KELOMPOK 12
1. SUSANTI PO71242200033
2. YULI ANDINI AGUS PO.71242200001
2020
KATA PEGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah FetoMaternal dengan judul
“ Kematian Bayi dalam Rahim”
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu
Pauline Kusmaryati, SST, M.Bmd selaku dosen mata kuliah feto maternal. Kami menyadari dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon maaf.
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah
memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi
yang diterima dari ibu yang engandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari si ibu tidak mencukupi
maka sang bayi akan menerima konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupannya nanti.
Sejarah klasik tentang dampak kurangnya gizi selama kehamilan terhadap outcome kahamilan telah
banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch famine bahwa bayi yang masa kandungannya
(terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat saat panceklik mempunyai rata-rata berat badan
,panjang badan, lingkar kepala dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi bayi yang
masa kandungannya tidak terpapar masa panceklik dan hal in terjadi karena adanya penurunan
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Foetal Death) dapat dikarenakan berbagai hal seperti
terkena lilitan tali pusat, perdarahan, serta akibat tekanan darah tinggi dari ibu yang mengandung.
Kematian bayi dalam kandungan bisa di cegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur
ke dokter.Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan bisa di tanggulangi sedini mungkin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Dapat membantu menambah wawasan pembaca dan masyarakat pada umumnya tentang
IUFD ini.
2. Dapat dijadikan acuan atau literatur khususnya bagi mahasiswa kebidanan unutk
pemenuhan ilmu pengetahuan guna mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan
pengadaan dalam kegiatan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian IUFD
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada
kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa
memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005) Intra Uterine Fetal death ( IUFD) adalah terjadinya
kematian janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan atau usia kehamilan
20 minggu atau lebih.
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur
kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr). IUFD adalah keadaan
tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan
(KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD). Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir
dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim
disebut missed abortion. Sesudah 20 minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak
kehamilan 20 minggu. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi
kematian dalam rahim.
B. Etiologi IUFD
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
c. Nefritis kronis
e. Shipilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
c. Vassa praevia
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan,
diantaranya:
Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak
akan mengikuti yang dominan, menjadi rhesus positif. Akibatnya antara ibu dan janin mengalami
ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya,
dapat terjadi hidrops fetalis (reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin,
antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut
(asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung,
dan lain-lain).
Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B
dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu
dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya,
maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja.
karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin
dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan
plasenta ke bayi jadi tersumbat.
Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan
cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
5. Kelainan kromosom
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. Kematian janin akibat
kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu dari otopsi bayi.
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan
pada perut, karena kecelakaan atau pemukulan. Benturan ini bisa mengenai pembuluh darah di
plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta.
7. Infeksi materna
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus.
Demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin mati.
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa mengakibatkan kematian di
kandungan.
C. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD) karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan
anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi
ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe maka
dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang
dengan pertumbuhan janin.
D. Manifestai Klinik
5. Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari
ü bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia 25%
E. Klasifikasi
c. golongan III : kematian sesudah masa kehamilan > 28 minggu (late fetal death)
d. golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.
F. Faktor Resiko
d. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
a. abrupsio plasenta
b. plasenta previa
d. polihidramnion
f. kehamilan lama
g. kehamilan ganda
h. infeksi
i. diabetes
j. genitourinaria
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu
merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti
biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit
seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan
palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan dopler tidak terdengar terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Gejala dan tanda yang Gejala dan tanda yang Kemungkinan diagnosa
selalu ada kadang-kadang ada
3. Cairan ketuban
bercampur mekonium
3. Gerakan janin
berkurang atau hilang DJJ
abnormal (< 100 x/menit
atau > 180 x/menit)
Kematian janin
H. Penatalaksanaan
a. Terapi
1. Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa
bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan
kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan
melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
3. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996)
memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian
in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum
permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.
a) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan:
ü Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
Tindakan:
ü Kuretasi vakum
ü Kuretase tajam
b) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu.
Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan
misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per
menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan batang laminaria selama 12 jam. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5%
mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit. Kombinasi cara pertama dan ketiga
untuk janin hidup maupun janin mati. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas
indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan serviks (tidak efektif bila
dilakukan pada KPD). Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit
sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida
sebanyak 2 labu. Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi
ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti
biasa. Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian ASI), dan
penggunaan alat kontrasepsi.
I. Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4
minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena
itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila
terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan
pemberian darah segar atau fibrinogen.
Dampak lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan
persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila
kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di
dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik
kepala janin (dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang
dengan kesulitan persalinan kepala. Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system
rujukan ke tempat yang lebih baik, maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan.
Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang
paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal
pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena
itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti
plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi
yaitu dengan memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan.
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru (dada)
sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil
volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir
dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi
dengan versi luar atau seksio sesaria.
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu mengecil
untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan
pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yang besar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan.terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih.
Umumnya, kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki 8
bulan. Etiologinya: Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta, pre eklamsi dan eklamsi,
penyakit-penyakit kelainan darah, penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular, penyakit-
penyakit saluran kencing, penyakit endokrin, malnutrisi dan sebagainya.
B. Saran
1. Bagi Ibu ibu yang hamil hendaknya memeriksakan dirinya secara rutin mnimal 4 kali selama
kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya.
3. Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan profesional
DAFTAR PUSTAKA
1. http://rekaniezt.blogspot.com/2013/04/makalah-iufd.html
2. Saifuddin, Abdul Bari. 2009. IlmuKebidanan. Jakarta: PT
BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo (1)
3. Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC (2)
4. L., K. Varney, helen. 2006. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC(3)
5. Dr.Rosfanty. Jurnal intra uterine fetal death. (4)
6. Masruroh, S.ST. Jurnal intra uterine fetal death. (5)