DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
NIRM (2101016) AlNEYAWATI IBRAHIM
NIRM (2101065) MAHRANI LAKORO
NIRM (2101024) NURHIKMAH LAUMA
NIRM (2101068) SUTANTO PATRA
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan ini dengan judul “RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
(RDS)”
Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Petronela selaku dosen mata kuliah
Keperawatan anak sehat sakit dan akut yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu kami harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan asuhan teori keperawatan ini.
Demikianlah tugas ini kami buat,apabila ada kesalahan – kesalahan kata dalam
penulisan kami memohon maaf sebesar – besarnya.
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
A. Definisi.......................................................................................................
B. Insiden......................................................................................................
C. Etiologi.......................................................................................................
D. Patofisiologi................................................................................................
E. Manifestasi Klinis .....................................................................................
F. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................
G. Prognosis..................................................................................................
H. Penatalaksanaan Medis.............................................................................
I. Asuhan Keperawatan...............................................................................
J. Jurnal.......................................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih
panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja
aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada
keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang paling sering
adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat
terjadi sejak bayi baru lahir.
RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline
membrane disease merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana
terjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian
neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang dihasilkannya (Behrman,
2004 didalam Leifer 2007).
Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau
pengeluaran surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu
campuran lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli dan
mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2005).
Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60 x/menit) ,
pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting
(merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain,
seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia,
hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis campuran (Bobak, 2005).
Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin
antenatal steroid dan postnatalsurfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di
USA 1,72% dari kelahiran bayi hidupperiode 1986-1987. Sedangkan jaman
modern sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi 1%.Di negara
berkembang termasuk Indonesia belum ada laporan tentang kejadianRDS.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane
Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi
dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan
selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan. Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan
kematian pada bayi prematur adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS).
Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat
501-1500 gram (lemons et al,2001).
Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan
menurun sejak digunakan surfaktan eksogen ( Malloy & Freeman 2000). Saat ini
RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh neonatus. Defisiensi surfaktan
diperkenalkan pertamakali oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai faktor
penyebab terjadinya RDS.
Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang
kedokteran, karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan
ventilator dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil dari uji
coba klinik penggunaan surfaktan buatan (Willkinson,1985), surfaktan dari cairan
amnion manusia ( Merrit,1986), dan surfaktan dari sejenis lembu/bovine
(Enhoring,1985) dapat dipertanggungjawabkan dan dimungkinkan. Surfaktan
dapat diberikan sebagai pencegahan RDS maupun sebagai terapi penyakit
pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan
surfaktan.
1.3 TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu menjelaskan konsep patologis penyakit RDS dan menyusun
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami RDS
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui definisi RDS
b. Dapat mengetahui proses terjadinya dari RDS
c. Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala RDS
d. Mampu memahami masalah keperawatan yang sedang terjadi pada
klien dengan RDS
e. Dapat merumuskan asuhan keperawatan dari RDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam
paru. (Marmi & Rahardjo,2012).
Syndrome distress pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD) (Suriadierita
Yulianni,2006).
Sindrom gawat napas RDS (Respiratory Distress Syndrom) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan maturitas paru. (Surasmi, dkk, 2013).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Respiratory Distress Syndrom atau sindrom
gawat nafas adalah gangguan pada sistem pernafasan yang disebabkan
keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada respiratory distress syndrome menurut
Warman(2012), antara lain:
1) Tes Kematangan Paru
a. Tes Biokimia
Paru janin berhubungan dengan cairan amnion,maka jumlah
fosfolipid dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi
surfaktan,sebagai tolak ukur kematangan paru.
b. Test Biofisika
Tes biokimia dilakukan dengan shake test dengan cara mengocok
cairan amnion yang dicampur ethanol akan terjadi hambatan
pembentukan gelembung oleh unsure yang lain dari cairan amnion
seperti protein,garam empedu dan asam lemak bebas.Bila
didapatkan ring yang utuh dengan pengenceran lebih dari 2 kali
(cairan amnion:ethanol)merupakan indikasi maturitas paru
janin.Pada kehamilan normal,mempunyai nilai prediksi positip yang
tepat dengan resiko yang kecil untuk terjadinya neonatal RDS.
2) Analisis Gas Darah
Gas darah menunjukkan asidosis metabolic dan respiratorik bersamaan
dengan hipoksia.Asidosis muncul karena atelectasis alveolus atau over
distensi jalan napas terminal.
3) Darah rutin dan hitung jenis
Leukositosis menunjukkan adanya infeksi. Neutropenia menunjukkan
infeksi bakteri. Trombositopenia menunjukkan adanya sepsis
4) Glukosa Darah
Menilai keadaan hipoglikemia, karena hipoglikemia dapat menyebabkan
atau memperberat takipnea.
5) Pulse Oximetry
Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen
6) Radiografi Thoraks
Pada bayi dengan RDS menunjukkan reticular granular atau gambaran
ground-glass bilateral,difus,air bronchograms,dan ekspansi paru yang
jelek.Gambaran air bronchograms yang mencolok menunjukkan
bronkiolus yang terisi udara didepan alveoli yang kolap.Bayangan
jantung bias normal atau membesar.Kardiomegali mungkin dihasilkan
oleh asfiksi prenatal,diabetes maternal,paten tductus
arteriosus(PDA),kemungkinan kelainan jantung bawaan.Temuan ini
mungkin berubah dengan terapi surfaktan dini dan ventilasi mekanik
yang adekuat.
G. Prognosis
Prognosis bayi yang dikelola dengan steroid antenatal, dukungan
pernapasan, dan terapi surfaktan eksogen sangat baik. Kematian kurang dari
10%, dengan beberapa penelitian menunjukkan tingkat kelangsungan hidup
hingga 98% dengan perawatan lanjutan. Peningkatan kelangsungan hidup di
negara maju sangat kontras dengan bayi yang tidak menerima intervensi di
negara berpenghasilan rendah, di mana angka kematian bayi prematur
dengan RDS jauh lebih tinggi, kadang-kadang mendekati 100%. [40]
Dengan dukungan ventilasi yang memadai saja, produksi surfaktan akhirnya
dimulai, dan setelah produksi surfaktan dimulai bersamaan dengan
timbulnya diuresis, RDS membaik dalam 4 atau 5 hari. Penyakit yang tidak
diobati yang menyebabkan hipoksemia berat pada hari-hari pertama
kehidupan dapat menyebabkan kegagalan banyak organ dan kematian
H. Penatalaksanaan Medis
1) Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
a. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
b. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal
untuk mencegah kehilangan volume selama ekspirasi
c. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
d. Fisioterapi dadaTindakan kardiorespirasi tambahan
2) Pertahankan kestabilan suhu
3) Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
4) Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
5) Lakukankan transfusi darah seperlunya
6) Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
7) Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan pengambilan sampel
darah
8) Berikan obat yang diperlukan
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan
menurunkan caiaran paru
Fenobarbital
Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
Metilksantin (teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan
untuk pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
Terapi surfaktan: surfaktan sintetik diberikan melalui sisi pada
tube endotracheal dalam 2x suntikan bolus, contoh: Exosurf,
Infasurf, Alveofact
Nitric Oxide inhalasi
Narkotik/benzodiazepin untuk mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan pada bayi, contoh: Lorazepam dan Fentanyl
Sodium bicarbonat untuk metabolic acidosis
Diuretik untuk mengurangi odema, perlu pertimbangkan risk :
benefit.
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber
alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi
bisa juga berbentuk surfaktan buatan).
I. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
A. Identitas
Nama Klien : By. A
Tanggal lahir : 30 September 2021
Jam Kelahiran : 10.09 WIB
Diagnosa medis : NRDS (Neonatus Respiratory Distress
Syndrome)dengan BBLR
Ruang : Mawar
Tanggal Pengkajian : 2 Oktober 2021
Umur Bayi Saat Dikaji : 2 Hari
Keluhan utama
Sesak nafas ( + )
Bayi Ny. S lahir pada tanggal 30 September 2021 jam 10:09 Wib, karena bayi Ny.
S lahir dengan BB 2300 gr, tangis (-), sesak nafas (+), takipnea (+), retraksi dalam
(+) dan sianosis. Di HCU Neonatus bayi langsung ditempatkan di inkubator dan
mendapatkan O2 Nk 1 lpm PEEP 7 l/mnt.
Status gizi: BB/usia= -2,3 (<-3 SD; kesan gizi buruk),PB/usia= -2,67 (-3 SD
- <-2 SD; kesan pendek),BB/PB=-3,46(<-3SD;kesan sangat kurus)
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan : Defisit Nutrisi
Pola pengkajian
1. Pola pernapasan
3. Pola Eliminasi
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 30 Septmeber 2021
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
1 Glukosa-Sewaktu 89 mg/dl <200
2 Glukosa-Puasa mg/dl 65-100
3 Glukosa -2 jam PP mg/dl <140
4 Ureum mg/dl 21-53
5 Creatin mg/dl 0,7-15
6 Asam Urat mg/dl L:4,0-7,0;P:2,4-5,7
7 Kolestrol mg/dl <200
8 Trigliserida mg/dl <165
9 HDL mg/dl >40
10 LDL mg/dl <180
11 SGOT/AST U/L L<37;P<31
12 SGPT-ALT U/L L<42;P<32
13 ALBUMIN g/dl 3,5-5,5
12 Tropnin 1 ng/m/ <0,30
13 HbsAg (-)/Negatif
14 HbsAb (-)/Negatif
15 ANTI-HCV (-)/Negatif
16 Dengue IgG (-)/Negatif
16 Dengum IgM (-)/Negatif
17 Dengue NSI (-)/Negatif
3.1.4 Terapi
Tanggal 02-06-2021
Terapi Dosis Obat Cara Indikasi
pemberian
Infus D10% 6,5 ml/ jam IV Infusan perifer untuk
memberikan kalori pada
kondisi tubuh yang kekurangan
kalori dan cairan
O2 NCPAP Di Hidung Bekerja dengan cara
30% PEEP
meniupkan tekanan udara
7 l/mnt
ringan untuk menjaga saluran
udara terbuka, sehingga jalan
napas tetap terbuka dan
masalah pernapasan pasien
sleep apnea saat tidur pun dapat
teratasi.
Injeksi Ceftazidime 90 mg/12 jam IV Obat antibiotik untuk
mengobati infeksi bakteri
Injeksi Aminophilin Dosis IV Aminophylline bekerja dengan
loading 0,5-1 cara membuka saluran
mg dan dosis pernapasan di paru-paru,
maintenance sehingga udara dapat mengalir
4 mg/1 jam ke dalam paru tanpa hambatan.
ANALISA DATA
Suplai O2
Data objektif
N : 184 x/menit
RR : 60 x/menit Hipotermia
PRIORITAS MASALAH
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Intervensi 1x7 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Mengetahui kemampuan klien dalam
kedalaman, dan upaya napas bernafas
b.d penurunaan energi/ Jam diharapkan pertukaran gas,
respon ventilasi mekanik, 2. Monitor pola napas (seperti 2. Memantau dan mengetahui kondisi
kelelahan, keterbatasan bradipnea, takipnea, umum pasien, dan apakah ada bunyi
keseimbangan asam-basa klien
hiperventilasi, kussmaul, nafas tambahan.
pengembangan otot meningkat, dengan kriteria hasil :
cheyne-strokes, biot, dan 3. Mengetahui adanya perubahan nilai
(D.0005 hal. 26) ataksik) SaO2 dan status hemodinamik jida
1. Tingkat kesadaran meningkat
3. Monitor saturasi oksigen terjadi penurunan.
(5)
4. Monitor nilai AGD 4. Menurunnya saturasi oksigen
2. Dispnea menurun (5)
5. Monitor hasil x-ray thorax (PaO2)atau meningkatnya (PCO2)
3. Bunyi napas tambahan
6. Bersihkan secret pada mulut, menunjukkan perlunya penanganan
menurun (5)
hidung dan trachea, jika perlu. yang lebih adekuat atau perubahan
4. Pusing menurun (5)
7. Pertahankan kepatenan jalan nafas terapi.
5. Penglihatan kabur menurun (5)
8. Berikan oksigenasi ventilator 5. Mengetahui dan mendeteksi kondisi
6. Gelisah menurun (5)
dengan dosis ½-1 liter/menit thorax pasien agar tidak ada
7. Napas cuping hidung menurun
9. Informasikan hasil pemantauan. komplikasi lain yang terjadi.
(5)
10.Ajarkan pasien dan keluarga cara 6. Mencegah obstruksi/aspirasi, suction
8. PCO2 membaik (5)
menggunakan oksigen dirumah. dilakukan bila pasien tidak mampu
9. PO2 membaik (5)
11.Kolaborasi pemberian surfaktan mengeluarkan sekret
10. Takikardia membaik (5)
7. Menjaga kepatenan jalan napas untuk
11. Sianosis membaik (5)
memaksimalkan ventilasi,
12. Pola napas membaik (5)
8. Pemberian oksigen membantu
Warna kulit membaik (5) mempermudah oksigenasi klien dan
Memperbaiki atau mencegah
13. Frekueensi napas membaik (5) terjadinya hipoksia dan kegagalan
14. Irama napas membaik (5) napas serta tindakan untuk
15. pH membaik (5) penyelamatan hidup.
16. Saturasi oksigen meningkat (5) 9. Memberikan penjelasan akan
17. FiO2 memenuhi kebutuhan menambah pengetahuan pasien tentang
meningkat (5) penggunaan oksigen
18. Kesimetrisan gerakan dinding 10. Bekerja sama dengan dokter dalam
dada meningkat (5) pemberian dosis oksigen
11. Kolaborasi dengan dokter pemberian
cairan surfaktan agar mempercepat
proses pematangan paru-paru pada
bayi
2. Defisit nutrisi b.d Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Menentukan asupan nutrisi yang akan
keperawatan selama 1x7 jam 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan diberikan sesuai dengan kebutuhan
Ketidakmampuan
diharapkan status menyusui jenis nutrient 2. Mengetahui keseimbangan nutrisi bayi.
mneghisap dan 3. Identifikasi perlunya penggunaan 3. Nutrisi yang sedikit tapi sering untuk
membaik
selang nasogastric (OGT) lambung yang belum matur.
penurunan mobilitas usus
Kriteria hasil : SLKI (L.03029 4. Monitor berat badan 4. BB bayi sangat penting untuk
(D. 0019 hal. 56) 5. Monitor hasil pemeriksaan menetapkan kalori dan cairan bayi
Hal. 119)
laboratorium dengan mengetahui perubahan BB bayi
1. Perlekatan bayi pada payudara 6. Identifikasi permasalahan yang maka kita dapat mengetahui kondisi
ibu meningkat (5) ibu alami selama proses bayi.
2. Tetesan/pancaran asi menyusui. 5. Memantau perkembangan kesehatan
meningkat (5) 7. Timbang berat badan pasien dari hasil laboratorium
3. Suplai ASI adekuat meningkat 8. Ukur antropometri komposisi 6. Memantau dan memahami tujuan atau
(5) tubuh (mis. Indeks massa tubuh, keinginan ibu untuk menyusui.
4. Puting tidak lecet setelah 2 pengukuran pinggang dan ukuran 7. Mengetahui perkembangan bayi
minggu melahirkan meningkat lipatan kulit) 8. Mengetahui perkembangan bayi
(5) 9. Jelaskan manfaat menyusui bagi dengan mengukur antropometri
5. Kepercayaan diri ibu ibu dan bayi 9. Mengetahui manfaat asupan gizi
meningkat (5) 10. Ajarkan 4 (empat) posisi seimbang yang diperlukan untuk ibu
6. Kemampuan ibu menyusui dan perlekatan (latch menyusui. Status gizi merupakan salah
memposisikan bayi dengan on) dengan benar. satu faktor yang mempengaruhi dalam
benar meningkat (5) 11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk praktik pemberian kolostrum pada
7. Lecet pada puting menurun menentukan jumlah kalori dan bayi. Jika status gizi ibu baik maka
Kelelahan maternal menurun jenis nutrient yang dibutuhkan kolostrum yang dikeluarkan akan
(5) banyak dan jika status gizi ibu kurang
8. Kecemasan maternal menurun maka status gizi yang dikeluarkan
(5) lebih sedikit
9. Bayi tidak rewelmeningkat(5) 10.Pemberian ASI secara teratur sangat
membantu dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi, serta akan berperang
dalam proses termoregulasi bayi.
11.Kecukupan asuhan gizi pada ibu
menyusui sangat mempengaruhi
produksi ASI yang dibutuhkan bayi.
3. Hiportermi b.d belum Termoregulasi SLKI (L.14134) Manajemen Hipotermia SIKI 1. Mengetahui kondisi suhu tubuh dari
terbentuknya lapisan Hal.129 Setelah di lakukan (I.14507 hal. 183) pasien lebih lanjut
lemak pada kulit perawatan selama 1x7 jam 2. Mengetahui lebih dini adanya gejala
(D.0140 hal 302) 1. Monitor suhu tubuh hipotermi dan hipertermi sehingga
diharapkan masalah hipotermi
2. Indetifikasi penyebab lebih cepat teratasi
klien teratasi, dengan kriteria: hiportermia (mis, terpapar 3. Memberikan intervensi yang tepat
suhu lingkungan rendah, 4. Menghidari komplikasi
1. Akral dingin , menurun(1)
pakaian tipis, kerusakan 5. Memberikan asuhan yang tepat sesuai
2. Kebiruan, menurun (1)
3. Energik, meningkat(5) hipotalamus, penurunan laju tanda dan gejala
4. Suhu tubuh meningkat (5) metabolisme, kekurangan 6. Menjaga suhu tubuh klien menjadi
lemak subkutan) tetap hangat
3. Monitor tanda dan gejala 7. Mejaga suhu tubuh klien menjadi
akibat hiportermia tetap hangat
(Hiportermia ringan : takipnea, 8. Memghindari terinfeksi bakteri
disatria, mengigil, hipertensi, 9. Membantu klien menjadi tetap hangat
diuresis, hiportemia sedang :
aritma, hipoteensi, apatis,
koagulopati, refleks menurun,
hiportemia berat : oliguria,
refleks menghilang, edema
paru, asam basa abnormal )
4. Sediakan lingkungan yang
hangat (mis atur suhu rungan,
inkubator)
5. Ganti pakaian atau linen klien
yang basah
6. Lakukan penghatan pasif (mis
selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
7. Lakukan penghatan aktif
eksternl (mis kompres air
hangat, botol hangat, selimut
hangat, perawatan metode
kanguru)
8. Lakukan penghatan akif
internal (mis infus cairan
hangat, oksigen nasi hangat,
lavase peritonetal dengan
cairan hangat)
9. Anjurkan makan dan minum
hangat
1.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan
Nama Perawat
P = Lanjutkan intervensi
P = Lanjutkan intervensi
A. Kesimpulan
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau
tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane
Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).
B. Saran
Semoga Makalah ni dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng. 2016. Angka Kejadian BBLR Dari Tahun 2010-2015 Di
Kalteng. Palangka Raya: Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng.
Hartiningrum & Fitriyah, 2018. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Provinsi Jawab Timur
Tahun 2012-2016. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Sekretariat Jenderal Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kurniawan & Wiwin. 2020. Hubungan antara Diabetes Melitus Gestasional dan Berat Badan
Lahir dengan Kejadian Respiratory Distress Syndrome (RDS) pada Neonatus di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Samarinda: Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur.
Nugraha, Satya Adi. 2014. Low Birth Weight Infant With Respiratory Distress Syndrome
(Jurnal). Lampung: Faculty Of Medicine Universitas Lampung.
Manuaba, C. 2012.Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial Untuk
Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Marmi, & Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryanti. 2015. Asuhan Neonatus & bayi. EGC, Jakarta
Pantiawati dkk.2012 .Asuhan Kebidanan 1.Jakarta:Nuha Medika.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
Rajashree, K. 2015. Study on the Factors Associated with Low Birth Weight among Newborns
Delivered in a Tertiary-Care Hospital, Shimoga, Karnataka. International Journal of
Medical Science and Public Health, [e-journal] 4 (9): pp. 1287–1290.