Anda di halaman 1dari 14

“ 

RINGKASAN MATERI KONSEP SEHAT SAKIT DAN FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN”

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUSTIKA DWI PUSPITA SARI


NIM : PO 7124321078

Mata kuliah Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga

Dosen Pengampu MISKIYAH, SKM,M.BMd

Tingkat IIB

PRODI D-III KEBIDANAN MUARA ENIM


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

1|Page
PEMBAHASAN MATERI
Definisi Sehat-Sakit
A. Definisi Sehat :
1. WHO ( 1947 )
- Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun
sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
- Mengandung tiga karakteristik :
a. merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
b. memandang sehat dalam konteks lingkungan internal ataupun eksternal
c. sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif
2. President’s Communision On Health Need Of Nation Stated ( 1953 )
- Sehat  bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuai
an, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan suatu proses
- Proses adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka, tetapi
terhadap lingkungan sosialnya.
3. Pender ( 1982 )
- Sehat  aktualisasi ( perwujudan ) yang diperoleh individu melalui ke
puasan dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai de
ngan tujuan, perawatan diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian di
perlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas sosial.
- Definisi sehat menurut Pender ini mencakup stabilitas dan aktualisasi
4. Payne ( 1983 )
- Sehat  fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri ( Self Care
Resources ) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( Self Care
Action ) secara adekuat.
- Self Care Resources  mencakup pengetahuan,ketrampilan dan sikap
- Self Care Action  perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlakukan u
ntuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi, psikoso
sial dan spiritual.
B. Definisi Sakit
2|Page
1. Parsors ( 1972 )
Sakit  Gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasu
k keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya
2. Baursams ( 1965 )
Seseorang menggunakan tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sa
kit :
- Adanya gejala : naiknya temperatur, nyeri
- Persepsi tentang bagaimana mereka mersakan baik, buruk, sakit
- Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, bekerja ataupun
sekolah
ADAPUN KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT PENDAPAT LAIN :
DEFINISI SEHAT
WHO (2015) menyatakan bahwa "Health is a state of complete physical, mental a
nd social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity". Arti kesehat
an menurut para pakar kesehatan vaitu suatu situasi dan kondisi sejahtera dimana tubu
h manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produk
tif dengan cara sosial dan juga ekonomis. Sehat mengandung 4 komponen, yaitu
1. Sehat Jasmani
2. Sehat Mental
3. Kesejahteraan Sosial 1956
4. Sehat Spiritual
Sehat berarti kekuatan dan ketahanan, dimana setiap individu mempunyai daya th
an terhadap penyakit, mengalahkan stres dan keletihan atau kelesuan. UU No. 36 tahu
n 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa, "kesehatan adalah keadaan sehat, baik s
ecara fisik, mental atau psikis, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap ora
ng untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi" (dikutip 12 dari UU Kesehatan
No. 36 tahun 2009) yakni fungsi secara efektif dari setiap sumber perawatan dir yang
menjaminnya suatu tindakan perawatan diri secara adekuat. UU No.23 Tahun 1992 m
enyatakan sehat sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungki
nkan seseorang untuk hidup produktif atau baik dalam rang lingkup ekonomi dan sosi
3|Page
al. Kesehatan harus dilihat sebagai suatu perpaduan secara utuh yang terdiri dari unsu
r-unsur fisik, mental, dan sosial dimana didalamnya ada kesehatan jiwa yang menjadi
bagian dari integral kesehatan.
Parson (dalam Asmadi, 2008) menyimpulkan bahwa sehat adalah kemampuan se
orang individu untuk menjalankan tugas dan perannya secara efektif dengan kondisi y
ang optimal.

DEFINISI SAKIT
Sakit (illness) adalah penilaian tiap-tiap individu terhadap pengalamannya mende
rita suatu penyakit. Sakit menimbulkan dimensi fisiologis yang bersifat subjektif atau
perasaan yang terbatas yang lebih dirasakan ole orang yang bersangkutan, yang ditand
ai dengan perasaan yang tidak menyenangkan (unfeeling well), lemah (weakness), pus
ing (dizziness), kaku dan mati rasa (numbness).
Mungkin saja melalui pemeriksaan secara meds individu terserang suatu penyakit
dan fungsi dari salah satu organ tubuhnya terganggu, namun tidak merasakan sakit da
n tetap menjalankan aktivitas sehari- harinya. Senada dengan penjelasan tersebut, Sar
wono (dalam 13Yunindyawati, 2004) mendefenisikan bahwa sakit merupakan suatu k
eadaan yang kurang menyenangkan yang dirasakan seseorang serta menghambat aktif
itas, baik secara jasmani dan rohani sehingga seseorang tersebut tidak bisa menjalanka
n fungi dan perannya secara normal dalam masyarakat.
Tolak ukur atau acuan yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit atau p
enyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai batas normal yang telah ditetapkan, ak
an tetapi ada beberapa definisi mengenai sakit yang dapat dijadikan acuan (Asmadi, 2
008), antara
lain:
1. Menurut Parson, sakit adalah kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan dari f
ungi normal tubuh manusia, termasuk sistem biologis dan kondisi penyesuaian.
2. Menurut Borman, ada 3 kriteria keadaan sakit, yaitu adanya gejala, persepsi te
rhadap kondisi sakit yang dirasakan serta menurunnya kemampuan dalam bera
ktivitas sehari-hari.
4|Page
3. Menurut batasan medis, ada 2 bukti adanya sakit, yaitu tanda dan gejala.
4. Perkins mengemukakan pula bahwa, sakit adalah suatu kondisi yang kurang m
enyenangkan yang dialami seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada a
ktivitas sehari-hari, baik jasmani maupun sosial.
Model Sehat Sakit
1) Kontinum sehat sakit atau rentang sehat sakit Sehat dalam suatu rentang adala
h tingkat kesejahtera individu pada jangka waktu tertentu, dimana individu ber
ada dalam kondisi sejahtera yang optimal, dengan kualitas energi yang paling
maksimum, sampai pada kondisi kematian, yang menandakan habisnya energi
individu secara total (Neman, 1990 dalam Maulana, 2014). Menurut model ko
ntinum sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaan yang bersifat dinamis dan dap
at berubah terus-menerus sesuai dengan adaptasi dari individu terhadap peruba
han suatu lingkungan baik internal dan eksternal dan mampu mempertahankan
keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang
sehat, sedangkan sakit adalah sebuah proses perubahan atau penurunan fungsi
dari individu bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya, karena s
ehat dan sakit merupakan bagian yang mempunyai beberapa tingkat dan kualit
as yang bersifat relatif, maka keakuratannya harus ditentukan sesuai dengan tit
ik tertentu pada skala kontinum sehat sakit (Maulana, 2014).
2) Model kesejahteraan tingkat tinggi Model kesejahteraan tingkat tinggi adalah
model kesejahteraan yang orientasinya ialah memaksimalkan potensi seat yan
g ada pada setiap individu untuk mampu mempertahankan rentang keseimban
gan dan arah yang memiliki tujuan tertentu dalam lingkungan.

3) Model agen-penjamu-lingkungan Model agen-penjamu-lingkungan adalah


model yang tingkat sehat sakit dari individu atau kelompok tersebut ditentukan
oleh hubungan antara ketiga variabel yakni agen, penjamu dan lingkungan
secara dinamis (Maulana, 2014).

5|Page
4) Model keyakinan kesehatan Model in menyatakan hubungan antara keyakinan
seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya. Terdapat 2 komponen dalam
model keyakinan kesehatan, yaitu : Komponen pertama adalah persepsi
individu tentang dirinya yang rentan terhadap suatu penyakit. Contohnya,
klien atau individu perlu mengenal adanya penyakit yang diderita melalui
riwayat keluarganya. Apabila dalam keluarga memiliki riwayat diabetes
melitus dan dalam empat decade ada keluarga yang meninggal karena
penyakit tersebut, maka klien memiliki kemungkinan mengalami penyakit
diabetes melitus. Komponen kedua adalah presepsi individu terhadap
keseriusan penyakit tertentu.

5) Model peningkatan kesejahteraan Menurut Pender, peningkatan kesehatan


bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesehatan klien. Model peningkatan
kesejahteraan adalah model yang mengidentifikasikan beberapa faktor seperti
demografi dan sosial. Faktor dalam model tersebut dapat meningkatkan atau
menurunkan partisipasi, sehingga terjadi peningkatkan kesehatan serta
mengatur berbagai tanda yang muncul menjadi sebuah pola yang dapat
menjelaskan kemungkinan munculnya partisipasi individu dalam perilaku
peningkatan kesehatan.

Rentang Sehat Sakit


 Yaitu suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur keadaan sehat/kesehatan
seseorang.
 Kedudukannya pada tingkat skala ukur : dinamis dan bersifat individual.
 Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan
kematian pada titik lain.
 Rentang sehat sakit menurut Neuman (1990): “sehat dalam suatu rentang
merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu, yang terdapat
dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling
maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi
total.” Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah
secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai
6|Page
perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan
keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang
sehat. Sedangkan sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam suatu
atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingakan dengan kondisi individu sebelumnya. Karena sehat dan sakit
merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih
akurat jika ditetukkan sesuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat Sakit.
Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan
klien sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada
rentang itu (kesejahteraan tingkat tinggi-kematian). Misalnya apakah
seseorang yang mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan adaptasi
dengan keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih sehat
dibandingkan dengan orang yang mempunyai fisik sehat tapi mengalami
depresi berat. Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat
kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga
bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam menentukan tujuan pencapaiam
tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan dating.
 Berikut ini adalah Rentang Sehat Sakit menurut Model “Holistik Health”

Faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit


Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sehat.
a. Status perkembangan
7|Page
Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan berespon
terhadap perubahan dalam kesehatan dikaitkan dengan usia.
Contoh : Bayi dapat merasakan sakit, tapi tidak dapat mengungkapkan dan
mengatasinya.
b. Pengaruh sosiokultural
Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat yang diturunkan dari
orang tua pada anaknya.
Contoh : Orang Cina, sehat adalah keseimbangan antara Yin dan Yang; Orang dengan
ekonomi rendah memandang flu sesuatu yang biasa dan merasa sehat
c. Pengalaman masa lalu
Seseorang dapat merasakan nyeri/sakit atau disfungsi ( tidak berfungsi ) keadaan
normal karena pengalaman sebelumnya; Membantu menentukan defenisi seseorang
tentang sehat
d. Harapan seseorang tentang dirinya
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun
psikososialnya jika mereka sehat.

Berikut ini adalah bagan yang menunjukkan faktor yang mempengaruhi status
kesehatan seseorang, yaitu keturunan 5%, lingkungan 40%, pelayanan kesehatan 20%
serta perilaku 35%

8|Page
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DREAJAT KESEHATAN

Kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang. Na
mun, kesehatan seringkali menjadi hilir (dampak) dari berbagai permasalahan yang di
alami individu dan lingkungan sekitarnya. Padahal, kesehatan merupakan modal awal
bagi perkembangan potensi individu dalam hidup.

Teori klasik H. L. Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan secara berturut-turut, yaitu: 1) gaya hidup (life style); 2) lingkungan (sosial,
ekonomi, politik, budaya); 3) pelayanan kesehatan; dan 4) faktor genetik (keturunan).
Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan
seseorang.

9|Page
Dalam sambutannya pada peringatan Hari Gizi nasional (HGN) ke-58 tahun 2018 di J
akarta, Kamis pagi (25/1), Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, dr.
Anung Sugihantono, M Kes, menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan tidak mungk
in mampu sendirian dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan kesehatan. Dal
am upaya mengatasi masalah gizi, khususnya masalah stunting pada anak, memerluka
n peran lintas sektoral karena disebabkan oleh faktor multidimensi.

''Faktor predisposisi dari persoalan-persoalan gizi di antaranya adalah faktor perilaku,


pengalaman yang terkait dengan pelayanan kesehatan dan gizi, faktor individu yang b
erkaitan dengan personal maupun keluarga, juga faktor lingkungan, mempunyai peran
yang besar di dalam pemecahan masalah gizi di Indonesia'', ujar Anung.

Seperti diketahui, penyebab langsung dari masalah gizi adalah asupan makanan yang t
idak memadai, dan keberadaan ancaman penyakit infeksi yang berulang.

Adapun faktor-faktor tidak langsung, misalnya kurangnya pengetahuan mengenai gizi


dan pola pengasuhan; akses air bersih yang tidak memadai; higienis dan sanitasi yang
buruk; keterbatasan (sulit) untuk mengakses pelayanan kesehatan; ketersediaan panga
n; kondisi sosial dan pendapatan (ekonomi); hingga ketersediaan stok bahan bakar mi
nyak.

''Persoalan makronya ketersediaan pangan, sementara persoalan mikronya karena akse


sibilitas'', ungkapnya.

Menurut Anung, pendidikan gizi menjadi penting untuk dilakukan oleh semua orang,
semua pihak di semua lapisan masyarakat dengan pesan-pesan yang terstandarisasi (b
aku), harus sampai tidak hanya menyentuh aspek pengetahuan saja, namun juga dapat
mempengaruhi aspek sikap bahkan perubahan perilaku.

10 | P a g e
''Pengetahuan bagaimana memilih, mengolah dan menyajikan makanan yang baik dan
diperlukan tubuh menjadi satu hal sangat penting. Di luar itu, sanitasi. Kalau kesehata
n selalu mengatakan cuci tangan pakai sabun, namun di sana air bersih tidak ada, pasti
penyakit infeksi tetap ada'', imbuhnya.

Anung juga menegaskan bahwa upaya penyelesaian masalah gizi memerlukan dukung
an dari Kementerian/Lembaga lain. Upaya ini harus dilakukan bersama-sama mulai d
ari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, masyarakat, dan lainnya, agar
penurunan prevalensi stunting dapat dipercepat dan terjadi secara merata di seluruh wi
layah Indonesia.

''Semuanya harus terlibat. Kita tidak bisa mengandalkan hanya dari sisi kesehatan unt
uk diberi makanan tambahan, nggak cukup. Karena kalau masalah sanitasinya tidak di
selesaikan, kecacingan tidak diselesaikan, kalaupun berat badan anak tersebut berhasil
dikeluarkan dari kategori gizi buruk setelah perawatan, saat kembali ke lingkunganny
a pasti akan kembali (gizi buruk) lagi, bila tidak dipecahkan bersama (masalahnya)'', t
andasnya.

PENUTUP

11 | P a g e
Kesimpulan
Dari makalah yang penulis buat dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep sehat
sakit memiliki beberapa definisi menurut para ahli. Salah satunya menurut WHO
yaitu Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara sakit menurut
Parsors yaitu Gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya. Kemudian
Rentang sehat sakit yaitu skala ukur secara relative dalam mengukur keadaan
sehat/kesehatan seseorang. Lalu faktor yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang, yaitu keturunan 5%, lingkungan 40%, pelayanan kesehatan 20% dan
perilaku 35%
Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, ke depannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

 http://angger-pratama-fkp12.web.unair.ac.id/artikel_detail-71479-Ilmu
%20Keperawatan%20Dasar%20I-Konsep%20Sehat%20dan%20Sakit.html
 http://s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/KONSEP%20SEHAT%20SAKIT
%20KDK.doc
 http://www.authorstream.com/Presentation/ebenzalukhu-2144129-konsep-
sehat-sakit/
 Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health psychology: Biopsychosocial
interactions. Danvers: Clearance Center Inc.
 Shaikh, B. T., & Hatcher, J. (2004). Health seeking behaviour and health service
utilization in Pakistan : Challenging the policy maker. Journal of Public Health , 27(1),
49-54.
 Sloane, E. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
 Stone, G.C. (1979). Health and the health system: A historical interview and
conceptual framework. San Francisco: Jossey-Bass.
 Soetarno, R. 1994. Psikologi sosial. Yogyakarta: Kanisius
 Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan
 kualitatif, kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukarma, W. (2013, Mei 25).
Sistem pengobatan Bali. Retrieved April 20, 2015, from Bali Puseh: http://sukarma-
puseh.blogspot.com/2013/05/usada_25.html
 Suryadarma, I. G. (2005). Konsepsi kosmologi dalam pengobatan Usada Taru
Pramana. Journal of Tropical Ethnobiology ,2(1), 65-87.
 Tjokronegoro, A., Utama, H. (2003). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta: FK
UI.
 Wang, S.-C. (2013). Western biomedicine and eastern therapeutics : An integrative
strategy for personalized and preventive healthcare. Singapore: World Scientific
Publishing Company.
 Wiersma, William. (1986). Research methods in education: An introduction.
Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc. Yin, R. K. (2014). Studi kasus : Desain &
metode. Jakarta: PT Raja
 Grafindo Persada. Yusuf, A. M. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan
penelitian gabungan. Jakarta: PRENADA MEDIAN GROUP.

13 | P a g e
14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai