Anda di halaman 1dari 19

Komplikasi kebidanan ,kehamilan persalianan dan nifas

Diajukan untuk Memenuhi tugas Mata kuliah Obstetri


Membuat Ringkasan tentang materi komplikasi kebidaa kehamilan , persaliann dan nifas
Dosen Pengampu Bunda SITI FATIMAH,SST,M.BMd

DISUSUN OLEH :
MERTY DWI SULANDARI
PO.71.24.3.21.041

KELAS/SEMESTER : A/III

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI D3 KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2022/2023
Komplikasi Kebidanan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

1. Komplikasi Kehamilan
Kehamilan bisa menjadi saat yang paling menyenangkan namun juga paling
menantang dalam hidup seorang wanita. Pengalaman memiliki seorang manusia baru tumbuh
di dalam tubuh mereka adalah suatu pengalaman yang tak ada bandingannya. Namun,
kehamilan juga merupakan saat di mana wanita paling rawan mengalami berbagai gangguan
kesehatan dan emosional.

Sekeras apapun wanita berusaha, tidak semua kehamilan berjalan dengan semestinya.
Komplikasi dapat terjadi sebelum, saat, atau setelah kehamilan. Beberapa komplikasi hanya
bersifat ringan, namun ada juga yang dapat membahayakan nyawa ibu dan bayinya.

Karena ada banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi kesehatan wanita dan
bayinya, kesehatan saat kehamilan bukanlah sesuatu yang bisa dijamin. Namun, apabila ibu
mengetahui faktor risiko serta tanda dan gejala kemungkinan komplikasi, ia dapat melakukan
langkah pencegahan atau mencari pertolongan medis dan menghindari risiko kesehatan yang
serius.

Penyebab Komplikasi Kehamilan


Komplikasi kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai faktor; mulai dari gen wanita
sampai lingkungan. Semua faktor tersebut dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental
wanita. Komplikasi kehamilan yang paling umum adalah tekanan darah tinggi, pre-eklamsia,
kelahiran prematur, keguguran, diabetes gestasional, anemia, dan infeksi saluran kemih.

1. Tekanan darah tinggi

Juga dikenal sebagai hipertensi, kondisi ini terjadi ketika terjadi penyempitan
pembuluh nadi, yang berfungsi untuk mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh dan
plasenta. Saat hal ini terjadi, organ tubuh tidak cukup mendapatkan oksigen dan
mineral yang dibawa darah. Ada kemungkinan janin tidak akan tumbuh secara
normal. Pada beberapa kasus, hipertensi akan menyebabkan kelahiran premature atau
pre-eklamsia. Wanita yang telah didiagnosis dengan hipertensi bahkan sebelum hamil
harus mengawasi kondisi mereka secara teratur dan terus mengonsumsi obat-obatan.
Apabila hipertensi terjadi saat kehamilan, maka kondisi ini dinamakan hipertensi
gestasional. Kondisi ini biasanya akan menghilang setelah kehamilan, namun juga
tetap harus diawasi. Beberapa wanita yang mengalami hipertensi gestasional harus
menjalani operasi caesar darurat agar tidak lebih membahayakan nyawa mereka dan
bayi mereka. Pola makan yang tepat, olahraga yang cukup, dan istirahat yang cukup
dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi gestasional.
2. Kelahiran premature

Kelahiran prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum memasuki minggu


ke-37 kehamilan. Risiko kelahiran prematur dapat dikurangi dengan mencegah
infeksi. Pada beberapa kasus, obat-obatan dapat menghentikan atau memperlambat
kondisi ini.

3. Keguguran

Apabila kehamilan wanita tidak berkembang dalam 20 minggu, maka wanita


telah mengalami keguguran. Apabila wanita mengalami keguguran setelah 20
minggu, kondisi ini dinamakan “lahir mati”. Sayangnya, banyak faktor risiko
keguguran yang tidak dapat dikendalikan oleh pasien, misalnya kelainan plasenta,
pertumbuhan janin yang buruk, dan kelainan kromosom.

4. Diabetes Gestasional

Perubahan hormon selama kehamilan dapat mengganggu kemampuan


pankreas untuk menghasilkan insulin, sehingga menyebabkan diabetes gestasional.
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan yang serius pada kesehatan ibu dan
bayinya.

5. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih adalah kondisi yang paling umum terjadi saat
kehamilan. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat disembuhkan
dengan antibiotik. Namun, dokter harus mengetahui bahwa pasien sedang hamil,
sehingga ia dapat memberikan antibiotik yang sesuai.

6. Anemia

Anemia merupakan kondisi ketika tubuh memiliki jumlah sel darah merah
sehat yang lebih rendah dari jumlah normal. Wanita hamil yang mengalami anemia
mungkin akan merasa lelah dan lemah. Namun, kondisi tersebut bisa diatasi dengan
mengobati penyebabnya, serta dibantu dengan mengonsumsi suplemen zat besi dan
asam folat.

7. Mual dan Muntah Terus Menerus

Meskipun mual dan muntah adalah hal yang normal selama kehamilan,
terutama pada trimester pertama, beberapa wanita mengalami gejala yang lebih parah
hingga trimester ketiga.
Penyebab bentuk yang lebih parah dari masalah ini, yang dikenal sebagai
hiperemesis gravidarum. Wanita dengan hiperemesis gravidarum mengalami mual
yang tidak kunjung hilang, penurunan berat badan, nafsu makan berkurang, dehidrasi,
dan rasa ingin pingsan.

Gejala Utama Komplikasi Kehamilan


Komplikasi kehamilan dapat menyebabkan berbagai gejala. Beberapa gejala
dapat bersifat ringan, namun gejala lainnya harus segera ditangani. Berikut ini adalah
beberapa gejala yang harus segera ditangani:

 Pendarahan

 Muntah dan sangat mual

 Berkurangnya aktivitas bayi

Siapa yang Harus Ditemui & Jenis Pengobatan yang Tersedia


Dokter kandungan dan kebidanan dapat mengawasi kondisi ibu dan bayi
secara teratur untuk memastikan bahwa kandungan berkembang dengan baik. Namun,
wanita yang sedang hamil harus segera mencari pertolongan medis apabila ia
menyadari adanya gejala-gejala yang telah disebutkan di atas.

Apabila nyawa ibu dan bayinya berada dalam bahaya, dokter dapat memilih
untuk melakukan operasi caesar (C-section). Komplikasi kehamilan yang
membutuhkan operasi ini adalah:

 Janin terlalu besar

 Proses persalinan tidak berjalan dengan baik

 Ada lebih dari satu janin di dalam kandungan

 Penyakit menular seksual atau infeksi

 Posisi janin terbalik

 Gangguan plasenta

 Kesehatan bayi dalam bahaya

Kesehatan mental wanita juga berisiko mengalami gangguan selama dan


setelah kehamilan. Beberapa wanita dapat mengalami depresi berat saat hamil. Wanita
harus menyadari tanda dan gejala depresi serta mencari pertolongan profesional
karena depresi dapat membahayakan kesehatan fisik wanita dan bayi. Depresi yang
terjadi setelah kehamilan dinamakan depresi postpartum. Pada banyak kasus, wanita
tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami depresi ini, sehingga suami atau
anggota keluarga lainnya harus mencari pertolongan apabila mereka menyadari
adanya gejala depresi.

Karena banyaknya risiko yang berkaitan dengan kehamilan, pasangan suami


istri harus selalu siaga untuk menghadapi semua jenis kondisi darurat. Sebaiknya
mereka menyiapkan rencana darurat dengan dokter kebidanan dan kandungan mereka.
Mengikuti kelas persalinan juga merupakan langkah yang baik, karena kelas ini
biasanya mengajarkan tentang tindakan darurat.

Siapa Saja yang Berisiko Mengalami Komplikasi Kehamilan?


Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami
komplikasi selama kehamilan, antara lain:

 Hamil pada usia 35 tahun atau lebih.

 Mengalami kehamilan di usia muda.

 Mengalami gangguan makan, seperti anoreksia.

 Merokok.

 Menggunakan obat-obatan terlarang.

 Minum alkohol.

 Memiliki riwayat keguguran atau kelahiran prematur.

 Hamil lebih dari satu bayi.

 Mengidap kondisi medis tertentu, seperti diabetes, kanker, tekanan darah


tinggi, infeksi, penyakit menular seksual, dan lain-lain.

Cara Mencegah Komplikasi Kehamilan


Tidak semua komplikasi kehamilan bisa dicegah, namun ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya, antara lain:

 Bicarakan pada dokter ketika berencana hamil agar dokter bisa membantu kamu
mempersiapkan diri. Beritahu dokter bila kamu memiliki kondisi medis tertentu.

 Konsumsi makanan sehat dengan memperbanyak buah-buahan, sayuran, protein


tanpa lemak, dan serat.

 Minum vitamin prenatal setiap hari.


 Berhenti merokok, sekaligus hindari minuman beralkohol dan obat-obatan
terlarang.

 Mengelola stres dengan baik.

2. komplikasi persalinan
Ada beragam komplikasi persalinan yang bisa terjadi pada Anda dan bayi, meliputi:

1. Komplikasi persalinan distosia

Distosia atau yang dimaksud sebagai persalinan macet (prolonged labor)


adalah komplikasi melahirkan ketika total waktu melahirkan lama. Ya, waktu
yang dihabiskan mulai dari awal pembukaan lahiran leher rahim, sampai bayi
keluar terbilang cukup lama dari waktu normalnya.

Menurut American Pregnancy Association, persalinan dikatakan tidak


maju jika berlangsung lebih dari 20 jam untuk pengalaman melahirkan yang
pertama. Sementara jika sebelumnya Anda sudah pernah melahirkan, komplikasi
persalinan tidak maju yakni ketika memakan waktu lebih dari 14 jam.

Distosia dapat ditangani dengan pemberian induksi persalinan, tindakan


forceps, episiotomi (gunting vagina), maupun operasi caesar.

2. Cephalopelvic disproportion

antibiotik saat melahirkan Cephalopelvic disproportion adalah penyulit


persalinan saat bayi sulit lahir melewati panggul ibu karena ukurannya yang
terlalu besar. Komplikasi persalinan cephalopelvic disproportion (CPD) bisa
terjadi ketika ukuran kepala bayi yang terlalu besar atau panggul ibu yang terlalu
kecil.

Ukuran panggul ibu yang kecil tidak menjadi masalah bila ukuran kepala
bayi juga tidak terlalu besar. Penanganan CPD biasanya dilakukan dengan operasi
caesar karena persalinan normal sudah tidak memungkinkan.

3. Prolaps tali pusat

kontraksi rahim akibat komplikasi melahirkan Selama dalam kandungan,


tali pusat (tali pusar) merupakan tumpuan hidup bayi. Tali pusat bertugas untuk
mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke tubuh bayi agar dapat tumbuh dan
berkembang di dalam rahim ibu. Terkadang selama proses melahirkan, tali pusat
dapat masuk ke dalam leher rahim atau serviks terlebih dulu sebelum setelah air
ketuban pecah. Tali pusat bahkan bisa keluar lebih dulu melalui vagina
dibandingkan bayi sehingga menyebabkan komplikasi saat persalinan. Kondisi ini
disebut dengan prolaps tali pusat. Komplikasi persalinan prolaps tali pusat ini
tentu sangat berbahaya bagi bayi. Ini karena aliran darah pada tali pusar bisa
terhambat atau bahkan terhenti. Pastikan Anda segera mendapatkan penanganan
medis sedini mungkin saat komplikasi persalinan ini terjadi.

4. Komplikasi persalinan janin terlilit tali pusar

proses melahirkan normal Posisi janin di dalam kandungan tidak selalu


diam dan tenang. Kadang kala, bayi bisa bergerak dan berganti posisi sehingga
membuat tubuhnya terlilit tali pusatnya sendiri. Janin terlilit tali pusar sebenarnya
bisa terlepas dengan sendirinya berkali-kali selama kehamilan. Namun, tali pusat
yang melilit bayi selama proses persalinan dapat menimbulkan komplikasi. Ini
karena aliran darah untuk bayi bisa terganggu sehingga membuat denyut jantung
bayi menurun secara tiba-tiba (variable decelerations).

Penyebab janin terlilit tali pusar juga bisa karena ukuran tali pusar yang
terlalu panjang, strukturnya lemah, dan tidak dilindungi lapisan jeli yang cukup.
Hamil dan melahirkan anak kembar juga kerap menjadi penyebab tali pusar
melilit tubuh bayi. Jika detak jantung bayi terus memburuk selama persalinan dan
bayi menunjukkan tanda bahaya lainnya. Melahirkan dengan operasi caesar bisa
jadi jalan keluar terbaik untuk mengatasi komplikasi persalinan ini.

5. Emboli air ketuban

Emboli air ketuban adalah kondisi ketika sel-sel janin, air ketuban, dan lainnya
masuk ke dalam aliran darah ibu melalui plasenta. Komplikasi atau penyulit
persalinan ini kemungkinan terjadi karena penghalang plasenta mengalami
kerusakan akibat luka. Sebenarnya, air ketuban yang masuk ke aliran darah ibu
jarang mengakibatkan masalah. Itulah mengapa emboli air ketuban termasuk
tanda bahaya persalinan yang jarang sekali terjadi.

6. Komplikasi persalinan asfiksia perinatal

Asfiksia perinatal adalah kompliksi persalinan ketika bayi tidak mendapatkan


cukup oksigen di dalam kandungan selama proses melahirkan berlangsung
maupun setelahnya. Asfiksia merupakan salah satu komplikasi melahirkan yang
dapat berakibat fatal. Selain karena kadar oksigen yang rendah, bayi juga bisa
mengalami komplikasi persalinan berupa asfiksia perinatal karena peningkatan
kadar karbon dioksia. Dokter biasanya melakukan penanganan segera untuk kasus
asfiksia perinatal dengan memberikan oksigen kepada ibu dan operasi caesar.
Setelah melahirkan, pengobatan juga akan tetap dilakukan misalnya dengan
memberikan pernapasan mekanis maupun perawatan lainnya pada bayi.

7. Gawat janin (fetal distress)

Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi saat pasokan oksigen bayi
selama persalinan dan setelahnya tidak tercukupi. Sekilas, gawat janin terlihat
serupa dengan asfiksia perinatal. Hanya saja, gawat janin menandakan bahwa
janin sedang berada dalam kondisi yang tidak baik di kandungan ibu. Itu
sebabnya, gawat janin dikatakan sebagai status atau kondisi janin yang
mengkhawatirkan.

Selain kadar oksigen bayi yang tidak tercukupi, gawat janin juga bisa
disebabkan oleh bayi berukuran kecil dan usia kehamilan sudah lebih dari 42
minggu. Pertumbuhan janin yang terhambat atau intrauterine growth retardation
(IUGR) juga turut andil sebagai penyebab gawat janin.

8. Rahim robek (ruptur uteri)

Melahirkan Secara Sesar, Bisa Menyebabkan Anak Mengalami Obesitas


Tanda bahaya persalinan ruptur uteri atau rahim robek kemungkinan bisa terjadi
bila ibu sebelumnya pernah melakukan operasi caesar. Kondisi ini terjadi ketika
bekas luka tersebut terbuka di persalinan normal berikutnya. Di samping
mengakibatkan komplikasi persalinan berupa perdarahan hebat pada ibu, bayi di
dalam kandungan juga berisiko mengalami kekurangan oksigen. Dalam kondisi
ini, dokter biasanya akan menganjurkan untuk segera melakukan operasi
melahirkan caesar.

Itu sebabnya, ibu yang berencana untuk melahirkan normal setelah caesar
sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Dokter dapat
melakukan serangkaian pemeriksaan dan kemudian menentukan keputusan terbaik
setelah melihat kondisi ibu dan bayi.

9. Sindrom aspirasi mekonium

Sindrom aspirasi mekonium adalah masalah yang terjadi saat bayi minum
air ketuban yang bercampur mekonium sebelum, saat, atau setelah kelahiran.
Mekonium atau feses pertama bayi yang bercampur bersama air ketuban ini dapat
membuat bayi keracunan bila terminum terlalu banyak.

Normalnya, bayi memang minum air ketuban selama berada di dalam


kandungan. Namun, air ketuban tersebut bebas dari mekonium sehingga tidak
dapat dikatakan keracunan. Bayi yang mengalami stres sebelum, saat, dan setelah
proses kelahiran bisa menjadi penyebab terjadinya aspirasi mekonium.

10. Perdarahan postpartum

Setelah bayi berhasil dilahirkan, ibu bisa mengalami perdarahan


postpartum. Perdarahan postpartum merupakan salah satu komplikasi persalinan
yang terjadi setelah plasenta dikeluarkan, entah dalam melahirkan normal atau
caesar.

Kontraksi uterus atau rahim yang lemah tersebut tidak mampu


memberikan tekanan yang cukup pada pembuluh darah, khususnya tempat di
mana plasenta menempel pada rahim. Perdarahan postpartum juga bisa
disebabkan oleh adanya bagian plasenta yang masih tersisa dalam rahim dan
infeksi pada dinding rahim.

11. Komplikasi persalinan bayi sungsang (breech birth)

Sesuai dengan namanya, bayi sungsang terjadi saat bayi di dalam


kandungan tidak berada pada posisi yang seharusnya menjelang kelahiran. Posisi
kepala bayi selama kehamilan biasanya berada di atas dan kaki di bawah. Seiring
berjalannya waktu, posisi bayi akan memutar dengan kaki di atas dan kepala di
bawah dekat dengan jalan lahir.

Perubahan posisi ini umumnya terjadi mendekati persalinan. Sayangnya,


dalam beberapa kasus, bayi dapat mengalami posisi sungsang alias tidak berada
pada posisi yang seharusnya menjelang hari kelahiran. Sebaliknya, posisi bayi
sungsang membuat kaki atau bokong bayi yang nantinya keluar lebih dulu disusul
dengan kepalanya. Posisi ini tentu dapat menyebabkan komplikasi persalinan yang
berisiko bagi bayi, khususnya bila ibu berencana melahirkan normal.

12. Retensio plasenta

Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta tidak kunjung keluar dari
rahim setelah persalinan dalam kurun waktu lebih dari 30 menit. Padahal, plasenta
seharusnya keluar dari rahim karena tubuh ibu masih berkontraksi
pascamelahirkan. Penanganan retensio plasenta biasanya dilakukan dengan
pemberian suntikan untuk merangsang rahim berkontraksi. Bila dirasa tidak
menunjukkan perubahan, dokter mungkin akan menempuh prosedur operasi
dengan pemberian epidural atau anestesi.
13. Plasenta akreta

Plasenta akreta merupakan salah satu penyebab terjadinya retensio plasenta.


Komplikasi persalinan ini terjadi saat perlekatan plasenta terlalu kuat pada dinding
rahim sehingga membuatnya susah lepas setelah melahirkan. Bahkan, plasenta dapat
tumbuh ke dalam dinding rahim sehingga semakin sulit lepas dan keluar dari tubuh
ibu. Bila tidak segera dikeluarkan, plasenta yang susah lepas ini berisiko membuat ibu
mengalami perdarahan hebat.

14. Komplikasi persalinan atonia uteri

Rahim atau uterus seharusnya masih berkontraksi setelah melahirkan guna


mengeluarkan plasenta sekaligus menekan pembuluh darah. Namun, ibu bisa
mengalami komplikasi persalinan atonia uteri sehingga terjadi perdarahan yang
sangat banyak (perdarahan postpartum). Dokter biasanya mengobati atonia uteri
dengan operasi hingga histerektomi untuk kasus yang tergolong berat.

15. Infeksi postpartum

Komplikasi persalinan lain yang bisa dialami ibu usai melahirkan yakni
infeksi postpartum. Infeksi postpartum disebabkan oleh hadirnya bakteri, entah itu
pada sayatan bekas operasi, rahim, kandung kemih, dan lainnya. Infeksi
postpartum bisa meliputi mastitis payudara, endometritis, infeksi saluran kemih
(ISK), dan infeksi pada bekasi sayatan operasi. Pengobatan untuk komplikasi
persalinan, baik saat melahirkan normal maupun operasi caesar, berupa infeksi
postpartum akan disesuaikan kembali dengan penyebabnya.

16. Meninggal saat atau setelah melahirkan

Kematian ibu saat maupun setelah melahirkan termasuk komplikasi


persalinan yang berakibat fatal. Penyebab ibu meninggal saat melahirkan maupun
setelahnya yakni karena adanya komplikasi atau masalah selama persalinan. Di
sisi lain, kurang meratanya persediaan fasilitas kesehatan dan sulitnya akses
menuju fasilitas kesehatan kerap membuat masalah yang dialami ibu tidak dapat
ditolong dengan cepat. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab angka
kematian ibu hamil dan melahirkan meningkat.
3. Pengertian MasaNifas
Masa nifas adalah masa sebelum persaliann dan kelahiran bayi. plasenta
serta menjadi lebih baik yang diperlukan untuk tidak kembali organisi seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih ö minggu.

Masa nifas (masa nifas), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang artinya
bayi dan melahirkan yang artinya melahirkan atau berarti masa sebelum melahirkan.
Asuhan kebidanan masa nifas adalah manajemen panti asuhan yang diberikan pada
pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam
keadaaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil.

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan
(Saleha. 2009).

Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas


1. Terlalu Banyak Darah Yang Keluar

Untuk normalnya, darah yang keluar saat masa nifas adalah 500-600 ml per 24
jam setelah bayi dilahirkan. Sama seperti saat sedang haid, seorang wanita biasanya
memakai pembalut untuk mencegah darah nifas tembus di pada celana dalam,
Seorang Thu harus waspada jika dalam waktu satu jam sudah ganti pembalur lebih
dari 2 pembalut. Ganti pembalut disini dalam artian karena terlalu banyak darah yang
keluar. Hal seperti ini menandakan jika masa nifas seperti ini sangat berbahaya dan
harus segera konsultasi ke Dokter.

2. Penglihatan Kabur

Mengalami rabun merupakan ham yang wajar yang terjadi pada setiap orang.
Hal ini disebabkan karena alergi yang menyebabkan mata menjadi tidak sehat. Bagi
seorang ibu yang memiliki gangguan mata seperti mata minus biasanya disarankan
untuk melahirkan secara caesar. Hal ini dilakukan untuk keselamatan Ibu karena
khawatir minusnya akan semakin bertambah. Bagi seorang ibu yang mengalami
pandangan kabur setelah melahirkan, tentunya ini harus segera di tanyakan ke hidan
atau dokter terdekat. Pasalnya, penglihatan kabur saat wanita mengalami nifas
biasanya disebabkan karena terlalu banyak darah yang keluar.

3. Sakit Kepala Berlebih Disertai Mual

Seiring dengan keluarnya darah setelah melahirkan seringkali membuat wanita


mengalami sakit kepala. Tapi hal ini memang wajar karena kurangnya sel darah
merah. Tapi untuk wanita yang mengalami sakit kepala berlebih dan rasa mual, maka
hal ini sudah tidak wajar karena bisa menjadi penyebab gangguan penyakit yang
disebabkan oleh nifas. Pusing atau sakit kepala yang berlebihan harus segera dibawa
ke dokter untuk berkonsultasi. Jika dibiarkan terlalu lama akan mengganggu
kesehatan ibu yang baru melahirkan. Penanganan yang cepat tentunya akan lebih
mudah ditangani daripada dibiarkan terlalu lama.

4. Terjadi Pembengkakan Wajah dan Bagian Lainnya

Pembengkakan ini tidak hanya muncul pada wajah saja, namun juga pada
bagian kaki dan tangan sehingga membuat seorang ibu yang baru saja melahirkan
mengalami kesulitan berjalan karena pembengkakan pada bagian kaki. Gejala
pembengkakan pada kaki biasanya diawali dengan munculnya varises yang semakin
menjalar. Hal ini sebaiknya segera diatasi sebelum merambat ke bagian tubuh lainnya.

5. Suhu Tubuh Yang Mengalami Peningkatan

Suhu tubuh memang tidak bisa diprediksi, khususnya pada ibu hamil dan
setelah persalinan. Ini dikarenakan daya tahan tubuh setiap orang berbeda-beda. Bagi
ibu setelah melahirkan mungkin akan naik turun seiring dengan proses persalinan
yang menyebabkan dehidrasi. Tapi hal ini hanya berlangsung selama sampai 3 hari
saja. Suhu tubuh untuk ibu yang baru melahirkan umumnya 37-38 derajat celcius, Jika
suhu tubuh lebih dari itu maka sudah tidak wajar sehingga harus kembali ke Rumah
sakit untuk diperiksa.

6. Mengalami Depresi Setelah Melahirkan

Depresi ibu melahirkan biasanya dialami oleh wanita yang baru pertama kali
melahirkan. Bagi beberapa orang, ini merupakan proses instrospeksi terhadap waktu
yang merubah seseorang yang tadinya lajang dan sekarang memiliki bayi. Pendarahan
yang berlebihan seringkali disebabkan karena ibu yang stres setelah melahirkan, Ini
biasanya akan membuat ibu enggan menyentuh bayinya karena terlalu stress. Jika
sudah begini sebaiknya dibawa ke rumah sakit atau ke psikolog agar dapat membantu
mengatasi perasaan deperesinya.
7. Darah Nifas Yang Berbau Menyengat

Bau darah pada nifas umumnya sama dengan bau darah haid. Bau yang tidak
enak atau lebih menyengat biasanya merupakan tanda bahayanya masa nifas sehingga
harus segera diatasi. Ini biasanya diikuti oleh gumpalan darah yang lebih besar dan
menyebabkan rasa sakit pada vagina saat mengeluarkannya. Untuk mengantisipasi
terjadinya hal yang tidak diinginkan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter agar
dapat diatasi lebih cepat..

Macam-Macam Komplikasi pada Masa Nifas dan Cara Penanganannya

1. Pendarahan Post Partum

Pendarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi pada jalan lahir yang
volumenya lebih dari 500 ml dan berlangsung dalam 24 jam setelah bayi lahir.
Menurut waktu terjadinya, pendarahan post partum di bagi menjadi 2 tahap, yaitu: a.
Post partum dini (Early post partum) di sebut juga perdarahan post partum. primer.
Perdarahan pada post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir.

2. Post partum lanjut (Late post partum)

disebut juga perdarahan post partum sekunder. Terjadi setelah24 jam pertama
sejak bayi lahir. Perdarahan post partum dapat di sebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya:

 Atonia Uteri

Atomia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal berkontraksi dengan
baik setelah persalinan. Penyebab atonia uteri antara lain: a. Umur ibu yang terlalu
muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 40 tahun)

 Status paritas (multipara dan grande multi)

 Partus lama atau partus tak maju

 Uterus terlalu regang atau besar (pada kehamilan kembar atau bayi besar) e.

 Kelainan uterus

 Faktor social ekonomi yang berpengaruh terhadap status gizi ibu.


3. Uterus Atonik

Uterus atonik terjadi karena sisa plasenta atau selaput ketuban tertinggal di
dalam uterus dan menyebabkan terjadinya perdarahan. Bagian plasenta yang masih
menempel pada dinding uterus mengakibatkan kontrkasi uterus tidak ade kuat
sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding uterus tidak dapat
berkontraksi/terjepit dengan sempurna

4. Inversio Uteri

Inversio uteri terjadi dimana rahim sebagian atau seluruhnya ikut keluar ketika
plasenta lahir. Bagian rahim bagian atas (fundus) menjadi terbalik (inversi) mengarah
ke bawah, tergantung derajatnya bagian rahim ini bisa. sampai ke mulut rahim hingga
keluar dari jalan lahir.

Penyebab inversio uteri adalah:

 Uterus lembek dan lemah (tidak berkontraksi)

 Grandemultipara

 Kelemahan pada organ reproduksi (tonus otot rahin yang lemah)

 Meningkatnya tekanan IntraAbdomen ( akibat mengejan yang terlalu kuat atau


batuk yang berlebihan)

Inversion uteri dibagi menjadi:

a. Inversio uteri ringan Terbaliknya fundus uteri kedalam cavum uteri namun
belum keluar darinrongga Rahim.

b. Inversio uteri sedang

c. Fundus uteri terbalik menonjol ke cavum uteri dan sudah masuk ke dalam
vagina

d. Inversio uteri berat

e. Uterus dan vagina dalam keadaan terbalik dan sebagian sudah keluar dari
vagina.

5. Robekan Jalan Lahir

Robekan jalan lahir merupakan laserasi atau luka yang terjasi sepanjang jalan
lahir (perineum) akibat proses persalinan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara di
sengaja ( episiotomy) atau tidak di sengaja. Tanda-tanda ibu yang mengalami robekan
jalan lahir adalah perdarahan segar yang mengalir dan terjadi segera setelah bayi lahir.
kontraksi uterus baik. plasenta baik, kadang ibu terlihat pucat, lemah dan menggigil
akibat berkurangnya haemoglobin.
Berdasarkan kedalam robekan dan luasnya laserasi, robekan jalan lahir /
perineum di bagi menjadi 4 tingkat, yaitu:

a. Tingkat 1

Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina atau tanpa mengenai
kulit perineum

b. Tingkat 2

Robekan mengenai selaput lender vagina dan oto perineum transersalis


tapi tidak mengenai sphingter ani

c. Tingkat 3

Robekan mengenai seluruh perineum dan otot sphingter ani

d. Tingkat 4

Robekan sampai ke mukosa rectum

6. Hematoma

Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya


hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena haemoragi, anemia, dan infeksi.
Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat trauma. Pada
siklus reproduktif, hematoma sering kali terjadi selama proses melahirkan atau segera
setelahnya, seperti hematoma vulva, vagina, atau hematoma ligamentum latum uteri.

Penyebab hematoma adalah:

1. Pelahiran operatif

2. Laserasi sobekan pembuluh darah yang tidak dijahit selama injeksi


lokal atau pudendus, atau selama penjahhitan episiotomy atau
laserasi

3. Kegagalan hemostatis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau


episiotomy

4. Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung,


atau kegagalan melakukan jahitan pada titik tersebut

5. Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus


selama masase

Tanda Dan Gejala Umum Hematoma


Tanda-tanda umum hematoma adalah nyeri ekstrem di luar proporsi
ketidaknyamanan dan nyeri yang diperkirakan. Tanda dan gejala lain hematoma vulva
atau vagina adalah

1. Penekanan perineum, vagina, uretra, kandung kemih, atau rectum dan nyeri
hebat

2. Pembengkakan yang tegang dan berdenyut

3. Perubahan warna jaringan kebiruan atau biru kehitaman

Hematoma vulva adalah yang paling jelas, dan hematoma vagina umumnya dapat
di identifikasi jika dilakukan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat. Hematoma
ukuran kecil dan sedang mungkin dapat secara spontan di absopsi. Jika hematoma terus
membesar dan bukan menjadi stabil, bidan harus memberitahuka dokter konsultan untuk
evaluasi dan perawatan lebih lanjut. Tanda dan gejala hematoma ligamentum latum uteri
meliputi:

a) Nyeri uteri lateral sensitive terhadap palpasi

b) Penyebaran nyeri ke panggul

c) Pembengkakan yang sangat nyeri diidentifikasi pada pemeriksaan rectum tinggi

d) Penonjolan jaringan tepat diatas pintu atas panggul, menyebar kearah lateral (ini
adalah ujung ligamentumlatum uteri yang membengkak).

e) Distensi abdomen Jika di duga terjadi hematoma ligamentum latum uteri, penting
mengkonsultasikannya dengan dokter

7. Infeksi Nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat alat
genitalia dalam masa nifas. Masuknya kuman kuman dapatterjadi dalam kehamilan,
waktu persalinandan nifas, Demam dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas
nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ditandai dengan
suhu 38°C atau lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini
terjadi sesudah 24 jam pasca persalinan dalam 10 hari pertama masa nifas.

Mikroorganisme penyebab infeksi puerperalisdapat berasal dari luar (eksogen)


atau dari jalan lahir penderita sendiri (endogen). Mikroorganisme endogen lebih
sering menyebabkan infeksi. Mikroorganisme yang tersering menjadi penyebab ialah
golongan streptococcus, basil coli, dan stafilococcus. Akan tetapi, kadang-kadang
mikroorganisme lain memegang peranan, seperti: Clostridium welchii, Gonococcus,
Salmonella typii, atau Clostridium tetani.
Cara Terjadinya Infeksi adalah:
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bateri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus

b. Alat tidak tersteril dengan baik

c. Dopler Infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri


yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-
pembantunya.

Predisposisi terjadinya infeksi adalah:

a. Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan

b. Teknik aseptik tidak sempurna

c. Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan

d. Pemeriksaan dalam terlalu sering

e. Tindakan operasi persalinan, terutama pelahiran melalui se

f. Trauma jaringan sangat luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak
diperbaiki

g. Hematoma

h. Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000 ml

i. Retensi sisa plasenta atau membran jamin

j. Perawatan perineum tidak memadai

k. Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani

Jenis-Jenis Infeksi

a. Infeksi pada Vulva, Perineum, Vagina, ServiksInfeksi luka perineum dan luka
abdominal adalah peradangan karena masuknya kuman-kuman kedalam luka episiotomy
atau abdomen pada waktu persalinan dan nifas, dengan tanda-tanda infeksi jaringan sekitar

Faktor Predisposisi (Penyebab)

 Kurangnya tindakan aseptic saat melakukan penjahitan

 Kurangnya hygiene pasien

 Kurangnya nutrisi
Tanda Dan Gejala

 Nyeri lokal

 Dysuria

 Suhu derajat rendah- jarang diatas 38,3°C

 Edema

 Sisi jahitan merah dan inflamasi Mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu
kehijauan

 Pemisahan atau terlepasnya lapisan luka operasi


DAFTAR PUSTAKA

"Penyulit dan Komplikasi Masa Nifas". (2013). 26-29.

docdoc. (2010). Retrieved SEP 27, 2022, from "apa itu komplikasi kehamilan":
https://www.docdoc.com/id/info/conditional/komplikasi-pada-kehamilan

hellosehat. (n.d.). Retrieved sep 27, 2022, from ”komplikasi persalinan yang beresiko bagi ibu dan
bayi": https:hellosehat.com/kehamilan/melahirkan/komplikasi-persalinan-melahirkan/

Anda mungkin juga menyukai