Anda di halaman 1dari 26

HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

DAN PENGEMBANGAN SOAL (12 SOAL), JENIS TES ESAI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengembangan Instrumen Penilaian
yang dibina oleh
Bapak Dr. Muhardjito, M.S

Oleh

Kelompok 4 :

Muhammad Ainal Yaqin 140351605619


Nunuk Ika Lestari 140351605816
Sinta Nur Kholifah 140351605301

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
September 2017

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II ISI
Pengertian HOTS................................................................................................. 3
Karakteristik Soal HOTS ..................................................................................... 6
Tes Esai ............................................................................................................... 8
Karakteristik Soal Essay .................................................................................... 10
Kelebihan dan Kelemahan Tes Esai .................................................................. 11
Rubrik Penskoran Tes Esai................................................................................ 12
Pengembangan Soal HOTS ............................................................................... 15
BAB III Penutup ................................................................................................... 23
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 24

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan sekarang ini, kurikulum memerintahkan untuk
mengaktifkan ketiga ranah dalam setiap proses pembelajaran, yaitu ranah sikap,
ranah pengetahuan, dan ranah keterampilan. Ranah pengetahuan atau dapat
disebut sebagai ranah kognitif yang merupakan ranah kemampuan untuk berpikir.
Berdarsarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi, ranah kognitif
diklasifikasikan ke dalam enam tingkatan, yaitu sebagai berikut: (1) Mengingat,
(2) Memahami, (3) Menerapkan, (4) Menganalisis, (5) Mengevaluasi, dan (6)
Mencipta. Dimana keenam tingkatan ini merupakan rangkaian tingkatan berpikir
manusia.
Pengajaran keterampilan befikir dilandasi oleh dua filosofi. Pertama
harus terdapatnya materi atau pelajaran khusus tentang berfikir. Kedua,
mengintegrasikan kegiatan berfikir ke dalam setiap pembelajaran, dengan
demikan keterampilan berfikir khususnya berfikir tingkat tinggi harus
dikembangkan dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Keterampilan
berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu siswa untuk menjadi
problemsolver yang lebih baik. Untuk itu, guru harus menyediakan masalah (soal)
yang memungkinkan siswa untuk dapat menggunakan keterampilan berfikir
tingkat tingginya.
Berpikir tingkat tinggi membutuhkan berbagai langkah-langkah
pembelajaran dan pengajaran yang berbeda dengan hanya sekedar mempelajari
fakta dan konsep semata. Dalam berpikir tingkat tinggi meliputi aktivitas
pembelajaran terhadap keterampilan dalam memutuskan hal-hal yang bersifat
kompleks semisal berpikir kritis dan berpikir dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, disusun makalah dengan judul Higher
Order Thinking Skills (HOTS) dan Pengembangan Soal (12 Soal), Jenis Tes
Esai.

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan HOTS (Higher Order Thinking Skils) ?
2. Bagaimana karakteristik Soal HOTS (Higher Order Thinking Skils) ?
3. Apa yang dimaksud dengan tes esai ?
4. Bagaimakah karakteristik tes esai ?
5. Bagaimanakah kelebihan dan kelemahan tes esai ?
6. Bagaimakah rubrik penskoran tes esai ?
7. Bagaimakah pengembangan soal HOTS (Higher Order Thinking Skils)
dalam bentuk tes esai ?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan HOTS (Higher Order Thinking Skils).
2. Menjelaskan karakteristik HOTS (Higher Order Thinking Skils).
3. Menjelaskan yang dimaksud dengan tes esai.
4. Menjelaskan karakteristik tes esai.
5. Menjelaskan kelebihan dan kelemahan tes esai.
6. Menjelaskan rubrik penskoran tes esai.
7. Menjelaskan pengembangan soal HOTS.
BAB II

ISI

A. Pengertian HOTS
Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan instrumen pengukuran
yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu
kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali
(restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS
pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep
lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai
informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan
masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian,
soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal
recall (Basuki & Hariyanto, 2014).
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur
dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau
prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan
menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan,
memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah,
menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil
keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang
telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan:
mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-
C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6).
Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah
menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6). Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan
indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO.

3
4

Sebagai contoh kata kerja menentukan pada Taksonomi Bloom ada pada ranah
C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja menentukan
bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan
didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada
stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan
kata kerja menentukan bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan
menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah
kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan (Basuki, Hariyanto, 2014).
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus.
Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS,
stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus
dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains,
ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada
di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di
daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas
seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan
dalam penulisan soal HOTS.
Menurut Anna & Bryan (2005), Higher Order Thinking Skill (HOTS)
atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif .
Dalam pembentukan sistem konseptual IPA proses berpikir tingkat tinggi yang
biasa digunakan adalah berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat
diperlukan pada zaman perkembangan IPTEK sekarang ini, sebab saat ini selain
hasil-hasil IPTEK yang dapat dinikmati, ternyata timbul beberapa dampak yang
membuat masalah bagi manusia dan lingkungannya. Para peneliti pendidikan
menjelaskan bahwa belajar berpikir kritis tidak langsung seperti belajar tentang
materi, tetapi belajar bagaimana cara mengkaitkan berpikir kritis secara efektif
dalam dirinya (Sudjana, 2006). Maksudnya masing-masing keterampilan berpikir
kritis dalam penggunaanya untuk memecahkan masalah saling berkaitan satu
sama lain.
5

Indikator keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi lima kelompok


yaitu; memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar,
menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan
taktik. Keterampilan pada kelima kelompok berpikir kritis ini dirinci lagi sebagai
berikut:
a) Memberikan penjelasan sederhana terdiri dari keterampilan memfokuskan
pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan.
b) Membangun keterampilan dasar terdiri dari menyesuaikan dengan sumber,
mengamati dan melaporkan hasil observasi.
c) Menyimpulkan terdiri dari keterampilan mempertimbangkan kesimpulan,
melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi.
d) Membuat penjelasan lanjut contohnya mengartikan istilah dan membuat
definisi.
e) Mengatur strategi dan taktik contohnya menentukan suatu tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain dan berkomunikasi.
Keterampilan berpikir kritis peserta didik antara lain dapat dilatih melalui
pemberian masalah dalam bentuk soal yang bervariasi. Ada berbagai konsep dan
contoh keterampilan berpikir yang dikembangkan oleh para ahli pendidikan.
Keterampilan berpikir yang dikembangkan dan bentuk pertanyaannya menurut
Linn dan Gronlund adalah seperti tertera pada Tabel 1.
No Keterampilan Berpikir Bentuk Pertanyaan
1 Membandingkan - Apa persamaan dan perbedaan antara ...
dan...
- Bandingkan dua cara berikut tentang ....
2 Hubungan sebab-akibat - Apa penyebab utama ...
- Apa akibat
3 Memberi alasan (justifying) - Manakah pilihan berikut yang kamu pilih,
mengapa?
- Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak
setuju dengan pernyataan tentang ....
4 Meringkas - Tuliskan pernyataan penting yang
termasuk ...
- Ringkaslah dengan tepat isi
5 Menyimpulkan - Susunlah beberapa kesimpulan yang
berasal dari data ....
- Tulislah sebuah pernyataan yang dapat
menjelaskan peristiwa berikut ....
6 Berpendapat (inferring) - Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila
6

- Apa reaksi A terhadap


7 Mengelompokkan - Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
- Apakah hal berikut memiliki ....
8 Menciptakan - Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide
Anda tentang ....
- Lengkapilah cerita ... tentang apa yang
akan terjadi bila ....
9 Menerapkan - Selesaikan hal berikut dengan
menggunakan kaidah ....
- Tuliskan ... dengan menggunakan
pedoman....
10 Analisis - Manakah penulisan yang salah pada
paragraf ....
- Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri
utama ...
11 Sintesis - Tuliskan satu rencana untuk pembuktian
...
- Tuliskan sebuah laporan ...
12 Evaluasi - Apakah kelebihan dan kelemahan ....
- Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah
evaluasi tentang..
Tabel 1. Keterampilan Berpikir dan Bentuk Pertanyaannya

B. Karakteristik Soal HOTS


Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada
berbagai bentuk penilaian kelas. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal
HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal
HOTS (Basuki & Hariyanto, 2014).
3. Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis,
merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi
berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah
kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang.Dengan demikian,
jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical
thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen
(reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).
7

Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting


dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a. Kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar
b. Kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda
c. Menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara
sebelumnya.
Difficulty is NOT same as higher order thinking. Tingkat kesukaran
dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai
contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word)
mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk
menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills.
Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat
kesukaran yang tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang
kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas.
Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun
kreativitas dan berpikir kritis.
2. Berbasis Permasalahan Kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam
kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan
konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah.
Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait
dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek
kehidupan.Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan
peserta didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete),
menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.
8

Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang


disingkat REACT.
a. Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata.
b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration),
penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk
menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk
mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks
masalah.
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk
mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau
konteks baru.
Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik,
adalah sebagai berikut.
a. Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih
jawaban yang tersedia;
b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c. Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang
benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.

C. Tes Esai
1. Pengertian Tes Esai
Tes esai atau tes uraian merupakan tes tertulis, yang susunannya terdiri
dari item-item pertanyaan yang mengandung permasalahan dan menuntut siswa
untuk mengorganisasian dan menyatakan jawabannya melalui uraian kata-kata
(kalimat) yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2011).
Jawaban tersebut dapat berbentuk mengingat kembali, meyusun,
mengorganisasikan atau memadukan pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam
rangkaian kalimat yang tersusun dengan baik (Sukardi, 2011).
9

2. Jenis Tes Esai


Tes esai dikelompokkan menjadi dua, yaitu tes esai respons terbatas
(restricted response items) dan tes esai respons bebas atau diperluas (restricted
response items) (Suwarto, 2010). Tes esai terbatas adalah tes yang jawaban siswa
dibatasi dalam format, isi, dan respons, sedangkan tes esai bebas adalah tes esai
yang memberikan kesempatan siswa untuk mendiskusikan, memberikan informasi
berdasarkan fakta, mengorganisasikan jawaban, mengintegrasikan gagasan dan
mengevaluasi gagasan yang sesuai dengan anggapan siswa (Suwarto, 2010).
a. Tes Esai Bebas
Tes esai bebas merupakan tipe tes esai yang tidak ada batasan yang
diberikan kepada siswa dalam hal jawaban yang dapat mereka berikan dan dalam
hal mengorganisasi jawaban mereka, sehingga dalam menjawab soal tes esai
bebas, siswa dapat memilih aspek-aspek pengetahuan yang penting, saling
berhubungan, dan relevan dengan pendapat siswa (Suwarto, 2010). Sehingga tes
esai bebas merupakan tes yang memberikan siswa kesempatan untuk dapat
menyampaikan pengetahuan faktual yang dimiliki, mengevaluasi pengetahuan
faktualnya, mengorganisasi pemikirinnya, dan dapat menyampaikan pemikirannya
secara logis dan bertauan terhadap pertanyaan yang diberikan (Suwarto, 2013).
b. Tes Esai Terbatas
Tes esai terbatas merupakan tipe tes esai yang memiliki konteks sebagai
batasan dalam siswa menjawab soal tes esai terbatas. Siswa dalam menjawab soal
harus menyesuaikan jawaban mereka dengan konteks yang diberikan, sehingga
siswa diarahkan untuk menjawab soal sesuai dengan oleh guru dan meminimalkan
permasalahan yang sering muncul dalam proses penilaian dan membuat proses
penilaian menjadi lebih mudah (Suwarto, 2013). Terdapatnya batasan jawaban
yang harus diberikan siswa mengakibatkan tes esai terbatas kurang dapat dalam
mengukur kemampuan siswa dalam mensintesiskan pemikirannya dan
menyampaikan pemikiran mereka secara logis dan bertautan (Suwarto, 2013).
10

D. Karakteristik Soal Essay


Kaidah penulisan tes prestasi belajar bentuk soal uraian adalah sebagai
berikut:
1. Materi
Soal harus sesuai dengan indikator pada kisi-kisi, sehingga soal harus
menyatakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan
tuntutan indikator.
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus jelas .
Isi materi harus sesui dengan tujuan pengukuran.
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, yaitu jenis sekolah dan
kelas.
2. Konstruksi
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau
perintah yang menuntut jawaban terurai.
Petunjuk cara mengerjakan soal harus jelas.
Pedoman penyekoran segera dibuat dibuat setelah soal selesai ditulis
dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria
penskorannya, besarnya skor setiap komponen, serta rentang skor yang
dapat diperoleh untuk soal yang bersangkutan.
Grafik, tabel, gambar, dll dapat terbaca dengan jelas, sehingga tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda.
3. Bahasa
Rumusan kalimat soal komunikatif, yaitu menggunakan bahasa yang
sederhana yaitu dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh
siswa, serta baik dari segi kaidah bahasa Indonesia.
Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran yang berbeda.
11

E. Kelebihan dan Kelemahan Tes Esai


Secara umum, bentuk soal esai mempunyai kelebihan dan juga
kekurangan. Beberapa kelebihan tes esai dalam menilai hasil belajar sebagai
berikut.
a. Pendidik mudah menyusun pertanyaan yang akan diberikan.
b. Menghemat waktu dalam menyusun pertanyaan.
c. Tidak membutuhkan fasilitas yang banyak, seperti fasilitas untuk menstensil,
kertas dan alat tulis lainnya (Yusuf, 2015).
d. Dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikirannya,
mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat siswa sendiri (Hamid, 2011).
Sedangkan kekurangan dari tes esai antara lain adalah :
a. Jumlah materi atau pokok bahasan yang dapat dinyatakan sangat terbatas.
b. Waktu untuk memeriksa jawaban siswa cukup lama.
c. Penskorannya relatif subjektif, khususnya untuk soal uraian non-objektif.
d. Tingkat reliabilitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk
pilihan ganda (Hamid, 2011).
e. Kurangnya kemampuan peserta didik dalam memahami isi atau kurang
konsisten dalam menerjemahkan suatu butir, sehingga tes yang diberikan
kepada peserta didik menjadi kurang tepat.
f. Kecenderungan dalam menilai karakteristik seseorang dipengaruhi oleh
karakteristik orang lain atau kesan seseorang, sehingga yang diberikan tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
g. Nilai pada suatu butir memengaruhi nilai pada nomor berikutnya.
h. Jawaban yang mudah dibaca, sering dihargai lebih tinggi nilainya dari
jawaban yang sukar dibaca.
i. Harus diperiksa oleh orang yang ahli dalam materi atau bahan yang diberikan
(Yusuf, 2015).
12

F. Rubrik Penskoran Tes Esai


1. Penyusunan Tes Esai
Menyusun tes esai yang baik bukanlah soal yang mudah. Kebiasaan,
kemampuan dan memahami syarat-syarat utama dalam penyusunan tes esai,
merupakan hal yang sangat diperlukan. Beberapa syarat yang dianjurkan sebagai
pedoman dalam penyusunan tes esai yaitu.
a. Sajikan pertanyaan atau soal yang mendorong peserta didik
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyajikan sesuatu dengan
menggunakan bahasa tulisan.
b. Berikan pertanyaan atau soal yang bersifat terbatas, sehingga para ahli akan
setuju, hanya ada satu jawaban yang lebih baik untuk pertanyaan tersebut.
c. Rumuskan secara jelas tugas peserta ujian dengan spesifik dan lengkap.
d. Hindari memberikan sejumlah pertanyaan yang bersifat alternatif, dimana
peserta didik dapat memilih beberapa alternatif yang disukainya.
e. Untuk keperluan skoring, susun pola jawaban yang ideal untuk setiap
pertanyaan, pada waktu pertanyaan itu disusun.
f. Batasi penggunaan tes esai terhadap peserta didik, seandainya lebih tepat di
ukur dengan jenis tes yang lain. Kecuali, jika hal tersebut dimaksudkan untuk
mengungkapkan kemampuan menjelaskan dalam bahasa sendiri atau berpikir
tingkat tinggi.
g. Rumuskan pertanyaan yang dapat mengukur tingkah laku spesifik dari belajar,
misalnya menggunakan prinsip atau rumus.
h. Tunjukkan kepada peserta ujian batas waktu untuk tiap-tiap pertanyaan.

4. Penskoran Tes Esai


Banyak faktor yang mempengaruhi skor (nilai) tes esai, baik yang datang
dari diri peserta didik maupun faktor di luar dirinya. Salah satu kelemahan tes esai
yaitu penilaian yang bersifat subjektif. Tulisan yang tidak jelas, bahasa yang
sembrono, hubungan keluarga, kelelahan pendidik dalam memeriksa ujian,
lingkungan yang tidak kondusif, dan cahaya yang gelap adalah beberapa di antara
faktor yang ikut memicu munculnya subjektifitas dalam menilai ujian tes esai
(Yusuf, 2015).
13

Untuk bisa membuat soal bentuk essai, harus mengacu pada pedoman
penskoran. Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk yang
menjelaskan tentang :
a. Batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal
bentuk essai objektif.
b. Kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran terhadap
soal-soal bentuk essai non-objektif.
Pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal essai harus disusun dengan
segera setelah perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut. Penulisan pedoman
penskoran soal bentuk essai ketika akan memeriksa pekerjaan siswa adalah cara
yang tidak baik dan kurang dapat dipertanggungjawabkan karena dapat
mempengaruhi objektivitas penskoran dan penilaian. Bila hal tersebut digunakan
oleh guru, maka objektivitas yang diinginkan dalam tes bentuk essai tidak dapat
tercapai (Hamid, 2011).
Beberapa langkah yang diperhatikan dalam menskor tes essai untuk
mengurangi kelemahan-kelemahannya sebaga berikut.
1) Persiapkan dengan jelas dan rinci jawaban yang diharapkan untuk setiap
pertanyaan (butir soal). Sebelum menskor tiap butir soal, pertimbangkan dulu
jumlah kredit/bobot untuk setiap butir soal, apakah sama atau berbeda (kalau
ada). Selanjutnya, penskoran dilakukan berdasarkan bobot tersebut.
2) Skor jawaban tes esai, dalam hubungannya dengan tujuan yang sedang diukur.
Apabila dalam tujuan telah ditetapkan untuk menilai kemampuan analisis,
maka pada waktu menskor jangan berpindah pada kemampuan evaluasi atau
pengetahuan, sebab perubahan itu akan membawa dampak yang kurang baik
pada belajar peserta didik.
3) Gunakan pedoman evaluasi/kunci jawaban dengan tepat.
Dalam hal ini, dapat dilakukan dengan cara :
- Jika pertanyaan bersifat terbatas, pedoman jawaban untuk setiap soal dapat
digunakan sebagai petunjuk. Bandingkan jawaban peserta didik dengan
petunjuk tersebut, kemudian hubungkan dengan kredit/bobot tiap soal.
- Untuk pertanyaan essai yang bersifat terbuka, pedoman evaluasi lebih
merupakan rating method, sebab kriteria yang dibuat oleh penyusun tes
14

lebih merupakan pengklasifikasian/tingkatan; kemudian diberi skor dengan


bobot butir soal.
Misal :
Klasifikasi A = Tidak Lengkap nilai 1
Klasifikasi B = Kurang Lengkap nilai 2
Klasifikasi C = Agak Lebih Lengkap nilai 3
Klasifikasi D = Lengkap nilai 4
Klasifikasi E = Sangat Lengkap nilai 5
4) Evaluasilah menurut butir soal. Dalam hal ini, pendidik menilai jawaban semua
peserta didik untuk nomor 1 terlebih dahulu, kemudian jawaban semua peserta
didik untuk nomor 2, dan seterusnya. Jangan menilai jawaban seorang peserta
didik untuk semua butir soal sekaligus. Apabila yang terakhir ini dilakukan,
maka terjadi hallo effect yaitu pengaruh/efek nilai butir sebelumnya terhadap
nomor berikutnya.
5) Hilangkan semua identitas peserta yang mengikuti ujian. Hal ini perlu
dilakukan untuk menghilangkan pengaruh yang bersifat pribadi antara penilai
dan yang dinilai.
6) Usahakan penilai suatu tes lebih dari satu orang. Penilai lain adalah orang yang
juga ahli di bidang materi tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
evaluasi yang lebih objektif, sebab apabila penilai lebih dari satu, seorang
penilai akan lebih berhati-hati dan lebih dalam memberikan angka.
Berikut adalah tabel yang dapat digunakan sebagai pedoman penskoran
soal essai menurut Hamid (2011).
Langkah Kunci Jawaban Skor

Maksimal Skor
15

G. Pengembangan Soal HOTS

Tipe Soal C4
1. Indikator : Menganalisis perbedaan karakteristik macam-macam gelombang
dalam kehidupan sehari-hari.
Awan terlihat mendung menandakan akan turun hujan. Pada saat itu Dewi
sedang dibalik jendela melihat gerakan awan, sesaat kemudian terjadi petir.
Pada saat terjadi petir, langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang
menyilaukan, dan beberapa saat disusul dengan suara guruh yang menggelegar.
Mengapa pada saat terjadi petir terlihat kilatan cahaya terlebih dahulu, dan
beberapa saat terdengar suara guruh ?
Jawab :
Kilatan cahaya merupakan gelombang cahaya yang merambat lebih cepat
daripada bunyi guruh, hal ini dikarenakan kecepatan cahaya di udara sebesar
3x108 m/s, sedangkan cepat rambat bunyi di udara 340 m/s, sehingga pada saat
terjadi petir, kilatan cahaya muncul terlebih dahulu dan beberapa saat
kemudian disusul dengan suara guruh.

2. Tono beserta teman kelompoknya melakukan percobaan untuk mengetahui


indeks bias suatu zat cair menggunakan Hukum Snellius tentang pembiasan.
Percobaan dilakukan selama 3 kali percobaan menggunakan zat cair yang
sama. Hasil percobaan ditunjukkan seperti gambar berikut:
16

Berikut ini tabel yang berisi beberapa jenis indeks bias zat cair.
No. Jenis Zat Cair Indeks Bias
1. Air 1,33
2. Etil alkohol 1,36
3. Larutan gula 1,42
4. Minyak goreng 1,47
5. Bensin 1,50
Tentukan:
a. Indeks bias percobaan 1
b. Indeks bias percobaan 2
c. Indeks bias percobaan 3
d. Rata-rata indeks bias hasil percobaan
e. Bandingkan rata-rata hasil perhitungan indeks bias dengan tabel indeks bias
jenis zat cair, jenis zat cair
f. apakah yang diteliti oleh Tono dan teman-temannya?
Jawab:
Menghitung indeks bias setiap percobaan
Percobaan 1

n1 =

n1 = 1,4
Percobaan 2
n2 =

n2 = 1,54
Percobaan 3
n3 =

n3 = 1,48
Rata-rata indeks bias
n=

n=

n=

n = 1,47
Zat yang diteliti adalah minyak goreng.
17

3. Berikut adalah data hasil percobaan mendorong balok seberat 500 N di atas
bidang miring yang memiliki tinggi 5 m.
Sudut Kemiringan Gaya Usaha
30 250 N 5000 J
45 300 N 5000 J
60 350 N 5000 J
Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
Jawaban :
Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiringan bidang miring tidak
mempengaruhi besar usaha yang diberikan, namun mempengaruhi besar gaya
yang diperlukan.

4. Suatu hari Ana sedang berada di padang pasir. Dari kejauhan, Ia melihat
genangan air, namun pada saat Ia mendekatinya, genangan air tersebut tidak
ada. Fenomena apakah yang dilihat Ana? Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Jawaban :
Fenomena Fatamorgana. Fatamorgana ini terjadi karena permukaan padang
pasir mendapat sinar Matahari dengan intensitas kuat, sehingga ada perbedaan
suhu udara yang cukup besar di dekat permukaan padang pasir. Di dekat
permukaan padang pasir yang panas terdapat lapisan udara dingin. Lapisan
udara yang lebih dingin memiliki kerapatan lebih besar dari pada lapisan udara
yang lebih panas. Oleh karena itu, sinar Matahari yang datang dari lapisan
udara dingin menuju ke lapisan udara panas akan dibiaskan menjauhi garis
normal. Seberkas cahaya dari langit yang bergerak dari lapisan udara dingin ke
lapisan udara hangat dan lapisan udara panas secara berangsur dibiaskan
menjauhi garis normal, sehingga akhirnya dibelokkan ke atas ketika cahaya
tersebut memasuki lapisan udara panas di dekat permukaan padang pasir.
Cahaya ini dibiaskan ke mata seakan-akan cahaya ini datang dari permukaan
padang pasir atau bahkan dari bawah padang pasir.
18

Tipe Soal C5
1. Indikator : Membandingkan tegangan permukaan beberapa objek.
Sebuah karet gelang bermassa 4 gram mengapung di permukaan air akibat
tegangan permukaan yang diberikan air sebesar 0,068 N/m. Karet gelang
tersebut kemudian diangkat dan diberi perlakuan sehingga jari-jarinya berubah.
Saat diletakkan diatas permukaan air tegangan permukaan berkurang menjadi
0,042 N/m.
a. Menurut kamu bagaimanakah perubahan jari-jari karet gelang (bertambah
atau berkurang) ? Jelaskan!
b. Tentukanlah selisih jari-jari karet gelang sebelum dan sesudah perlakuan.
Jawaban :
Diketahui : m = 3 gram
1 = 0,068 N/m
2 = 0,042 N/m
Ditanya : a. Perubahan jari-jari karet gelang.
b. Selisih r1 dan r2.
a. Jari-jari karet gelang semakin besar atau mengalami pertambahan karena
tekanan permukaan berbanding terbalik dengan panjang permukaan.
( )
b. 1 = = r1 = =

= 7x10-2 m
( )
2 = = r1 = =

= 11,4x10-2 m
Jadi selisih jari-jarinya adalah 0,114 m - 0,07 m = 0,044 m.

2. Perhatikan gambar berikut ini !


19

Dalam bidang kedokteran sinar gamma sering digunakan untuk membunuh sel
kanker. Mengapa dalam membunuh kanker menggunakan sinar gamma bukan
menggunakan sinar yang lain, seperti gelombang mikro !
Jawaban :
1) Sinar Gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
oleh inti radiokatif (misal 60Co dan 137Cs) dan dalam reaksi-reaksi nuklir,
sinar gamma berenergi tinggi, hal ini dikarenakan sinar gamma memiliki
frekuensi sangat besar yang berkisar 1022 Hz hingga 1026 Hz yang
mengakibatkan memiliki kemampuan untuk menghasilkan kerusakan serius
pada saat diserap oleh jaringan hidup, berbeda dengan gelombang mikro
yang memiliki rentang frekuensi 106 Hz hingga kurang dari 1012 Hz
sehingga energi yang dihasilkan gelombang mikro lebih kecil daripada sinar
gamma.
2) Sinar gamma mampu mengion sehingga dapat memancarkan radiasi,
sehingga sinar gamma dapat merusak jaringan hidup seperti sel kanker,
berbeda dengan gelombang mikro yang tidak mengion sehingga tidak
memancarkan radiasi.

3. Seseorang ingin memindahkan sebuah balok dengan berat 500 N dari


permukaan tanah ke atap sebuah gedung. Gaya maksimum yang dapat
diberikan oleh orang tersebut adalah 100 N. Orang tersebut akan memindahkan
baliok tersebut menggunakan katrol, maka bagaimana penggunan katrol yang
baik agar balok dapat dinaikkan ke atap gedung ?
Jawab :
Diket : W = 500 N
F = 100 N
Agar balok dapat ditarik ke atap gedung minimal W = F.
Maka digunakan katrol yang memberikan keuntungan minimal 5, yaitu dengan
menggunakan katrol majemuk. Keuntungan katrol majemuk adalah KM = n, n
yaitu banyaknya katrol yang digabungkan. Sehingga untuk menaikkan balok
dari permukaan tanah ke atap gedung dengan menggunakan katrol majemuk
yang merupakan gabungan 5 katrol sehingga W = 5xF.
20

4. Hasan ingin membuat rakit untuk transportasi menyeberangi sungai. Rakit


yang dibuat hanya mampu mengangkut 10 orang saja dengan massa setiap
orang maksimal 70 kg. Dalam pembuatan rakit dibutuhkan 10 kg kawat. Jika
bagian rakit yang muncul adalah bagian maka;
a. Berapa volume total bambu yang dibutuhkan? ( = 400 kg/m 3 )
b. Berapa jumlah bambu yang dibutuhkan jika volume masing-masing bambu
0,142 m3
Jawaban
Diketahui:
n orang = 10 orang
g = 10 m/s2
m kawat 10 kg
V benda tercelup = bagian
bambu = 400 kg/m3
V masing-masing bambu = 0,142 m3
Ditanya:
Volume total bambu dan jumlah bambu yang dibutuhkan...?
Jawab:
Fa = w orang + w bambu + w kawat
fluida gv benda tercelup = m orang g + m bambu g + m kawat g
1000 kg/m3 (1/2Vb) = 700 + bambu Vb + 10kg
500 Vb = 710 + 400 Vb
100 Vb = 710
Vb = 7,1 m3
Jumlah bambu = Vb / V masing-masing bambu
= 7,1 / 0,142
= 50 bambu
21

Tipe Soal C6
1. Seorang tukang bangunan akan mengangkat sebuah beban dengan berat 60 N
dengan menggunakan katrol majemuk seperti pada gambar berikut ini.

Maka berapa keuntungan mekanis yang diberikan oleh katrol tersebut ?


Jawab :
Pada katrol tersebut menggunakan 3 buah tali sehingga IF = 3 IW
Maka, F . IF = W . IW
F . 3IW = W . IW
= 3, merupakan Keuntungan mekanis (KM)

2. Pada suatu jalan raya di daerah pedesaan, sebuah mobil bergerak dengan
kelajuan 38,0 m/s. Apakah mobil tersebut melebihi batas kelajuan 75,0
mil/jam?
Jawaban
Konversi meter ke dalam mil

(38,0 m/s) ( ) = 2,36 x mil/s

Konversi detik ke jam

(2,36 x mil/s) ( )( ) = 85,0 mil/jam

Jadi, mobil tersebut melebihi batas kelajuan dan harus mengurangi kelajuan
kendaraannya.

3. Taksirlah jumlah tarikan napas yang dilakukan dalam rata-rata usia hidup
seseorang!
Jawaban :
22

Jika diperkirakan
Usia rata-rata hidup manusia yaitu sekitar 70 tahun.
Tarikan nafas rata-rata sebesar 10 tarikan napas per menit
Jumlah menit dalam satu tahun:

1 tahun ( )( )( )=6x menit

Maka dalam 70 tahun akan ada


(70 tahun)( 6 x menit ) = 4 x menit
Apabila seseorang bernafas 10 kali setiap menitnya maka sepanjang hidupnya
orang tersebut akan bernafas
(10 kali)( 4 x menit ) = 4 x tarikan nafas
Jadi, jumlah tarikan napas yang dilakukan dalam rata-rata usia hidup seseorang
adalah 4 x tarikan nafas.

4. Untuk mengukur koefisien restitusi bola pingpong dengan bahan: (1) pipa kaca
1 meter berlubang-lubang, (2) skala, dan (3) penahan bola, dapat digunakan
alat sederhana. Susunlah langkah-langkah pembuatan dan penggunaan alat
sederhana tersebut !
Jawaban:
1) Rangkai alat seperti digambar
2) Tarik penahan bola agar bola jatuh
3) Amati tinggi pantulan bola h2
4) Ulangi beberapa kali dengan memindahkan penahan bola pada lubang
dibawahnya
5) Lakukan dengan membuat grafik h2 sebagai fungsi h1 maka gradien garis
merupakan kuadrat koefesien restitusi.
6) Gunakan analisis grafis antara tinggi pantulan dan tinggi mula-mula,
selanjutnya koefesien restitusinya sama dengan akar gradien garis
BAB III

PENUTUP

Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir


kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur
kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-
C5), dan mengkreasi (creating-C6).Memiliki karakteristik yaitu mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi dan berbasis permasalahan kontekstual.
Tes esai atau tes uraian merupakan tes tertulis. Tes esai terdiri dari dua
jenis, yaitu tes esai respon terbatas yang dimana soal tesnya telah diberikan
konteks sebagai batasan siswa dalam memberikan jawabannya. Jenis tes esai yang
kedua adalah tes esai bebas yang dimana merupakan tes yang memberikan siswa
kesempatan untuk dapat menyampaikan pengetahuan faktual yang dimiliki,
mengevaluasi pengetahuan faktualnya, mengorganisasi pemikirinnya, dan dapat
menyampaikan pemikirannya secara logis dan bertauan terhadap pertanyaan yang
diberikan tanpa adanya batasan.
Secara umum, bentuk soal esai mempunyai kelebihan dan juga
kekurangan. Salah satu kelebihan dari tes esai adalah dapat mengukur
kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan
pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-
kata atau kalimat siswa sendiri. Kelemahan dari tes jenis esai atau uraian ini
adalah dapat dilihat dari 2 sisi yaitu dari sisi penilai dan peserta didik.
Dalam penyusunan rubrik penskoran tes esai diawali dengan penyusunan
tes esai. Pembuatan rubrik peskoran disarankan berdampingan dengan pembuatan
tes esai dengan tujuan untuk meminimalisir kelemahan dari tes tersebut. Rubrik
penskoran tes esai tidak memiliki standar khusus sehingga dapat dikembangkan
sendiri oleh si pembuat soal .

23
DAFTAR PUSTAKA

Anna, L.B., & Bryan, L.G. 2005. Modelling Higher Order Thinking: The
Alignment between Objectivies, Classroom Discourse, and Assessments.
The Journal of Agriculture, 46(2), 1 12.

Basuki, I., & Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Hamid, M. S. 2011. Standar Mutu Penilaian dalam Kelas. Jogjakarta : Diva Press.

Ratnawulan, E., & Rusdiana, A. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Pustaka


Setia.

Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta : Bumi Aksara.

Suwarto. 2010. Mengungkap Karakteristik Tes Uraian. Jurnal Widayatama,


19(2), 91 106.

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran : Panduan


Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusuf, A. M. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Kencana.

24

Anda mungkin juga menyukai