Anda di halaman 1dari 11

ETIKA ISLAM DALAM PENERAPAN ILMU

Dosen Pengampu: Rivai Poli

Disusun Oleh :

Kelompok V

Rosalia Katili 1901049

Indria Putri Utina 1901055

Vivi Sri Utami Gobel 19010

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2020/2021

MANADO
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas kelompok makalah tentang
“Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu”

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami ingin menyampaikan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah mendukung didalam penyusunan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami
bisa melakukan perbaikan sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga penyusunan tugas kelompok makalah tentang
“Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu” ini bisa memberi manfaat maupun inspirasi pada
pembaca.

Manado, Oktober 2021

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………...
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….
A. Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu………………………………………………………
B. Ilmu Dan Kemanusiaan…………………………………………………………………..
C. Fungsi Manusia Dalam Perkembangan Ilmu…………………………………………….
D. Filsafat dalam kemaslahatan hidup insani……………………………………………….
E. Ayat Dan Hadist Yang Relevan…………………………………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu, apapun disiplinnya. Tanpa
mempertimbangkan tujuan untuk kehidupan kemanusiaan dan keberlangsungan
lingkungan hidup baik hayati maupun non hayati adalah pembunuhan diri eksistensi
manusia. Etika merupakan salah satu bagian dari teori tentang nilai atau yang dikenal
dengan aksiologi. Aksiologi itu sendiri ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini
terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah
nilai yang khusus seperti ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistimologi.
Diberbagai media massa banyak membicarakan tentang teroris yang melakukan
serangkaian pemboman di berbagai tempat di Indonesia. Di balik bom teroris tersebut
ternyata menyisakan suatu masalah bahwa pemahaman keagamaan yang tidak
didialogkan dengan permasalahan-permasalahan yang sudah ada sebelumya dan tidak
dikomunikasikan dengan ilmuwan agama lainnya ternyata bisa menimbulkan korban
manusia-manusia tak bersalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu?
2. Bagaimana Ilmu Dan Kemanusiaan?
3. Apa Fungsi Manusia Dalam Perkembangan Ilmu?
4. Apa Filsafat dalam kemaslahatan Hidup?
5. Apa Ayat Dan Hadist Yang Relevan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Bagaimana Ilmu Dan Kemanusiaan
3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Fungsi Manusia Dalam Perkembangan Ilmu
4. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Filsafat dalam kemaslahatan Hidup
5. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Ayat Dan Hadist Yang Relevan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu


Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu
ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu :
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari
bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh
Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal
usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000). Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang
lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai
arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata
‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak)
2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

B. Ilmu Dan Kemanusiaan


Filsafat merupakan kajian ilmu yang sangat dipertimbangkan dalam melakukan
berbagai bentuk tindakan manusia. Kajian ilmu tersebut diharapkan agar manusia
memanfaatkan alam ini dengan bijak sesuai dengan kebutuhan yang tidak berlebihan
pula agar alam yang kita tempati ini tidak rusak dan menjadi bencana bagi umat
manusia. Hubungan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat sekali dikarenakan ilmu
bisa berkembang karena keberadaan manusia,manusia mewujudkan sifat-sifat baiknya
untuk memelihara kelangsungan hidup ini didunia dan manusia memenuhi kebutuhan
hidupnya juga dengan ilmu.Hal ini sesuai dengan firman Alloh SWT didalam Al-
Qur’an yaitu mnusia diciptakan oleh Alloh sebagai kholifah di bumi sebagai wakil
tuhan untuk menjaga kehidupan didunia ini. Tentunya dengan ilmu manusia akan
diarahkan kepada hal yang baik menurut dirinya dan bermanfaat untuk lainnya. Dan
manusialah yang bisa mengembangkan keilmuaannnya yang didapat melalui proses
berpikir.
1. Hubungan Antara Ilmu Dan Kemanusiaan
Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
belum dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan pengaruhnya terhadap
masyarakat. Ungkapan Aristoteles tentang ilmu “Umat manusia menjamin urusannya
untuk hidup seharihari, barulah ia arahkan perhatiannya kepada ilmu pengetahuan”.
(Van Melsen,1987). Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan
sehari-hari, seolah-olah manusia tidak dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan.
Kebutuhan yang sederhanapun sekarang memerlukan ilmu, misalnya kebutuhan
sandang, papan ,dan papan sangat tergantung dengan ilmu. Maka kegiatan ilmiah
dewasa ini berdasarkan pada dua keyakinan berikut.
a) Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja untuk
mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan juga untuk menguasainya lebih
mendalam menurut segala aspeknya.
b) Semua aspek realitas membutuhkan juga penyelidikan primer, seperti air,
makanan , udara, cahaya, kehangatan, dan tempat tinggal tidak akan cukup
untuk penyelidikan itu. (Van Melsen,1987).[1] Dengan demikian, ilmu pada
dewasa ini mengalami fungsi yang berubah secara radikal, dari tidak berguna
sama sekali dalam kehidupan praktis menjadi “ tempat tergantung “ kehidupan
manusia. Oleh karena itu keterkaitan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat
hubungannya dan tidak dapat dipisahkan sendiri-sendiri. Hal ini disebabkan
ilmu tanpa manusia tidak akan berkembang pesat sampai sekarang ini dan
manusia tanpa ilmu juga tidak dapat hidup untuk proses pemenuhan kebutuhan
yang kompleks. Walaupun pada zaman dahulu sering kita ketahui dalam sejarah
peradaban manusia saat itu memanfaatkan ilmu hanya untuk berperang dan
menguasai daerah jajahan baru sehingga peran serta ilmu itu sendiri jauh dari
harapan manusia dalam segi nilai dan moralitas. Dan inilah yang mengubah
pemikiran manusia saat ini untuk mencapai hakekat daripada keilmuan itu. Kita
ketahui juga ilmu saat ini berkembang dengan pesat yang mempengaruhi
reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi, ilmu bukan saja
menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah
hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan ilmu bukanlah sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan
hidup itu sendiri.[2] Dengan ilmu manusia dapat memanfaatkan segala sesuatu
didasari nilai yang positif sehingga dalam kehidupan bersosialnya dapat terjalin
hubungan yang serasi, seimbang, selaras.
2. Manfaat Ilmu bagi Kemanusiaan
Ilmu pada dasarnya mengungkap realitas sebagaimana adanya.Hasil-hasil
kegiatan keilmuan memberikan alternatif kepada manusia untuk mengambil suatu
keputusan yang menurut dirinya menjadi keputusan yang terbaik, walaupun nantinya
keputusan itu dianggap kurang tepat oleh manusia lain. Akan tetapi hakikat kebenaran
pastinya akan dimanfaatkan oleh manusia secara umum karena sifat daripada
kebenaran yang mengungkap adalah waktu.
C. Fungsi Manusia Dalam Perkembangan Ilmu
Manusia merupakan makhluk yang sangat sempurna dibanding dengan makluk-
makluk ciptaan Alloh yang lain di muka bumi ini.Dengan dibekali pembawaan dari
Alloh SWT berupa akal untuk mengelola keseimbangan alam ini.Tujuan Alloh
menciptakan manusia itu sendiri adalah sebagai wakil atau kholifah secara langsung
di muka bumi ini agar tujuan hidup menjadi serasi, selaras, seimbang. Manusia
mendapatkan ilmu melalui perantaraan kalam yang diciptakan oleh Alloh.Hal ini
sesuai dengan firman Alloh surat Al-Alaq Ayat 1-5 sebagai berikut : Artinya: Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Dapat kita ketahui tentang ayat diatas bahwa Alloh menciptakan manusia dengan
penuh kasih sayang dan kesempurnaan baik secara fisik dan rohani. Dengan dibekali
hal diatas maka fungsi manusia terhadap ilmu adalah menemukan, mengembangkan,
menciptakan, kemudian mengevaluasi terhadap ilmu yang didapatnya melalui proses
berpikir yang alami dan sistematis. dengan pemikiran seperti itu manusia bisa
membagi atau memetakan suatu ilmu degan spesifikasi tertentu yang berkembang saat
ini dan sudah dimanfaatkan oleh manusia. Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang
mempunyai ciri-ciri tertentu, meskipun secara metodoloigis ilmu tidak membedakan
ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial secara garis besar. Berhubungan dengan ilmu
sosial maka ada keterkaitan antara manusia dengan kemanusiaan sehingga melahirkan
konsep ilmu itu sendiri yaitu:
1. Interaksi
2. saling ketergantungan
3. Kesinambungan dan Perubahan
4. Keragaman/Kesamaan/Perbedaan
5. Konflik dan konsensus
6. Pola (Pattern)
7. Tempat atau lokasi
8. Kekuasaan atau Power
9. Nilai Kepercayaan
10. Keadilan Dan Pemerataan
11. Kelangkaan
12. Kekhususan
13. Budaya (Culture)
14. Nasionalisme.
D. Filsafat dalam kemaslahatan hidup insani
Kehidupan secara lebih baik merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh manusia
dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik manusia perlu untuk
dibentuk atau diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat melalui pendidikan atau
ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan dunianya, melalui kehidupan
sosial atau polis, dan melalui agama. Dalam paper kerja ini kami akan membahas
tentang unsur-unsur pembentuk manusia yang dapat membantu manusia untuk hidup
lebih baik. Dengan kata lain, konteks filsafat budaya sebagai ilmu tentang kahidupan
manusia akan lebih disempitkan atau dibatasi pada kerangka berpikir pembentukan
manusia yang lebih baik. Pembentukan manusia yang lebih baik bukan dalam arti
moral; baik buruknya manusia, tetapi dalam arti pembentukan manusia sebagai
makhluk yang hidup dan berbudaya dalam perspektif filsafat budaya, yakni hidup
yang lebih bijaksana, dan lebih kritis. Filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika,
kimia, biologi, tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-ilmu positif.
Kelompok mencoba mengangkat tiga unsur pembentukan manusia. Ketiga unsur
pembentuk itu antara lain:
1. pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan lingkungannya
2. manusia dalam hubungannya dengan hidup komunitas; dan
3. agama membantu manusia hidup dengan lebih baik. Pengetahuan menjadi unsur
yang penting dalam usaha membentuk manusia yang lebih baik. Dengan
pengetahuan yang memadai manusia dapat mengembangkan diri dan hidupnya.
Apa yang diketahui secara lebih umum dalam pengetahuan, dalam ilmu
diketahui secara lebih masuk akal. Dalam hal ini ilmu lebih kritis daripada
hanya menerima apa yang didapat dari pengetahuan. Sekalipun demikian
kelompok megangkat pengetahuan untuk memahami hidup manusia dan secara
kritis dilihat oleh ilmu. Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih pada
pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan dunianya.
4. Ketika manusia mengetahui dan mengenal dirinya secara penuh, ia akan hidup
secara lebih sempurna dan lebih baik dalam dunia yang adalah dunianya.
Berkaitan dengan itu manusia juga membutuhkan pengetahuan tentang
lingkungan atau dunianya. Dengan pengetahuan yang ia miliki tentang dunia
atau lingkungannya, manusia dapat mengadaptasikan dirinya secara cepat dan
lebih mudah. Dengan kata lain, agama mengandung nilai-nilai universal yang
pada hakikatnya mengajarkan yang baik bagi penganutnya. Ketiga unsur
pembentuk manusia untuk hidup secara lebih baik itu akan dilihat dan
dijelaskan secara lebih dalam pokok-pokok berikut. Manusia adalah makluk
yang sadar dan mempunyai pengetahuan akan dirinya. Selain itu juga manusia
juga mempunyai pengetahuan akan dunia sebagai tempat dirinya bereksistensi.
Dunia yang dimaksudkan di sini adalah dunia yang mampu memberikan
manusia kemudahan dan tantangan dalam hidup. Dunia di mana manusia
bereksistensi dapat memberikan kepada manusia sesuatu yang berguna bagi
pembentukan dan pengembangan dirinya. Namun, pengetahuan manusia begitu
kompleks. Pengetahuan manusia menjadi kompleks karena dilaksanakan oleh
suatu makhluk yang bersifat daging dan jiwa sekaligus, maka pengetahuan
manusia merupakan sekaligus inderawi dan intelektif. Pengetahuan dikatakan
inderawi lahir atau luar bila pengetahuan itu mencapai secara langsung, melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba, kenyataan yang
mengelilingi manusia. Sementara, pengetahuan itu dikatakan inderawi batin
ketika pengetahuan itu memperlihatkan kepada manusia, dengan ingatan dan
khayalan, baik apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun
yang terdapat di luar jangkauan manusia. Pengetahuan intelektif merupakan
watak kodrati pengetahuan manusia yang lebih tinggi. Kekurangan manusia
dapat diatasi dengan apa yang ada dalam dunianya. Tentu saja melalui suatu
relasi, baik relasi dengan orang lain maupun relasi dengan alam. Pengetahuan
dan pengenalan atas diri dan dunianya membantu manusia untuk mengarahkan
dirinya kepada hidup yang lebih baik. Salah satu cara manusia mengetahui
dirinya dan lingkungannya adalah melalui pendidikan. Dan pendidikan di sini
tentu saja pendidikan yang diharuskan untuk seni yang baik, yang khas hanya
untuk manusia, dan yang membedakannya dari semua binatang. Jadi, melalui
pengetahuanlah manusia mempunyai hubungan dengan dirinya, dunia dan orang
lain. Melalui pengetahuan benda-benda dimanisfestasikan dan orang-orang
dikenal, dan bahwa tiap orang menghadiri dirnya. Melalui pengetahuan pula
manusia bisa berada lebih tinggi, dan dapat membentuk hidupnya secara lebih
baik. Dengan pengetahuan manusia dapat melalukan sesuatu atau membentuk
kembali sesuatu yang rusak menjadi baik berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya. Melalui pengetahuan manusia dapat mengenal dirinya, orang lain
dan dunia di sekitarnya, sehingga ia mampu menempatkan dirinya dalam
dunianya itu (dapat beradaptasi dengan dunianya).
5. Manusia dalam hidup komunitas Secara umum komunitas dapat diartikan
sebagai suatu perkumpulan atau persekutuan manusia yang bersifat permanen
demi pencapaian suatu tujuan umum yang diinginkan. Dan umumnya tujuan
yang hendak dicapai itu didasarkan atas kesatuan cinta dan keprihatinan timbal
balik satu dengan yang lain. Jadi, secara tidak langsung hidup komunitas dapat
dimengerti sebagai suatu kehidupan dimana terdapat individu-individu manusia
yang membentuk suatu persekutuan guna mancapai suatu tujuan bersama. Dan
tujuan yang dicapai itu selalu merunjuk pada nilai-nilai tertentu yang diinginkan
bersama. Pada dasarnya kodrat manusia adalah makhluk sosial. Itu berarti
manusia selalu berada bersama dengan sesamanya atau orang lain. Ia tidak
berada sendirian, melainkan selalu berada bersama dengan orang lain. Manusia
selalu berada dengan orang lain dan membentuk suatu persekutuan yang disebut
sebagai komunitas.
6. Agama membantu manusia hidup lebih baik Arti budaya telah diangkat kembali
oleh renesans dengan karakter naturalistik, yaitu budaya dipahami sebagai
pembentukan manusia dalam dunianya, yakni sebagai pembentukan yang
memperkenankan manusia hidup atas cara yang lebih bijaksana dan lebih
sempurna dalam dunia yang adalah dunianya. Dalam konteks ini, agama
mendapat tempat dan peranan penting. Agama dimengerti sebagai unsur integral
dari budaya, terutama karena mengajarkan bagaimana hidup dengan baik, hidup
dengan bijaksana dan nilai-nilai universal lainnya. Dalam agama terkandung
ajaran-ajaran kebijaksanaan (dalam arti tertentu filsafat dipahami sebagai
kebijaksanaan) yang dapat mengarahkan manusia kepada hidup yang lebih baik.
E. Ayat Dan Hadist Yang Relevan
Etika islam dalam penerapan ilmu sudah dijelaskan didalam Al-quran pada ayat
berikut ini:
1. Q.S 58 (Al-Mujadalah):11:
“ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Q.S Almujadilah:11)
2. Etika ilmu dan islam, menerima penemuan sains dan Teknologi, Al-quran
memerintahkan untuk melakukan pengecekan terhadap informasi yang
diterima. Dalam surah Al-Hujarat ayat 6 dikatakan
“ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia
dan alam semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk
itu perlu ada etika, ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat
menjadikan pengembangan ilmu dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar
tidak menimbulkan dampak negatif.
Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu, apapun disiplinnya etika islam
dan penerapan ilmu berperan sebagai filter atau menyaring baik dan buruk nya
nilai dari ilmu. Bentuk hubungan manusia dan ilmu adalah saling membutuhkan.
Manusia tidak biasa hidup tanpa ilmu dan ilmu dan ilmu tidak akan bias
berkembang tanpa manusia.
Ilmu untuk kemashalatan dapat diartikan sebagai kebergunaan ilmu dalam
membantu kehidupan pada masa sekarang manusia tidak bias terlepas dari
tekhnologi tersebut tercipta berdasarkan keilmuan.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini kita bisa memahami etika islam dalam penerapan
ilmu, Kehidupan secara lebih baik merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
manusia dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik manusia
perlu untuk dibentuk atau diarahkan.
DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin Salam, 1998. Pengantar Filsafat, Jakarta, Bina Aksara Hartono


Diakses (Selasa 18 Oktober 2021 Pukul 18.00)

Kasmadi, dkk. 1990. Filsafat Ilmu, Semarang, IKIP Semarang Press Hasbullah
Bakry, 1986, Sistematika Filsafat, Jakarta, Wijaya. Jan Hendrik Rapat, 1996.
Diakses (Selasa 18b Oktober 2021 Pukul 19.00)

Pengantar Filsafat, Yogyakarta, Kanisius Jujun S. Suriasumantri, tt. Filsafat Ilmu,


Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Solihatin Etin, Rahardjo, 2008, Cooperative
Learning, Jakarta, PT. Bumi Aksara Surajiyo, 2008, Diakses (Selasa, 18 Oktober
2021 Pukul 19.30)

Fislafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: PT. Bumi Aksara


Diakses (Selasa, 18 Oktober 2021 Pukul 20.00)

https://www.scribd.com/presentation/434229797/Etika-Islam-Dalam-Penerapan-
Ilmu-PPT Diakses (Selasa, 18 Oktober 2021 Pukul 20.30)

Anda mungkin juga menyukai