Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KOMPLIKASI PADA BAYI

RDS ( RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME)

Disusun oleh :

KELOMPOK

Nama Nim

Merty Dwi Sulandari PO7124321041

Cindy Cecilia PO7124321040

Anjeli Puspita Sari PO7124321039

MATA KULIAH :

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL BASIC LIFE SUPPORT

DOSEN PEMBIMBING : UMI DAIMAH S,siT

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALEMBANG

PRODI KEBIDANAN ( KAMPUS KEBIDANAN MUARA ENIM )

PROGRAM DIPLOMA TIGA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Penyayang,
yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kami untuk menyelesaikan makalah Kesehatan ini
sebagai salah satu syarat guna mendapatkan nilai tugas matrikulasi dalam mata kuliah
kegawatdaruratan maternal neonatal . Selain itu juga sebagai media untuk menerapkan berbagai ilmu
yang telah kami pelajari

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dan pembahasan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun masih diperlukan demi
sempurnanya makalah ini. Kekurangan, kesalahan dan kekeliruan yang ada semata-mata karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya.

Muara Enim , 23 oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 4

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................. 4

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................. 5

C. TUJUAN PENULISAN............................................................................................... 5

D. MANFAAT PENULISAN.......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. ...6

A. PENGERTIAN RDS............................................................................................. ......6

B. GEJALA RDS....................................................................................................... ......7

C. PENYEBAB RDS................................................................................................ .......8

D. KOMPLIKASI RDS............................................................................................ .......8

E. PENCEGAHAN RDS................................................................................................ .9

F. PENANGANAN RDS.................................................................................................9

BAB III PENUTUPAN............................................................................................... ..10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu
inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot
pernapasan bekerja secara pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan
yang paling sering adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi
baru lahir (Bobak, Lowdermik. 2013)
RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline membrane disease
merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana terjadi gangguan pertukaran gas.
Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang
dihasilkannya (Behrman, 2004 didalam Leifer 2011).
Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau pengeluaran surfaktan sebuah
kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran lipoprotein aktif dengan permukaan yang
melapisi alveoli dan mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2013).
Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60 x/menit) , pernapasan cuping
hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting (merintih) dalam beberapa jam pertama
kehidupan. Tanda-tanda klinis lain, seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS
meliputi hipoksemia, hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis campuran (Bobak, 2013).
Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan
postnatalsurfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari kelahiran bayi
hidupperiode 2002-1987. Sedangkan jaman modern sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi
1%.Di negara berkembang termasuk Indonesia belum ada laporan tentang kejadianRDS.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD),
merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir
dengan masa gestasi kurang. Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan
kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan. Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi
prematur adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang
bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001).
Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak
digunakan surfaktan eksogen ( Malloy & Freeman 2000). Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6%
dari seluruh neonatus. Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertamakali oleh Avery dan Mead pada
1959 sebagai faktor penyebab terjadinya RDS.
Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang kedokteran, karena
pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan mengurangi konsentrasi oksigen
yang tinggi. Hasil-hasil dari uji coba klinik penggunaan surfaktan buatan (Willkinson,2003), surfaktan
dari cairan amnion manusia ( Merrit,2002), dan surfaktan dari sejenis lembu/bovine (Enhoring,2003)
dapat dipertanggungjawabkan dan dimungkinkan. Surfaktan dapat diberikan sebagai pencegahan RDS
maupun sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya defisiensi atau
kerusakan surfaktan.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini :

a. Pengertian dari RDS ?

b. Penyebab terjadinya RDS ?

c. Gejala dari RDS ?

C. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dari RDS
b. Untuk mengetahui penyebab dari RDS
c. Untuk mengetahui gejala dari RDS

D. Manfaat penulisan

a. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang kegawatdaruratan


maternal dan neonatal.

b. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang kegawatdaruratan


maternal dan neonatal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian RDS (Respiratory Distress Syndrome)

Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD),
merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir
dengan masa gestasi kurang. (Malloy & Freeman 2000).
RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda
takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada
48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik (Stark,2002).
RDS adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru.RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi, 2001).
RDS adalah suatu sindrom kegawatan pada pernafasan yang terdiri atas gejala dispneu, pernafasan
cepat lebih dari 60 kali permenit, sianosis, merintih pada saat ekspirasi; terdapat retraksi pada
suprasternal, interkostal dan epigastrium. Pada penyakit ini terjadi perubahan paru yaitu berupa
pembentukan jaringan hialin pada membran paru yang rusak.Kerusakan pada paru timbul akibat
kekurangan komponen surfaktan pulmonal. Surfaktan adalah suatu zat aktif yang memberikan
pelumasan pada ruang antar alveoli sehingga dapat mencegah pergesekan dan timbulnya kerusakan
pada alveoli yang selanjutnya akan mencegah terjadinya kolaps paru. (Yuliani, 2001)

a. Etiologi
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi surfaktan.
Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin
besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS
yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, secsiocaesaria. (Bobak, Lowdermik. 2013)
Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan
masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami
sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi karena
ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan penyebab sindrom ini.
Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum,
penyakit membran hialin (PMH).
b. Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli
masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax
masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada
alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru
sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat,
shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan
asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara
makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab
itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi,
adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan
kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi
duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini.
Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan
oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal
sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang
meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan
surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada
bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD)..

B. Gejala RDS
Gejala utama Gawat napas / distress respirasi pada neonatus yaitu :
 Takipnea : laju napas > 60 kali per menit (normal laju napas 40 kali per menit)
 Sianosis sentral pada suhu kamaryang menetap atau memburuk pada 48-96 jam
kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik
 Retraksi : cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi
 Grunting : suara merintih saat ekspirasi
 Pernapasan cuping hidung
C. Faktor penyebab RDS

1. Prematuritas, pada bayi yang lahir kurang dari 35 minggu

2. Bedah Caesar tanpa persalinan

3. Bayi dengan ibu diabetes mellitus

4. Perdarahan antepartum

5. Asfiksia neonatorum

6. Kembar kedua

7. Laki-laki lebih beresiko dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1

D. Komplikasi
1. Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :
a. Ruptur alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk
dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi.
b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya
perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv
seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventricular
Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak
pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan
RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.
2. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa
gestasi 36 minggu.BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan
pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin
A.
b. Retinopathy premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa
gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
E. Pencegahan RDS
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko tinggi
adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai
dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi
resiko tinggi.
Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:
− Mencegah kelahiran < bulan (premature).
− Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.
− Management yang tepat.
− Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
− Optimalisasi kesehatan ibu hamil.
− Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.

F. Penatalaksanaan

1. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam
batas normal (36,5o-37oC) dengan cara meletakkan bayi dalam incubator. Kelembapan ruangan
juga harus adekuat.
2. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena berpengaruh
kompleks pada bayi premature.pemberian oksigen yang terlalu banyak dapat menimbulkan
komplikasi seperti fobrosis paru,dan kerusakan retina. Untuk mencegah timbulnya komplikasi
pemberian oksigen sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan analisa gas darah arteri. Bila fasilitas
untuk pemeriksaan analisis gas darah arteri tidak ada, maka oksigen diberikan dengan konsentrasi
tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang.
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang
disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis metabolic yang
selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena yang
berguna untuk mempertahankan agar pH darah 7,35-7,45. Bila tidak ada fasilitas untuk
pemeriksaan analisis gas darah, NaHCO3 dapat diberi langsung melalui tetesan dengan
menggunakan campuran larutan glukosa 5-10% dan NaHCO3 1,5% dalam perbandinagn 4:1
4. Pemberian antibiotic. bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotic untuk mencegah infeksi
sekunder. dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 U/kgBB/hari atau ampisilin 100
mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan eksogen (surfaktan
dari luar). Obat ini sangat efektif tapi biayanya sangat mahal.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau
tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae
(Suryadi dan Yuliani, 2001).

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Perwawirohardjo, Sarwano. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Pritasari. (2020). Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial Pedoman Teknis Kirana. .

Yosefa Moi, M. (2019). Journal of Chemical Information and Modeling. Jurnal Respiratory
Distress Syndrome dengan Pola Napas Tidak Efektif, 1689-1699

Efriza, Putri, U. M. and Gusmira, Y. H. (2022) ‘Gambaran faktor risiko respiratory distress
syndrome pada neonatus di RSUP Dr M. Djamil Padang’, HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu
Kesehatan, 1(2), pp. 73–80. doi: 10.51878/healthy.v1i2.1064.

Rahmawati, E., Anggraeni, M. D. and Setiyowati, E. (2020), ‘Cesarean delivery and


respiratory distress syndrome in late preterm infants’, Caring : Indonesian Journal of Nursing Science,
2(2), pp. 38–43

Anda mungkin juga menyukai