Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AL - ISLAM KEMUHAMMADIYAAN V

“ ETIKA ISLAM DALAM PENERAPAN ILMU”

Dosen Pengampuh : Abdul Rivai Poli SH,MH

Disusun Oleh :

Kelas 4A / kelompok 7

1. (2101002) Naya Alexander Kakio


2. (2101065) Mahrani Lakoro

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu”.

Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Rivai Poli selaku dosen mata kuliah
Al-Islam Kemuhammadiyaan V yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu kami harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan asuhan teori keperawatan ini.

Demikianlah tugas ini kami buat,apabila ada kesalahan – kesalahan kata dalam
penulisan kami memohon maaf sebesar – besarnya.

Manado.18-maret 2023

Penulis

2
Daftar Isi
Halaman Judul ............................................................................................ 1
Kata Pengantar . ........................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................. 3
Bab I: Pendahuluan .................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4

1.3 Tujuan ........................................................................................... 5

Bab II: Pembahasan ..................................................................................... 6

2.1 Etika Islam dalam Penerapan Ilmu ............................................... 6

2.2 Ilmu dan Kemanusiaan ................................................................ 10

2.3 Ilmu untuk kemaslahatan Hidup ................................................... 14

2.4 Ayat dan Hadits yang Relevan ..................................................... 15

Bab III: Penutup ........................................................................................... 20

Daftar Pustaka ........................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, diperlukan tatacara yang baik


dalam bertindak, aturan perilaku dan sesuai dengan akhlak yang baik. Jadi
etika manusia adalah cara manusia berperilaku, mengetahui hal-hal yang baik
dan buruk, berperangai sesuai dengan norma dan adat.
Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu, apapun disiplinnya. Tanpa
mempertimbangkan tujuan untuk kehidupan kemanusiaan dan
keberlangsungan lingkungan hidup baik hayati maupun non hayati adalah
pembunuhan diri eksistensi manusia. Etika merupakan salah satu bagian dari
teori tentang nilai atau yang dikenal dengan aksiologi. Aksiologi itu sendiri
ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya
ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak
cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang
khusus seperti ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistimologi.
Pertimbangan etika agama dalam aplikasi ilmu perlu dipikirkan dan
diusahakan untuk menata kehidupan menjadi lebih baik. Ilmu – ilmu yang
mampu mengangkat kualitas hidup manusia secara lahiriah perlu
diintregasikan dengan ilmu-ilmu yang membawa kepada kesejahteraan batin,
melainkan akan membahas secara ringkas landasan untuk melakukan hal
tersebut. Terutama dari sudut pandang kitab suci sebagai pedoman hidup
umat Islam yaitu al Quran.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana hubungan antara ilmu dan kemanusiaan?
2. Bagaimana hubungan antara ilmu dan kemaslahatan hidup?
3. Manakah ayat-ayat dan hadist yang berkaitan dengan etika islam dalam
penerapan ilmu?

4
1.3. Tujuan

1. Mengetahui hubungan ilmu dengan kemanusiaan


2. Mengetahui hubungan ilmu dan kemaslahatan hidup
3. Mengetahui ayat ayat dan hadist yang berkaitan dengan etika islam dalam
penerapan ilmu.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. ETIKA ISLAM DALAM PENERAPAN ILMU

A. Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata
‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos
mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah
yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles
dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal
usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama ,etika mempunyai arti
sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan
kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000),
mempunyai arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

“Etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya


menentukan kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki
manfaat atau kebaikan seluruh tingkah laku manusia”.

6
B. Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari
‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa
Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science,
sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata
science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu
Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang
sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan
dikemukakan beberapa pengertian :
“Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti
pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun
secara sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang
didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu.
Ilmu adalah kumpulan ( akumulasi ) dari banyak pengetahuan, sedangkan
pengetahuan merupakan kumpulan (akumulasi )  dari banyak informasi .

C. Kedudukan Ilmu Menurut Islam


Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam ,
hal ini terlihat dari banyaknya ayat AL qur’an yang memandang orang
berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi
yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari
780 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari
AL qur’an sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan
ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam sebagamana
dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani9 (1995;39) sebagai berikut :

7
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya
adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al –
sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan
kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada
derajat tinggi’’
ALLah s.w.t berfirman dalam AL qur;’an surat AL Mujadilah ayat 11

 “ALLah meninggikan baberapa derajat (tingkatan) orang-orang


yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi
ilmupengetahuan).dan ALLAH maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang
beriman dan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi.
Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut
ILmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa
kecilnya manusia dihadapan ALLah ,sehingga akan tumbuh rasa kepada
ALLah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal ini sejalan dengan
fuirman ALLah:

“Dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang ternak


ada yang bermacam-macam warnanya. Sesungguhnya yang takut kepada
Allah diantara hamba –hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu) ; (surat
faatir:28).

8
Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang
berilmu sangat istimewa, AL qur’an juga mendorong umat islam untuk
berdo’a agar ditambahi ilmu, seprti tercantum dalam AL qur’an surat Thaha
ayat 114 .

 “”dan katakanlah, tuhanku ,tambahkanlah kepadaku ilmu


penggetahuan “.
Dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu
wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak awal
menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari firman ALLah
yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1 sampai dengan ayat 5
yang artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan
tulis baca.
Ayat –ayat trersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat
islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus
membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah akan tetap terjaga,
yang berearti juga rasa takut kepeada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas
kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian nampak
bahwa keimanan yang diimbangi denga ilmu akan membuahkan
amal ,sehingga Nurcholis Madjd (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan

9
dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh ini seolah
menengahi antara iman dan amal .
Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana
bagi manusia dan alam semesta tergantung dengan orang-orang yang
menggunakannya. Untuk itu perlu adanya etika, ukuran-ukuran yang diyakini
oleh para ilmuwan yang dapat menjadikan pengembangan ilmu dan
aplikasinya bagi kehidupan manusia agar tidak menimbulkan dampak negatif.

2.2. ILMU DAN KEMANUSIAAN


Filsafat merupakan kajian ilmu yang sangat dipertimbangkan dalam
melakukan berbagai bentuk tindakan manusia. Kajian ilmu tersebut
diharapkan agar manusia memanfaatkan alam ini dengan bijak sesuai
dengan kebutuhan yang tidak berlebihan pula agar alam yang kita tempati
ini tidak rusak dan menjadi bencana bagi umat manusia.
Hubungan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat sekali
dikarenakan ilmu bisa berkembang karena keberadaan manusia, manusia
mewujudkan sifat-sifat baiknya untuk memelihara kelangsungan hidup ini
didunia dan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya juga dengan ilmu.

Tentunya dengan adanya ilmu manusia akan diarahkan kepada hal


yang baik menurut dirinya dan bermanfaat untuk lainnya. Dan manusialah
yang bisa mengembangkan keilmuaannnya yang didapat melalui proses
berpikir. 

1.   Hubungan Antara Ilmu Dan Kemanusiaan

Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-


hari belum dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan
pengaruhnya terhadap masyarakat. Ungkapan Aristoteles tentang ilmu
“Umat manusia menjamin urusannya untuk hidup sehari-hari, barulah ia
arahkan perhatiannya kepada ilmu pengetahuan”. Dewasa ini ilmu menjadi

10
sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah manusia tidak
dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan yang sederhanapun
sekarang memerlukan ilmu, misalnya kebutuhan sandang, papan ,dan
papan sangat tergantung dengan ilmu. Maka kegiatan ilmiah dewasa ini
berdasarkan pada dua keyakinan berikut.

1.  Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja

untuk mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan juga untuk

menguasainya lebih mendalam menurut segala aspeknya.

2. Semua aspek realitas membutuhkan juga penyelidikan primer, seperti air,

makanan , udara, cahaya, kehangatan, dan tempat tinggal tidak akan

cukup untuk penyelidikan itu.

Dengan demikian, ilmu pada dewasa ini mengalami fungsi yang berubah
secara radikal, dari tidak berguna sama sekali dalam kehidupan praktis
menjadi “ tempat tergantung “ kehidupan manusia. Oleh karena itu
keterkaitan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat hubungannya dan tidak
dapat dipisahkan sendiri-sendiri. Hal ini disebabkan ilmu tanpa manusia
tidak akan berkembang pesat sampai sekarang ini dan manusia tanpa ilmu
juga tidak dapat hidup untuk proses pemenuhan kebutuhan yang kompleks.

Walaupun pada zaman dahulu sering kita ketahui dalam sejarah


peradaban manusia saat itu memanfaatkan ilmu hanya untuk berperang dan
menguasai daerah jajahan baru sehingga peran serta ilmu itu sendiri jauh
dari harapan manusia dalam segi nilai dan moralitas. Dan inilah yang
mengubah pemikiran manusia saat ini untuk mencapai hakekat daripada
keilmuan itu.

Kita ketahui juga ilmu saat ini berkembang dengan pesat yang
mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi, ilmu
bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan
mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan ilmu bukanlah

11
sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga
menciptakan tujuan hidup itu sendiri.

Dengan ilmu manusia dapat memanfaatkan segala sesuatu didasari


nilai yang positif sehingga dalam kehidupan bersosialnya dapat terjalin
hubungan yang serasi, seimbang, selaras.

2.      Manfaat Ilmu bagi Kemanusiaan

Ilmu pada dasarnya mengungkap realitas sebagaimana adanya.


Hasil-hasil kegiatan keilmuan memberikan alternatif kepada manusia
untuk mengambil suatu keputusan yang menurut dirinya menjadi
keputusan yang terbaik, walaupun nantinya keputusan itu dianggap
kurang tepat oleh manusia lain. Akan tetapi hakikat kebenaran pastinya
akan dimanfaatkan oleh manusia secara umum karena sifat daripada
kebenaran yang mengungkap adalah waktu.

Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang mempelajari alam


sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat
seharusnya: untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan ?
dimana batas wewenang penjelejahan keilmuan? Kearah mana
pengembangan keilmuan harus diarahkan? Pertanyaan ini jelas tidak
merupakan urgensi ilmuwan seperti Copernicus, Galileo, dan ilmuwan
seangkatannya, namun bagi ilmuwan yang hidup dalam abad kedua
puluh yang telah mengalami dua kali perang dunia dan hidup dalam
bayangan perang dunia ketiga, pertanyaan-pertanyaan tidak dapat
dielakkan. Dan untuk menjawab pertanyaan ini maka ilmuwan
berpaling kepada hakikat moral.

Banyaknya kejadian yang melanda umat manusia dewasa ini,


manusia semakin menyadari bahwa manfaat ilmu sangat penting
membentuk etika, moral, norma, dan kesusilaan.

12
Arti kesusilaan menurut Leibniz filsuf pada zaman modern
berpendapat bahwa kesusilaan adalah hasil suatu “ menjadi” yang
terjadi di dalam jiwa. Perkembangan dari nafsu alamiah yang gelap
sampai kehendak yang sadar, yang berarti sampai kesadaran kesusilaan
yang telah tumbuh lengkap, disebabkan oleh aktivitas jiwa sendiri. Apa
yang benar-benar kita kehendaki telah terkandung sebagai benih di
dalam nafsu alamiah yang gelap. Oleh karena itu, tugas kesusilaan
pertama ialah meningkatkan perkembangan itu dalam diri manusia
sendiri. Kesusilaan hanya berkaitan dengan batin kita.

3.    Fungsi manusia dalam perkembangan ilmu

Manusia merupakan makhluk yang sangat sempurna dibanding dengan


makluk-makluk ciptaan Alloh yang lain di muka bumi ini. Dengan
dibekali pembawaan dari Alloh SWT berupa akal untuk mengelola
keseimbangan alam ini. Tujuan Alloh menciptakan manusia itu sendiri
adalah sebagai wakil atau kholifah secara langsung di muka bumi ini
agar tujuan hidup menjadi serasi, selaras, seimbang.

Manusia mendapatkan ilmu melalui perantaraan kalam yang


diciptakan oleh Alloh. Hal ini sesuai dengan firman Alloh surat Al-Alaq
Ayat 1-5 sebagai berikut :

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.

13
 

Dapat kita ketahui tentang ayat diatas bahwa Alloh menciptakan


manusia dengan penuh kasih sayang dan kesempurnaan baik secara fisik
dan rohani. Dengan dibekali hal diatas maka fungsi manusia terhadap
ilmu adalah menemukan, mengembangkan, menciptakan, kemudian
mengevaluasi terhadap ilmu yang didapatnya melalui proses berpikir
yang alami dan sistematis. dengan pemikiran seperti itu manusia bisa
membagi atau memetakan suatu ilmu degan spesifikasi tertentu yang
berkembang saat ini dan sudah dimanfaatkan oleh manusia.

Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri


tertentu, meskipun secara metodoloigis ilmu tidak membedakan ilmu-
ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial secara garis besar.

Berhubungan dengan ilmu sosial maka ada keterkaitan antara


manusia dengan kemanusiaan sehingga melahirkan konsep ilmu itu sendiri
yaitu :

1.      Interaksi 8.      Kekuasaan atau Power

2.      saling ketergantungan 9.      Nilai Kepercayaan

3.      Kesinambungan dan Perubahan 10.  Keadilan Dan Pemerataan

4.     Keragaman/Kesamaan/Perbedaan 11.  Kelangkaan

5.      Konflik dan konsensus 12.  Kekhususan

6.      Pola (Pattern) 13.  Budaya (Culture)

7.      TeMpat atau lokasi 14.  Nasionalisme.

2.3. ILMU UNTUK KEMASLAHATAN HIDUP


Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman didalam Al Qur’an surat Al
Mujadalah ayat 11 :

14
ُ ‫ع هَّللا‬Q
ِ Qَ‫ ُزوا يَرْ ف‬Q‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم َو ِإذا قي َل ا ْن ُش ُزوا فَا ْن ُش‬ ِ ِ‫يا َأيُّهَا الَّذينَ آ َمنُوا ِإذا قي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِي ْال َمجال‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوا يَ ْف َس‬
‫ت َو هَّللا ُ بِما تَ ْع َملُونَ خَبي ٌر‬ ٍ ‫الَّذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َو الَّذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َد َرجا‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu. Dan jika dikatakan kepada kamu
; Berdirilah ! ", maka berdirilah Allah akan mengangkat orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang~rang yang diberi ilmu beberapa derajat ;
Dan Allah dengan apapun yang kamu kerjakan adalah Maha Mengetahui.”
Kata iman dan ilmu disebut secara beriringan, mengandung arti
bahwa Iman tidak boleh dipisahkan dengan Ilmu. Pantas kalau ilmuwan barat
Albert Einstein mengatakan : “ science without religion is blind, but religion
without science is lame “ (ilmu pengetahuan tanpa agama akan buta,
sedangkan agama tanpa ilmu pengetahuan akan lumpuh).
Kehidupan secara lebih baik merupakan tujuan yang ingin dicapai
oleh manusia dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik
manusia perlu untuk dibentuk atau diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat
melalui pendidikan atau ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri
dan dunianya, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama.
Dalam Hadits disebutkan:

Artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka


wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan
Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki
keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)

2.4. AYAT DAN HADIST RELEVAN

15
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang
merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan
logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa.
Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan
objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat
dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dewasa ini. Ayat Al-Qur’an dan
Hadits yang berhubungan dengan penerapan ilmu psikologi. Seperti ketika
sedang mealkukan konseling, atau dalam masa diagnosis gangguan dari klien,
atau praktik psikologis lainnya. Tentunya terdapat etika yang mengatur cara
kerja psikolog agar dapat memberikan rasa aman kepada klien dan juga
menjaga kehormatan klien dan diri psikolog itu sendiri. Berikut beberapa
etika dalam penerapan ilmu psikologi beserta ayat dan hadits yang relevan

1. Menjaga aib klien dan tidak mudah berperasangka / menjustifikasi.


QS Al Hujurat ayat 12 yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka,


karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan
janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain;
dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang
dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah
tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, jauhilah larangan-larangan yang
tersebut) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang."

16
HR Al-Bukhary no. 2442

.ُ‫َم ْن َسَتَر ُم ْسلِ ًما َسَتَرهُ اهلل‬


“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi
aibnya.”

Dalam menerapkan ilmu psikologi tentunya kita tidak lepas dari kasus atau
problem yang dialami oleh klien. Dalam kode etik psikologi ketika kita mendapat
klien dengan kasus tertentu, kita sangat dilarang untuk menyebarkan atau
mendiskusikan dengan orang lain, kita harus menyembunyikan identitas dan
kasusnya. Namun jika orang lain sudah mengetahui identitas klien yang datang
kepada kita, maka orang lain tidak perlu mengatahui kasus yang dialaminya. Jika
kita perlu mendiskusikan kasus yang dialami oleh klien dengan kolega, maka
kolega kita tidak perlu mengetahui identitasnya. Kode etik ini tentunya
berhubungan erat dengan ayat Al-Qur’an dan Hadits yang menerangkan tentang
pentingnya kita menjaga aib orang lain.
Selain menjaga aib, kita juga dilarang untuk mudah berprasangka terhadap klien
yang datang kepada kita. Seperti yangterdapat pada QS: Al-Hujurat ayat 12.
Prasangka ini biasa disebut sebagai justifikasi. Kita sangat dilarang untuk mudah
memberikan judge bahwa “klien ini gila”, atau “klien ini autis”. Na’udzubillah.
Kita sangat dilarang untuk memiliki pikiran dan prasangka seperti itu sebelum
melakukan penggalian informasi lebih jauh ntuk membuktikan kebenarannya,
karena dalam ayat Al-Qur’an pun terdapat larangan untuk berbuat demikian.
2. Menyambut klien dengan baik dan hormat.
Dalam praktiknya, psikolog akan sering mendapatkan tamu yaitu
klien yang datang kepadanya untuk berkonsultasi dan meminta agar
diberikan solusi terbaik yang sesuai dengan kepribadian klien. Tentunya
psikolog harus menyambut klien dengan ramah, murah senyum, dan
bersikap welcome/terbuka agar klien dapat menyampaikan masalahnya
dengan baik dan maksimal. Dalam menyambut tamu dengan baik sudah

17
terdapat anjurannya dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muttafaq
Alaihi sbagai berikut:

Artinya: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka muliakanlah tamunya.

3. Bertanggung jawab.
Psikolog yang telah melakukan konseling, tes psikologis,atau
penanganan lainnya terhadap klien, harus dapat mempertanggung
jawabkan apa yang telah diberikannya kepada klien. Karena psikolog
memberikan solusi yang berhubungan dengan psikis, sehingg resiko yang
dihadapi sangat berat, karena berhubungan dengan kejiwaan klien. Dalam
islam, aturan untuk bertanggung jawab diterangkan dalam hadits berikut:
Artinya: setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan
dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah dipimpin.
Maksudnya adalah setiap orang diantara kita adalah pemimpin. Dan kita
akan mempertanggung jawabkan setiap perbuatan yang telah kita lakukan
terhadap apa yang kita pimpin. Minimal memimpin diri sendiri. Jika kita
memimpin sebuah organisasi, kita pun akan dimintai pertanggung jawaban
atas setiap anggota yang kita pimpin. Dan dalam pnerapan ilmu psikologi,
maksud pertanggung jawabannya adalah mengenai pelayanan terhadap
klien yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya.
Selain etika di atas yang terdapat relevansi dengan ayat Al-Qur’an maupun
Hadits, di bawah ini juga terdapat etika penerapan ilmu Psikologi yang
sama dengan etika penerapan IPTEK.

2. Tidak keluar dari ajaran Aqidah dan Syari’ah.


Dalam prosess pemberian solusi antara psikolog dan klien,
tentunya seorang psikolog maupun konselor harus memperhatikan
mengenai ajaran Aqidah yakni baik atau buruk, dan Syari’ah mengenai
halal atau haram. Jangan sampai seorang psikolog maupun konselor

18
memberikan saran atau solusi yang haram seperti bunuh diri, atau solusi
yang buruk seperti menenangkan diri tanpa mengerjakan ibadah. Karena
solusi seperti ini tidak sesuai dengan tuntunan keilmuan dan sudah keluar
dari ajaran Aqidah dan Syari’ah.

3. Alih tangan kasus.


Alih tangan kasus merupakan kegiatan memperoleh penanganan
yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan klien dengan memindahkan
penanganan kasus ke pihak yang lebih kompeten dan sesuai bidangnya.
Alih tangan kasus dilakukan jika konselor sudah tidak mampu lagi
menanganinya. Misalnya, jika seorang klien mengalami masalah dengan
kesehatan fisiknya, maka konselor dapat mengalihkan kasus pada dokter.

19
.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Etika manusia adalah cara manusia berperilaku, mengetahui hal-hal yang


baik dan buruk, berperangai sesuai dengan norma dan adat. Etika sangat
penting bagi pengembangan ilmu, apapun disiplinnya. Tanpa
mempertimbangkan tujuan untuk kehidupan kemanusiaan dan
keberlangsungan lingkungan hidup baik hayati maupun non hayati adalah
pembunuhan diri eksistensi manusia. Etika merupakan salah satu bagian
dari teori tentang nilai atau yang dikenal dengan aksiologi.

2. Hubungan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat sekali dikarenakan


ilmu bisa berkembang karena keberadaan manusia, manusia mewujudkan
sifat-sifat baiknya untuk memelihara kelangsungan hidup ini didunia dan
manusia memenuhi kebutuhan hidupnya juga dengan ilmu. Tentunya
dengan adanya ilmu manusia akan diarahkan kepada hal yang baik menurut
dirinya dan bermanfaat untuk lainnya. Dan manusialah yang bisa
mengembangkan keilmuaannnya yang didapat melalui proses berpikir. 

3. Untuk mencapai hidup secara lebih baik manusia perlu untuk dibentuk atau
diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat melalui pendidikan atau ilmu
yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan dunianya, melalui
kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama.

4. Etika Islam dalam penerapan ilmu Psikologi adalah:


a. Menjaga aib dan tidak mudah berprasangka terhadap klien.
b. Menyambut klien dengan baik dan hormat.
c. Bertanggung jawab dalam menangani klien.

20
d. Tidak keluar dari ajaran Aqidah (baik / buruk dan ajaran Syari’ah (halal
/ haram).
e. Alih tangan kasus jika memang terdapat masalah lain dalam klien di
luar bidang psikologis.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://smpicepu.blogspot.com/2011/04/manfaat-ilmu-bagi-kehidupan.html

https://jokosambung.wordpress.com/2011/06/11/hubungan-antara-ilmu-dan-
kemanusiaan/

https://prezi.com/u_cyp3_tfnu2/etika-moral-dan-akhlak-dalam-islam/

http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/85554-tafsir-al-quran,-surat-an-nahl-
ayat-90-92

http://seputarpengetahuan.com/2015/10/15-pengertian-etika-menurut-para-ahli-
terlengkap.html

22

Anda mungkin juga menyukai