Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERWATAN ANAK


DENGAN RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
(RDS)
Dosen Pengampuh: Ns.Petronela Mamentu S.Kep,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1
 NIRM (2101016) AlNEYAWATI IBRAHIM
 NIRM (2101065) MAHRANI LAKORO
 NIRM (2101024) NURHIKMAH LAUMA
 NIRM (2101068) SUTANTO PATRA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan ini dengan judul “RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
(RDS)”

Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Petronela selaku dosen mata kuliah
Keperawatan anak sehat sakit dan akut yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu kami harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan asuhan teori keperawatan ini.

Demikianlah tugas ini kami buat,apabila ada kesalahan – kesalahan kata dalam
penulisan kami memohon maaf sebesar – besarnya.
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
A. Definisi.......................................................................................................
B. Insiden......................................................................................................
C. Etiologi.......................................................................................................
D. Patofisiologi................................................................................................
E. Manifestasi Klinis .....................................................................................
F. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................
G. Prognosis..................................................................................................
H. Penatalaksanaan Medis.............................................................................
I. Asuhan Keperawatan...............................................................................
J. Jurnal.......................................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih
panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja
aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada
keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang paling sering
adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat
terjadi sejak bayi baru lahir.
RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline
membrane disease merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana
terjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian
neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang dihasilkannya (Behrman,
2004 didalam Leifer 2007).
Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau
pengeluaran surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu
campuran lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli dan
mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2005).
Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60 x/menit) ,
pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting
(merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain,
seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia,
hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis campuran (Bobak, 2005).
Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin
antenatal steroid dan postnatalsurfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di
USA 1,72% dari kelahiran bayi hidupperiode 1986-1987. Sedangkan jaman
modern sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi 1%.Di negara
berkembang termasuk Indonesia belum ada laporan tentang kejadianRDS.
 Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane
Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi
dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan
selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan. Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan
kematian pada bayi prematur adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS).
Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat
501-1500 gram (lemons et al,2001).
Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan
menurun sejak digunakan surfaktan eksogen ( Malloy & Freeman 2000). Saat ini
RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh neonatus. Defisiensi surfaktan
diperkenalkan pertamakali oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai faktor
penyebab terjadinya RDS.
Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang
kedokteran, karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan
ventilator dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil dari uji
coba klinik penggunaan surfaktan buatan (Willkinson,1985), surfaktan dari cairan
amnion manusia ( Merrit,1986), dan surfaktan dari sejenis lembu/bovine
(Enhoring,1985) dapat dipertanggungjawabkan dan dimungkinkan. Surfaktan
dapat diberikan sebagai pencegahan RDS maupun sebagai terapi penyakit
pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan
surfaktan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari RDS?


2. Apa insiden dari RDS?
3. Apasaja etiologi dari RDS?
4. Apa saja patofisiologi dari RDS
5. Apa manifestasi klinis dari RDS?
6. Bagaimana patofisiologi dari RDS?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan RDS?
8. Apa prognosis dari RDS?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis klien dengan RDS?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan RDS?

1.3 TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu menjelaskan konsep patologis penyakit RDS dan menyusun
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami RDS
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui definisi RDS
b. Dapat mengetahui proses terjadinya dari RDS
c. Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala RDS
d. Mampu memahami masalah keperawatan yang sedang terjadi pada
klien dengan RDS
e. Dapat merumuskan asuhan keperawatan dari RDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam
paru. (Marmi & Rahardjo,2012).
Syndrome distress pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD) (Suriadierita
Yulianni,2006).
Sindrom gawat napas RDS (Respiratory Distress Syndrom) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan maturitas paru. (Surasmi, dkk, 2013).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Respiratory Distress Syndrom atau sindrom
gawat nafas adalah gangguan pada sistem pernafasan yang disebabkan
keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru.

(Gambar 2, respiratory distress sindrom, RDS)


B. Insiden/Prevalensi
Menurut (Marmi & Rahardjo, 2012) penyebab RDS (Respiratory Distress
Syndrome) pada neonatus yaitu terdiri dari:
1) Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah,
maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas
janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan lain-lain.
2) Faktor plasenta
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta
kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya.
3) Faktor janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,gemeli,
prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain.
4) Faktor persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-
lain.
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru-paru.
Sementara afiksia neonatorum merupakan gangguan pernafasan akibat
ketidak mampuan bayi beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah
ini disebabkan karena adanya masalah-masalah kehamilan dan pada saat
persalinan.
C. Etiologi
Menurut Suriadidan Yulianni(2010)etiologi dari RDS yaitu:
1) Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna.Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara,sehingga pada bayi
premature dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan
daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
2) Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap
dalam proteinaceous filtrate serum (saringan serum protein),difagosit
oleh makrofag.
3) Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
4) Adanya kelainan di dalam dan diluar paru.Kelainan dalam paru yang
menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/ pneumomediastinum
,penyakit membran hialin (PMH).
5) Bayi premature atau kurang bulan.
Diakibatkan oleh kurangnya produksi surfaktan.Produksi surfaktan ini
dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,semakin muda usia
kehamilan,maka semakin besar pula kemungkinan terjadi RDS.
D. Patofisiologi
RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya
zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel
epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada
kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini
terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah
merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps
dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps
paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi
hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan
penimbunan asam laktat asam organic>asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi
kedalam alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang
nekrotik>lapisan membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan
aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan
surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada
periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress
intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.Vulnus
punctum terjadi akibat penusukan benda tajam,sehingga menyebabkan
contuiniutas jaringan terputus.Pada umumya respon tubuh terhadap trauma
akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.Dalam hal ini ada peluang
besar terjadinya infeksi hebat.
E. Manifestasi Klinis
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia
kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditunjukan. Gejala dapat
tampak beberapa jam setelah kelahiran. Kasus RDS kemungkinan besar
terjadi pada bayi yang lahir prematur.
Menurut (Surasmi, dkk 2013) Gejala utama Gawat napas / distress respirasi
pada neonatus yaitu :
1) Takipnea : laju napas > 60 kali per menit (normal laju napas 40 kali per
menit)
2) Sianosis sentral pada suhu kamaryang menetap atau memburuk pada 48-
96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik
3) Retraksi : cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi
4) Grunting : suara merintih saat ekspirasi
5) Pernapasan cuping hidung
Tabel 1. Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes
Skor
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi napas < 60 /menit 60-80 /menit > 80/menit
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Sianosis menetap
sianosis dengan 02 walaupun diberi
O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Evaluasi: < 3 = gawat napas ringan
4-5 = gawat napas sedang
> 6 = gawat napas berat

Menurut (Manuaba, 2012) tanda-tanda yang mungkin ditunjukkan oleh bayi


yang mengalami RDS di antaranya:
1) Napas cepat
2) Lubang hidung melebar ketika bernapas
3) Retraksi (Ketika bayi bernapas dengan cepat, kulit tertarik di antara tulang
rusuk atau di bawah tulang rusuk).
4) Bising saat bernapas atau mendengkur.
5) Bibir, bantalan kuku, dan kulit berwarna kebiruan karena kekurangan
oksigen, yang disebut dengan  sianosis
Biasanya gejala RDS akan memburuk pada hari ketiga. Saat bayi membaik, ia
memerlukan lebih sedikit oksigen dan bantuan mekanis untuk bernapas.
Gejala RDS mungkin tampak seperti kondisi kesehatan lainnya.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada respiratory distress syndrome menurut
Warman(2012), antara lain:
1) Tes Kematangan Paru
a. Tes Biokimia
Paru janin berhubungan dengan cairan amnion,maka jumlah
fosfolipid dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi
surfaktan,sebagai tolak ukur kematangan paru.
b. Test Biofisika
Tes biokimia dilakukan dengan shake test dengan cara mengocok
cairan amnion yang dicampur ethanol akan terjadi hambatan
pembentukan gelembung oleh unsure yang lain dari cairan amnion
seperti protein,garam empedu dan asam lemak bebas.Bila
didapatkan ring yang utuh dengan pengenceran lebih dari 2 kali
(cairan amnion:ethanol)merupakan indikasi maturitas paru
janin.Pada kehamilan normal,mempunyai nilai prediksi positip yang
tepat dengan resiko yang kecil untuk terjadinya neonatal RDS.
2) Analisis Gas Darah
Gas darah menunjukkan asidosis metabolic dan respiratorik bersamaan
dengan hipoksia.Asidosis muncul karena atelectasis alveolus atau over
distensi jalan napas terminal.
3) Darah rutin dan hitung jenis
Leukositosis menunjukkan adanya infeksi. Neutropenia menunjukkan
infeksi bakteri. Trombositopenia menunjukkan adanya sepsis
4) Glukosa Darah
Menilai keadaan hipoglikemia, karena hipoglikemia dapat menyebabkan
atau memperberat takipnea.
5) Pulse Oximetry
Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen
6) Radiografi Thoraks
Pada bayi dengan RDS menunjukkan reticular granular atau gambaran
ground-glass bilateral,difus,air bronchograms,dan ekspansi paru yang
jelek.Gambaran air bronchograms yang mencolok menunjukkan
bronkiolus yang terisi udara didepan alveoli yang kolap.Bayangan
jantung bias normal atau membesar.Kardiomegali mungkin dihasilkan
oleh asfiksi prenatal,diabetes maternal,paten tductus
arteriosus(PDA),kemungkinan kelainan jantung bawaan.Temuan ini
mungkin berubah dengan terapi surfaktan dini dan ventilasi mekanik
yang adekuat.
G. Prognosis
Prognosis bayi yang dikelola dengan steroid antenatal, dukungan
pernapasan, dan terapi surfaktan eksogen sangat baik. Kematian kurang dari
10%, dengan beberapa penelitian menunjukkan tingkat kelangsungan hidup
hingga 98% dengan perawatan lanjutan. Peningkatan kelangsungan hidup di
negara maju sangat kontras dengan bayi yang tidak menerima intervensi di
negara berpenghasilan rendah, di mana angka kematian bayi prematur
dengan RDS jauh lebih tinggi, kadang-kadang mendekati 100%. [40]
Dengan dukungan ventilasi yang memadai saja, produksi surfaktan akhirnya
dimulai, dan setelah produksi surfaktan dimulai bersamaan dengan
timbulnya diuresis, RDS membaik dalam 4 atau 5 hari. Penyakit yang tidak
diobati yang menyebabkan hipoksemia berat pada hari-hari pertama
kehidupan dapat menyebabkan kegagalan banyak organ dan kematian

H. Penatalaksanaan Medis
1) Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
a. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
b. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal
untuk mencegah kehilangan volume selama ekspirasi
c. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
d. Fisioterapi dadaTindakan kardiorespirasi tambahan
2) Pertahankan kestabilan suhu
3) Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
4) Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
5) Lakukankan transfusi darah seperlunya
6) Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
7) Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan pengambilan sampel
darah
8) Berikan obat yang diperlukan
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
 Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
 Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan
menurunkan caiaran paru
 Fenobarbital
 Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
 Metilksantin (teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan
untuk pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
 Terapi surfaktan: surfaktan sintetik diberikan melalui sisi pada
tube endotracheal dalam 2x suntikan bolus, contoh: Exosurf,
Infasurf, Alveofact
 Nitric Oxide inhalasi
 Narkotik/benzodiazepin untuk mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan pada bayi, contoh: Lorazepam dan Fentanyl
 Sodium bicarbonat untuk metabolic acidosis
 Diuretik untuk mengurangi odema, perlu pertimbangkan risk :
benefit.
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber
alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi
bisa juga berbentuk surfaktan buatan).
I. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
A. Identitas
Nama Klien : By. A
Tanggal lahir : 30 September 2021
Jam Kelahiran : 10.09 WIB
Diagnosa medis : NRDS (Neonatus Respiratory Distress
Syndrome)dengan BBLR
Ruang : Mawar
Tanggal Pengkajian : 2 Oktober 2021
Umur Bayi Saat Dikaji : 2 Hari

Nama Ayah : Tn. M.A Nama Ibu : Ny. S


Umur : 24 tahun Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln.Rindang Benua Alamat : Jln.Rindang
Benua
Agama : Islam Agama : Islam
Pendididikan : SMP Pendidikan : SMP

Keluhan utama

Sesak nafas ( + )

Riwayat Penyakit Sekarang

Bayi Ny. S lahir pada tanggal 30 September 2021 jam 10:09 Wib, karena bayi Ny.
S lahir dengan BB 2300 gr, tangis (-), sesak nafas (+), takipnea (+), retraksi dalam
(+) dan sianosis. Di HCU Neonatus bayi langsung ditempatkan di inkubator dan
mendapatkan O2 Nk 1 lpm PEEP 7 l/mnt.

Riwayat Penyakit Dahulu


Ny. S mengatakan tidak ada keluhan saat hamil. Ny. S hanya
mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh bidan. Ny. S
tidak mempunyai riwayat penyakit deabetes militus maupun
hipertensi.
Riwayat penyakit keluarga
Ny. S mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit
keturunan maupun menular.
Di dalam keluarga Ny. S maupun suaminya tidak ada yang
mempunyai riwayat BBLSR.
Riwayat Psikososial
Ny. S sering menengok anaknya keruang Bakung bagian
isolasi neonatus.
Riwayat Antenatal
Ny. S mengatakan selama hamil rutin memeriksakan
kandungannya ke bidan didekat rumahnya setiap bulan.
Riwayat Natal
Bayi Ny. S lahir pada tanggal 30 September 2021 jam 10:09
WIB secara spontan. Ny. S mengatakan air ketuban sudah keluar
sejak sebelum melahirkan. Ny.S mengatakan umur kehamilannya
baru 36-37 minggu, karena air ketubannya sudah keluar, maka
oleh dokter bayi Ny. S harus segera dikeluarkan.
APGAR Score
APGAR 1 5
0 1 2
SCORE Menit Menit
tidak Denyut
60 60 1 1
ada jantung
tidak Tak
Tidak ada pernapasan 1 1
ada Teratur
lemah Sedang baik tonus otot 1 2
tidak Peka
Merintih menangis 0 1
ada rangsang

Pucat pasi Tidak ada Kemerahan


Warna 1 2
Jumlah 4 7
Antropometri
a) Berat badan lahir : 2300 gram
b) Lingkar kepala : 32 cm
c) Lingkar lengan atas : - cm
d) Panjang badan : 45 cm
e) Lingkar dada : 29,5 cm
f) Lingkar perut : - cm
g) Anus : positif
h) Adanya kelainan congenital : negatif

Status gizi: BB/usia= -2,3 (<-3 SD; kesan gizi buruk),PB/usia= -2,67 (-3 SD
- <-2 SD; kesan pendek),BB/PB=-3,46(<-3SD;kesan sangat kurus)
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan : Defisit Nutrisi
Pola pengkajian

1. Pola pernapasan

RR = 60 x/menit, pernafasan cuping hidung, sianosis,


retraksi dada (+), terapi O2 40 % PEEP 7 l/mnt. SpO2 :
98%, Hasil AGD :pH: 7,44 , pCO2: 30 mmHg menurun ,
HCO3 21, BE -2.

Masalah keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas


2. Pola kebutuhan cairan dan nutrisi

Kebutuhan cairan = 30 ml/hari. Bayi Ny. S minum ASI 8


X 4 cc melalui OGT karena refleks menghisap dan
menelan bayi masih lemah. Bayi NY. S mendapat terapi
infus D 10% 6,5 cc/jam.

3. Pola Eliminasi

Bayi Ny. S memakai pempers dan ditimbang tiap kali


ganti pempers. Bayi Ny. S sudah BAK dan BAB warna
hitam lembek (mekonium).

4. Pola Aktivitas dan Istirahat

Bayi Ny. S terlihat lemah di dalam inkubator, tangisnya


masih merintih dan geraknya aktif.
5. Latar Belakang Sosial dan Budaya

Ny. S tidak merokok, tidak memiliki kebiasaan untuk


diet ketat, Ny. S tidak memiliki pantangan makanan
tertentu ketika hamil, Ny. S tidak ketergantungan
maupun mengonsumsi obat psikotropika maupun
alkohol/minuman keras.
6. Hubungan Psikologis

Ny. S sering menjenguk anaknya. Ny. S merasa


khawatir dengan kondisi anaknya yang menurutnya
sangat kecil. Ibu pasien selalu berdoa agar anaknya segera
diberi kesembuhan dan segera pulang bersamanya.
7. Persepsi-Kognitif

Ny. S tahu tentang kondisi bayinya, menurut Ny. S


bayinya dalam kondisi tidak baik, dan terlihat sesak nafas
sampai tulang dadanya terlihat tertarik, Ny. S tahu bahwa
anaknya belum bisa disusui karena reflek menelannya dan
menghisap masih kurang sehingga harus dipasang selang
makan.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : CM (Compos Mentis), gerak aktif,tangis
merintih
3. Vital sign : RR= 60 x/menit, HR =
132 x/menit, Suhu =
36,0 0 C
4. Pemeriksaan tubuh :
Kulit : Klien tampak lemah/lesu, dirawat didalam
inkubator, dan turgor baik, capillary refill >2 detik,
kelembapan lembab, tidak ada oedema, Warna kulit
kemerahan degan ekstermitas kebiruan, tidak ikterus,
sianosis, terdapat sedikit lanugo pada dahi dan sekitar pipi,
kulit tipis,licin dan kulit teraba dingin.
Masalah Kerawatan : Hipotermia
Kepala : Rambut hitam,tipis,Tidak ad a lesi, sutura terlihat.
Mata : Sklera mata putih, konjungtiva merah muda.
Hidung :Terdapat pernafasan cuping hidung, lubang hidung 2,
terpasang O2 NCPAP 40 % PEEP 5 l/mnt.
Mulut :Bibir merah, tidak ditemukan stomatitis, mukosa bibir
kering.terpasang OGT.
Telinga : Tidak ada deformitas, lubang telinga bersih, simetris.
Leher : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Thorax : Lingkar dada : 26 cm
Inspeksi : Bentuk simetris, klavikula normal, ada retraksi dada, Iktus
cordis normal,irama pernafasan tidak teratur, napas cepat,
penggunaan otot bantu napas, sianosis, grunting/merintih,
terdapat pernafasan cuping hidung, terpasang O2CPAP
dengan FiO2 30% 4 lpm, SpO2 : 85%, Hasil AGD : pH: 7,44
, pCO2 : 30 mmHg menurun , HCO3 21, BE -2
Palpasi : vocal fremitus tidak sama
Perkusi : Sonor & redup
Auskultasi : Bunyi napas ronki, tipe pernafasan perut & dada, bunyi
jantung normal, tidak ada bunyi nafas tambahan, ke
dypsneu.

Masalah Keperawatan : Pola Napas tidak Efektif


Cardio : HR = 184 x/menit
Abdomen : Simetris, tidak ada lesi, terdapat bising usus 5 x/mnt.
Umbilikus : Tali pusat basah, tidak terjadi perdarahan, tidak terjadi
infeksi, terpasang infus umbilikalis D10%.
Genetalia : Labia mayora belum menutupi labia minora, tidak ada
kelainan letak lubang uretra
Anus : Tidak ada lesi, tak ada iritasi perineal, warna feces hitam lembek.
Ekstremitas : Akral dingin, Jumlah jari tangan 5/5, Jumlah jari kaki 5/5,
tak ada kelumpuhan, gerak kurang aktif.
Reflek :
a) Reflek Moro ; ketika ada suara agak keras di sekitar ruangan /
tempat inkubator maka pasien kurang merespon/ diam saja.
b) Reflek Sucking (Menghisab); Ketika di test dengan spuit diberikan
ASI, maka pasien tidak dapat. menelan dengan sempurna ASI yang
diberikan dan selalu ada ASI yang keluar dari mulutnya.
c) Reflek Grasping (Menggenggam) ; ketika perawat meletakkan jari
telunjuknya ke tangan pasien, pasien dapat menggenggam jari
telunjuk perawat, namun genggaman masih lemah.
d) Reflek Tonic Neck (Menoleh); ketika perawat membuat gerakan /
suara di sekitar pasien, pasien kurang merespon.
e) Reflek Babinski (Sentuhan Telapak Kaki); Jika disentuh kakinya
oleh perawat, pasien akan menarik kakinya ke atas.
f) Reflek Menelan ; kurang, jika diberi munim lewat spuit maka ASI
kan keluar sebagian dari mulutnya.
Tali pusat : Tidak ada masalah/ kelainan, bersih, tidak ada
tanda-tanda infeksi, tidak ada peradangan
atau pembengkakan dan juga perdarahan.

Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 30 Septmeber 2021
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
1 Glukosa-Sewaktu 89 mg/dl <200
2 Glukosa-Puasa mg/dl 65-100
3 Glukosa -2 jam PP mg/dl <140
4 Ureum mg/dl 21-53
5 Creatin mg/dl 0,7-15
6 Asam Urat mg/dl L:4,0-7,0;P:2,4-5,7
7 Kolestrol mg/dl <200
8 Trigliserida mg/dl <165
9 HDL mg/dl >40
10 LDL mg/dl <180
11 SGOT/AST U/L L<37;P<31
12 SGPT-ALT U/L L<42;P<32
13 ALBUMIN g/dl 3,5-5,5
12 Tropnin 1 ng/m/ <0,30
13 HbsAg (-)/Negatif
14 HbsAb (-)/Negatif
15 ANTI-HCV (-)/Negatif
16 Dengue IgG (-)/Negatif
16 Dengum IgM (-)/Negatif
17 Dengue NSI (-)/Negatif
3.1.4 Terapi
Tanggal 02-06-2021
Terapi Dosis Obat Cara Indikasi
pemberian
Infus D10% 6,5 ml/ jam IV Infusan perifer untuk
memberikan kalori pada
kondisi tubuh yang kekurangan
kalori dan cairan
O2 NCPAP Di Hidung Bekerja dengan cara
30% PEEP
meniupkan tekanan udara
7 l/mnt
ringan untuk menjaga saluran
udara terbuka, sehingga jalan
napas tetap terbuka dan
masalah pernapasan pasien
sleep apnea saat tidur pun dapat
teratasi.
Injeksi Ceftazidime 90 mg/12 jam IV Obat antibiotik untuk
mengobati infeksi bakteri
Injeksi Aminophilin Dosis IV Aminophylline bekerja dengan
loading 0,5-1 cara membuka saluran
mg dan dosis pernapasan di paru-paru,
maintenance sehingga udara dapat mengalir
4 mg/1 jam ke dalam paru tanpa hambatan.
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN


PENYEBAB MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF

Data subjektif : - Usaha nafas Gangguan


Pertukaran Gas
Data objektif Ventilasi asidosis↓

- Bayi Klien tampak sesak


nafas
- Irama pernafasan tidak CO2
teratur
- Bayi tampak sianosis
- Bayi terpasang O2 Nk 1 Imatur paru-paru, alveoli sulit
lpm
- Kulit bayi mulai mengembang
kemerahan
- Bayi tampak merintih
- Pada bayi tampak ada Ventilasi terganggu
infeksi kulit

Suplai O2

Napas periodik, dispnea, napas


cuping hidung, hipoksia, kulit
pucat

Gangguan Pertukaran Gas


Data subjektif : - Imatur organ pencernaan Defisit Nutrisi

Data objektif

- Antropometri : Reflek menghisap, telan dan


- Berat badan lahir: 2300 batuk lemah dan belum
gram sempurna
- Lingkar kepala: 32 cm
- Lingkar dada: 29,5 cm
Intake nutrisi tidak adekuat
- Panjang badan : 45 cm
- Anus: positif
- Adanya kelainan Intake menurun
congenital: negative
- Terpasang OGT
Status gizi: BB/usia= -
2,2(<-2 SD; kesan gizi Defisit Nutrisi
buruk),PB/usia= 45 (-3 SD -
<-2 SD; kesan
pendek),BB/PB=-2,67(<-
2SD;kesan normal)

Data subjektif : - Kontrol suhu imatur Hipotermia

Data objektif Asidosis metabolik

- Bayi tampak lemah


- Mengigil
- Pengisian kapiler >2 Kurangnya cadangan glikogen
detik & lemak
- akral dingin
- warna kulit merah agak Lemak subkutan tipis
kebiruan, licin/halus
tampak tipis,terdapat
lanugo.
Respon mengigil pada bayi
- Kulit teraba dingin
- Klien berada didalam
incubator.
- BB bayi : 3200 gram. Suhu tubuh dan udara berbeda
- TTV
TD : - mmHg Kulit teraba dingin

N : 184 x/menit

Tidak dapat meningkatkan


S : 36,5 0C panas tubuh

RR : 60 x/menit Hipotermia

PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi-perfusi yang ditandai dengan Bayi Klien tampak sesak
nafas,Irama pernafasan tidak teratur, bayi tampak sianosis,bayi terpasang
O2 Nk 1 lpm,kulit bayi mulai kemerahan,bayi tampak merintih,pada bayi
tampak ada infeksi kulit pola napas abnormal cepat, pernafasan cuping
hidung, terpasang O2 Nk 1 lpm PEEP 7 l/mnt. Saturasi oksigen (SpO2)
tampak menurun: 98%. Hasil lab AGD didapatkan pH: 7,44 , pCO2: 30
mmHg , HCO3 21, BE - RR : 60 x/menit, S : 360C.
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Antropometri : Berat badan lahir:
2300 gram, Lingkar kepala: 32 cm,Lingkar dada: 29,5 cm,Panjang
badan : 45 cm,Anus: positif, Adanya kelainan congenital: negative,
terpasang OGT, Status gizi: BB/usia= -2,2(<-2 SD; kesan gizi
buruk),PB/usia= 45 (-3 SD - <-2 SD; kesan pendek),BB/PB=-2,67(<-
2SD;kesan normal)
3. Hipotermia berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada
kulit ditandai dengan bayi tampak lemah, mengigil, pengisian kapiler >2
detik, akral dingin, warna kulit merah ekstremitas agak kebiruan, kulit
terlihat licin/halus tampak tipis,terdapat lanugo, kulit teraba dingin,
berada didalam incubator, , S : 36,50C/Axilla.
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. Ny S
Ruang Rawat : Mawar
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional

1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Intervensi 1x7 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Mengetahui kemampuan klien dalam
kedalaman, dan upaya napas bernafas
b.d penurunaan energi/ Jam diharapkan pertukaran gas,
respon ventilasi mekanik, 2. Monitor pola napas (seperti 2. Memantau dan mengetahui kondisi
kelelahan, keterbatasan bradipnea, takipnea, umum pasien, dan apakah ada bunyi
keseimbangan asam-basa klien
hiperventilasi, kussmaul, nafas tambahan.
pengembangan otot meningkat, dengan kriteria hasil :
cheyne-strokes, biot, dan 3. Mengetahui adanya perubahan nilai
(D.0005 hal. 26) ataksik) SaO2 dan status hemodinamik jida
1. Tingkat kesadaran meningkat
3. Monitor saturasi oksigen terjadi penurunan.
(5)
4. Monitor nilai AGD 4. Menurunnya saturasi oksigen
2. Dispnea menurun (5)
5. Monitor hasil x-ray thorax (PaO2)atau meningkatnya (PCO2)
3. Bunyi napas tambahan
6. Bersihkan secret pada mulut, menunjukkan perlunya penanganan
menurun (5)
hidung dan trachea, jika perlu. yang lebih adekuat atau perubahan
4. Pusing menurun (5)
7. Pertahankan kepatenan jalan nafas terapi.
5. Penglihatan kabur menurun (5)
8. Berikan oksigenasi ventilator 5. Mengetahui dan mendeteksi kondisi
6. Gelisah menurun (5)
dengan dosis ½-1 liter/menit thorax pasien agar tidak ada
7. Napas cuping hidung menurun
9. Informasikan hasil pemantauan. komplikasi lain yang terjadi.
(5)
10.Ajarkan pasien dan keluarga cara 6. Mencegah obstruksi/aspirasi, suction
8. PCO2 membaik (5)
menggunakan oksigen dirumah. dilakukan bila pasien tidak mampu
9. PO2 membaik (5)
11.Kolaborasi pemberian surfaktan mengeluarkan sekret
10. Takikardia membaik (5)
7. Menjaga kepatenan jalan napas untuk
11. Sianosis membaik (5)
memaksimalkan ventilasi,
12. Pola napas membaik (5)
8. Pemberian oksigen membantu
Warna kulit membaik (5) mempermudah oksigenasi klien dan
Memperbaiki atau mencegah
13. Frekueensi napas membaik (5) terjadinya hipoksia dan kegagalan
14. Irama napas membaik (5) napas serta tindakan untuk
15. pH membaik (5) penyelamatan hidup.
16. Saturasi oksigen meningkat (5) 9. Memberikan penjelasan akan
17. FiO2 memenuhi kebutuhan menambah pengetahuan pasien tentang
meningkat (5) penggunaan oksigen
18. Kesimetrisan gerakan dinding 10. Bekerja sama dengan dokter dalam
dada meningkat (5) pemberian dosis oksigen
11. Kolaborasi dengan dokter pemberian
cairan surfaktan agar mempercepat
proses pematangan paru-paru pada
bayi
2. Defisit nutrisi b.d Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Menentukan asupan nutrisi yang akan
keperawatan selama 1x7 jam 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan diberikan sesuai dengan kebutuhan
Ketidakmampuan
diharapkan status menyusui jenis nutrient 2. Mengetahui keseimbangan nutrisi bayi.
mneghisap dan 3. Identifikasi perlunya penggunaan 3. Nutrisi yang sedikit tapi sering untuk
membaik
selang nasogastric (OGT) lambung yang belum matur.
penurunan mobilitas usus
Kriteria hasil : SLKI (L.03029 4. Monitor berat badan 4. BB bayi sangat penting untuk
(D. 0019 hal. 56) 5. Monitor hasil pemeriksaan menetapkan kalori dan cairan bayi
Hal. 119)
laboratorium dengan mengetahui perubahan BB bayi
1. Perlekatan bayi pada payudara 6. Identifikasi permasalahan yang maka kita dapat mengetahui kondisi
ibu meningkat (5) ibu alami selama proses bayi.
2. Tetesan/pancaran asi menyusui. 5. Memantau perkembangan kesehatan
meningkat (5) 7. Timbang berat badan pasien dari hasil laboratorium
3. Suplai ASI adekuat meningkat 8. Ukur antropometri komposisi 6. Memantau dan memahami tujuan atau
(5) tubuh (mis. Indeks massa tubuh, keinginan ibu untuk menyusui.
4. Puting tidak lecet setelah 2 pengukuran pinggang dan ukuran 7. Mengetahui perkembangan bayi
minggu melahirkan meningkat lipatan kulit) 8. Mengetahui perkembangan bayi
(5) 9. Jelaskan manfaat menyusui bagi dengan mengukur antropometri
5. Kepercayaan diri ibu ibu dan bayi 9. Mengetahui manfaat asupan gizi
meningkat (5) 10. Ajarkan 4 (empat) posisi seimbang yang diperlukan untuk ibu
6. Kemampuan ibu menyusui dan perlekatan (latch menyusui. Status gizi merupakan salah
memposisikan bayi dengan on) dengan benar. satu faktor yang mempengaruhi dalam
benar meningkat (5) 11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk praktik pemberian kolostrum pada
7. Lecet pada puting menurun menentukan jumlah kalori dan bayi. Jika status gizi ibu baik maka
Kelelahan maternal menurun jenis nutrient yang dibutuhkan kolostrum yang dikeluarkan akan
(5) banyak dan jika status gizi ibu kurang
8. Kecemasan maternal menurun maka status gizi yang dikeluarkan
(5) lebih sedikit
9. Bayi tidak rewelmeningkat(5) 10.Pemberian ASI secara teratur sangat
membantu dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi, serta akan berperang
dalam proses termoregulasi bayi.
11.Kecukupan asuhan gizi pada ibu
menyusui sangat mempengaruhi
produksi ASI yang dibutuhkan bayi.
3. Hiportermi b.d belum Termoregulasi SLKI (L.14134) Manajemen Hipotermia SIKI 1. Mengetahui kondisi suhu tubuh dari
terbentuknya lapisan Hal.129 Setelah di lakukan (I.14507 hal. 183) pasien lebih lanjut
lemak pada kulit perawatan selama 1x7 jam 2. Mengetahui lebih dini adanya gejala
(D.0140 hal 302) 1. Monitor suhu tubuh hipotermi dan hipertermi sehingga
diharapkan masalah hipotermi
2. Indetifikasi penyebab lebih cepat teratasi
klien teratasi, dengan kriteria: hiportermia (mis, terpapar 3. Memberikan intervensi yang tepat
suhu lingkungan rendah, 4. Menghidari komplikasi
1. Akral dingin , menurun(1)
pakaian tipis, kerusakan 5. Memberikan asuhan yang tepat sesuai
2. Kebiruan, menurun (1)
3. Energik, meningkat(5) hipotalamus, penurunan laju tanda dan gejala
4. Suhu tubuh meningkat (5) metabolisme, kekurangan 6. Menjaga suhu tubuh klien menjadi
lemak subkutan) tetap hangat
3. Monitor tanda dan gejala 7. Mejaga suhu tubuh klien menjadi
akibat hiportermia tetap hangat
(Hiportermia ringan : takipnea, 8. Memghindari terinfeksi bakteri
disatria, mengigil, hipertensi, 9. Membantu klien menjadi tetap hangat
diuresis, hiportemia sedang :
aritma, hipoteensi, apatis,
koagulopati, refleks menurun,
hiportemia berat : oliguria,
refleks menghilang, edema
paru, asam basa abnormal )
4. Sediakan lingkungan yang
hangat (mis atur suhu rungan,
inkubator)
5. Ganti pakaian atau linen klien
yang basah
6. Lakukan penghatan pasif (mis
selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
7. Lakukan penghatan aktif
eksternl (mis kompres air
hangat, botol hangat, selimut
hangat, perawatan metode
kanguru)
8. Lakukan penghatan akif
internal (mis infus cairan
hangat, oksigen nasi hangat,
lavase peritonetal dengan
cairan hangat)
9. Anjurkan makan dan minum
hangat
1.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan

Nama Perawat

1. Kamis, 02 Oktober 1. Memonitor TTV S=-


2021 2. Memonitor frekuensi, irama,
Pukul : 08.00 WIB kedalaman, dan upaya napas O=
3. Memonitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea, hiperventilasi, - Hasil TTV
kussmaul, cheyne-strokes, biot, dan TD : - mmHg
Diagnosa Keperawatan I ataksik)
4. Memonitor saturasi oksigen N : - x/menit
5. Memonitor nilai AGD
S : 36,50C (membaik)
Gangguan pertukaran gas 6. Membersihkan secret pada mulut,
hidung dan trachea. RR : 60 x/menit (memburuk)
berhubungan dengan
7. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
ketidakseimbangan 8. Memberikan oksigenasi ventilator ½-1 - Dispnea cukup meningkat, Napas cuping
ventilasi-perfusi liter/menit hidung cukup meningkat(2), Frekuensi
9. Menginformasikan hasil pemantauan. napas sedang (3), Irama napas cukup
1. 10. Mengajarkan pasien dan keluarga cara memburuk (2),
menggunakan oksigen dirumah. - Pola napas memburuk (2) : takipnea,
11. Berkolaborasi pemberian surfaktan Kesimetrisan gerakan dinding dada
meningkat
- Saturasi oksigen menurun : 85%,
Sianosis sedang (4), Warna kulit pucat
pasi (4)
- PCO2 cukup memburuk (2), PO2 cukup
memburuk (2), pH membaik (5)
- Diberikan terapi Nebulizer
- FiO2 memenuhi kebutuhan cukup
menurun(2) : Terpasang terapi O2N
CPAP 30% PEEP 7 l/mnt, dengan Posisi
prone.
- Sudah mendapatkan pemberian
surfaktan sesuai advice dokter
- Injeksi Neo K : Dosis loading 0,5-1 mg
dan dosis maintenance 4mg/1jam
A= Masalah teratasi

P = Lanjutkan intervensi

2. Kamis 03 Oktober 2021 1. Mengidentifikasi status nutrisi S=-


Pukul 09 : 00 WIB 2. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient O=
3. Mengidentifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastric (OGT) - Antropometri yaitu Berat badan lahir:
Diagnosa ke II 4. Memonitor berat badan 2300 gram,Lingkar kepala: 32
5. Mengidentifikasi permasalahan yang ibu cm,Lingkar lengan atas:, - cm,Panjang
alami selama proses menyusui. badan: 45 cm,Lingkar dada: 29,5 cm,
6. Menimbang berat badan Lingkar perut: - cm ,Anus: positif
Defisit nutrisi b.d
7. Mengukur antropometrik komposisi Adanya kelainan congenital: negative.
ketidakmampuan Status gizi: BB/usia= -2,2(<-2 SD;
tubuh (mis. Indeks massa tubuh,
mneghisap dan penurunan pengukuran pinggang dan ukuran lipatan kesan gizi buruk),PB/usia= 45 (-3 SD -
mobilitas usus kulit) <-2 SD; kesan pendek),BB/PB=-
8. Mendukung Ibu meningkatkan 2,67(<-2SD;kesan normal)
kepercayaan diri dalam menyusui - Prematuritas meningkat (5), Bayi
9. Menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu tampak pucat
dan bayi - Terpasang selang nasogastric 8×8 ml
10.Mengajarkan 4 (empat) posisi menyusui per OGT
dan perlekatan (latch on) dengan benar. - Daya menghisap/ refleks rooting lemah
11.Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk - Perlekatan bayi pada payudara ibu
menentukan jumlah kalori dan jenis tampak cukup menurun(2)
nutrient yang dibutuhkan - Tetesan/pancaran ASI tampak
meningkat (5)
- Suplai ASI tampak adekuat (5)
- Bayi tampak tidak rewel (5
- Puting tidak lecet setelah 2 minggu
melahirkan meningkat (5)
- Kepercayaan diri ibu meningkat (5)
- Kemampuan ibu memposisikan bayi
dengan benar meningkat(5)
- Sudah diberikan jumlah kalori dan jenis
nutrient sesuai advice dokter dan ahli
gizi
A = Masalah teratasi sebagian

P = Lanjutkan intervensi

3. Kamis, 04 Oktober 1. Memonitor suhu tubuh bayi (36,5 - S = -


2021 37,5°C)
2. Memonitor dan catat tanda dan gejala
Pukul : 11.00 WIB hipotermia atau hipertemia. O=
3. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat. - S : 35,60C (memburuk)
4. Membedong bayi segera setelah lahir - Menggigil Meningkat (1)
untuk mencegah kehilangan panas. - Kulit merah Meningkat (1)
- Akrosianosis Meningkat (1)
Diagnosa Keperawatan III 5. Menggunakan topi bayi untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir. - Konsumsi oksigen Meningkat (1)
6. Menempatkan bayi baru lahir di bawah - Bayi sudah dibedong
radiant warmer - Vasokonstriksi perifer cukup meningkat
Hipotermia berhubungan 7. Mempertahankan kelembaban inkubator (2)
dengan imaturitas 50% atau lebih untuk mengurangi - Bayi dirawat dalam incubator (radiant
kehilangan panas karena proses warmer)
termoregulasi dalam
evaporasi. - Pucat Meningkat (1)
tubuh - Takipnea Meningkat (1)
8. Mengatur suhu inkubator sesuai
kebutuhan. - Hipoksia Meningkat (1)
9. Menghangatkan terlebih dahulu bahan- - Suhu Tubuh Memburuk (1), Suhu kulit
bahan yang akan kontak dengan bayi Memburuk (1)
(mis. Selimut, kain, bedongan, - Pengisisan kapiler memburuk (1)
stetoskop). - Ventilasi cukup memburuk (2)
10. Mendemonstrasikan teknik perawatan A = Masalah belum teratasi
metode kanguru (PMK) untuk bayi
BBLR P = Lanjutkan Intervensi 1-13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau
tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane
Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).
B. Saran
Semoga Makalah ni dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng. 2016. Angka Kejadian BBLR Dari Tahun 2010-2015 Di
Kalteng. Palangka Raya: Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng.
Hartiningrum & Fitriyah, 2018. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Provinsi Jawab Timur
Tahun 2012-2016. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Sekretariat Jenderal Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kurniawan & Wiwin. 2020. Hubungan antara Diabetes Melitus Gestasional dan Berat Badan
Lahir dengan Kejadian Respiratory Distress Syndrome (RDS) pada Neonatus di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Samarinda: Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur.
Nugraha, Satya Adi. 2014. Low Birth Weight Infant With Respiratory Distress Syndrome
(Jurnal). Lampung: Faculty Of Medicine Universitas Lampung.
Manuaba, C. 2012.Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial Untuk
Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Marmi, & Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryanti. 2015. Asuhan Neonatus & bayi. EGC, Jakarta
Pantiawati dkk.2012 .Asuhan Kebidanan 1.Jakarta:Nuha Medika.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
Rajashree, K. 2015. Study on the Factors Associated with Low Birth Weight among Newborns
Delivered in a Tertiary-Care Hospital, Shimoga, Karnataka. International Journal of
Medical Science and Public Health, [e-journal] 4 (9): pp. 1287–1290.

Anda mungkin juga menyukai