OLEH :
Dina Nampi Rizki
17.30.020
a. Faktor Ibu
1) Ketidakcocokan Rh darah Ibu dengan janin
Akan timbul masalah bila ibu memiliki Rh negatif, sementara ayah Rh
positif, sehingga janin akan mengikuti yang lebih dominan yaitu Rh
positif, yang berakibat antara ibu dan janin akan mengalami
ketidakcocokan Rhesus. Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi
janin tersebut. Misalnya dapat terjadi kondisi Hidrops fetalis, yaitu suatu
reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin antara
lain berupa pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan yang
berlebihan pada rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin
penumpukan cairan di rongga dada atau rongga jantung, dan lain-lain.
Akibat dari penimbunan cairan-cairan yang berlebihan tersebut, tubuh
janin akan membengkak yang dapat berakibat pula darahnya bercampur
dengan air. Jika kondisi demikian terjadi, biasanya janin tidak akan
tertolong lagi.
b. Faktor Janin
2) Kelainan kromosom
Bisa juga disebut penyakit bawaan, misalnya kelainan genetik
berat (trisomi). Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru
terdeteksi pada saat kematian sudah terjadi, yaitu dari hasil otopsi janin.
Hal ini disebabkan karena pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam
kandungan beresiko tinggi dan memakan biaya banyak.
4) Malformasi janin
Pada janin yang mengalami malformasi, berarti pembentukan organ
janin tidak berlangsung dengan sempurna. Karena ketidaksempurnaan
inilah suplai yang dibutuhkan janin tidak terpenuhi, sehingga
kesejahteraan janin menjadi buruk dan bahkan akan menyebabkan
kematian pada janin.
5) Kehamilan multiple
Pada kehamilan multiple ini resiko kematian maternal maupun
perinatal meningkat. Berat badan janin lebih rendah dibanding janin pada
kehamilan tunggal pada usia kehamilan yang sama (bahkan perbedaannya
bisa sampai 1000-1500 g). Hal ini bisa disebabkan regangan uterus yang
berlebihan sehingga sirkulasi plasenta juga tidak lancar. Jika
ketidaklancaran ini berlangsung hingga keadaan yang parah, suplai janin
tidak terpenuhi dan pada akhirnya akan menyebabkan kematian janin.
6) Intra Uterine Growth Restriction
Kegagalan janin untuk mencapai berat badan normal pada masa
kehamilan. Pertumbuhan janin terhambat dan bahkan menyebabkan
kematian, yang tersering disebabkan oleh asfiksia saat lahir, aspirasi
mekonium, perdarahan paru, hipotermia dan hipoglikemi.
c. Faktor Palsenta
1) Pecah secara mendadak (abruption)
2) Premature Rupture of Membrane
3) plasenta Previa
3. Manifestasi Klinik
Pada wanita yang diketahui mengalami kematian janin intra uterine
(IUFD), pada beberpa hari berikutnya mengalami penurunan ukuran
payudara. Tanda-tanda lain yang juga dapat ditemukan adalah sebagai
berikut:
1) Tidak ada gerakan janin. Pada umumnya, ibu merasakan gerakan janin
pertama pada usia kehamilan 18 minggu (pada multipara) atau 20 minggu
(pada primipara). Gerakan janin normalnya minimal 10 kali sehari.
2) Gerakan janin yang sangat hebat atau sebaliknya, gerakan janin yng
semakin pelan atau melemah.
3) Ukuran abdomen menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pada
saat kehamilan normal dan tinggi fundus uteri menurun atau kehamilan
yang tidak kunjung besar, dicurigai bila pertumbuhan kehamilan tidak
sesuai bulan.
4) Bunyi jantung anak tidak terdengar
5) Palpasi janin menjadi tidak jelas
6) Pergerakan janin tidak teraba oleh tangan pemeriksa
7) Pada foto roentgen dapat terlihat:
Tulang-tulang cranial saling menutupi (tanda spalding)
Tulang punggung janin sangat melengkung (tanda naujokes)
Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin
4. Patofisiologi
Menurut Sastrowinata (2005), kematian janin dalam pada kehamilan yang
telah lanjut, maka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :
1) Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian
lemas kembali.
5. Klasifikasi
golongan di atas
6. Pemeriksaan Diagnostik
DJJ (-)
test kehamilan (-)
Rontgen foto abdomen
• Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah janin
• Tanda nojosk : angulasi yang tajam pada tulang belakang janin
• Tanda gernard : hiperekstensi kepala janin
• Tanda spalding : overlapping sutura
USG
7. Penatalaksanaan
Penanganan rasa nyeri pada pasien dengan induksi kelahiran untuk kasus
kematian janin lebih mudah ditangani dibandingkan dengan pasien dengan
janin yang masih hidup. Narkotik dengan dosis yang lebih tinggi bermanfaat
untuk pasien, dan pemberian morfin biasanya cukup efektif untuk
pengendalian rasa nyeri (Kliman, 2000).
1. Komplikasi yang mungkin Terjadi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan IUFD dapat
terjadi bila janin yang sudah meninggal tidak segera dilahirkan lebih dari 2
minggu. Akan tetapi, kasus janin yang meninggal dan tetap berada di rahim ibu
lebih dari 2 minggu sangat jarang terjadi. Hal ini dikarenakan biasanya tubuh ibu
sendiri akan melakukan penolakan bila janin mati, sehingga timbullah proses
persalinan. Adapun komplikasi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
Pengkajian
Sirkulasi
Riwayat penyakit: hipertensi essensial, penyakit vaskular.
Integritas Ego
Secara labil, ansietas, takut, syok, tidak percaya, depresi.
Eliminasi
Nefritis kronis.
Keamanan
Pemajanan pada agen-agen toksis atau teratogenik.
Inkompatibilitas ABO.
Seksualitas
Tumor fibrosa uterus (leiomioma), atau abnormalitas lainnya dari organ
reproduktif ibu.
Penyuluhan/Pembelajaran
Melaporkan penyalahgunaan pengobatan.
Obat atau alkohol.
Diagnosa Keperawatan
Prioritas Keperawatan
Mandiri
Berikan ruang pribadi bila klien Tempat dimana keluarga dan teman
menginginkannya, dengan kontak yang dapat bicara dan berbagi perasaan
sering oleh perawat. Anjurkan dengan leluasa, sehingga meningkatkan
kunjungan yang tidak terbatas oleh perasaan kekeluargaan dan membantu
keluarga dan teman. menghadapi proses berduka.
Tentukan makna kehilangan terhadap Luas dan durasi respon berduka dapat
kedua anggota pasangan. Perhatikan tergantung pada makna kehilangan.
bagaimana kuatnya pasangan
menginginkan kehamilan ini.
Identifikasi ekspresi sesuai tahap-tahap Perawat membantu dalam menghadapi
berduka (misal: menyangkal, marah, tahap berduka dengan waktu yang
menawar, depresi, menerima). Gunakan secepat mungkin. Bila berduka tidak
ketrampilan komunikasi terapeutik segera selesai, akan mengganggu
(misal: mendengar secara aktif, kehidupan selanjutnya.
pengakuan), menghargai permintaan
klien untuk tidak bicara.
Kolaborasi
Hubungi tokoh agama, sesuai keinginan Untuk pemberian nasehat dari segi
keluarga. agama dalam membantu menghadapi
proses berduka.
Rujuk pada psikiatri jika perlu. Konseling atau terapi mungkin perlu
pada kasus berduka patologis untuk
membantu individu mengidentifikasi
kemungkinan penyebab reaksi
abnormal dan mencapai resolusi proses
berduka.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Berikan informasi dan bantu orang tua Kematian anak memerlukan perubahan
menghadapi situasi, keseimbangan orang tua yang tidak diantisipasi. Pada
perawatan diri dan kebutuhan berduka kematian anak pertama, fungsi orang
serta tanggung jawab menjadi orang tua yang terjadi hanya berduka. Bila
tua. ada anak lain, orang tua dapat
mengekspresikan kekhawatiran tentang
kemampuan mereka menjadi orang tua.
Perasaan tentang kegagalan atau rasa
bersalah akhirnya dapat mengarah pada
perasaan yang tidak adekuat.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
3.5 Evaluasi
Hal terpenting yang dilakukan sebagai langkah lanjutan dari kasus kematian
janin intra uterine adalah pemeriksaan otopsi pada janin. Keputusan untuk
melakukan otopsi harus didiskusikan trelebih dahulu oleh orang tua, dalam hal ini
KIE sangat diperlukan. Pada orang tua yang tidak menginginkan otopsi lengkap
maka evaluasi kematian janin yang sangat terbatas harus didiskusikan dengan
keluarganya. Meskipun sangat jarang dapat ditawarkan penggunaan MRI yang
dapat memberikan informasi sebagai evaluasi kematian janin apabila otopsi tidak
dapat dilakukan (San, 2007).
Plasenta dan membrannya harus diperiksa juga secara teliti, termasuk kultur.
Analisa kromosom dari sample cairan amnion, darah janin dan jaringan (kulit
janin atau fascia lata) harus diketahui apakah janin dismorfik, memiliki retardasi
pertumbuhan, hidrofik atau memiliki anomali atau tanda lain dari kelainan
kromosom. Analisa kromosom terutama harus dilakukan pada kematian janin
kehamilan kembar khususnya dengan riwayat kematian janin pada trimester kedua
atau ketiga (San, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Andra. 2007. Ruptur Uteri: Uterus Robek, Nyawa Ibu dan Bayi Melayang.
http://www.kafemuslimah.com/article_detail.php?id=1161.Diakses
tanggal 3 April 2009 pukul 15.00 WIB