AL - ISLAM KEMUHAMMADIYAAN V
Disusun Oleh :
Kelas 4A / kelompok 7
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu”.
Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Rivai Poli selaku dosen mata kuliah
Al-Islam Kemuhammadiyaan V yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu kami harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan asuhan teori keperawatan ini.
Demikianlah tugas ini kami buat,apabila ada kesalahan – kesalahan kata dalam
penulisan kami memohon maaf sebesar – besarnya.
Manado.18-maret 2023
Penulis
2
Daftar Isi
Halaman Judul ............................................................................................ 1
Kata Pengantar . ........................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................. 3
Bab I: Pendahuluan .................................................................................... 4
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata
‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos
mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah
yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles
dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal
usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama ,etika mempunyai arti
sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan
kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000),
mempunyai arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
6
B. Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari
‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa
Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science,
sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata
science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu
Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang
sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan
dikemukakan beberapa pengertian :
“Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti
pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun
secara sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang
didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu.
Ilmu adalah kumpulan ( akumulasi ) dari banyak pengetahuan, sedangkan
pengetahuan merupakan kumpulan (akumulasi ) dari banyak informasi .
7
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya
adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al –
sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan
kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada
derajat tinggi’’
ALLah s.w.t berfirman dalam AL qur;’an surat AL Mujadilah ayat 11
8
Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang
berilmu sangat istimewa, AL qur’an juga mendorong umat islam untuk
berdo’a agar ditambahi ilmu, seprti tercantum dalam AL qur’an surat Thaha
ayat 114 .
9
dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh ini seolah
menengahi antara iman dan amal .
Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana
bagi manusia dan alam semesta tergantung dengan orang-orang yang
menggunakannya. Untuk itu perlu adanya etika, ukuran-ukuran yang diyakini
oleh para ilmuwan yang dapat menjadikan pengembangan ilmu dan
aplikasinya bagi kehidupan manusia agar tidak menimbulkan dampak negatif.
10
sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah manusia tidak
dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan yang sederhanapun
sekarang memerlukan ilmu, misalnya kebutuhan sandang, papan ,dan
papan sangat tergantung dengan ilmu. Maka kegiatan ilmiah dewasa ini
berdasarkan pada dua keyakinan berikut.
1. Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja
Dengan demikian, ilmu pada dewasa ini mengalami fungsi yang berubah
secara radikal, dari tidak berguna sama sekali dalam kehidupan praktis
menjadi “ tempat tergantung “ kehidupan manusia. Oleh karena itu
keterkaitan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat hubungannya dan tidak
dapat dipisahkan sendiri-sendiri. Hal ini disebabkan ilmu tanpa manusia
tidak akan berkembang pesat sampai sekarang ini dan manusia tanpa ilmu
juga tidak dapat hidup untuk proses pemenuhan kebutuhan yang kompleks.
Kita ketahui juga ilmu saat ini berkembang dengan pesat yang
mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi, ilmu
bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan
mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan ilmu bukanlah
11
sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga
menciptakan tujuan hidup itu sendiri.
12
Arti kesusilaan menurut Leibniz filsuf pada zaman modern
berpendapat bahwa kesusilaan adalah hasil suatu “ menjadi” yang
terjadi di dalam jiwa. Perkembangan dari nafsu alamiah yang gelap
sampai kehendak yang sadar, yang berarti sampai kesadaran kesusilaan
yang telah tumbuh lengkap, disebabkan oleh aktivitas jiwa sendiri. Apa
yang benar-benar kita kehendaki telah terkandung sebagai benih di
dalam nafsu alamiah yang gelap. Oleh karena itu, tugas kesusilaan
pertama ialah meningkatkan perkembangan itu dalam diri manusia
sendiri. Kesusilaan hanya berkaitan dengan batin kita.
13
14
ُ ع هَّللاQ
ِ Qَ ُزوا يَرْ فQح هَّللا ُ لَ ُك ْم َو ِإذا قي َل ا ْن ُش ُزوا فَا ْن ُش ِ ِيا َأيُّهَا الَّذينَ آ َمنُوا ِإذا قي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِي ْال َمجال
ِ س فَا ْف َسحُوا يَ ْف َس
ت َو هَّللا ُ بِما تَ ْع َملُونَ خَبي ٌر ٍ الَّذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َو الَّذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َد َرجا
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu. Dan jika dikatakan kepada kamu
; Berdirilah ! ", maka berdirilah Allah akan mengangkat orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang~rang yang diberi ilmu beberapa derajat ;
Dan Allah dengan apapun yang kamu kerjakan adalah Maha Mengetahui.”
Kata iman dan ilmu disebut secara beriringan, mengandung arti
bahwa Iman tidak boleh dipisahkan dengan Ilmu. Pantas kalau ilmuwan barat
Albert Einstein mengatakan : “ science without religion is blind, but religion
without science is lame “ (ilmu pengetahuan tanpa agama akan buta,
sedangkan agama tanpa ilmu pengetahuan akan lumpuh).
Kehidupan secara lebih baik merupakan tujuan yang ingin dicapai
oleh manusia dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik
manusia perlu untuk dibentuk atau diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat
melalui pendidikan atau ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri
dan dunianya, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama.
Dalam Hadits disebutkan:
15
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang
merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan
logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa.
Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan
objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat
dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dewasa ini. Ayat Al-Qur’an dan
Hadits yang berhubungan dengan penerapan ilmu psikologi. Seperti ketika
sedang mealkukan konseling, atau dalam masa diagnosis gangguan dari klien,
atau praktik psikologis lainnya. Tentunya terdapat etika yang mengatur cara
kerja psikolog agar dapat memberikan rasa aman kepada klien dan juga
menjaga kehormatan klien dan diri psikolog itu sendiri. Berikut beberapa
etika dalam penerapan ilmu psikologi beserta ayat dan hadits yang relevan
16
HR Al-Bukhary no. 2442
Dalam menerapkan ilmu psikologi tentunya kita tidak lepas dari kasus atau
problem yang dialami oleh klien. Dalam kode etik psikologi ketika kita mendapat
klien dengan kasus tertentu, kita sangat dilarang untuk menyebarkan atau
mendiskusikan dengan orang lain, kita harus menyembunyikan identitas dan
kasusnya. Namun jika orang lain sudah mengetahui identitas klien yang datang
kepada kita, maka orang lain tidak perlu mengatahui kasus yang dialaminya. Jika
kita perlu mendiskusikan kasus yang dialami oleh klien dengan kolega, maka
kolega kita tidak perlu mengetahui identitasnya. Kode etik ini tentunya
berhubungan erat dengan ayat Al-Qur’an dan Hadits yang menerangkan tentang
pentingnya kita menjaga aib orang lain.
Selain menjaga aib, kita juga dilarang untuk mudah berprasangka terhadap klien
yang datang kepada kita. Seperti yangterdapat pada QS: Al-Hujurat ayat 12.
Prasangka ini biasa disebut sebagai justifikasi. Kita sangat dilarang untuk mudah
memberikan judge bahwa “klien ini gila”, atau “klien ini autis”. Na’udzubillah.
Kita sangat dilarang untuk memiliki pikiran dan prasangka seperti itu sebelum
melakukan penggalian informasi lebih jauh ntuk membuktikan kebenarannya,
karena dalam ayat Al-Qur’an pun terdapat larangan untuk berbuat demikian.
2. Menyambut klien dengan baik dan hormat.
Dalam praktiknya, psikolog akan sering mendapatkan tamu yaitu
klien yang datang kepadanya untuk berkonsultasi dan meminta agar
diberikan solusi terbaik yang sesuai dengan kepribadian klien. Tentunya
psikolog harus menyambut klien dengan ramah, murah senyum, dan
bersikap welcome/terbuka agar klien dapat menyampaikan masalahnya
dengan baik dan maksimal. Dalam menyambut tamu dengan baik sudah
17
terdapat anjurannya dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muttafaq
Alaihi sbagai berikut:
Artinya: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka muliakanlah tamunya.
3. Bertanggung jawab.
Psikolog yang telah melakukan konseling, tes psikologis,atau
penanganan lainnya terhadap klien, harus dapat mempertanggung
jawabkan apa yang telah diberikannya kepada klien. Karena psikolog
memberikan solusi yang berhubungan dengan psikis, sehingg resiko yang
dihadapi sangat berat, karena berhubungan dengan kejiwaan klien. Dalam
islam, aturan untuk bertanggung jawab diterangkan dalam hadits berikut:
Artinya: setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan
dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah dipimpin.
Maksudnya adalah setiap orang diantara kita adalah pemimpin. Dan kita
akan mempertanggung jawabkan setiap perbuatan yang telah kita lakukan
terhadap apa yang kita pimpin. Minimal memimpin diri sendiri. Jika kita
memimpin sebuah organisasi, kita pun akan dimintai pertanggung jawaban
atas setiap anggota yang kita pimpin. Dan dalam pnerapan ilmu psikologi,
maksud pertanggung jawabannya adalah mengenai pelayanan terhadap
klien yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya.
Selain etika di atas yang terdapat relevansi dengan ayat Al-Qur’an maupun
Hadits, di bawah ini juga terdapat etika penerapan ilmu Psikologi yang
sama dengan etika penerapan IPTEK.
18
memberikan saran atau solusi yang haram seperti bunuh diri, atau solusi
yang buruk seperti menenangkan diri tanpa mengerjakan ibadah. Karena
solusi seperti ini tidak sesuai dengan tuntunan keilmuan dan sudah keluar
dari ajaran Aqidah dan Syari’ah.
19
.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
3. Untuk mencapai hidup secara lebih baik manusia perlu untuk dibentuk atau
diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat melalui pendidikan atau ilmu
yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan dunianya, melalui
kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama.
20
d. Tidak keluar dari ajaran Aqidah (baik / buruk dan ajaran Syari’ah (halal
/ haram).
e. Alih tangan kasus jika memang terdapat masalah lain dalam klien di
luar bidang psikologis.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://smpicepu.blogspot.com/2011/04/manfaat-ilmu-bagi-kehidupan.html
https://jokosambung.wordpress.com/2011/06/11/hubungan-antara-ilmu-dan-
kemanusiaan/
https://prezi.com/u_cyp3_tfnu2/etika-moral-dan-akhlak-dalam-islam/
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/85554-tafsir-al-quran,-surat-an-nahl-
ayat-90-92
http://seputarpengetahuan.com/2015/10/15-pengertian-etika-menurut-para-ahli-
terlengkap.html
22