Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 2:
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 2:
Puji syukur kehadirat Allah SWT, tuhan yang maha Esa atas segala nikmat
dan kasih sayang-Nya berkat petunjuk dan juga hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan paper problematika pembelajaran matematika dengan pokok
bahasan Berfikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking-HOT) ini dengan tepat
waktu. Dalam penyusunan paper ini kami banyak mendapat saran, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat
diukur secara materi. Oleh karena itu, dengan segala hormat kami mengucapkan
terima kasih kepada:
Penyusun
10 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
ini, yaitu kemudahan mendapatkan data dan informasi melalui
internet, sudah selayaknya instrumen penilaian HOTS juga menuntut
peserta didik tidak hanya mencari sendiri informasi. Untuk memenuhi
harapan di atas, sebaiknya instrumen penilaian HOTS menggunakan
berbagai representasi, antara lain verbal (bentuk kalimat), visual
(gambar, bagan, grafik, tabel, termasuk video), simbolis (simbol, ikon,
inisial, isyarat) dan matematis (angka, rumus, persamaan).
4. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta peserta didik diharapkan
daoat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh
masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan,
kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Dala, pengertian
tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk
menghubungkan (relate), menginterpretasikan interprete),
menerapkan (apply), dan mengintegrasikan (integrate) ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
permasalahan dalam konteks nyata. Berikut ini diuraikan lima
karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT:
a. Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman
kehidupan nyata.
b. Experiencing, asesmen yang diekankan kepada penggalian
(exploration), penmuan (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen ang menuntut kemampuan peserta didik untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas
untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta
didik untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada
kesimpulan konteks masalah.
11 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik
untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas
ke dalam situasi atau konteks baru.
12 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
dengan yang lainnya. Susunan pernyataan benar dan pernyataan
salah agar diacak, tidak sistematis mengikuti pola tertentu.
Susunan yang terpola sistematis dapat memberi petunjuk kepada
jawaban yang benar. Apabila peserta didik menjawab benar pada
semua pernyataan yang diberikan skor 1 atau apanila terdapat
kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.
b. Uraian
Soal bentuk uraian adalah soal yang jawabannya menuntut
peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang
telah dipelajarinya dengan mengemukakakn atau mengekspresikan
gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk
tertulis. Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus
mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang
ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan
panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan
oleh peserta didik. Dengan kata lain, ruang lingkup ini
menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang
ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegass
dan jelas tergambar dalam rumusan soalnya.
3. Level Kognitif Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Oerder Thinking-
HOT)
Menurut Anderson dan Krathwohl (Dalam Buku Penilaian Berorientasi
HOTS, 2018:15) mengklarifikasi dimensi proses berfikir sebagai berikut:
Mengkreasi ide/gagasan sendiri
Mengkreasi Kata kerja: mengkontruksi, desain, kreasi,
mengembangkan, menulis, memformulasikan
Mengambil keputusan sendiri
HOTS Mengevalusi Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah,
menentukan, memilih, mendukung
Menspesifikasi aspek-aspek/elemen
Menganalisis Kata keerja: membandingkan, memeriksa,
mengkritisi, menguji
13 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Menggunakan informasi pada domain berbeda
Kata kerja: menggunakan,
Mengaplikasi
mendemonstrasikan, mengilustrasikan,
MOTS mengoperasikan
Menjelaskan ide/konsep
Memahami Kata kerja: menjelaskan, mengklarifikasi,
menerima, melaporkan
Mengingat kembali
LOTS Mengetahui Kata kerja: mengingat, mendaftar, mengullang,
menirukan
14 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
b. Aplikasi (Level 2)
Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang
lebih tinggi daripada level pengetahuan dan pemahaman. Level
kognitif aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau
mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur
kemampuan: a) menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau
mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual
(situasi lain). Bisa jadi soal-soal pada level 2 merupakan soal kategori
sedang atau sukar, karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik
harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal
definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur)
melakukan sesuatu. Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan pada
konsep lain atau untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual.
Namun soal-soal pada level 2 bukanlah merupakan soal-soal HOTS.
Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menerapkan,
menggunakan, menentukan, menghitung, membuktikan, dan lain-lain.
c. Penalaran (Level 3)
Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS), karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 peserta didik
harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan
penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah
kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran
mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi
(C5), dan mengkreasi (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis
(C4) menuntut kemampuan peserta didik untuk menspesifikasi aspek-
aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan
menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir
mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan peserta didik untuk
menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji,
15 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses
berpikir mengkreasi (C6) menuntut kemampuan peserta didik untuk
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan,
memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
menggubah. Soal-soal pada level penalaran tidak selalu merupakan
soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut kemampuan
menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan
(evaluasi), memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun
strategi baru untuk memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin.
Kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep, dan
kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep lain, merupakan
kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaiakan soalsoal level
3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan
antara lain: menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun
hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan,
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan,
memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan
menggubah
4. Langkah-Langkah Penyusunan Soal Berfikir Tingkat Tinggi (Higher
Oerder Thinking-HOT)
Menurut Wahidmurni (2018:11) mengatakan bahwa langkah-
langkah untuk menyusun soal HITS sebenarnya sama saja dengan
langkah-langkah dalam menyusun spal yang bukan HOTS, hanya saja
penekanannya adalah adanya stimulus yang kontekstual dengan perilaku
yang diharapkan dalam soal HOTS. Dalam soal bukan HOTS, stimulus
juga dibutuhkan namun lebih banyak soal yang disusun tanpa
menggunakan stimulus.
Sedangkan menurut Moh Zainal Fanani (2018:71) mengatakan
juga bahwa untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk
dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi
yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu
sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang
16 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di
dalam buku pelajaran. Oleh karena itu, dalam penulisan soal HOTS
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal
(kontruksi soal) dan kreatifitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah sekitar satuan pendidikan.
Langkah-langkah penyusunan soal HOTS menurut Wahidmurni
(2018:11) dan Kemendikud (2017:pasal 23) sebagai berikut:
a. Menganalisis KD dan IPK
Soal dalam bentuk apapun dibuat untuk mengukur ketercapaian
rumusan kompetensi yang dirumuskan dalam naskah kurikulum suatu
matapelajaran. Oleh karena KD merupakan rumusan kompetensi yang
terakhir dalam naskah kurikulum, maka pendidikan harus melakukan
analisis KD yang akan dibuatkan soal HOTS dan memastikan bahwa
IPK yang dikembangkan benar-benar mencerminkan bukti
ketercapaian dari KD tersebut.
b. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi diperlukan sebagai panduan oleh pendidik dalam menyusun
soal, agar soal yang akan disusun benar-benar mencerminkan
komoetensi yang diukur. Oleh karena itu dalam kisi-kisi soal berisi
keterkaitan atara KD, IPK (indikatir soal), materi, level kognitif dan
bentuk soal.
c. Menentukan stimulus yang kontekstual dan menarik
Stimulus yang kontekstual artinya rumusan materi yang diangkat
sebagai stimulus terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa di
lingkungan kehidupannyam adapun stimulus yang menarik jika
rumusan materi yang diangkat dalam stimulus itu baru atau aktual
sesuai dengan perkembangan usia perkembangan peserta didik.
Stimulus ini dapat berupa kasus/ tabel/ diagram/ ilustrasi/ peristiwa/
gambar atau sejenisnya yang dibuat oleh pendidik sendiri atau
mengambil dari sumber lainnya.
17 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Kaidah penulisan HOTS dan bukan HOTS intinya sama saja baik dari
aspek kontruksi dan bahasanya, perbedaannya hanya pada aspek
materi dari level kognitif yang diujikan.
e. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Menentukan kuncinjawaban untuk soal yang berbentuk objektif (B-S,
pilihan ganda, isian singkat) dan menentukan pedoman penskoran
untuk soal sebjektif atau bentuk uraian.
Untuk memperjelas langkah-langkah penyusunan soal HOTS,disajikan
dalam diagram alir di bawah ini:
Kompetensi Dasar
Analisis KD
Form Kisi-
Menyusun Kisi-Kisi
Kisi
Merumuskan Stimulus
Form Kartu
Pedoman Penskoran Menuis Soal HOTS Soal
18 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
a. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21
Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang dilaksanakan
oleh sekolah diharapkan dapat membekali siswa untuk memiliki
sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis
besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad
ke-21 (21st century skills) yaitu: a) memiliki karakter yang baik
(religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas); b)
memiliki kemampuan 4C (critical thinking, creativity, collaboration,
dan communication); serta c) menguasai literasi mencakup
keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan
dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat melatih
siswa untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai
dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui penilaian
berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis (critical
thinking), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning self
reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (problem-
solving).
b. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah (local
genius)
Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif oleh guru
sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing.
Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis
permasalahan daerah di lingkungan satuan pendidikan sangat penting.
Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat
sebagai stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus yang dipilih
oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik karena
dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh peserta didik. Di
samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar
dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi
yang ada di daerahnya. Sehingga peserta didik merasa terpanggil
19 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
untuk ikut ambil bagian dalam memecahkan berbagai permasalahan
yang timbul di daerahnya.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di
masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam
kelas hendaknya terkait langsung dengan pemecahan masalah di
masyarakat. Dengan demikian peserta didik merasakan bahwa materi
pelajaran yang diperoleh di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan
bekal untuk terjun di masyarakat. Tantangan-tantangan yang terjadi di
masyarakat dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam
penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar, sehingga munculnya
soal-soal berbasis soal-soal HOTS, diharapkan dapat menambah
motivasi belajar peserta didik. Motivasi inilah yang menjadikan
peserta didik menjadi insan pembelajar sepanjang hayat.
d. Meningkatkan mutu dan akuntabilitas penilaian hasil belajar
Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat memberikan
informasi yang akurat terhadap kemampuan peserta tes. Penggunaan
soal-soal HOTS dapat meningkatkan kemampuan ketrampilan
berpikir anak. Akuntabilitaspelaksanaan penilaian hasil belajar oleh
guru dan sekolah menjadi sangat penting dalam rangka menjaga
kepercayaan masyarakat kepada sekolah.
Pada Kurikulum 2013 sebagian besar tuntutan KD ada pada level 3
(menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat
menggambarkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan KD.
Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur keterampilan berpikir
tigkat tinggi, dapat meningkatkan mutu penilaian hasil belajar.
C. Hasil-hasil Penelitian Terkait
Penelitian yang berhubungan dengan HOTS salah satunya adalah jurnal
penelitian Moh. Zainul Fanani dengan judul “Strategi Pengembangan Soal
Higher Order Thinking Skill (HOTS) Dalam Kurikulum 2013”. Hasil
penelitian Moh Zainul Fanani ini mengungkapkan bahwa penilaian soal
HOTS adalah soal-soal yang pada umumnya mengukur kemampuan pada
20 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
ranah menganalisis (analyzing C4), mengevaluasi (evaluating C5), dan
mengkreasi (creating C6). Serta strategi penyusunan soal-soal HOTS
dilakukan dengan melibatkan seluruh komponen stakeholder di bidang
pendidikan mulai dari tingkah pusat sampai ke daerah dan satuan pendidikan.
Sesuai dengan tugas pokok dan kewenangan masing-masing. Guru harus
memiliki pengetahuan dan keahlian untuk menunjang pekerjaannya, sehingga
dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Penilaian yang dikembangkan oleh guru diharapkan dapat mendorong
peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas,
dan membangun kemandirian peserta didik untuk menyelesaikan masalah.
Penelitian lain adalah Sumaryanta dengan judul “Penilaian HOTS dalam
Pembelajaran Matematika”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
penilaian HOTS adalah penilaian yang melibatkan kemampuan HOTS siswa,
antara lain: kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, kreatif,
pemecahan masalah tidak rutin, non-algoritmatik, analisis, evaluasi,
mencipta, dan/atau membutuhkan ppemikiran ke tingkat yang lebih tinggi
daripada hanya menyatakan kembali fakta. Serta Sumaryanta dalam hasil
penelitiannya juga mengatakan bahwa penilaian HOTS sangat penting dalam
pembelajaran. Melalui HOTS, pembelajaran matematika dapat didorong lebih
optimal dalam mendukung tumbuh kembang siswa. Guru sebagai ujung
tombak pelaksanaan pembelajaran perlu terus meningkatkan pemahaman
terkait dengan konsep dan implementasi penilaian HOTS sehingga mampu
mengimplementasikannya di kelas.
Selain kedua peneliti diatas juga ada salah satu peneliti yang meneliti
tentang HOTS dengan judul “Implementasi HOTS dalam Kurikulum 2013”
adalah Fuaddilah Ali Sofyan. Dalam hasil penelitiannya Fuaddilah
mengungkapkan bahwa mengaplikasikan HOTS pada kurikulum 2013 dapat
mempermudah proses pembelajaran dan membuat siswa lebih aktif dan tidak
terpaku pada metode ceramah yang disampaikan oleh guru serta dengan
menggunakan pendekatan HOTS, situasi dikelas yang semula kurang aktif
setelah diterapkan metode pemberian tugas, kondisi kelas berubah menjai
aktif. Serta penerapan pendekatan HOTS pada kurikulum 2013 dapat
21 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
meningkatkan hasil belajara siswa pada semua materi pelajaran karena
pendekatan HOTS ini dapat dilaksanakan oleh pendidik tergantung situasi
dan karakteristis peserta didik sehingga hasil persentase penelitian ketuntasan
klasikal pada siklus 1 yaitu 62,5% dan meningkat pada siklus 2 menjadi
100%.
Sehingga dari ketiga hasil penelitian tentang HOTS ini dapat disimpulkan
bahwa HOTS terjadi ketika peserta didik terlibat dengan apa yang mereka
ketahui sedemikian rupa untuk mengubahnya, artinya siswa mampu
mengubah atau mengkreasi pengetahuan yang mereka ketahui dan
menghasilkan sesuatu yang baru. Sehingga melalui HOTS peserta didik akan
dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik,
mampu memcahkan masalah, mampu mengkontruksi penjelasan, mampu
berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas, dimana
kemampuan ini jelas memperlihatkan bagaimana peserta didik bernalar.
D. Penutup
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
Pengertian berfikir tingkat tinggi (Higher order Thinking-HOT)
adalah suatu proses dasar pembelajaran yang menuntut siswa dapat
mengolah pengetahuan yang dimiliki dalam level kognitif yang lebih
tinggi dengan informasi-informasi baru untuk dapat menemukan
solusi dari maalah yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan pula,
soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Karakteristik soal HOTS ada 5, yaitu:
a. Mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi
b. Bersifat devergen
c. Menggunakan Multirepresentasi
d. Berbasis permasalahan kontekstual
e. Menggunakan bentuk soal beragam
Level kognitif pada berfikir tingkat tinggi ada 3 level yaitu:
a. Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)
22 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
b. Aplikasi (Level 2)
c. Penalaran (Level 3)
Langkah-langkah menyusun soal HOTS sebagai berikut:
a. Menganalisis KD dan IPK/KKO
b. Menyusun kisi-kisi soal
c. Menentukan stimulus yang kontekstual dan menarik
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
e. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Peran soal befikir tingkat tinggi dalam penilaian hasil belajar sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyosong abad ke-21
b. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah (local
genius)
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa
d. Meningkatkan mutu dan akuntabilitas penilaian hasil belajar
2. Saran
Untuk mencapai tujuan pembelajaran abad 21 berfikir tingkat tinggi harus
diterapkan.
E. Daftar Rujukan
Adi, Santoso, Herdiyanto, dkk. 2019. Modul Penyusunan Soal Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Matematika. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sma Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Fanani, Moh. Zainal. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Dalam Kurikulum 2013. Edudeena vol II: 57-76
Sumaryanta. 2018. Penilaian HOTs dalam Pembelajaran Matematika.
PPPPTK Matematika vol 8:500-509
Sofyan, Fuaddilah Ali. 2019. Implementasi HOTS Pada Kurikulum 2013.
Jurnal Inventa vol III: 1-17
Setiawan, Wiwik, dkk. 2018. Buku Penilaian Berorientasi HOTS. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sma Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
23 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Widana, I Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking
Skill (HOTS). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sma Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
F. Lampiran
Lampiran 1
Kisi-Kisi Soal HOTS
Jenjang Pendidikan :………………………….
Mata Pelajaran :………………………….
Kurikulum : …………………………
…………,…………………...
Mengetahui,
Kepala Sekolah……. Koordinator MGMP……..
……………………………….. ……………………………..
NIP. NIP.
24 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Lampiran 2A
Kompetensi Dasar :
Materi :
Indikator Soal :
Level Kognitif :
Soal
1. ……………….
a. … b. … c. … d. … e. …
2. ……………….
a. … b. … c. … d. … e. …
1. …..
2. …..
Keterangan:
1. ……
2. ……
25 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Lampiran 2B
Kartu Soal Uraian
Mata Pelajaran : ……………………..
Kelas/Semester : ……………………..
Kurikulum : ……………………..
Kompetensi Dasar :
Materi :
Indikator Soal :
Level Kognitif :
Soal :
1. …………………….
2. …………………….
Total Skor
Keterangan:
Soal ini termasuk soal HOTs karena:
1. ……………………………
2. ……………………………
26 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Lampiran 3A
Instrument Telaah Soal HOTs
Bentuk Tes Pilihan Ganda
Nama Pengembang Soal : ……………………..
Mata Pelajaran : ……………………..
Kls/Prog/Peminatan : ……………………..
Butir Soal**)
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai indikator.
Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru,
2.
mendorong peserta didik untuk membaca).
Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
3. (gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia
nyata)*
Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
4.
mengevaluasi, mencipta)
5. Jawaban tidak ditemukan pada stimulus.
6. Tidak rutin (tidak familiar) dan mengsung kebaruan.
7. Pilihan jawaban homogen dan logis.
8. Setiap soal hanya ada satu jawaban benar.
B. Konstruksi
9. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
10.
pernyataan yang diperlukan saja.
11. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban.
Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negative
12.
ganda.
Gambar, grafik, tabel, diagram,atau sejenisnya jelas dan
13.
berfungsi.
14. Panjang pilihan jawaban relatif sama
27 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Butir Soal**)
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3 4 5
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua
15. jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar”
dan sejenisnya.
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun
16. berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau
kronologinya.
17. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.
Bahasa
C. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
18. Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai
kaidahnya.
19. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
20. Soal menggunakan kalimat yang komutatif.
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang
21.
sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.
Aturan Tambahan
D. Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama,
22. Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik, Propaganda, dan
Kekerasan)
*) Khusus mata pelajaran Bahasa dapat menggunakan teks yang tidak
kontekstual (fiksi, karangan, dan sejenisnya).
**) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang (√) bila sesuai dengan
kaidah atau tanda silang (X) bila soal tersebut tidak memenuhi kaidah
………...,……………………
Penelaah
…………………………….
NIP.
28 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Lampiran 3B
Instrument Telaah Soal HOTS
Bentuk Tes Uraian
Nama Pengembang Soal : ……………………..
Mata Pelajaran : ……………………..
Kls/Prog/Peminatan : ……………………..
Butir Soal**)
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai dengna indikator (menuntut tes tertulis untuk
bentuk uraian).
2. Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru, mendorong
peserta didik untuk membaca).
3. Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia
nyata)*
4. Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta). Sebelum menentukan pilihan,
peserta didik melakukan tahapan-tahapan tertentu.
5. Jawaban tidak ditemukant pada stimulus
6. Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung kebaruan.
B. Kontruksi
7. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan menggunakan kata-
kata Tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai.
8. Memuat petunjuk yang jelas tentenag cara mengerjakan soal.
9. Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan
kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.
10. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan
berfungsi.
11. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.
29 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Butir Soal**)
No. Aspek yang Ditelaah
1 2 3 4 5
C. Bahasa
12. Menggunakan Bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, untuk Bahasa daerah dan Bahasa asing sesuai
kaidahnya.
13. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
14. Soal menggunakan kalimat yang komutatif.
D. Aturan Tambahan
15. Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama,
Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik, Propaganda, dan
Kekerasan)
*) Khusus mata pelajaran Bahasa dapat menggunakan teks yang tidak
kontekstual (fiksi, karangan, dan sejenisnya).
**) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang (√) bila sesuai dengan
kaidah atau tanda silang (X) bila soal tersebut tidak memenuhi kaidah
………...,……………………
Penelaah
…………………………….
NIP.
30 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Lampiran 4
Contoh Instrument
1. Analisis Kompetensi Dasar
Jenjang Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/Semester : X/1
Dimensi
No. Kompetensi Dasar Proses
Kognitif
3.5 Menjelaskan dan menentukan fungsi (terutama fungsi
linear, fungsi kuadrat, dan fungsi rasional) secara formal
yang meliputi notasi, daerah asal, daerah hasil, dan ekspresi
simbolik, serta sketsa grafiknya. C-4, C-5
4.5 Menganalisa karakteristik masing-masing grafik (titik
potong dengan sumbu, titik puncak, asimtot) dan perubahan
1
grafik fungsinya akibat transformasi 𝑓 2 (𝑥), 𝑓(𝑥) . |𝑓(𝑥)| dsb
31 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Kemampuan
No. Kompetensi Dasar Stimulus Tahapan Berpikir
yang Diuji
daerah asal, daerah ditopang oleh penopang
hasil, dan ekspresi besi-besi yang berdasasrkan
simbolik, serta tegak lurus sifat
sketsa grafiknya. dengan alas, kesimetrisan
4.5 Menganalisa diketahui fungsi kuadrat
karakteristik panjan besi atau mengaitkan
masing-masing terpanjang dan gambar
grafik (titik potong jarak antar besi jembatan dan
dengan sumbu, titik penopang. besi penopang
puncak, asimtot) ke dalam
dan perubahan koordinat
grafik fungsinya kartesius
akibat transformasi
1
𝑓 2 (𝑥), 𝑓(𝑥) . |𝑓(𝑥)|
dsb
32 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
No. Kompetensi Dasar Contoh Indikator Soal
sumbu, titik puncak, asimtot) dan
perubahan grafik fungsinya akibat
1
transformasi 𝑓 2 (𝑥), 𝑓(𝑥) . |𝑓(𝑥)| dsb
33 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
Kompetensi Kelas/ Indikator Level Bentuk No.
No Materi
Dasar Semester Soal Kognitif Soal Soal
puncak, asimtot) jembatan
dan perubahan tersebut.
grafik fungsinya
akibat
transformasi
1
𝑓 2 (𝑥), 𝑓(𝑥) . |𝑓(𝑥)|
dsb
Soal
34 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
1. Jembatan di pulau Hotmania berbentuk parabola dan ditopang oleh
besi secara vertikal seperti pada gambar berikut.
Jika jarak antar penopang besi adalah 1 𝑚 dan panjang terbesar besi
tersebut adalah 4 𝑚, tentukan:
a. Persamaan parabola dari jembatan tersebut?
b. Berapa meter besi penopang yang dibuthhkan untuk jembatan
tersebut?
Kunci Jawaban:
4
a. 𝑦 = − 9 (𝑥 2 − 6𝑥)
140
b. 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
9
35 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i
No. Uraian Jawaban/Kata Kunci Skor
32
𝑥=2→𝑦=
9
𝑥=3→𝑦=4
32
𝑥=4→𝑦=
9
20
𝑥=5→𝑦=
9
20 32 32 20 140
Total penopang adalah + +4+ + = meter 1
9 9 9 9 9
Total Skor 8
36 | B e r f i k i r T i n g k a t T i n g g i