaPinggang sudah mulai
3) Memonitor vital sign berkurang.
4) Memberikan cairan IV O : nyeri mulai berkurang
dan monitor adanya tanda dengan skala nyeri 6
dan gejala kelebihan A : masalah teratasi
volume cairan sebagian
5) Memonitor tingkat HB P : Intervensi dilanjutkan
dan HT
6) Mendorong pasien untuk
menambah intake oral.
7) Mengkolaborasi dengan
dokter

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Biasanya
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi
yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Klafikasi
abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan : Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis
untuk mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata
lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : Yaitu menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum
dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum mencapai 100 gram,
walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa asuhan keperawatan ini jauh dari kata sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga asuhan
keperawatan ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti
bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan asuhan keperawatan ini

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta:
Media Hardy.

Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai