Anda di halaman 1dari 28

Gawat Janin & IUFD

Kelompok 11

Mirsa Manuputty
Murni Karina Dewi
Mustiana
Nabella Nilam Sari
Nadila Bamatraf
Nafani Dira Hesti La’u
GAWAT JANIN
DEFINISI GAWAT JANIN

Fetaldistress atau gawat janin adalah


kondisi di mana janin kekurangan oksigen
pada masa kehamilan atau persalinan.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan
menurunnya gerakan janin, perubahan
detak jantung (melemah atau tidak
beraturan), dan hanya bisa dideteksi
melalui pemeriksaan USG kehamilan.
PENYEBAB TERJADINYA GAWAT
JANIN
- Kontraksi yang terlalu kuat dan terjadi sebelum
waktunya.
- Gangguan pada plasenta yang menyebabkan pasokan
oksigen dan nutrisi menuju bayi berkurang.
- Kehamilan kembar.
- Mengalami komplikasi kehamilan, seperti
preeklamsia.Usia kehamilan lebih dari 42 minggu.
- Hamil di atas usia 35 tahun.
- Ibu menderita hipertensi, diabetes, anemia, asma, atau
hipotiroidisme.
- Perdarahan antepartum, seperti terlepasnya plasenta
dari rahim karena
GEJALA GAWAT JANIN
Gejala gawat janin biasanya dapat dirasakan oleh ibu, namun tak
jarang pula baru disadari ketika melakukan pemeriksaan USG oleh
dokter kandungan. Beberapa gejala gawat janin adalah sebagai berikut.

1. Gerakan Janin Menurun Umumnya, pergerakan janin memang


akan berkurang menjelang kehamilan karena ruang geraknya
mulai terbatas. Meski begitu, normalnya pergerakan janin tetap
terasa dengan pola yang sama. Apabila gerakan janin berubah
secara drastis, maka ada kemungkinan terjadi gawat janin.
2. Ukuran Kandungan Terlalu Kecil Pengukuran ini dilakukan dengan
mengukur tinggi puncak rahim (fundus uteri), yaitu mulai dari
tulang kemaluan ke atas. Normalnya, tinggi fundus hampir sama
dengan usia kehamilan. Ukuran fundus yang terlalu kecil dan tidak
sesuai usia kehamilan dapat dicurigai sebagai gawat janin.
Beberapa gejala lain yang bisa terjadi akibat
gawat janin adalah:
- Bayi tak kunjung lahir
- Ibu mengalami kram dan perdarahan di vagina
- Kenaikan berat badan pada ibu
- Detak jantung janin sangat cepat, tidak
beraturan, atau bahkan menurun.

Sementara itu, tanda-tanda janin dalam


keadaan sehat di antaranya:
- Pergerakan janin di dalam rahim cukup aktif.
- Jantung berdetak dengan teratur.
- Perubahan posisi janin menjelang kehamilan.
- Tumbuh kembang janin normal dan sehat
DIAGNOSIS GAWAT JANIN
Beberapa pemeriksaan yang biasanya dilakukan oleh
dokter untuk menegakkan diagnosis gawat janin, di
antaranya:

- USG kehamilan, untuk memantau pertumbuhan dan


perkembangan janin.
- USG Doppler, untuk mendeteksi ada atau tidaknya
gangguan pada jantung atau aliran darah janin.
- CTG (cardiotocography), untuk memantau respon
jantung janin terhadap gerakan janin dan kontraksi
rahim.
- Pemeriksaan air ketuban, untuk memastikan volume
ketuban dan mendeteksi mekonium (feses pertama bayi)
janin di dalamnya.
- Pemeriksaan sampel darah bayi, untuk memeriksa pH
darah bayi. Apabila berubah menjadi lebih asam, maka
terdapat kemungkinan bayi kekurangan oksigen.
PENANGANAN GAWAT
JANIN
Beberapa penanganan yang dilakukan pada ibu hamil dengan gawat
janin adalah :

1. Resusitasi dalam Rahim

Resusitasi adalah penanganan awal gawat janin. Di mana dalam


prosedur ini dokter akan melakukan berbagai upaya untuk
menyelamatkan janin seperti:
- Memastikan ibu mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.
- Memastikan tubuh ibu tidak kekurangan cairan dengan memberikan
suntikan infus.
- Meminta ibu berbaring dengan posisi miring ke kiri untuk
mengurangi tekanan rahim pada pembuluh vena, sehingga aliran
darah ke plasenta dan janin kembali lancar.Menghentikan
penggunaan obat-obatan sementara waktu.
- Melakukan terapi tokolisis untuk menghentikan kontraksi rahim.
- Melakukan prosedur amnioinfusion untuk menambahkan cairan pada
rongga cairan ketuban agar tekanan pada tali pusar berkurang.
2. Mempersiapkan Persalinan Apabila resusitasi
dalam rahim tidak cukup efektif untuk menangani
gawat janin, dokter akan menyarankan ibu
melakukan persalinan. Proses kelahiran ini dapat
dilakukan melalui persalinan normal dengan
bantuan alat vakum khusus pada kepala bayi atau
melalui operasi caesar.

3. Memantau Kondisi Bayi Setelah bayi dilahirkan,


dokter akan melakukan pemantauan selama 1–2
jam,
kemudian dilanjutkan hingga 12 jam. Pemantauan ini
bertujuan untuk melihat gerak dada bayi, warna
kulit,
suhu tubuh, kondisi tulang dan otot, dan detak
jantung bayi.
KOMPLIKASI GAWAT JANIN
Berkurangnya aliran oksigen pada janin
dapat memengaruhi pertumbuhan janin,
sehingga menyebabkan kelahiran dengan
kondisi berat badan lahir rendah (BBLR).
Dalam kasus lebih parah, berkurangnya
asupan oksigen dapat menyebabkan bayi
meninggal dalam kandungan
PENCEGAHAN GAWAT
JANIN

Gawat janin adalah kondisi yang tidak


sepenuhnya bisa dicegah. Namun, dengan
melakukan pemeriksaan antenatal secara
rutin, maka kondisi janin akan lebih
terpantau. Hal ini dapat meminimalkan
gangguan atau komplikasi yang mungkin
terjadi dan membahayakan ibu maupun
DEFINISI IUFD
Secara medis, kondisi IUFD ditujukan untuk kematian janin yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Sedangkan bila terjadi
sebelum usia kehamilan 20 minggu, disebut
dengan keguguran atau abortus.

Kejadian IUFD dapat berlangsung berminggu-minggu hingga


beberapa jam sebelum persalinan. Dan karenanya, IUFD dapat
disebut dini (early), lambat (late), atau cukup bulan (term):

- Early IUFD, bila janin meninggal antara usia kehamilan 20-27


minggu.
- Late IUFD, bila janin meninggal antara usia kehamilan 28-36
minggu.
- Term IUFD, bila janin meninggal antara usia kehamilan 37 minggu
atau setelahnya.
PENYEBAB IUFD
- Adanya Gangguan pada Plasenta
 Plasenta adalah lapisan yang menempel pada rahim selama
masa kehamilan. Untuk bisa terus hidup dan berkembang
dalam kandungan, janin membutuhkan pasokan nutrisi
yang cukup dari plasenta. Jadi, saat plasenta mengalami
gangguan solusio plasenta (plasenta lepas dari rahim),
aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen ke janin
jadi berkurang dan bisa menyebabkan IUFD.
 Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi selama
kehamilan memiliki risiko lebih tinggi mengalami solusio
plasenta dibanding Ibu hamil dengan kondisi kesehatan
yang baik. Selain itu, 24% kasus kematian Buah Hati dalam
kandungan disebabkan karena adanya pembekuan darah,
peradangan, dan masalah pembuluh darah di plasenta.
- Kelainan genetik
Kelainan genetik atau kelainan kromosom menjadi salah
satu pemicu kematian
janin sebanyak 15 hingga 20 persen. Kelainan genetik
membuat organ vital, yaitu otak dan jantung, tidak bisa
berkembang dengan baik.

- Pendarahan Berat
Mengalami pendarahan berat di trimester terakhir juga
bisa menyebabkan janin mati dalam kandungan Karena
pendarahan bisa menyebabkan plasenta terlepas dari
rahim sebelum waktu persalinan tiba.

- Adanya Gangguan Kesehatan Tertentu pada Ibu


Gangguan kesehatan, seperti memiliki penyakit gula
darah, hipertensi, gangguan imunitas tubuh, infeksi
bakteri, lupus, rubella, malaria, sifilis, HIV, dan lainnya
sangat berisiko tinggi mengalami IUFD.
- Pola Hidup yang Tidak Sehat
Gaya hidup yang tidak sehat selama masa kehamilan,
seperti mengalami obesitas, mengkonsumsi alkohol,
atau merokok, bisa menyebabkan IUFD.

- Tali Pusat Terlilit di Leher Janin


Kejadian tali pusat terlilit di leher janin ini disebut
juga nuchal cord, yaitu tali pusatnya mengelilingi leher
janin sampai 360 derajat. Umumnya peristiwa ini terjadi
lebih sering pada saat Ibu sudah hamil tua, namun
jarang ketika masih hamil muda. Pelilitan ini
menewaskan janin karena lilitan yang terlalu ketat
dapat menyumbat aliran darah dalam pembuluh darah
di tali pusat. Dengan aliran darah yang tersumbat, janin
akan mengalami kekurangan oksigen, sehingga
kesulitan bernafas.
Ciri-ciri IUFD :
1. Terjadi Pendarahan
Apabila kehamilan sudah memasuki trimester
kedua dan ketiga, lalu tiba-tiba mengalami
pendarahan, ada baiknya segera berkonsultasi
dengan dokter. Terjadinya pendarahan bisa jadi
menunjukkan adanya indikasi IUFD.

2. Demam, Nyeri, dan Kram pada Perut


Ketika tubuh terinfeksi, Ibu akan merasakan
demam, nyeri, atau kram perut.

3. Tidak ada pergerakan janin


Etiologi IUFD
Etiologi kasus intrauterine fetal
death (IUFD) dikaitkan dengan berbagai
faktor, termasuk kondisi medis ibu,
abnormalitas kromosom, dan sindrom
antibodi antifosfolipid. Namun, kebanyakan
etiologi IUFD adalah idiopatik atau tidak
diketahui
 Kondisi Medis Ibu
Kesehatan ibu selama hamil merupakan faktor yang penting untuk bisa melahirkan
bayi yang sehat. Namun, terdapat beberapa penyulit kehamilan yang bisa
menyebabkan IUFD antara lain hipertensi, preeklampsia, dan diabetes gestasional.

 Komplikasi Plasenta
Salah satu penyebab IUFD yaitu adanya komplikasi pada plasenta. Hal ini sering
ditemukan pada kehamilan kembar monokorionik atau monoamniotik sebelum usia
kehamilan 32 minggu. Komplikasi plasenta yang sering menyebabkan IUFD,
yaitu plasenta previa dan abrupsio plasenta.

 Abnormalitas Kromosom
Penentuan kariotipe janin merupakan salah satu pemeriksaan yang harus
dipertimbangkan jika didapatkan kasus IUFD tanpa sebab yang jelas. Pemeriksaan
dapat dilakukan secara amniocentesis dengan mengambil amniosit hidup untuk
mencari abnormalitas struktural janin.

 Sindrom Antibodi Antifosfolipid


Sindrom antibodi antifosfolipid dapat dipertimbangkan sebagai penyebab kematian
janin apabila didapatkan >3 kematian janin pada kehamilan trimester pertama
atau >1 kematian janin pada kehamilan trimester kedua dengan penyebab yang
tidak jelas maupun peristiwa tromboembolik vena yang tidak jelas.
 Infeksi Intraamnion
Infeksi dalam kehamilan merupakan penyebab kematian janin yang terlihat jelas
pada pemeriksaan klinis. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan histologi
terhadap janin, plasenta, dan tali pusat sebagai penunjang penentuan adanya
infeks
FAKTOR RESIKO IUFD

Ada beberapa faktor


risiko yang dapat
menyebabkan IUFD.
Faktor risiko ini
diklasifikasikan menjadi
faktor maternal, fetal,
dan plasenta
Faktor Maternal
 Anemia:
Terjadinya anemia pada kehamilan tergantung jumlah persediaan zat besi dalam hati,
limpa dan sumsum tulang. Pada kehamilan yang memasuki usia 20–24 minggu, janin
akan membutuhkan zat besi yang banyak sehingga jika terjadi anemia maka akan
berpengaruh terhadap hasil konsepsi termasuk salah satunya adalah IUFD.
 Diabetes Melitus yang Tidak Terkontrol:
Kebutuhan nutrisi yang adekuat untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan
janin berakibat pada perubahan metabolisme ibu hamil, terutama metabolisme
karbohidrat dan lemak. Perubahan metabolisme ini dapat menyebabkan peningkatan
gula darah yang apabila tidak terkontrol maka dapat menyebabkan abnormalitas
kongenital, abortus, IUFD, lahir prematur, dan makrosomia.
 Lupus Eritematosus Sistemik (LES):
Kematian janin pada kehamilan dengan lupus eritematosus sistemik (LES) terjadi jika
ibu hamil mengalami flare selama kehamilannya. Kejadian flare ini akan menimbulkan
kerusakan organ sehingga meningkatkan risiko mortalitas janin.
 Infeksi:
Infeksi merupakan salah satu penyebab kematian janin terbanyak, baik di negara maju
maupun berkembang. Infeksi yang terjadi dapat berasal dari infeksi janin langsung
disertai kerusakan organ vital dan deformitas janin, infeksi plasenta yang menyebabkan
gangguan fungsi plasenta, dan infeksi maternal sistemik yang menyebabkan sepsis.
Patogen yang sering menyebabkan IUFD yaitu Treponema pallidum, Vibrio
cholerae, Escherichia coli, Mycoplasma hominis, Toxoplasma
gondii, Leptospira sp, dan Listeria monocytogenes. Sementara itu, infeksi virus yang
sering menyebabkan IUFD adalah parvovirus dan cytomegalovirus (CMV)
 Eklamsia:
Eklamsia adalah derajat pregnancy-induced hypertension (PIH) paling
berbahaya yang ditandai dengan terjadinya kejang atau koma selama
masa kehamilan di atas 20 minggu. Kejang pada eklamsia ini dapat
menghambat aliran darah intervilosa sehingga menyebabkan hipoksia
atau asidosis yang berakibat pada kematian janin.

 Penyakit Rhesus:
Kematian janin dalam kandungan akibat penyakit rhesus berhubungan
dengan sirkulasi sel darah ibu ke janin dan sebaliknya. Apabila ada
ketidakcocokan antara sel darah merah ibu dan janin maka akan terjadi
sensitisasi sistem imun ibu yang menganggap sel darah janin sebagai
benda asing dan menimbulkan penyakit hemolitik berat pada janin
hingga menyebabkan kematian.

 Sindrom Antibodi Antifosfolipid:


Sindrom antifosfolipid merupakan penyakit autoimun yang sering terjadi
pada wanita. Sindroma ini sering dikaitkan dengan kondisi trombosis
pada kehamilan dan angka kematian janin yang tinggi.
Faktor fetal
 Intrauterine Growth Restriction (IUGR):
Intrauterine growth restriction (IUGR)
dapat menyebabkan peningkatan risiko
kematian 6-10 kali lipat lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bayi normal. IUGR
ditentukan bila berat janin kurang dari 10% berat yang harus
dicapai sesuai usia kehamilan.
 Kelainan Kongenital dan Kromosom:
Pertanda kelainan kongenital yang sering ditemukan pada
pemeriksaan ultrasonografi (USG) yaitu
oligohidramnion, polihidramnion, IUGR, kelainan bentuk dan
struktur organ janin, ukuran biometri abnormal, ukuran
plasenta abnormal, dan aktivitas biofisik janin yang
berkurang. Oligohidramnion yang berlangsung cukup lama
dapat menyebabkan kelainan janin berupa hipoplasia toraks
dan paru serta deformitas wajah dan skeletal.
Faktor
placenta

Faktor plasenta yang dapat menyebabkan


kematian janin dalam kandungan antara
lain kelainan tali pusat, abrupsio
plasenta, ketuban pecah dini, dan vasa
previa
Penanganan IUFD
 Timing persalinan
Metode dan timing persalinan pasca IUFD bergantung pada usia kehamilan saat
kematian terjadi, riwayat kehamilan ibu, dan pilihan ibu. Pada dasarnya, ibu tidak
boleh diburu-buru dalam memutuskan waktu bersalin bila tidak ada masalah
kesehatan yang serius. Pada sebagian besar kasus, persalinan spontan dimulai
dalam 1-2 minggu setelah kematian janin. Meski demikian, menunggu persalinan
spontan meningkatkan risiko timbulnya gangguan pembekuan darah (kelainan
koagulasi). Utamanya, bila janin yang mati dipertahankan selama beberapa minggu.

 Metode persalinan
Pilihan untuk melahirkan janin yang telah mati, mencakup dilatasi dan
evakuasi atau induksi persalinan. Secara umum, rekomendasinya adalah sebagai
berikut:
- Usia kehamilan <24 minggu Bila ada dokter ahli, dilatasi dan evakuasi lebih
dipilih ketimbang induksi persalinan. Bila tidak ada, dilakukan induksi persalinan
menggunakan obat misoprostol.
- Usia kehamilan >24 minggu Pasien dengan serviks yang matang (skor
Bishop >6) disarankan untuk menjalani induksi persalinan dengan
obat oxytocin dalam dosis standar. Bila serviks belum matang,
diberikan misoprostol melalui vaginal, sebelum pemberian oxytocin. Regimen
lain, yakni kombinasi obat mifepristone-misoprostol untuk induksi persalinan di
usia kehamilan 24-28 minggu. Di trimester ketiga, induksi persalinan dapat
dilakukan menggunakan balon kateter untuk mematangkan serviks sebelum
akhirnya diberikan obat oxytocin.
Cara mencegah IUFD

 Berhenti merokok, minum alkohol, dan mengonsumsi


obat-obatan yang berbahaya.
 Tidur dengan posisi miring. Tidur terlentang saat usia
kehamilan 28 minggu atau lebih dapat meningkatkan
risiko janin meninggal dalam kandungan
 Menjaga berat badan tetap ideal, baik saat sebelum
hamil maupun saat hamil.
 Jika mengalami sakit perut, gatal, atau pendarahan,
segera konsultasikan ke dokter.
 Rutin melakukan pemeriksaan dan berkonsultasi
dengan dokter.
SUMBER :
Tim Medis RS.Siloam.(2022).Gawat Janin
(Fetal Distress), Jurnal Kajian Komunikasi,
22(2), 1-4.
Pittara. (2022).Fetal Distress-Gawat Janin,
Jurnal Komunikasi. 22(2), 1-2.
Nareza, M.(2000).Memahami IUFD.Jurnal
Komunikasi. 20(1), 1-2.
Amelia, F. (2023). Intra Uterine Fetal Death,
Ketika Janin Mati Dalam Kandungan. Jurnal
Komunikasi. 23 (2), 1-3.
KELOMPOK 11

Anda mungkin juga menyukai