Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram (Saifuddin, 2018).

Abortus menunjukan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan, sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar
kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya
janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500
gram (wiknjosastro,2006).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan, WHO IMPAC menetapkan batasan usia kehamilan kurang dari
22 minggu, Namun beberapa acuan terbaru menetapkan batasan usia kehamilan kurang
dari 20 minggu berat janin kurang dari 500 gram (Kemenkes RI, Buku Saku Pelayanan
Kesehatan)

Berdasarkan pengertian Abortus diatas kami menyimpulkan bahwa Abortus


adalah beakhirkan suatu kehamilan atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kabdungan dengan usia kurang dari 20 minggu.

B. Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih
hidup, hal-hal yang menyebabkan terjadinya abortus dapat dibagi sebagai berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat.Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.
Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut :
a. Kelainan kromosom, Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Bila lingkungan di
endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga pemberian
zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.Endometrium belum siap
untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang
karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

1
c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.Radiasi,
virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan
pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol,
kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta


Endarteritis vili korialis karena hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi
dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa
terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.Infeksi pada
plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.Gangguan
pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi
menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.

3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit
menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi
terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan
anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk
perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu,
khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel
yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang
kontraksi uterus. Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia,
tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, kemudian terjadi abortus. Kelainan endokrin misalnya diabetes
mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain
itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana
autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak
terjadi hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan traktus genetalis


Inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversio uteri,
mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan
kalinan kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus,
misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan
pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat
tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi). Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri,

2
uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi
pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

5. Trauma
Biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya
kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat
keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.
8. Penyebab dari segi Maternal
I. Penyebab secara umum:
1) Infeksi
a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b. Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria
2) Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia
berat, penyakit jantung, toxemia gravidarum .
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.
II. Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversikronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
9. Penyebab dari segi Janin
1) Kematian janin akibat kelainan bawaan
2) Mola hidatidosa.
3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa
pada

3
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi
malformasi pada tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah
kelainan chromosomal.
6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi dengan adekuat.

C. Patologi
Kelainan yang terpenting ialah perdarahan dalam decidua dan nekrose sekitarnya.
Karena perdarahan ini ovum terlepas sebagian atau seluruhnya dan berfungsi sebagai
benda asing yang menimbulkan kontraksi. Kontraksi ini akhirnya mengeluarkan isi rahim.
Sebelum minggu ke 10 telur biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan
karena sebelum minggu ke 10 villi chorialis belum menanmkan diri dengan erat ke dalam
decidua makin erat, hingga mulaii saat tersebut sering sisa-sisa chorion (placenta)
tertinggal kalau terjadi abortus.Kadang-kadang telur yang lahir dengan abortus mempunyai
bentuk yang istimewa, misalnya :
1. Telur kosong (blighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air tuban tanpa
janin.
2. Mola cruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola cruenta terbentuk,
kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah berkesempatan membeku antara
decidua dan chorion. Kalau darah beku ini sudah seperti daging disebut juga mola
carnosa.
3. Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan disebabkan
haematom-haematom antara amnion dan charion.
4. Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil dapat diabsorbsi
dan hilang.Kalau janin sudah agak besar, maka cairan amnion diabsorbsi hingga janin
tertekan : foetus compressus.Kadang-kadang janin menjadi kering, mengalami
mummifikasi hingga menyerupai perkamen : foetus papyracues. Foetus papyraceus
lebih sering terdapat pada kehamilan kembar ; pada abortus biasa, jarang terjadi.
Mungkin juga janin yang sudah agak besar mengalami macerasi.

D. Jenis Abortus
Secara klinik abortus dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens,
abortus inkompletus, dan abortus kompletus.Selanjutnya, dikenal pula abortus servikalis,
miseed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus dan abortus septik.
1) Abortus imminens
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks.
2) Abortus insipiens

4
Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus.
3) Abortus inkompletus
Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
4) Abortus kompletus (Abortus Komplit)
Abortus kompletus ialah perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil
konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.

E. Abortus Kompletus
1. Definisi abortus kompletus
Abortus kompletus ialah perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil
konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (saifuddin,2006). Pada abortus kompletus
semua hasil konsepsi sudah dikeluaran.Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit,
ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa
semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Pada beberapa kasus abortus kompletus untuk memastikan brahim sudah bersih
atau masih ada sisa bias dilakukan dengan pemeriksaan lebih lanjut seperti
pemeriksaan USG dengan dokter spesialis kandungan.
Seluruh hasil konsepsi telur keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah
dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan
sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak
perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes
urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus. Pengelolaan penderita
tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengebotan. Biasanya hanya diberi
roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak perlu
diberikan (Saifuddin, 2018).

2. Pencegahan
a. Menerapkan pola makan sehat dan seimbang, terutama meninngkatkan konsumsi
makanan dengan kandungan serat tinggi
b. Tidak merokok, mengkonsumsi minuman keras, dan menggunakan obat-obatan
terlarang selama kehamilan
c. Mencegah infeksi-infeksi tertentu selama masa kehamilan, misalnya dengan
menerima vaksin sesuai dengan dokter
d. Menjaga berat badan yang sehat sebelum dan saat hamil
e. Menangani penyebab keguguran yang bisa dideteksi, seperti otot serviks yang
lemah. Kelainan ini dapat diatasi melalui operasi pengencangan otot serviks,
sehingga dapat menurunkan resiko keguguran

5
f. Melakukan making pregnancy safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu :
- Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
- Semua komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan adekuat
- Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
abortus yang aman
g. Penuhi ADIK (asam folat, dua asam amino,, iron, dan alsium)

3. Penanganan abortus kompletus


Dalam penanganan abortus terdapat beberapa tindakan berdasarkan penanganan
awal dan penanganan spesifik.Penanganan awal (tatalaksana umum) dilakukan sesuai
dengan keadaan pasien untuk penanganan awal saat pasien datang, sedangkan
penanganan spesifik (tatalaksana khusus) dilakukan berdasarkan jenis abortus yang
dialami pasien dan tindakan lebih lanjut dalam penanganan pasien sesuai dengan jenis
abortus.
I. Penanganan awal (Tatalaksana umum)
a) Lakukan secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda
vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu)
b) Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90
mmHg). Jika terdapat syok , lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat
tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
c) Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus denga komplikasi
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
d) Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat di tatalaksana pada
fasilitas kesehatan setempat atau segera rujuk ibu ke rumah sakit (setelah
dilakukan stabilisasi)
e) Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapatkan dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
f) Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.
II. Penanganan Spesifik (Tatalaksana Khusus) Abortus Komplit
a) Pada beberapa kasus jika hasil konsepsi sudah keluar semua dan keadaan
ibu baik, lakukan konseling untuk memberika dukungan emosional pada ibu
dan menawarkan kontrasepsi pasa keguguran, berikan tablet Ergometrin 3x1
tablet/hari untuk 3 hari. Dan observasi keadaan ibu.
b) Apabila dalam kasus ibu masih mengeluarkan darah lakukan pemeriksaan
HB pada pasien, jika pasien mengalami anemia sedang berikan tablet sulfas
ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu, disertai dengan anjuran
mengkonsumsi makanan bergizi (susu,sayuran segar, ikan, daging, telur.
Jika dalam kasus pasien maengalami anemia berat berikan transfusi darah.
c) Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotika,
atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberikan antibiotika profilaksis.

6
d) Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.

Anda mungkin juga menyukai