Anda di halaman 1dari 36

BERFIKIR TINGKAT TINGGI (HIGH ORDER THINKING-HOT)

PAPER PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu:

Drs. H. Mustangin, M.Pd,

Disusun Oleh:

Kelompok 2:

1. Wardatun Nabilah 21601072003


2. Nilna Masrurotus Sa’idah 21601072016
3. Ru’yatut Ruqqoyah 21601072018

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
OKTOBER 2019

1|Berfikir Tingkat Tinggi


BERFIKIR TINGKAT TINGGI (HIGH ORDER THINKING-HOT)

PAPER PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu:

Drs. H. Mustangin, M.Pd,

Disusun Oleh:

Kelompok 2:

1. Wardatun Nabilah 21601072003


2. Nilna Masrurotus Sa’idah 21601072016
3. Ru’yatut Ruqqoyah 21601072018

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
OKTOBER 2019

2|Berfikir Tingkat Tinggi


Kata Pengantar
Bismillahirohmanirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT, tuhan yang maha Esa atas segala nikmat
dan kasih sayang-Nya berkat petunjuk dan juga hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan paper problematika pembelajaran matematika dengan pokok
bahasan Berfikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking-HOT) ini dengan tepat
waktu. Dalam penyusunan paper ini kami banyak mendapat saran, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat
diukur secara materi. Oleh karena itu, dengan segala hormat kami mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Mustangin, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah


problematika pembelajaran matematika yang selalu mengarahkan,
memotivasi dan membimbing penyusun dalam penyusunan paper ini.
2. Teman-teman mahasiswa kelas 7A Pendidikan Matematika angkatan 2016
yang saling memberikan dukungan untuk menyelesaikan paper ini.

Demikian, semoga paper ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai


pembelajaran berikunya.

Malang, 23 Oktober 2019

Penyusun

3|Berfikir Tingkat Tinggi


DAFTAR ISI

4|Berfikir Tingkat Tinggi


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kemampuan berpikir logis diperlukan individu, pada saat
beraktivitas mengambil keputusan, menarik kesimpulan, dan melakukan
pemecahan masalah. Bentuk aktivitas yang dilakukan dapat berkaitan
dengan masalah matematis, sosial maupum masalah yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas lain yang dilakukan individu yang
berpikir logis adalah ketika menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu
hasil diperoleh, bagaimana cara menarik kesimpulan dari masalah dan
solusi yang tersedia, dan menarik kesimpulan berdasarakan aturan
inferensi tertentu. Bentuk aktivitas yang lebih luas dari kemampuan
berpikir logis adalah menyelesaikan masalah secara masuk akal.
Kemampuan berpikir dasar maupun berpikir tingkat tinggi
dibutuhkan pula dalam dunia kerja maupun dunia pendidikan.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk siswa juga memerlukan strategi
yang tepat untuk memecahkan masalah. Siswa harus mencari,
mengeksplorasi informasi sendiri untuk mencari struktur serta hubungan
yang mendasarinya, menggunakan fakta-fakta yang tersedia secara efektif
dan tepat untuk memecahkan masalag. Strategi ini dapat merangsang
siswa untuk mengintrepretasikan, menganalisa informasi sebelumnya
sehingga tidak monoton. Dalam pembelajaran konvensionala guru
membanjiri siswanya dengan banyak informasi yang harus dihafal dan
diingat oleh siswa, namun dalam pembelajaran dengan strategi berpikir
tingkat tinggi, guru mengajarkan kepada siswa bagaiman mencari
informasi, bagaimana mengevaluasi informasi yang didapat dan bagaiman
mereka dapat menggunakan informasi tersebut untuk diri mereka dan
untuk orang lain.
Pada dasarnya strategi berpikir tingkat tinggi (Hinger order
thinking) bergantung pada kemampuan guru dalam menyusun pertanyaan
yang akan menuntun peserta didik berpikir pada tingkat yang lebih
tinggi sehingga siswa dapat memecahkan masalah. Keahlian Higher order
thinking meliputi aspek berpikir kritis, berpikir kreatif dan kemampuan

5|Berfikir Tingkat Tinggi


memecahkan masalah. Jadi dengan Hinger order thinking dapat
mendorong siswa lebis kritis, kreatif dan memiliki kemampuan
pemecahan masalah. Proses pembelajaran dikelas sudah seharusnya
dimulai dengan merangsang siswa untuk berpikir lebih aktif dari maslaah
nyata yang pernah dialami atau dapat dipikirkan para siswa. Dengan cara
seperti itu, para siswa tidak hanya disuguhi dengan teori-teori dan rumus-
rumua yang sudah jadi, akan tetapi para siswa dilatih dan dibiasakan
untuk memecahkan masalah selama proses pembelajaran dikelas sedang
berlangsung.
Kemampuan berpikir yng berkembang pada individu seperti yang
diharapkan dalam kurikulum 2013, tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba.
Institusi pendidikan sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam
mengelola dan menyelenggarakan pendidikan, berperan untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan-kemampuan yang berguna untuk
menghadapi kehidupan kelak.
Pembelajaran yang dapat mengembangkan kebiasaan berpikir
memerlukan peranan guru. Peran guru tidak hanya memberikan
informasi. Guru harus menempatkan diri sesuai dengan kondisi siswa,
memahami apa yang ada dalam benak siswa, dan memfasilitasi
siswauntuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berpikirnya.
Tugas guru adalah membantu siswa dalam membangun pengetahuannya,
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir sendiri.
Peran guru sebagai mediator dan fasilitator yang membantu siswa
selama proses pembelajaran, sehingga siswa mampu mengkonstruksi
pengetahuannya. Tugas guru adalah membantu siswa untuk membangun
konsep-konsep dengan kemampuannya sendiri melalui transformasi
informasi, dan membentuk pengetahuan baru.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka didaptkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking-HOT)?

6|Berfikir Tingkat Tinggi


2. Bagaimana ciri-ciri atau karakteristik dari berfikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking-HOT)?
3. Bagaimana tingkatan level kognitif dari berfikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking-HOT)?
4. Bagaimana cara penyusunan soal berfikir tingkat tinggi (Higher Order
Thinking-HOT)?
5. Bagaimana peran soal berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking-
HOT) dalam penilaian hasil belajar?
B. Pembahasan
1. Pengertian Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Oerder Thinking-HOT)
Menururt Saputra (dalam Fuaddilah, 2019:3) Higher Order
Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu proses berpikir peserta didik
dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai
konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode
problem solving, taksonomi bloom dan penilaian. Sedangkan menurut
Thomas dan Thorne (dalam jailani dkk, 2018:3) menyatakan bahwa
berpikir tingkat tinggi atau HOTS adalah berpikir pada level yang lebih
tinggi daripada sekedar mengingat fakta atau menceritakan kembali
sesuatu yang didengar kepada orang lain.
Menurut para ahli lain, Resnick (dalam Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi,
2019:6 ) menyatakan bahwa HOTS atau kemampuan perpikir tingkat
tinggi adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi,
membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis dan
membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling
dasar. Menurut Goethals (dalam Sumaryanta, 2018:501) merangkum
beberapa pengertian sebagai berikut:

Sumber Tahun Pengertian


King et al. 1998 Mencakup pemikiran kritis, logis, reflektif,
metakognitif, dan kreatif. (ini) diaktifkan

7|Berfikir Tingkat Tinggi


ketika individu menghadapi malasah yang
tidak dikenal, ketidakpastian, atau dilema.
NCTM 2000 Menyelesaikan masalah tidak rutin
Anderson 2001 Proses-analisis, evaluasi dan mencipta
and
Krathwohl
Lopez and 2001 Terjadi ketika seorang mengambil informasi
Whittington baru atau informasi yang disimpan dalam
memori dan saling berhubungan dan/atau
mengatur ulang dan memperluas informasi
ini untuk mencapai tujuan atau menemukan
jawaban yang mungkin dalam situasi yang
membingungkan
Thompson, 2008 Pemikiran non-algoritmik
T.
Rajendran, 2008 Penggunaan pikiran yang diperluas untuk
N. menghadapi tantangan baru
Kruger, K. 2013 Melibatkan “pembentukan konsep, pemikiran
kritis, kreativitas/brainstorming, penyelesaian
masalah, representasi mental, penggunaan
aturan, penalaran dan pemikiran logis.
Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau berpikir tingkat tinggi adalah
suatu proses dasar pembelajaran yang menuntut siswa dapat mengolah
pengetahuan yang dimiliki dalam level kognitif yang lebih tinggi dengan
informasi-informasi baru untuk dapat menemukan solusi dari maalah
yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan pula, soal Higher Order
Thinking Skills (HOTS) adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi.

8|Berfikir Tingkat Tinggi


2. Karteristik Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Oerder Thinking-HOT)
Resnick (dalam jailani dkk, 2018:3) juga mengemukakan bahwa
HOTS sulit untuk didefinisikan, tetapi mudah dikenali melalui ciri-
cirinya. Resnick mengungkapkan beberapa ciri-ciri dari HOTS yaitu:
a. Non-algoritmik, artinya langkah-langkah tindakan tidak dapat
sepenuhnya ditentukan di awal.
b. Kompleks, artinya langkah-langkah tidak dapat dilihat/ditebak secara
langsung dari sudut pandang tertentu
c. Menghasilkan banyak solusi
d. Melibatkan perbedaan pendapat dan interpretasi
e. Melibatkan penerapan kriteria jamak
f. Melibatkan ketidakpastian
g. Menuntut kemandirian dalam proses berpikir
h. Melibatkan pemaknaan yang mengesankan
i. Memerlukan kerja keras (effortfull).

Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada


berbagai bentuk penilaian kelas dan ujian sekolah. Untuk menginspirassi
guru menyusun soal-soal HOTS ditingkat satuan pendidikan, berikut ini
dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS:

1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi


The Australian Council for Educational Research (ACER)
menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan
proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan),
menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk
mengingat, mngetahui, atau mengulang. Dengan demikian, jawaban
soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis
(critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan
berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan
(decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan

9|Berfikir Tingkat Tinggi


salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib
dimiliki oleh setiap peserta didik
Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah
kata yang tidak umum uncommon word) mungkin memiliki tingkat
kesukaran yang sangat tinggi tatapi kemampuan untuk menjawab
permasalahan tersebut tidk termasuk HOTS. Dengan demikian, soal-
soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran
yang tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses
pembelajaran dikelas oleh karena itu, agar peserta didik memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya
juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan
konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran
dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreatifitas dan
berpikir kritis.
2. Bersifat Divergen
Instrumen penilaian HOTS harus bersifat divergen, artinya
memungkinkan peserta didik memberikan jawaban berbeda-beda
sesuai proses berpikir dan sudut pandang yang digunakan karena
mengukur proses berpikir analisis, kritis, dan kreatif yang cenderung
bersifat unik atau berbeda-beda responsnya bagi setiap individu.
Karena bersifat divergen, instrumen penilaian HOTS lebih mudah
dirancang dalam format tugas atau pertanyaan terbuka, misalnya soal
esai atau uraian dan tugas kierja. Setiap soal uraian belum tentu HOTS
jika menjawabnya tidak memerlukan penalaran. Bahkan tugas
kinerjapun belum tentu HOTS, kalai berbentu resep sehingga peserta
didik hanya melakukan petunjuk yang diberikan.
3. Menggunakan Multirepresentasi
Instrumen penilaian HOTS umumnya tidak mnyajikan semua
informassi secara tersurat, tetapi memaksa peserta didik menggali
sendiri informasiyang tersirat. Bahkan di era big data seperti sekarang

10 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
ini, yaitu kemudahan mendapatkan data dan informasi melalui
internet, sudah selayaknya instrumen penilaian HOTS juga menuntut
peserta didik tidak hanya mencari sendiri informasi. Untuk memenuhi
harapan di atas, sebaiknya instrumen penilaian HOTS menggunakan
berbagai representasi, antara lain verbal (bentuk kalimat), visual
(gambar, bagan, grafik, tabel, termasuk video), simbolis (simbol, ikon,
inisial, isyarat) dan matematis (angka, rumus, persamaan).
4. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta peserta didik diharapkan
daoat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh
masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan,
kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Dala, pengertian
tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk
menghubungkan (relate), menginterpretasikan interprete),
menerapkan (apply), dan mengintegrasikan (integrate) ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
permasalahan dalam konteks nyata. Berikut ini diuraikan lima
karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT:
a. Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman
kehidupan nyata.
b. Experiencing, asesmen yang diekankan kepada penggalian
(exploration), penmuan (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen ang menuntut kemampuan peserta didik untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas
untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta
didik untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada
kesimpulan konteks masalah.

11 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik
untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas
ke dalam situasi atau konteks baru.

Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik,


sebagai berikut:

a. Peserta didik mengkontruksi responnya sendiri, bukan sekedar


memilih jawaban yang tersedia.
b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia
nyata.
c. Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban
tertentu yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar
atau semua jawaban benar.
5. Menggunakan bentuk soal beragam
Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-
soal HOTS) sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar
dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang
kemampuan peserta tes. Hal ini penting diperhatikan oleh guru agar
penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip objektif. Penilaian
yang dilakukan secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas
penilaian. Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat
digunakan untuk menulis butir soal HOTS diantaranya pilihan ganda
dan uaraian.
a. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk
menguji pemahaman peserta didi terhadapat suatu masalah secara
komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dnegan yang
lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS
yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus
yang bersumber pada situasi kontekstual, peserta didik diberikan
beberapa pernyataan yang terkait dengan stimulus/bacaan, lalu
peserta didik diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.
Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu

12 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
dengan yang lainnya. Susunan pernyataan benar dan pernyataan
salah agar diacak, tidak sistematis mengikuti pola tertentu.
Susunan yang terpola sistematis dapat memberi petunjuk kepada
jawaban yang benar. Apabila peserta didik menjawab benar pada
semua pernyataan yang diberikan skor 1 atau apanila terdapat
kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.
b. Uraian
Soal bentuk uraian adalah soal yang jawabannya menuntut
peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang
telah dipelajarinya dengan mengemukakakn atau mengekspresikan
gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk
tertulis. Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus
mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang
ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan
panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan
oleh peserta didik. Dengan kata lain, ruang lingkup ini
menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang
ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegass
dan jelas tergambar dalam rumusan soalnya.
3. Level Kognitif Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Oerder Thinking-
HOT)
Menurut Anderson dan Krathwohl (Dalam Buku Penilaian Berorientasi
HOTS, 2018:15) mengklarifikasi dimensi proses berfikir sebagai berikut:
 Mengkreasi ide/gagasan sendiri
Mengkreasi  Kata kerja: mengkontruksi, desain, kreasi,
mengembangkan, menulis, memformulasikan
 Mengambil keputusan sendiri
HOTS Mengevalusi  Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah,
menentukan, memilih, mendukung
 Menspesifikasi aspek-aspek/elemen
Menganalisis  Kata keerja: membandingkan, memeriksa,
mengkritisi, menguji

13 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
 Menggunakan informasi pada domain berbeda
 Kata kerja: menggunakan,
Mengaplikasi
mendemonstrasikan, mengilustrasikan,
MOTS mengoperasikan
 Menjelaskan ide/konsep
Memahami  Kata kerja: menjelaskan, mengklarifikasi,
menerima, melaporkan
 Mengingat kembali
LOTS Mengetahui  Kata kerja: mengingat, mendaftar, mengullang,
menirukan

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa kata kerja


operasional (KKO) yang sama namun berada pada ranah yang berbeda.
Perbedaan penafsiran ini sering muncul ketika guru menentukan ranah
KKO yang akan digunakan dalam penulisan indikator soal. Untuk
meminimalkan permasalahan tersebut, Puspendik (2015)
mengklasifikasikannya menjadi 3 level kognitif sebagaimana digunakan
dalam kisi-kisi UN sejak tahun pelajaran 2015/2016. Pengelompokan
level kognitif tersebut yaitu: pengetahuan dan pemahaman (level 1),
aplikasi (level 2), dan penalaran (level 3). Berikut dipaparkan secara
singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut.
a. Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)
Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi
proses berpikir mengetahui (C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal
pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan
prosedural. Bisa jadi soalsoal pada level 1 merupakan soal kategori
sukar, karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik harus dapat
mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau
menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu. Namun
soal-soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS.

14 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
b. Aplikasi (Level 2)
Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang
lebih tinggi daripada level pengetahuan dan pemahaman. Level
kognitif aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau
mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur
kemampuan: a) menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau
mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual
(situasi lain). Bisa jadi soal-soal pada level 2 merupakan soal kategori
sedang atau sukar, karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik
harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal
definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur)
melakukan sesuatu. Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan pada
konsep lain atau untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual.
Namun soal-soal pada level 2 bukanlah merupakan soal-soal HOTS.
Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menerapkan,
menggunakan, menentukan, menghitung, membuktikan, dan lain-lain.
c. Penalaran (Level 3)
Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS), karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 peserta didik
harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan
penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah
kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran
mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi
(C5), dan mengkreasi (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis
(C4) menuntut kemampuan peserta didik untuk menspesifikasi aspek-
aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan
menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir
mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan peserta didik untuk
menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji,

15 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses
berpikir mengkreasi (C6) menuntut kemampuan peserta didik untuk
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan,
memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
menggubah. Soal-soal pada level penalaran tidak selalu merupakan
soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut kemampuan
menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan
(evaluasi), memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun
strategi baru untuk memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin.
Kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep, dan
kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep lain, merupakan
kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaiakan soalsoal level
3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan
antara lain: menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun
hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan,
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan,
memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan
menggubah
4. Langkah-Langkah Penyusunan Soal Berfikir Tingkat Tinggi (Higher
Oerder Thinking-HOT)
Menurut Wahidmurni (2018:11) mengatakan bahwa langkah-
langkah untuk menyusun soal HITS sebenarnya sama saja dengan
langkah-langkah dalam menyusun spal yang bukan HOTS, hanya saja
penekanannya adalah adanya stimulus yang kontekstual dengan perilaku
yang diharapkan dalam soal HOTS. Dalam soal bukan HOTS, stimulus
juga dibutuhkan namun lebih banyak soal yang disusun tanpa
menggunakan stimulus.
Sedangkan menurut Moh Zainal Fanani (2018:71) mengatakan
juga bahwa untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk
dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi
yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu
sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang

16 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di
dalam buku pelajaran. Oleh karena itu, dalam penulisan soal HOTS
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal
(kontruksi soal) dan kreatifitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah sekitar satuan pendidikan.
Langkah-langkah penyusunan soal HOTS menurut Wahidmurni
(2018:11) dan Kemendikud (2017:pasal 23) sebagai berikut:
a. Menganalisis KD dan IPK
Soal dalam bentuk apapun dibuat untuk mengukur ketercapaian
rumusan kompetensi yang dirumuskan dalam naskah kurikulum suatu
matapelajaran. Oleh karena KD merupakan rumusan kompetensi yang
terakhir dalam naskah kurikulum, maka pendidikan harus melakukan
analisis KD yang akan dibuatkan soal HOTS dan memastikan bahwa
IPK yang dikembangkan benar-benar mencerminkan bukti
ketercapaian dari KD tersebut.
b. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi diperlukan sebagai panduan oleh pendidik dalam menyusun
soal, agar soal yang akan disusun benar-benar mencerminkan
komoetensi yang diukur. Oleh karena itu dalam kisi-kisi soal berisi
keterkaitan atara KD, IPK (indikatir soal), materi, level kognitif dan
bentuk soal.
c. Menentukan stimulus yang kontekstual dan menarik
Stimulus yang kontekstual artinya rumusan materi yang diangkat
sebagai stimulus terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa di
lingkungan kehidupannyam adapun stimulus yang menarik jika
rumusan materi yang diangkat dalam stimulus itu baru atau aktual
sesuai dengan perkembangan usia perkembangan peserta didik.
Stimulus ini dapat berupa kasus/ tabel/ diagram/ ilustrasi/ peristiwa/
gambar atau sejenisnya yang dibuat oleh pendidik sendiri atau
mengambil dari sumber lainnya.

17 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Kaidah penulisan HOTS dan bukan HOTS intinya sama saja baik dari
aspek kontruksi dan bahasanya, perbedaannya hanya pada aspek
materi dari level kognitif yang diujikan.
e. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Menentukan kuncinjawaban untuk soal yang berbentuk objektif (B-S,
pilihan ganda, isian singkat) dan menentukan pedoman penskoran
untuk soal sebjektif atau bentuk uraian.
Untuk memperjelas langkah-langkah penyusunan soal HOTS,disajikan
dalam diagram alir di bawah ini:

Kompetensi Dasar

Analisis KD

Form Kisi-
Menyusun Kisi-Kisi
Kisi

Merumuskan Stimulus

Form Kartu
Pedoman Penskoran Menuis Soal HOTS Soal

5. Peran Soal Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking-HOT)


Dalam Penilaian Hasil Belajar
Peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar siswa difokuskan pada
aspek pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan KD pada KI-3
dan KI-4. Soal-Soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Pada penilaian hasil belajar, guru mengujikan butir
soal HOTS secara proporsional. Berikut peran soal HOTS dalam
penilaian hasil belajar:

18 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
a. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21
Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang dilaksanakan
oleh sekolah diharapkan dapat membekali siswa untuk memiliki
sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis
besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad
ke-21 (21st century skills) yaitu: a) memiliki karakter yang baik
(religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas); b)
memiliki kemampuan 4C (critical thinking, creativity, collaboration,
dan communication); serta c) menguasai literasi mencakup
keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan
dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat melatih
siswa untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai
dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui penilaian
berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis (critical
thinking), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning self
reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (problem-
solving).
b. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah (local
genius)
Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif oleh guru
sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing.
Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis
permasalahan daerah di lingkungan satuan pendidikan sangat penting.
Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat
sebagai stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus yang dipilih
oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik karena
dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh peserta didik. Di
samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar
dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi
yang ada di daerahnya. Sehingga peserta didik merasa terpanggil

19 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
untuk ikut ambil bagian dalam memecahkan berbagai permasalahan
yang timbul di daerahnya.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di
masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam
kelas hendaknya terkait langsung dengan pemecahan masalah di
masyarakat. Dengan demikian peserta didik merasakan bahwa materi
pelajaran yang diperoleh di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan
bekal untuk terjun di masyarakat. Tantangan-tantangan yang terjadi di
masyarakat dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam
penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar, sehingga munculnya
soal-soal berbasis soal-soal HOTS, diharapkan dapat menambah
motivasi belajar peserta didik. Motivasi inilah yang menjadikan
peserta didik menjadi insan pembelajar sepanjang hayat.
d. Meningkatkan mutu dan akuntabilitas penilaian hasil belajar
Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat memberikan
informasi yang akurat terhadap kemampuan peserta tes. Penggunaan
soal-soal HOTS dapat meningkatkan kemampuan ketrampilan
berpikir anak. Akuntabilitaspelaksanaan penilaian hasil belajar oleh
guru dan sekolah menjadi sangat penting dalam rangka menjaga
kepercayaan masyarakat kepada sekolah.
Pada Kurikulum 2013 sebagian besar tuntutan KD ada pada level 3
(menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat
menggambarkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan KD.
Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur keterampilan berpikir
tigkat tinggi, dapat meningkatkan mutu penilaian hasil belajar.
C. Hasil-hasil Penelitian Terkait
Penelitian yang berhubungan dengan HOTS salah satunya adalah jurnal
penelitian Moh. Zainul Fanani dengan judul “Strategi Pengembangan Soal
Higher Order Thinking Skill (HOTS) Dalam Kurikulum 2013”. Hasil
penelitian Moh Zainul Fanani ini mengungkapkan bahwa penilaian soal
HOTS adalah soal-soal yang pada umumnya mengukur kemampuan pada

20 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
ranah menganalisis (analyzing C4), mengevaluasi (evaluating C5), dan
mengkreasi (creating C6). Serta strategi penyusunan soal-soal HOTS
dilakukan dengan melibatkan seluruh komponen stakeholder di bidang
pendidikan mulai dari tingkah pusat sampai ke daerah dan satuan pendidikan.
Sesuai dengan tugas pokok dan kewenangan masing-masing. Guru harus
memiliki pengetahuan dan keahlian untuk menunjang pekerjaannya, sehingga
dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Penilaian yang dikembangkan oleh guru diharapkan dapat mendorong
peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas,
dan membangun kemandirian peserta didik untuk menyelesaikan masalah.
Penelitian lain adalah Sumaryanta dengan judul “Penilaian HOTS dalam
Pembelajaran Matematika”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
penilaian HOTS adalah penilaian yang melibatkan kemampuan HOTS siswa,
antara lain: kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, kreatif,
pemecahan masalah tidak rutin, non-algoritmatik, analisis, evaluasi,
mencipta, dan/atau membutuhkan ppemikiran ke tingkat yang lebih tinggi
daripada hanya menyatakan kembali fakta. Serta Sumaryanta dalam hasil
penelitiannya juga mengatakan bahwa penilaian HOTS sangat penting dalam
pembelajaran. Melalui HOTS, pembelajaran matematika dapat didorong lebih
optimal dalam mendukung tumbuh kembang siswa. Guru sebagai ujung
tombak pelaksanaan pembelajaran perlu terus meningkatkan pemahaman
terkait dengan konsep dan implementasi penilaian HOTS sehingga mampu
mengimplementasikannya di kelas.
Selain kedua peneliti diatas juga ada salah satu peneliti yang meneliti
tentang HOTS dengan judul “Implementasi HOTS dalam Kurikulum 2013”
adalah Fuaddilah Ali Sofyan. Dalam hasil penelitiannya Fuaddilah
mengungkapkan bahwa mengaplikasikan HOTS pada kurikulum 2013 dapat
mempermudah proses pembelajaran dan membuat siswa lebih aktif dan tidak
terpaku pada metode ceramah yang disampaikan oleh guru serta dengan
menggunakan pendekatan HOTS, situasi dikelas yang semula kurang aktif
setelah diterapkan metode pemberian tugas, kondisi kelas berubah menjai
aktif. Serta penerapan pendekatan HOTS pada kurikulum 2013 dapat

21 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
meningkatkan hasil belajara siswa pada semua materi pelajaran karena
pendekatan HOTS ini dapat dilaksanakan oleh pendidik tergantung situasi
dan karakteristis peserta didik sehingga hasil persentase penelitian ketuntasan
klasikal pada siklus 1 yaitu 62,5% dan meningkat pada siklus 2 menjadi
100%.
Sehingga dari ketiga hasil penelitian tentang HOTS ini dapat disimpulkan
bahwa HOTS terjadi ketika peserta didik terlibat dengan apa yang mereka
ketahui sedemikian rupa untuk mengubahnya, artinya siswa mampu
mengubah atau mengkreasi pengetahuan yang mereka ketahui dan
menghasilkan sesuatu yang baru. Sehingga melalui HOTS peserta didik akan
dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik,
mampu memcahkan masalah, mampu mengkontruksi penjelasan, mampu
berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas, dimana
kemampuan ini jelas memperlihatkan bagaimana peserta didik bernalar.
D. Penutup
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
 Pengertian berfikir tingkat tinggi (Higher order Thinking-HOT)
adalah suatu proses dasar pembelajaran yang menuntut siswa dapat
mengolah pengetahuan yang dimiliki dalam level kognitif yang lebih
tinggi dengan informasi-informasi baru untuk dapat menemukan
solusi dari maalah yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan pula,
soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi.
 Karakteristik soal HOTS ada 5, yaitu:
a. Mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi
b. Bersifat devergen
c. Menggunakan Multirepresentasi
d. Berbasis permasalahan kontekstual
e. Menggunakan bentuk soal beragam
 Level kognitif pada berfikir tingkat tinggi ada 3 level yaitu:
a. Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)

22 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
b. Aplikasi (Level 2)
c. Penalaran (Level 3)
 Langkah-langkah menyusun soal HOTS sebagai berikut:
a. Menganalisis KD dan IPK/KKO
b. Menyusun kisi-kisi soal
c. Menentukan stimulus yang kontekstual dan menarik
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
e. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
 Peran soal befikir tingkat tinggi dalam penilaian hasil belajar sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyosong abad ke-21
b. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah (local
genius)
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa
d. Meningkatkan mutu dan akuntabilitas penilaian hasil belajar
2. Saran
Untuk mencapai tujuan pembelajaran abad 21 berfikir tingkat tinggi harus
diterapkan.
E. Daftar Rujukan
Adi, Santoso, Herdiyanto, dkk. 2019. Modul Penyusunan Soal Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Matematika. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sma Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Fanani, Moh. Zainal. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Dalam Kurikulum 2013. Edudeena vol II: 57-76
Sumaryanta. 2018. Penilaian HOTs dalam Pembelajaran Matematika.
PPPPTK Matematika vol 8:500-509
Sofyan, Fuaddilah Ali. 2019. Implementasi HOTS Pada Kurikulum 2013.
Jurnal Inventa vol III: 1-17
Setiawan, Wiwik, dkk. 2018. Buku Penilaian Berorientasi HOTS. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sma Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

23 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Widana, I Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking
Skill (HOTS). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sma Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
F. Lampiran
Lampiran 1
Kisi-Kisi Soal HOTS
Jenjang Pendidikan :………………………….
Mata Pelajaran :………………………….
Kurikulum : …………………………

Kompetensi Kelas/ Indikator Level Bentuk No.


No. Materi
Dasar Semester Soal Kognitif Soal Soal

…………,…………………...
Mengetahui,
Kepala Sekolah……. Koordinator MGMP……..

……………………………….. ……………………………..
NIP. NIP.

24 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Lampiran 2A

Kartu Soal Pilihan Ganda


Mata Pelajaran : ……………………..
Kelas/Semester : ……………………..
Kurikulum : ……………………..

Kompetensi Dasar :
Materi :
Indikator Soal :
Level Kognitif :

Soal
1. ……………….
a. … b. … c. … d. … e. …
2. ……………….
a. … b. … c. … d. … e. …

Kunci Jawaban Dan Pedoman Penskoran:

1. …..
2. …..

Keterangan:

Soal ini termasuk soal HOTS karena:

1. ……
2. ……

25 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Lampiran 2B
Kartu Soal Uraian
Mata Pelajaran : ……………………..
Kelas/Semester : ……………………..
Kurikulum : ……………………..

Kompetensi Dasar :
Materi :
Indikator Soal :
Level Kognitif :

Soal :
1. …………………….
2. …………………….

Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran :


No. Uraian Jawaban/Kata Kunci Skor

Total Skor

Keterangan:
Soal ini termasuk soal HOTs karena:
1. ……………………………
2. ……………………………

26 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Lampiran 3A
Instrument Telaah Soal HOTs
Bentuk Tes Pilihan Ganda
Nama Pengembang Soal : ……………………..
Mata Pelajaran : ……………………..
Kls/Prog/Peminatan : ……………………..

Butir Soal**)
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai indikator.
Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru,
2.
mendorong peserta didik untuk membaca).
Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
3. (gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia
nyata)*
Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
4.
mengevaluasi, mencipta)
5. Jawaban tidak ditemukan pada stimulus.
6. Tidak rutin (tidak familiar) dan mengsung kebaruan.
7. Pilihan jawaban homogen dan logis.
8. Setiap soal hanya ada satu jawaban benar.
B. Konstruksi
9. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
10.
pernyataan yang diperlukan saja.
11. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban.
Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negative
12.
ganda.
Gambar, grafik, tabel, diagram,atau sejenisnya jelas dan
13.
berfungsi.
14. Panjang pilihan jawaban relatif sama

27 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Butir Soal**)
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3 4 5
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua
15. jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar”
dan sejenisnya.
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun
16. berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau
kronologinya.
17. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.
Bahasa
C. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
18. Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai
kaidahnya.
19. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
20. Soal menggunakan kalimat yang komutatif.
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang
21.
sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.
Aturan Tambahan
D. Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama,
22. Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik, Propaganda, dan
Kekerasan)
*) Khusus mata pelajaran Bahasa dapat menggunakan teks yang tidak
kontekstual (fiksi, karangan, dan sejenisnya).
**) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang (√) bila sesuai dengan
kaidah atau tanda silang (X) bila soal tersebut tidak memenuhi kaidah
………...,……………………
Penelaah

…………………………….
NIP.

28 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Lampiran 3B
Instrument Telaah Soal HOTS
Bentuk Tes Uraian
Nama Pengembang Soal : ……………………..
Mata Pelajaran : ……………………..
Kls/Prog/Peminatan : ……………………..

Butir Soal**)
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai dengna indikator (menuntut tes tertulis untuk
bentuk uraian).
2. Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru, mendorong
peserta didik untuk membaca).
3. Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia
nyata)*
4. Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta). Sebelum menentukan pilihan,
peserta didik melakukan tahapan-tahapan tertentu.
5. Jawaban tidak ditemukant pada stimulus
6. Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung kebaruan.
B. Kontruksi
7. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan menggunakan kata-
kata Tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai.
8. Memuat petunjuk yang jelas tentenag cara mengerjakan soal.
9. Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan
kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.
10. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan
berfungsi.
11. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.

29 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Butir Soal**)
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3 4 5
C. Bahasa
12. Menggunakan Bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, untuk Bahasa daerah dan Bahasa asing sesuai
kaidahnya.
13. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
14. Soal menggunakan kalimat yang komutatif.
D. Aturan Tambahan
15. Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama,
Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik, Propaganda, dan
Kekerasan)
*) Khusus mata pelajaran Bahasa dapat menggunakan teks yang tidak
kontekstual (fiksi, karangan, dan sejenisnya).
**) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang (√) bila sesuai dengan
kaidah atau tanda silang (X) bila soal tersebut tidak memenuhi kaidah

………...,……………………
Penelaah

…………………………….
NIP.

30 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Lampiran 4
Contoh Instrument
1. Analisis Kompetensi Dasar
Jenjang Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/Semester : X/1
Dimensi
No. Kompetensi Dasar Proses
Kognitif
3.5 Menjelaskan dan menentukan fungsi (terutama fungsi
linear, fungsi kuadrat, dan fungsi rasional) secara formal
yang meliputi notasi, daerah asal, daerah hasil, dan ekspresi
simbolik, serta sketsa grafiknya. C-4, C-5
4.5 Menganalisa karakteristik masing-masing grafik (titik
potong dengan sumbu, titik puncak, asimtot) dan perubahan
1
grafik fungsinya akibat transformasi 𝑓 2 (𝑥), 𝑓(𝑥) . |𝑓(𝑥)| dsb

2. Merumuskan Stimulus dan Indikator Kompetensi


Stimulus
Jenjang Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/Semester : X/1
Kemampuan
No. Kompetensi Dasar Stimulus Tahapan Berpikir
yang Diuji
1. 3.5 Menjelaskan Disajikan Menghitung  Menyusun
dan menentukan Masalah panjang persamaan
fungsi (terutama tentang minimal besi fungsi kuadrat
fungsi linear, jembatan yang penopag yang memenuhi
fungsi kuadrat, dan berbentuk jembatan kasus tersebut.
fungsi rasional) parabola  Menghitung
secara formal yang (fungsi panjang masing-
meliputi notasi, kuadrat), yang masing besi

31 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Kemampuan
No. Kompetensi Dasar Stimulus Tahapan Berpikir
yang Diuji
daerah asal, daerah ditopang oleh penopang
hasil, dan ekspresi besi-besi yang berdasasrkan
simbolik, serta tegak lurus sifat
sketsa grafiknya. dengan alas, kesimetrisan
4.5 Menganalisa diketahui fungsi kuadrat
karakteristik panjan besi atau mengaitkan
masing-masing terpanjang dan gambar
grafik (titik potong jarak antar besi jembatan dan
dengan sumbu, titik penopang. besi penopang
puncak, asimtot) ke dalam
dan perubahan koordinat
grafik fungsinya kartesius
akibat transformasi
1
𝑓 2 (𝑥), 𝑓(𝑥) . |𝑓(𝑥)|

dsb

Indikator Kompetensi Soal


Jenjang Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/Semester : X/1
No. Kompetensi Dasar Contoh Indikator Soal
1. 3.5 Menjelaskan dan menentukan fungsi Diberikan ilustrasi suatu jembatan
(terutama fungsi linear, fungsi kuadrat, berbentuk parabola (fungsi
dan fungsi rasional) secara formal yang kuadrat) yang ditopang oleh besi
meliputi notasi, daerah asal, daerah peyangga, peserta didik dapat
hasil, dan ekspresi simbolik, serta sketsa menentukan panjang besi
grafiknya. penopang yang dibutuhkan
4.5 Menganalisa karakteristik masing- jembatan tersebut.
masing grafik (titik potong dengan

32 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
No. Kompetensi Dasar Contoh Indikator Soal
sumbu, titik puncak, asimtot) dan
perubahan grafik fungsinya akibat
1
transformasi 𝑓 2 (𝑥), 𝑓(𝑥) . |𝑓(𝑥)| dsb

3. Kisi-kisi Soal HOTs


Jenjang Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kurikulum : Kurikulum 2013

Kompetensi Kelas/ Indikator Level Bentuk No.


No Materi
Dasar Semester Soal Kognitif Soal Soal
1. 3.5 Menjelaskan Fungsi X/1 Diberikan L3 (C4) Uraian 1
dan menentukan Kuadrat ilustrasi
fungsi (terutama suatu
fungsi linear, jembatan
fungsi kuadrat, berbentuk
dan fungsi parabola
rasional) secara (fungsi
formal yang kuadrat)
meliputi notasi, yang
daerah asal, ditopang
daerah hasil, dan oleh besi
ekspresi simbolik, peyangga,
serta sketsa peserta
grafiknya. didik dapat
4.5 Menganalisa menentukan
karakteristik panjang
masing-masing besi
grafik (titik penopang
potong dengan yang
sumbu, titik dibutuhkan

33 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Kompetensi Kelas/ Indikator Level Bentuk No.
No Materi
Dasar Semester Soal Kognitif Soal Soal
puncak, asimtot) jembatan
dan perubahan tersebut.
grafik fungsinya
akibat
transformasi
1
𝑓 2 (𝑥), 𝑓(𝑥) . |𝑓(𝑥)|

dsb

4. Kartu Soal HOTs


Kartu Soal
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/Semester : X/1
Kurikulum : kurikulum 2013
Kompetensi Dasar : 3.5 Menjelaskan dan menentukan fungsi (terutama fungsi
linear, fungsi kuadrat, dan fungsi rasional) secara formal
yang meliputi notasi, daerah asal, daerah hasil, dan
ekspresi simbolik, serta sketsa grafiknya.

4.5 Menganalisa karakteristik masing-masing grafik (titik


potong dengan sumbu, titik puncak, asimtot) dan
perubahan grafik fungsinya akibat transformasi
1
𝑓 2 (𝑥), . |𝑓(𝑥)| dsb
𝑓(𝑥)

Materi : Fungsi Kuadrat


Indikator Soal : HOTS:
Diberikan ilustrasi suatu jembatan berbentuk parabola
(fungsi kuadrat) yang ditopang oleh besi peyangga,
peserta didik dapat menuntukan panjang besi penompang
yang dibutuhkan jembatan tersebut.
Level Kognitif : L.3 (C-4)

Soal

34 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
1. Jembatan di pulau Hotmania berbentuk parabola dan ditopang oleh
besi secara vertikal seperti pada gambar berikut.

Jika jarak antar penopang besi adalah 1 𝑚 dan panjang terbesar besi
tersebut adalah 4 𝑚, tentukan:
a. Persamaan parabola dari jembatan tersebut?
b. Berapa meter besi penopang yang dibuthhkan untuk jembatan
tersebut?

Kunci Jawaban:

4
a. 𝑦 = − 9 (𝑥 2 − 6𝑥)
140
b. 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
9

No. Uraian Jawaban/Kata Kunci Skor


Menentukan gambar jembatan ke dalam koordinat kartesius, dengan
1
titik puncak (3,4) dan melalui titik (0,0)
2
Menggunakan rumus fungsi kuadrat 𝑦 = 𝑎(𝑥 − 𝑥𝑝 ) + 𝑦𝑝 1
a.
Mensubtitusikan 𝑥𝑝 = 3 dan 𝑦𝑝 = 4 1
Mendapatkan nilai 𝑎 dengan mensubtitusikan 𝑥 = 0 dan 𝑦 = 0 1
4
Diperoleh fungsi parabola jembatan tersebut 𝑦 = − 9 (𝑥 2 − 6𝑥) 1

Meletakkan koordinat besi penopang dengan sumbu 𝑋 yaitu di


1
(1,0), (2,0), (3,0), (4,0) dan (5,0)
Menentukan tinggi masing-masing besi penopang (nilai y) pada
b. fungsi kuadrat:
Untuk 1
20
𝑥=1→𝑦=
9

35 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
No. Uraian Jawaban/Kata Kunci Skor
32
𝑥=2→𝑦=
9
𝑥=3→𝑦=4
32
𝑥=4→𝑦=
9
20
𝑥=5→𝑦=
9
20 32 32 20 140
Total penopang adalah + +4+ + = meter 1
9 9 9 9 9

Total Skor 8

Soal ini termasuk soal HOTS karena:

1. Memproses dan mengintegrasikan informasi\


2. Transfer konsep fungsi kuadrat dengan koordinat geometri
3. Proses berfikirnya antara lain:
a. Menyusun persamaan fungsi kuadrat yang memenuhi kasus
tersebut.
b. Menghitung panjang masing-masing besi penopang berdasarkan
sifat kesimetrisan fungsi kuadrat atau mengaitkan gambar jembatan
dan besi penopang ke dalam koordinat kartesius (hubungan antara
absis ordinat fungsi kuadrat)

36 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i

Anda mungkin juga menyukai