AL ISLAM KEMUHAMMADIYAAN
ETIKA ISLAM DALAM PENERAPAN ILMU MIPA
OLEH:
KELOMPOK 5
IRMA(517015)
2019/2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah AIK IV ini dengan tepat waktu. Dalam
menulis makalah ini, tidak sedikit masalah dan rintangan yang dihadapi oleh penulis,
namun berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini walaupun dengan
kepada berbagai pihak yang tidak\ bisa penulis ucapkan satu-persatu. Akhir kata
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan perbaikan
dalam menyusun makalah kedepannya, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
A. Kesimpulan .................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu, apapun disiplinnya. Tanpa
mempertimbangkan tujuan untuk kehidupan kemanusiaan dan keberlangsungan
lingkungan hidup baik hayati maupun non hayati adalah pembunuhan diri
eksistensi manusia. Etika merupakan salah satu bagian dari teori tentang nilai
atau yang dikenal dengan aksiologi. Aksiologi itu sendiri ialah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan
kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang
bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti ekonomi,
estetika, etika, filsafat agama dan epistimologi.
Diberbagai media massa banyak membicarakan tentang teroris yang
melakukan serangkaian pemboman di berbagai tempat di Indonesia. Di balik
bom teroris tersebut ternyata menyisakan suatu masalah bahwa pemahaman
keagamaan yang tidak didialogkan dengan permasalahan-permasalahan yang
sudah ada sebelumya dan tidak dikomunikasikan dengan ilmuwan agama lainnya
ternyata bisa menimbulkan korban manusia-manusia tak bersalah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan ilmu dengan kemanusiaan ?
2. Bagaimana hubungan ilmu dan kemaslahatan hidup ?
3. Maanakah ayat-ayat yang berkaitan dengan etika islam dalam penerapan ilmu?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Hubungan ilmu dengan kemanusiaan
2. Mengetahui hubungan ilmu dan kemaslahatan hidup
3. Mengetahui ayat ayat yang berkaitan dengan etika islam dalam penerapan ilmu
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA ISLAM DALAM PENERAPAN ILMU
1. Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak
arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah
Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi,
secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953
– mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
“Etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan
kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau
kebaikan seluruh tingkah laku manusia”.
2
3
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima –
ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Indonesia kata science
umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan,
meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang sama. Untuk lebih
memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa
pengertian :
“Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar
Bahasa Indonesia)
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti
pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara
sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang didapat dengan
jalan keterangan disebut Ilmu.
Ayat –ayat trersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk
tidak pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang
tinggi dihadapan ALLah akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepeada
ALLah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan
amal shaleh , dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga
ilmu akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjd (1992: 130)
meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola
hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal .
Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia
dan alam semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk
itu perlu ada etika, ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat
menjadikan pengembangan ilmu dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar
tidak menimbulkan dampak negatif.
B. ILMU DAN KEMANUSIAAN
Tentunya degan ilmu manusia akan diarahkan kepada hal yang baik menurut
dirinya dan bermanfaat untuk lainnya. Dan manusialah yang bisa
mengembangkan keilmuaannnya yang didapat melalui proses berpikir.
6
Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolah-
olah manusia tidak dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan yang
sederhanapun sekarang memerlukan ilmu, misalnya kebutuhan sandang, papan
,dan papan sangat tergantung dengan ilmu. Maka kegiatan ilmiah dewasa ini
berdasarkan pada dua keyakinan berikut.
1. Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja
untuk mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan juga untuk menguasainya
lebih mendalam menurut segala aspeknya.
Dengan demikian, ilmu pada dewasa ini mengalami fungsi yang berubah
secara radikal, dari tidak berguna sama sekali dalam kehidupan praktis menjadi “
tempat tergantung “ kehidupan manusia. Oleh karena itu keterkaitan ilmu dengan
kemanusiaan sangatlah erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan sendiri-
sendiri. Hal ini disebabkan ilmu tanpa manusia tidak akan berkembang pesat
sampai sekarang ini dan manusia tanpa ilmu juga tidak dapat hidup untuk proses
pemenuhan kebutuhan yang kompleks.
harapan manusia dalam segi nilai dan moralitas. Dan inilah yang mengubah
pemikiran manusia saat ini untuk mencapai hakekat daripada keilmuan itu.
Kita ketahui juga ilmu saat ini berkembang dengan pesat yang
mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi, ilmu bukan
saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah
hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan ilmu bukanlah sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan
hidup itu sendiri.[2]
Banyaknya kejadian yang melanda umat manusia dewasa ini, manusia semakin
menyadari bahwa manfaat ilmu sangat penting membentuk etika, moral, norma,
dan kesusilaan.
Arti kesusilaan menurut Leibniz filsuf pada zaman modern berpendapat bahwa
kesusilaan adalah hasil suatu “ menjadi” yang terjadi di dalam jiwa.
Perkembangan dari nafsu alamiah yang gelap sampai kehendak yang sadar, yang
berarti sampai kesadaran kesusilaan yang telah tumbuh lengkap, disebabkan oleh
aktivitas jiwa sendiri. Apa yang benar-benar kita kehendaki telah terkandung
sebagai benih di dalam nafsu alamiah yang gelap. (Harun Hadiwijoyo, 1990,
hlm. 44-45). Oleh karena itu, tugas kesusilaan pertama ialah meningkatkan
perkembangan itu dalam diri manusia sendiri. Kesusilaan hanya berkaitan
dengan batin kita.[3]
) َعلَّ َم٤( )الَّذِي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم٣( )ا ْق َرأْ َو َربُّكَ األ ْك َر ُم٢( ق َ )خَ لَقَ اإل ْن١( َا ْق َرأْ بِاس ِْم َربِِّكَ الَّذِي َخلَق
ٍ َسانَ ِم ْن َعل
)٥( سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم
َ اإل ْن
9
Dapat kita ketahui tentang ayat diatas bahwa Alloh menciptakan manusia
dengan penuh kasih sayang dan kesempurnaan baik secara fisik dan rohani.
Dengan dibekali hal diatas maka fungsi manusia terhadap ilmu adalah
menemukan, mengembangkan, menciptakan, kemudian mengevaluasi terhadap
ilmu yang didapatnya melalui proses berpikir yang alami dan sistematis. dengan
pemikiran seperti itu manusia bisa membagi atau memetakan suatu ilmu degan
spesifikasi tertentu yang berkembang saat ini dan sudah dimanfaatkan oleh
manusia.
manusia, tetapi dalam arti pembentukan manusia sebagai makhluk yang hidup
dan berbudaya dalam perspektif filsafat budaya, yakni hidup yang lebih
bijaksana, dan lebih kritis. Filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia,
biologi, tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-ilmu positif.
Kelompok mencoba mengangkat tiga unsur pembentukan manusia. Ketiga unsur
pembentuk itu antara lain:
(1) pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan lingkungannya;
(2) manusia dalam hubungannya dengan hidup komunitas; dan
(3) agama membantu manusia hidup dengan lebih baik.
Pengetahuan menjadi unsur yang penting dalam usaha membentuk
manusia yang lebih baik. Dengan pengetahuan yang memadai manusia dapat
mengembangkan diri dan hidupnya. Apa yang diketahui secara lebih umum
dalam pengetahuan, dalam ilmu diketahui secara lebih masuk akal. Dalam hal ini
ilmu lebih kritis daripada hanya menerima apa yang didapat dari pengetahuan.
Sekalipun demikian kelompok megangkat pengetahuan untuk memahami hidup
manusia dan secara kritis dilihat oleh ilmu. Pengetahuan yang dimaksud di sini
lebih pada pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan dunianya. Ketika
manusia mengetahui dan mengenal dirinya secara penuh, ia akan hidup secara
lebih sempurna dan lebih baik dalam dunia yang adalah dunianya. Berkaitan
dengan itu manusia juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan atau
dunianya. Dengan pengetahuan yang ia miliki tentang dunia atau lingkungannya,
manusia dapat mengadaptasikan dirinya secara cepat dan lebih mudah.
Manusia ternyata tidak hidup sendirian dalam dunianya. Ia hidup dalam
hubungan dengan dan membutuhkan manusia lain, yang menunjukkan hakikat
dari manusia, yaitu sebagai makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain
untuk dapat membentuk dan mengembangkan dirinya sehingga dapat hidup
secara lebih baik; lebih bijaksana dan lebih kritis. Dengan demikian manusia
pada hakikatnya hidup bersama dengan orang lain atau hidup dalam suatu
komunitas tertentu, mengalami kehidupan polis. Jadi, kebersamaannya dengan
11
orang lain dalam suatu komunitas inilah yang turut menentukan pembentukan
yang memperkenankan manusia itu hidup atas cara yang lebih baik dan lebih
sempurna dalam dunianya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia dan
alam semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk itu
perlu ada etika, ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat
menjadikan pengembangan ilmu dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar
tidak menimbulkan dampak negatif.
2. Peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua).
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang
seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu
pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan
iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang
seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika
dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada
berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia.
Mari kita simak firman-Nya: “Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Qs. al-A’raaf [7]: 96).
12
DAFTAR PUSTAKA
Hartono Kasmadi, dkk. 1990. Filsafat Ilmu, Semarang, IKIP Semarang Press
Solihatin Etin, Rahardjo, 2008, Cooperative Learning, Jakarta, PT. Bumi Aksara
13