Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga penyusun dapat menyusun makalah yang berjudul “ISLAM DAN IPTEK” untuk
memenuhi tugas pertama dari mata kuliah "Pendidikan Agama Islam" ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Makalah ini telah dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak dalam membantu
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ahmad Nilnal M.S.Pd, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Agama.
2. Teman – teman dari kelompok lima.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu penyusun berharap pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang bersifat
membangun. Kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................................................................4
D. Manfaat...............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Kesimpulan........................................................................................................................................18
B. Saran..................................................................................................................................................18
Daftar Pustaka.............................................................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat seiring perkembangan zaman.
Perkembangan ini membawa berbagai dampak bagi kehidupan manusia. Islam sangat
memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan. Karena, selain ditentukan oleh nilai-nilai
peribadatan kepada Allah, martabat manusia juga ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya. Al-
Qur’an tidak hanya mengatur urusan masalah ubudiyah saja, tetapi juga memuat ayat-ayat yang
berhubungan dengan IPTEK.
Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
kehidupan bagi umat manusia. Martabat manusia di samping ditentukan oleh peribadahannya
kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni. Bahkan di dalam Al-qur’an sendiri Allah menyatakan bahwa hanya orang yang
berilmulah yang benar takut kepada Allah.
Makalah ini akan membahas tentang Islam dan IPTEK.Bagaimanakah hubungan IPTEK
dengan Islam? Bagaimana kandungan ayat – ayat Al – Qur’an mengenai perkembangan IPTEK?
Pertanyaan inilah yang melatarbelakangi penyusunan makalah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian ilmu pengetahuan?
2. Apa arti, kedudukan, dan fungsi IPTEK dalam islam?
3. Apa saja kandungan ayat - ayat Al - Qur’an mengenai IPTEK?
4. Bagaimana pandangan islam tentang IPTEK?
5. Bagaimana hubungan antara islam dengan IPTEK?
6. Bagaimana penerapan islam dalam IPTEK?
7. Bagaimana pentingnya umat beragama mengikuti perkembangan IPTEK?
8. Bagaimana dampak IPTEK bagi keimanan umat islam?
3
C. Tujuan
D. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan materi mengenai ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam Islam.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi
1) Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang
IPTEK.
2) Pembaca, sebagai media informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam
secara teoritis maupun secara praktis.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus
sampai menjelaskan fenomena yang bersumber dari wahyu, hati dan semesta sehingga dapat
diperiksa atau dikaju secara kritis dengan tujuan untuk memahami hakikat, landasan dasar dan
asal – usulnya, sehingga dapat juga memperoleh hasil yang logis.
Menurut pengertian Barat, ilmu merupakan hasil riset yang dilakukan oleh manusia,
berupa konsep, teori, dan penjelasan. Mereka menganggap bahwa ilmu adalah murni ciptaan
manusia, tanpa adanya campur tangan Allah.
llmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab‘alima, ya’lamu yang berarti tahu
atau mengetahui. Secara bahasa ilmu adalah lawan kata bodoh/jahl. Secara istilah ilmu berarti
sesuatu yang dengannya akan tersingkap secara sempurna segala hakikat yang dibutuhkan.
Sedangkan menurut para ulama definisi ilmu di antaranya adalah:
1. Menurut Imam Raghib Al-Ashfahani dalam kitabnya Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an.
Ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Hal tersebut terbagi menjadi
dua, yaitu
1. Mengetahui inti sesuatu itu
2. Menghukumi sesuatu pada sesuatu yang ada, atau menafikan sesuatu yang tidak ada.
2. Menurut Imam Muhammad bin Abdur Rauf Al-Munawi.
Ilmu adalah keyakinan yang kuat yang tetap dan sesuai dengan realita. Atau ilmu adalah
tercapainya bentuk sesuatu dalam akal. Adapun menurut syari’at ilmu adalahpengetahuan
yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW dan diamalkan, baik berupaamal hati, amal
lisan, maupun amal anggota badan.
Dalam pengertian syari’at, ilmu yang benar adalah yang diperoleh berdasarkan sumber
yang benar yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang disebut juga ayat-ayat syar’iah;
5
dan penelitian terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta yangdisebut juga
ayat-ayat kauniah, melahirkan rasa ketundukan kepada Allah, dan diamalkan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Fathir ayat 28:
Artinya:“ Dan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan
hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-
hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguhnya Allah Maha Perkasa,
Maha Pengampun”.
IPTEK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Berbagai definisi tentang
ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak diberikan oleh para filosof, ilmuwan dan sesuai
dengan bidang keahlian mereka masing-masinng.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai kemampuan teknik
yang berlandaskan pengetahuan ilmu pengetahuan yang berdasarkan proses teknis. Teknologi
adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan
kenyamanan manusia.
Kalau demikian, mesin–mesin atau alat canggih yang digunakan. Bukan itu yang di
maksud dengan teknologi, walaupun secara umum orang sering mengasosiasikan alat–alat
canggih sebagai teknologi. Mesin–mesin telah digunakan manusia sejak abad yang lalu, namun
abad tersebut belum dinamai era teknologi. Menelusuri pandangan Al-Qur‟an tentang teknologi,
mengundang kita menengok kepada sekian banyak ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan alam raya.
Menurut para Ulama terdapat sekitar 750 ayat Al-Qur‟an yang berbicara tentang alam
raya dan fenomenanya, dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya.
Secara tegas dan berulang – ulang, Al-Qur‟an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan
ditundukkan Allah untuk kepentingan manusia.
6
Artinya: “Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah: 13)
Adanya potensi dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam
raya untuk membangkang perintah-Nya, kesemuanya mengantarkan manusia berpotensi untuk
memanfaatkan yang ditundukkan Tuhan itu. Keberhasilan memanfaatkan alam itulah buah
teknologi.
Al-Qur‟an memuji sekelompok manusia yang dinamainya Ulul Albab. Ciri mereka antara
lain dilukiskan oleh Q.S. Al-Imran [3]: 190-195. yang sudah di sebutkan di atas. Dalam ayat ini
tergambar dua ciri pokok insan ulil albab, yaitu manusia yang selalu bertafakur dan selalu
berdzikir. Melalui dua proses yang konsisten ini manusia dapat menghasilkan produk “Natijah”
yang sangat berguna bagi manusia dalam menjalankan tugas sebagai Abdullah dan sebagai
kholifah Allah. Natijah yang dimaksud bukan sekedar ide-ide yang tersusun dalam benak dan
konsepkonsep, tetapi juga melampauinya sampai pada tahap implementasi atau pengamalan dan
penerapannya atau pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari (teknologi).
Muhammad Quthub dan kitabnya “ Manhaj Attarbiyah Al-Islamiyah” mengomentari ayat
AlImran diatas sebagai berikut :
1. Ayat–ayat tersebut menggambarkan secara sempurna metoda penalaran dan pengamatan
Islami terhadap alam.
2. Ayat-ayat itu mengarahkan akal manusia kepada fungsi pertamanya di antara sekian
banyak fungsinya, yakni mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji di alam raya ini.
3. Ayat-ayat tersebut bermula dengan tafakkur dan berakhir dengan amal. Pengetahuan
tentang hal terakhir ini mengantar ilmuan kepada rahasia–rahasia alam, dan pada
gilirannya mengantarkan pada penciptaan teknologi yang menghasilkan kemudahan dan
manfaat bagi manusia.
Disini kita menoleh kepada teknologi dan hasil-hasil yang telah dipersembahkannya.
Kalaulah untuk mudahnya kita jadikan alat atau mesin sebagai gambaran kongkrit tentag
7
teknologi. Mesin- mesin dari hari ke hari semakin canggih. Mesin-mesin tersebut dengan
bantuan manusia bergabung satu dengan lainnya. Sehingga ia semakin kompleks, ia tidak bisa
lagi dikendalikan oleh seorang, namun ia dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan banyak
orang. Dalam tahap ini, mesin telah menjadi semacam “serteru” manusia, atau hewan yang harus
disiasati agar ia mau mengikuti kehendak manusia.
Dewasa ini, lahir teknologi khususnya dibidang rekayasa genetika, yang dapat mengarah
untuk menjadikan alat sebagai bantuan, bahkan menciptakan bakal-bakal alat yang akan
diperbudak dan tunduk kepada alat. Teknologi merupakan hasil dari ilmu pengetahuan. Orang
Barat menganggap bahwa teknologi merupakan objek yang terlahir atas kebudayaan perilaku
manusia. Sedangkan Menurut al-Qur’an, teknologi tercipta karena adanya kesadaran untuk
menciptakannya, bukan sebagai ambisi tiap individu.
Dalam pemikiran Islam, ilmu bersumber dari wahyu dan akal. Ilmu yang bersumber dari
wahyu Allah, bersifat abadi dan kebenarannya mutlak. Sedangkan ilmu yang bersumber dari akal
manusia bersifat perolehan dan kebenarannya nisbi (relatif). Pengembangan IPTEK dilakukan
hanya untuk menemukan bagaimana proses sunatullah terjadi di alam semesta, bukan
menciptakan hukum baru diluar sunatullah.
8
untuk shalat, puasa, atau dzikrullah. Hal ini menunjukkan perhatian Islam yang besar terhadap
ilmu pengetahuan.
ا إِالŽŽَ ْب َحانَكَ ال ِع ْل َم لَنŽ الُوا ُسŽŽَ) ق31( َصا ِدقِين َ ضهُ ْم َعلَى ْال َمالئِ َك ِة فَقَا َل أَ ْنبِئُونِي بِأ َ ْس َما ِء هَؤُال ِء إِ ْن ُك ْنتُ ْم
َ َو َعلَّ َم آ َد َم األ ْس َما َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر
)33( ال يَا آ َد ُم أَ ْنبِ ْئهُ ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْم فَلَ َّما أَ ْنبَأَهُ ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْم
َ َ) ق32( ك أَ ْنتَ ْال َعلِي ُم ْال َح ِكي ُم َ ََّما َعلَّ ْمتَنَا إِن
َض َوأَ ْعلَ ُم َما تُ ْب ُدونَ َو َما ُك ْنتُ ْم تَ ْكتُ ُمون
ِ ْت َواألر َ قَا َل أَلَ ْم أَقُلْ لَ ُك ْم إِنِّي أَ ْعلَ ُم َغي
ِ ْب ال َّس َما َوا
Allah SWT mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi, bukan para
malaikat-Nya, karena manusia memiliki ilmu pengetahuan (QS 2 : 31-33). Dengan kelebihan
ilmu pengetahuan itu juga, Allah SWT memuliakan Adam as sehingga malaikat bersujud
padanya.
ِ َزُوا يَ ْرف8ش
وا8ُع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمن8 ُ زُوا فَا ْن8ش ُ َل ا ْن8ح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوإِ َذا قِي َ س فَا ْف
َ ُحوا يَ ْف8س
ِ 8س َّ َيَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَف
ِ ِس ُحوا فِي ا ْل َم َجال
ٍ ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ا ْل ِع ْل َم د ََر َجا
ت ۚ َوهَّللا ُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر
Manusia yang memiliki derajat yang paling tinggi disisi Allah SWT adalah manusia yang
memiliki iman dan ilmu (QS 58 : 11). Iman membawa manusia pada ketinggian di akhirat, dan
ilmu membawa manusia pada ketinggian di dunia.
Sejarah menunjukkan bahwa pada masa kaum muslimin mempelajari dan melaksanakan
ajaran agamanya dengan benar, maka mereka memimpin dunia dengan pakar-pakar yang
9
menguasai ilmunya masing-masing, sehingga Barat pu belajar dari mereka. Dan, disaat kaum
muslimin meninggalkan ajaran agamanya, mulai tergiur dengan kenikmatan duniawi, lalu
berpaling ke Barat, Allah SWT merendahkan dan menghina mereka.
Sesungguhnya Rasulullah telah memperingatkan hal ini. Dalam hadisnya disebutkan:
“Kelak akan datang suatu masa dimana kalian akan menjadi makanan diatas piring yang
dihadapi oleh orang-orang yang kelaparan. Para sahabat bertanya : Apakah karena jumlah kita
sedikit ya Rasulullah? Jawab Nabi Muhammad saw : Bahkan jumlah kalian sangat banyak.
Tetapi kalian terkena penyakit “wahn”! Tanya para sahabat : Apa itu “wahn” ya Rasulullah?
Jawab Nabi Muhammad saw : Kalian cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud dan Ibnu
Majah)
10
adanya sarana tertentu, yakni yang disebut “berpikir”. Jelasnya berpikir pada dasarnya
merupakan suatu proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, apabila di dalam Al-Qur’an sering-sering disebut dengan kata-kata
“berpikir” atau “berpikirlah” dan sebagainya. Dalam arti langsung maupun dalam arti sindiran
dapat kita artikan juga sebagai perintah untuk mencari atau menguasai ilmu pengetahuan.
Hal ini dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 190-192:
Artinya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan
dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan
Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS Ali Imran ayat 190-192)
Peran Islam dalam perkembangan IPTEK adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan IPTEK. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib
dijadikan tolok ukur dan pemanfaatan IPTEK, bagaimana pun juga bentuknya. IPTEK yang
boleh dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam. Akhlak yang baik muncul
dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan, dan
Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali
dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap
alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan
Keagungan-Nya.
11
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,sangat mendorong
dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan
segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan
ilmu pengetahuandan teknologi. Berbeda dengan pandangan Barat yang melandasi
pengembangan IPTEKnya hanya untuk mementingkan duniawi, maka Islam mementingkan
penguasaan IPTEK untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT
dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk
berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ada lebih dari 800 ayat
dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan tehadap
berbagai gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada Allah.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta ilmiah,
maka kemumgkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut.
Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah
adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme yang berada di balik wajah ilmu
pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan
dan ayat-ayat suci Tuhan( Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah SAW yang di pelajari melalui
agama adalah sama-sama ayat (tanda-tanda dan perwujudan ) Allah SWT, maka tidak mungkin
satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu
sumber sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.
Dalam Al-qur’an dan Hadist sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan hubungan
tentang ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan serta pemanfaatannya yang kita sebut IPTEK.
Hubungan tersebut dapat berbentuk semacam perintah yang mewajibkan, menyuruh,
mempelajari, pernyataan-pernyataan, bahkan ada yang berbentuk sindiran. Semuanya itu tidak
lain adalah menggambarkan betapa eratnya hubungan antara Islam dan Iptek sebagai hal yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tegasnya hubungan antara Islam dan Iptek
adalah sangat erat dan menyatu.
Suprodjo Pusposutardjo dalam tulisannya, Posisi Alquran terhadap Ilmu dan Teknologi,
mengatakan bahwa bagi umat Islam yang beriman kepada Alquran, belajar mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan atribut dari keimanannya. Secara jelas juga telah
ditunjukkan bahwa orang-orang berilmu akan memperoleh pahala yang tidak ternilai di hari
akhir
12
F. Penerapan Islam dalam IPTEK
Teknologi hanyalah suatu keterampilan, hasil dari ilmu pengetahuan berkenaan dengan
teknik, serba mesin itu. Teknologi tidak berarti bila manusia dibelakang teknologi itu tidak
berfungsi, tidak berperan dan mati. Sebelum teknologi dihidupkan, wajib lebih dahulu
menghidupkan dhamir manusia yang akan mempergunakan perangkat teknologi, agar hasil yang
diperoleh bermanfaat untuk kehidupan manusia. Jangan sebaliknya merusak kehidupan itu
sendiri.
Pemilik ilmu pengetahuan dan pengguna teknologi mestinya mampu mencipta dan
menampilkan produk teknologi ditengah kehidupan dunia menyeluruh (global) tanpa merusak
harkat manusia melalui produk hasil ciptaan teknologi tersebut.
Di sini sebenarnya arti penerapan Iptek dari sudut pandang agama Islam. Iptek menjadi
musuh kemanusian bila hasilnya menghancurkan harkat (derajat) manusia. Iptek juga sangat
penting teramat berguna dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Karena itu perlu ada saringan
pengguna iptek itu. Saringannya adalah agama, akal budi, dan di Minangkabau adalah adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
Peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan
basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa
oleh Rasulullah SAW. ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-
konsep iptek harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep
iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak
boleh bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996:12).
Jika kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti bahwa ilmu
astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat tertentu, atau hadis
tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan
ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu (lihat QS An-Nisaa` [4] :126 dan QS Ath-Thalaq [65] :
12), bukan berarti konsep iptek harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu.
Jadi, yang dimaksud menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek bukanlah bahwa
konsep iptek wajib bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa
iptek wajib berstandar pada Al-Qur`an dan Al-Hadits.
13
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena empat alasan:
a) IPTEK akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup
umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Sebaliknya, tanpa asas imtaq, IPTEK bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang
bersifat destruktif. IPTEK dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian,
iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
b) Pada kenyataannya, IPTEK yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola
dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat
berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
c) Dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani, tetapi juga
membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu,
penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan
berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan
manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
14
d) Imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai
kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat,
IPTEK, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih
kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah
SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain
bayangan palsu.
H. Dampak IPTEK bagi Keimanan Umat Islam
15
3. Kenakalan dan tindakan menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat, semakin
lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan
tolong-menolong, yang telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan
penting dalam menciptakan kesatuan sosial.
4. Penyalah gunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak
kriminal.
5. Dengan kemajuan di badang pendidikan kita mencetak generasi yang berepengetahuan
tinggi, tetapi mempunyai moral yang rendah.
6. Siswa menjadi malas belajar karena banyak diantara mereka yang menghabiskan
waktunya untuk menggunakan jejaring sosial seperti facebook, twitter dan lain-lain.
7. Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang bisa
disalah gunakan Pihak tertentu untuk tujuan tertentu.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam perspektif Islam, antara iman, ilmu, amal, dan iptek tidak bisa dipisahkan. Disana
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu sistem yang
disebut Dinul Islam. Tauhid sebagai kunci pokok Islam, tidak mengakui adanya pemisahan
antara iman dan sains. Segala sesuatu yang ada di alam merupakan bukti kehadiran Allah.
Pengetahuan tentang alam adalah suatu bentuk amal shaleh yang dapat mendekatkan diri
manusia kepada Allah.
Ilmu pengetahuan dalam perspektif Al-Qur‟an diklasifikasikan menjadi dua, yaitu ilmu
pengetahuan yang objeknya materi dan non materi. Cara memperolehnya dengan cara
mempergunakan akal untuk berpikir, mengkaji, mengamati, hati untuk beriman dan berdzikir,
dzauq untuk merasa (intuitif), dan fisik sarana untuk menerapkan ilmu. Tujuan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam perspektif Al-Qur‟an adalah untuk mencapai kesejahteraan, keselamatan,
dan kebahagiaan di dunia dan diakhirat. Dan untuk dapat digunakan dalam menjalankan tugas
manusia sebagai Abdullah dan kholifatullah berdasarkan Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Serta
terhindar dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak tepat guna yang
mengakibatkan kerusakan di berbagai aspek kehidupan.
Saran
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan tak akan bernilai ibadah dan tak akan
menghasilkan manfaat bagi manusia dan lingkungan. Sebaliknya, pengembangan IPTEK yang
didasari etika Islam akan memberikan orientasi dan arah yang jelas, serta mampu
mengoptimalkan manfaat IPTEK dan meminimalisir dampak negatif IPTEK bagi manusia dan
alam. Orang yang melandaskan ilmunya dengan keimanan, pengembangan dan pemanfaatan
IPTEK tidaklah ditujukan sebagai tuntutan hidup semata, tetapi juga merupakan refleksi dari
17
ibadah kepada Allah. Ia menjadi sarana peningkatan rasa syukur dan ketakwaan kepada Allah.
Oleh karena itu, kita harus sebisa mungkin menyeimbangkan antara iptek dan agama.
Daftar Pustaka
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=54:mkdu-
4221-berkehidupan-bermasyarakat&catid=33:mkdu&Itemid=77
http://nasirmat.wordpress.com/2009/09/26/integrasi-iptek-dan-imtaq-kedalam-pembelajaran/
http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/39
http://itdwiki.blogspot.com/2015/06/dampak-iptek-terhadap-moral-umat.html
https://yrsholihin.wordpress.com/2018/11/14/kandungan-al-quran-tentang-iptek-ilmu-
pengetahuan-dan-teknologi/
https://ingo1.wordpress.com/2011/07/02/kedudukan-iptek-dalam-islam/
https://www.kompasiana.com/fandyprasetyautama/5d137377097f36321c0e74e5/pandangan-
islam-terhadap-iptek?page=all
http://www.tintahijau.com/literasi/opini/15291-islam-dan-iptek
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/view/1014
https://www.kompasiana.com/rosyidaaula/5bebfc45677ffb1e495306d5/peran-agama-dalam-
perkembangan-teknologi
18