BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan berfikir dilakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berfikir
merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Akal manusia pada
hakikatnya memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai masalah yang ada,
karena ilmu logika merupakan ilmu yang mengatur cara berfikir manusia, maka
keperluan kita kepada ilmu logika adalah untuk mengatur dan mengarahkan kita
kepada suatu cara berpikir yang benar. Sedangkan berfikir ilmiah merupakan
berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah,
pengajuan hipotesis, pengkajian literartur dan menarik kesimpulan yang kesemua
langkah tersebut harus didukung dengan alat atau sarana ilmiah yang baik.
Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan
sarana berpikir dengan baik pula. Salah satunya yaitu mengetahui dengan benar
peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan berpikir
ilmiah.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang konsep berfikir
ilmiah dan konsep logika dalam berfikir
9
10
BAB II
PEMBAHASAN
dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic (Titus, 1959). Ilmu selalu
berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan pendekatan
serta eksperimen dan observasi. Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara
berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu dapat
didekati dengan model yang sama (Sidi, 1973). Dengan ditemukannya metode
berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terjadinya kemajuan dalam
ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba
mudah dan menjanjikan. Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu
yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan,
terhadap apa yang menjadi kehendak alam (Peursen, 2003).
pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran filsafat.
Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat
pengetahuan yang hakiki (Capra, 1998). Ilmuan mempunyai falsafah yang sama,
yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan
metode ilmiah (Noeng, 1996). Metode ilmiah selalu digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu
dalam kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil
keilmuannya dapat memudahkan melakukan penelusuran. Dalam ilmu
pengetahuan ilmiah, tidak ada kebenaran yang sekedar berada di awang-awang
meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-
bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji
(Hardiman, 2004).
1. Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat
dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-
keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana
logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat
disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.
2. Logika Ilmiah
Logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan
azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya
pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat,
lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga
dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat
dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan
mempertajam pikiran dan akal budi.
dalam norma yang mencakup pengertian yang lebih atau kurang, dibandingkan
objek lain. jauh sebelum ilmu mengembangkan temperature yang dapat diukur.
Objek ini lebih panas dibandingkan dengan objek itu.
Konsep seperti ini mempunyai kegunaan yang sangat banyak contohnya
pelamar pekerja yang terdiri dari 30 orang persyaratan telah ditentukan. Dari
contoh ini ahli psikologi umpamanya dapat memutuskan bahwa ilmu orang dari
pelamar mempunyai imajinasi yang baik. Sepuluh orang mempunyai imajinasi
yang agak rendah, dan yang lainnya mempunyai imajinasi yang bisa dikatakan tak
tergolong baik atau rendah. Konsep ini dapat kita gunakan sebagi perbandingan.
Kita dapat mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai imajinasi yang
baik adalah lebih baik dibandingkan mereka yang mempunyai imajinasi yang
buruk. Walaupun begitu andai kata ahli psikologi mengembangkan suatu metode
perbandingan yang mampu menempatkan ketiga puluh orang tersebut dalam suatu
urutan berdasarkan kemampuannya masing-masing, kita akan lebih mengetahui
secara lebih baik banyak lagi tentang mereka dibandingkan dengan pengetahuan
yang berdasarkan klasifikasi kuat, lemah, dan sedang.
Kita tak boleh mengecilkan kegunaan konsep klasifikasi terutama pada
bidang-bidang dimana metode keilmuan dan metode kuantitatif belum
berkembang. Sekarang psikologi telah mempergunakan metode kuantitatif secara
lebih sering, namun masih terdapat daerah-daerah dalam psikologi dimana konsep
perbandingan yang bisa diterapkan.
3. Aturan Defenisi
Defenisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan
terhadap sesuatu yang dikehendaki seseornag untuk memindahkannya kepada
orang lain. Dengan kata lain, menjelaskan materi yang memungkinkan
cendekiawan untuk membahas tentang hakikatnya.
Defenisi mempunyai peranan penting dalam pembahasan yang berkaitan
dengan penjelasan tashawwurat dan pembatasan makna lafadz mufradah, dan
disegi lain terkait dengan pembahasan tashdiqat dan lafadz murakkab.
Sedangkan pengertian defenisi secara terminology adala sesuatu yang
menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan karakterirtik khusus pada diri
individu. Penulis memberi pengertian defenisi sebagai pengurai makna lafadz
23
kulli karena lafadz juzI tidak mempunyai pengertian terminology dengan adanya
perubahan karakteristik yang konsisten yang menyertainya.
Defenissi yang baik adalah jami wa mani ( menyeluruh dan membatasi ).
hal ini sejalan dengan kata defenisi itu sendiri, yaitu membatasi. Salah satu contoh
yang sering diungkapkan adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang
adalah genus sedangkan berakal adalah differensia, pembeda utama manusia
dengan makhluk-makhluk lain . Jadi, defenisi yang valid dalam logika perlu
batasan yang jelas antara objek-objek yang didefenisikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berpikir ilmiah adalah pola berpikir dengan tujuan menarik kesimpulan
yang bersifat ilmiah. Karakteristik pola berpikir ilmiah terkait erat dengan
karakteristik ilmu itu sendiri yaitu antara lain sistematik, runtut atau koheren
dengan teori sebelumnya, kebenarannya bersifat relatif, obyektif, dan bersifat
universal. Karakteristrik berpikir ilmiah adalah antara lain: Acuan Pernyataan dan
Premisnya Merupakan Sumber Ilmiah, Sistematik dan Runtut, Obyektif, Skeptik
dan Universal
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah
berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses
pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan
kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti
akan diturunkan kesimpulan.
Dalam filsafat logika terdapat juga didalamnya terdapat banyak sekali
materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika
sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu : logika Alamiah dan logika ilmiah.
Dan Di Dalam berpikir logika ada juga hal-hal yang harus diperhatikan
diantaranya tiga hal yakni: Aturan Cara Berpikir yang Benar, Klasifikasi, Aturan
Defenisi.
Dan Logika mempunyai beberapa kegunaan diantaranya yaitu membantu
manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran
dan menghindari kekeliruan, Dan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja
dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu
dan juga mempunyai penerapan.
25
26
3.2 Saran
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar
kami dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
27