Anda di halaman 1dari 6

Kematian Janin Dalam Kehamilan

World Health Organization (WHO) mendefinisikan KJDK (IUFD=intra uterine fetal death)
sebagai kematian konsepsi sebelum keluar secara lengkap (complete expulsion) atau ekstraksi
dari ibu, tanpa memandang tua kehamilan.

Secara umum KJDK dikelompokkan dalam 4 kategori : kurang dari 20 minggu (early fetal
death), 20-28 minggu, lebih dari 28 minggu (late fetal death) dan tidak terkategorikan. Pasien
biasanya tidak merasakan gejala apa-apa selain tidak merasakan gerakan bayi. Dengan
pemeriksaan denyut jantung tidak terdengar. Dan pemastian diagnosis harus dengan USG.
Pemeriksaan USG memperlihat : 1. Gerak jantung tidak ada 2. Tulang Punggung bayi yang
sangat melengkung 3. Tulang kepala saling tumpang tindih (tanda spalding) dan 4. Terdapat
udara pada pembuluh darah besar (tanda Robert).

Penyebab KJDK dari ibu : adalah penyakit2 yang diderita ibu seperti : diabetes yang tidak
terkontrol, infeksi, hipertensi dan lain2. Sebab dari janin: cacat bawaan, kelainan genetik dan
lain2. Idealnya penyebab KJDK nya harus dipastikan agar pada kehamilan berikutnya tidak
terulang kembali. Dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh fisik dan laboratorium Bila perlu
otopsi janin, jika tidak dilakukan, minimal janin di MRI. Penyebab diatasi sesuai dengan
kausanya. Induksi persalinan harus segera dimulai begitu diagnosis KJDK dibuat. Jika serviks
belum matang, maka dilakukan pematangan serviks dengan prostaglandin, pemasangan balon
kateter atau pemasangan laminaria.

Untuk mencegah jangan sampai terjadi KJDK maka ibu dengan kehamilan berisiko seperti
diabetes, hipertensi dll harus secara teratur memeriksakan diri dan jangan lupa memantau sendiri
kesejahteraan bayinya dengan malakukan hitung gerak janin

Untuk Mama yang ingin mengetahui beberapa faktor penyebab terjadinya IUFD atau kematian
janin di dalam kandungan, kali ini Popmama.com sudah merangkumnya. 

1. Plasenta tidak berfungsi dengan baik 

Plasenta yang tidak berkembang secara normal dapat menjadi salah satu penyebab IUFD.
Gangguan plasenta yang kurang berfungsi dengan baik ini dapat menghambat penyaluran
berbagai nutrisi penting untuk janin di dalam kandungan. 

Aliran darah dan oksigen menjadi terhambat atau berkurang akibat gangguan plasenta. Bila
kondisi ini terus terjadi, maka perkembangan janin menjadi tidak optimal dan berujung pada
kematian di dalam kandungan atau IUFD. 
2. Gawat janin 

Gawat janin atau fetal distress adalah sebuah kondisi janin yang tidak kondusif untuk memenuhi
syarat menuju persalinan. Umumnya kondisi gawat janin ini ditandai dengan hipoksia janin di
mana tidak ada pasokan oksigen yang cukup atau mengalami keterlambatan. 

Selain itu, gerakan janin di dalam kandungan yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan tali
pusat terpelintir dan suplai nutrisi menjadi terganggu. Padahal tali pusat menjadi jembatan untuk
nutrisi dan oksigen sesuai kebutuhan janin. Jika suplai oksigen terhenti, gerakan janin menjadi
sangat berlebihan dan dapat mengakibat kematian di dalam kandungan. 

3. Adanya kelainan genetik 

Kelainan atau cacat genetik bisa terjadi pada setiap kehamilan. Salah satu contohnya ketika ada
kelainan pada kromosom janin, sehingga membuat pertumbuhan janin terhenti. Kondisi ini dapat
berujung pada organ vital janin, seperti jantung dan otak tidak bisa berkembang secara optimal. 

Selain itu kelainan bawaan pada janin ini dapat membuat organ jantungnya mengalami
kebocoran, paru-paru tidak bisa berfungsi dengan baik dan beberapa kelainan lain yang dapat
memicu terjadinya kematian janin di dalam kandungan. 

4. Terjadi masalah pada kondisi kesehatan selama hamil 

Gangguan penyakit yang terjadi selama masa kehamilan bisa menyebabkan IUFD atau kematian
di dalam kandungan. 

Penyakit yang perlu diperhatikan selama hamil, seperti diabetes, jantung, hipertensi hingga
gangguan kekurangan gizi. Tanpa disadari beberapa penyakit ini dapat mengurangi asupan
nutrisi yang seharusnya didapat oleh janin. Bila suplai nutrisi semakin menurun, maka janin
tidak dapat berkembang dengan baik. 

Selain itu, terjadinya infeksi bakteri seperti streptokokus grup B, toksoplasmosis, listeriosis dan
rubella juga dapat menjadi penyebab janin mati dalam kandungan karena mengganggu
pertumbuhan janin. 

Begitu juga dengan beberapa infeksi lainnya seperti malaria, sifilis dan HIV yang terjadi selama
masa kehamilan. 

5. Mengalami perdarahan 

Selama masa kehamilan, tak jarang ada saja berbagai gangguan seiring berjalannya waktu. Ibu
hamil yang mengalami kecelakaan hebat hingga mengalami benturan di bagian perut dapat
menyebabkan sebagian plasenta terlepas. Kondisi plasenta yang terlepas ini dapat memicu
perdarahan, sehingga asupan nutrisi dan oksigen ke dalam tubuh sebagai asupan untuk janin
menjadi terhenti. 
Perdarahan yang hebat akibat berbagai faktor selama masa kehamilan dapat membuat janin mati
di dalam kandungan. 

6. Kehamilan yang lebih dari waktu normal

Ma, perlu disadari bahwa umumnya kehamilan terjadi hingga usia 42 minggu. Jika melebihi itu,
kehamilan akan dianggap lebih dari batas normal. 

Jika sudah lebih dari 42 minggu, maka plasenta akan mengalami penuaan dan fungsinya juga
akan berkurang. Kondisi plasenta yang sudah tidak optimal ini akan membuat janin kekurangan
nutrisi dan oksigen sebagai asupan makanan. 

Selain itu, cairan ketuban di dalam kandungan juga akan menjadi lebih kental dan hijau. Jika
cairan ketuban termakan oleh janin dan masuk ke dalam paru-parunya dapat menimbulkan
infeksi, keracunan yang berujung kematian pada janin. 

7. Gaya hidup yang tidak sehat

Faktor gaya hidup yang kurang sehat dapat memicu terjadinya kematian janin di dalam kandungan. 

Ibu hamil yang mengalami obesitas, mengonsumsi makanan cepat saji, terlalu banyak minum
alkohol hingga merokok selama masa kehamilan dapat memberikan pengaruh buruk untuk janin.
Perlu diketahui bahwa merokok untuk ibu hamil dapat membatasi membatasi pertumbuhan janin
di rahim karena mengurangi suplai oksigen ke janin melalui plasenta.

Itulah 7 penyebab yang seringkali membuat kematian janin di dalam kandungan atau IUFD.
Semoga dari informasi di atas, Mama yang sedang hamil dapat terus menjaga kesehatan dan
menjaga gaya hidup. 

Tetap semangat menjalani masa-masa kehamilan ini ya, Ma!

Pada sebagian besar kasus, tidak diketahui secara pasti penyebab janin meninggal di dalam
kandungan.

Namun, ada beberapa penyebab umum yang memungkinkan terjadinya stillbirth, diantaranya :

 Janin tidak berkembang. Lambatnya pertumbuhan janin merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya stillbirth. Ada banyak faktor yang menghambat pertumbuhan janin,
seperti adanya kista ovarium, kista rahim dan masih banyak lagi.
 Masalah plasenta. Kebanyakan kasus stillbirth terjadi akibat adanya masalah pada
plasenta, yakni organ yang menghubungkan oksigen, asupan nutrisi yang dikonsumsi
oleh Mama dan aliran darah ke janin. Akibatnya, janin kekurangan oksigen dan nutrisi
untuk tumbuh dan berkembang.
 Masalah tali pusar. Ada beberapa kondisi tali pusar yang menyebabkan kematian pada
janin, diantaranya panjang tali pusar yang tidak normal sehingga menyebabkan tali pusar
terlilit atau bahkan mencekik leher bayi. Kondisi ini beresiko menghambat pasokan
oksigen untuk janin, sehingga terjadi kematian.
 Riwayat penyakit yang diderita Mama. Bagi Mama yang memiliki riwayat penyakit
kronis seperti diabetes, hipertensi, lupus, penyakit ginjal atau pembekuan darah,
sebaiknya terus memantau kondisi janin selama kehamilan. Penyakit yang Mama derita
berpengaruh terhadap kesehatan janin. Hipertensi misalnya, jika Mama tidak mengontrol
tekanan darah dan mengkonsumsi obat yang dianjurkan oleh dokter, maka akan
menimbulkan resiko terjadinya preeklampsia yang berbahaya bagi janin.
 Adanya infeksi bakteri. Infeksi bakteri yang terjadi pada kehamilan dibawah 28 minggu
beresiko menyebabkan kematian pada janin. Jenis infeksi yang dapat menyebabkan
kematian diantaranya cytomegalovirus, listeriosis dan syphilis.
 Hamil tua. Kehamilan yang terjadi di atas usia 35 tahun memiliki macam-macam resiko,
diantaranya keselamatan janin dalam kandungan.

Selain keenam faktor penyebab diatas, ada beberapa penyebab lain yang memungkinkan
terjadinya stillbirth. Seperti gaya hidup dan pola makan Mama yang tidak sehat, terjadi insiden
yang menyebabkan trauma pada janin atau adanya riwayat keguguran pada kehamilan
sebelumnya.

Jika Mama ingin mengetahui secara pasti tentang penyebab terjadinya kematian pada janin,
diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa
otopsi, pemeriksaan plasenta dan tali pusar bayi serta pengecekan darah yang tentu saja

Bayi meninggal dalam kandungan tetap harus dilahirkan

Pada saat ini, ibu harus segera mengeluarkan bayi yang ada dalam kandungannya tanpa ditunda-
tunda lagi. Ibu harus mempersiapkan dirinya untuk sebuah prosedur melahirkan. Diharapkan, ibu
bisa mengikhlaskan dan masih mempunyai tenaga untuk dapat melahirkan bayinya yang sudah
meninggal, sehingga tidak terjadi masalah saat prosedur melahirkan.

Beberapa ibu mungkin sudah siap untuk langsung diinduksi pada saat itu juga guna merangsang
kontraksi rahim, sehingga ibu bisa cepat melahirkan dengan normal. Jika leher rahim ibu belum
melebar, dokter akan memberikan obat pada vagina ibu untuk merangsang pelebaran leher
rahim. Ibu juga akan diberi infus hormon oksitosin untuk merangsang kontraksi rahim.

Ibu yang lainnya mungkin butuh waktu beberapa hari (1-2 hari) untuk mempersiapkan diri dalam
mengeluarkan bayinya. Namun, jika ibu mempunyai infeksi, dokter akan menyarankan untuk
langsung mengeluarkan bayi Anda.

Beberapa ibu mungkin akan disarankan untuk mengeluarkan bayinya dengan cara operasi caesar.
Beberapa ibu dengan kondisi tertentu akan disarankan untuk menjalani operasi caesar, seperti
jika posisi bayi tidak normal (kepala bayi tidak berada di bawah dekat leher rahim), ibu
mengalami atau pernah mengalami kelainan plasenta, bayi lebih besar dari ukuran panggul ibu,
ibu melahirkan dengan operasi caesar pada kehamilan sebelumnya, kehamilan kembar, dan
kondisi khusus lainnya. Operasi caesar dilakukan untuk menghindari komplikasi saat persalinan,
seperti perdarahan.

Selain dengan cara melahirkan normal atau operasi caesar, proses pengeluaran bayi lahir mati
juga dapat dilakukan dengan cara dilasi dan kuretase (D & C) atau lebih dikenal dengan istilah
kuret. Prosedur ini dilakukan jika usia kandungan ibu masih dalam trimester kedua. Prosedur ini
memiliki komplikasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan prosedur induksi sebagai upaya
untuk dapat melahirkan normal.

Apakah proses melahirkan bayi lahir mati tetap sakit?

Prosedur melahirkan bayi lahir mati tidak jauh berbeda dengan prosedur melahirkan bayi yang
masih hidup. Setelah Anda melahirkan bayi Anda dengan prosedur melahirkan normal, Anda
masih akan mengalami kontraksi dengan tingkat sakit yang sama. Anda juga akan merasakan
sakit yang sama pada tubuh Anda. Perdarahan pada vagina, kram rahim, dan nyeri perineum juga
mungkin akan Anda rasakan setelah melahirkan.

Untuk menghilangkan rasa sakit Anda, dokter mungkin akan memberikan obat. Anda memiliki
pilihan yang lebih banyak untuk dapat menghilangkan rasa sakit Anda setelah melahirkan,
karena berbagai cara yang Anda ambil tidak akan memberi risiko pada bayi Anda.

Apa yang dirasakan setelah melahirkan bayi lahir mati?

Setelah melahirkan, tentu tubuh Anda juga membutuhkan waktu untuk proses pemulihan. Anda
mungkin perlu dirawat beberapa hari di rumah sakit. Beberapa hari setelah proses melahirkan,
mungkin Anda akan merasakan penuh pada payudara Anda karena payudara Anda sudah
memproduksi ASI. Payudara Anda juga akan mengeluarkan ASI. Ini merupakan suatu hal yang
normal terjadi. Seiring waktu berjalan, produksi ASI Anda akan berhenti dan ASI Anda akan
hilang, tetapi payudara Anda mungkin akan terasa sakit dan nyeri untuk sementara.

Selain pemulihan kondisi fisik, Anda juga pastinya membutuhkan pemulihan emosional. Ini
mungkin menjadi suatu proses yang panjang, antar ibu mungkin berbeda-beda. Memang tidak
mudah untuk menerima kenyataan bahwa Anda telah kehilangan, tetapi Anda harus bisa ikhlas
dan bersabar. Pada saat ini, Anda membutuhkan dukungan dari orang-orang tersayang, terutama
suami. Terimalah bantuan jika Anda membutuhkannya dan jangan terlalu lama larut dalam
kesedihan, walaupun kesedihan merupakan hal yang normal dialami oleh semua ibu yang baru
saja kehilangan bayinya.

Setelah mengalami kehilangan, beberapa ibu biasanya mempunyai dorongan yang kuat untuk
hamil lagi. Beberapa dari Anda mungkin ingin mencoba hamil lagi dengan segera, tetapi
sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter Anda untuk mempersiapkan kehamilan
Anda lebih baik. Sebaiknya Anda mengetahui apa penyebab dari kematian bayi Anda, sehingga
pada kehamilan berikutnya, Anda bisa menjaga kandungan Anda sampai bayi lahir dengan sehat.
Pada beberapa kasus bayi lahir mati mungkin tidak dapat dijelaskan apa yang menyebabkannya.

Anda mungkin juga menyukai