PEMBELAJARAN EFEKTIF
August 2, 2014August 4, 2014 teguhtwLeave a comment
Populernya model metode pembelajaran ceramah dan 41 model pembelajaran yang sering
terlupakan….
Berikut akan saya paparkan macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat
dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya
familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah. padahal banyak sekali
selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam usaha meningkatkan pemahaman
peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran
yang sudah kita tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang
berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik.
Selanjutnya anda dapat mengklik metode di bawah ini, karena dalam micro teaching di daftar
mata kuliah saya dan termasuk kedalam pembahasan kependidikan jadi disini akan dijelaskan
secara singat untuk masing-masing metode tersebut.
27. SCRAMBLE
38. INQUIRY
1. Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example
merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar
dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir
kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-
contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar
tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks
analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan
di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas
rendah seperti :
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP,
Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah
jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat
dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk
belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua
cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga
dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat
digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat
dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep
yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang
ada.
– Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang
sedang dibahas, sedangkan
– non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu
konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya.
Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat
mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman
konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk
membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep
dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa
bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
1. Langkah-langkah :
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture
and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model
pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang
digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif
setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat
peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik
untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan
metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses
pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses
pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu
atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT
dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and
picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu
dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara
seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi
bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar
mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh
mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator
ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh
peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari
sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini
belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat
siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya.
Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah
memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat
memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan
tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang
kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa
merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan
indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain
untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan
pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain
dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator
yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi
pelajaran
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan
oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan
tipe NHT yaitu :
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai
berikut :
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000:
29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam
langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil
belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih
siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain,
karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena
setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh
karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
Kelebihan:
Kekurangan:
1. Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model
pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran
siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada
siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar
kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa
yang berprestasi tinggi.
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh
Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif
struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung
pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan
alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk
kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti
ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model
pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi,
mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih
produktif dalam pembelajaran.
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang
berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan
soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil
kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur
1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati
jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
2) Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi
pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti
Langkah 2
Guru menginformasikan
pengelom-pokkan
Siswa
Membimbimg kelompok
Langkah 4 belajar Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang
Langkah 5 Evaluasi
Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas
John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5
orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan
lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya
dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi
dan kuis.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan
yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin
kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
c) Meningkatkan komitmen
c) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.
1. Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan
kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi
antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila
guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih
memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap
materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas
dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan
motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan model
pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab
mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan
anggota kelompok merupakan tugas bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbeda-
beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan.
Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan melatih siswa untuk
menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila ditinjau dari proses
pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami
materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan
uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan penerapan model
pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-student-
teams.html#ixzz2uZXKTNWl
1. Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student
centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar
yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota
kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus
trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap
angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian
dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing
anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.
Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok
kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang
telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu
untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli,
sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe
Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi
yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang
positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang
biberikan.
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji.
Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1. Awal kegiatan pembelajaran
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan
tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian
pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya
konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang
heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang
sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau
nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2.
Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua
sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau
menghargai prestasi kelompok.
3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
1. Kelebihan
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
1. Kelemahan
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru
harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga
ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini
guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam
menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan
agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
jigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
INTRODUCTION)
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu
bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi,
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana
pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya berperan
dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik harus
memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa dalam mencapai keterampilan self directed
learning.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk
menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers
pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang berkaitan
dengan PBL
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi
oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala
pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan.
Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti
menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada
kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi.
Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif.
Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika
belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan
semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana
informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah
tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan
untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada
pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan
penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami
kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga
menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-
maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).
Pannen (2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan
tahapan, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik
yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan
dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa
melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama
berlangusungnya pemecahan masalah.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam kelompok
Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam menentukan apa faktor-faktor
kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi pemecahan masalah nyata, grup Anda akan
harus secara aktif mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
8. Menyajikan temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau solusi lainyang
tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang. Bersiaplah untuk mendukung
rekomendasi Anda. Jika sesuai, pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan
gambar, grafik, atau suara.
A. Tugas Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya model-
model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1. Penetapan Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk
membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya ketrampilan menyelidiki, memahami
peran orang dewasa dn membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan
dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas
kepada siswa
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk memperoleh
informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah kegiatan penyelidikan
terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena itu
cara yang baik dalam menyajikan masalah adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian yang
mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah
tersebut.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran
berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir
mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan tujuan untuk
menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa terhadap tanggung jawab
belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar ( learning to learn ), penyelesaian dan
penggunaan sumber serta pengembangan ketrampilan memecahkan masalah. Dalam
pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan
metakognitif siswa, bukan sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping itu
siswa bukan sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai
berikut:
Guru sebagai pelatihv
Siswa sebagai problem solverv
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasiv
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)Ø
memonitor pembelajaranØ
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )Ø
menjaga agar siswa terlibatØ
mengatur dinamika kelompokØ
menjaga berlangsungnya prosesØ
peserta yang aktifØ
terlibat langsung dalam pembelajaranØ
membangun pembelajaranØ
menarik untuk dipecahkanØ
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajariØ
Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah
membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat ke putusan-keputusan khusus pada fase-fase
perencanaan, interaksi dan setelah pembelajaran.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar
yang diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan berpikir
tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan operasi mental
seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
F. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960-an di sekolah
kedokteran di McMaster University di Kanada.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya
lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik
dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh
siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah
ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat
memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan
aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja
kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa
seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang
berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan,
melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan,
mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain,
penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari
sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-
hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar menjadi mandiri,
membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,
membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik,
Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses konstruktif dan bukan
penerimaan, Knowing About Knowing (metakognisi) mempengaruhi pembelajaran, danFaktor-
faktor kontekstual dan sosial mempengaruhi pembelajaran.
1. Pengertian
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya
kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai
banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh
tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa
merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan
dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa
menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan
dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan
daripada menggunakan teknik mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat
materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai
teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan
pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind
mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan
semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini
dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata
sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat
efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi
di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang
dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan
untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan
seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan.
Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Catatan biasa :
a. Catatan Biasa
f. Statis
Mind mapping :
a. Peta pikiran
c. Berwarna warni
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi
kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak
maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik
secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya
memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa
dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang
terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika
berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran.
Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi
belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004.
Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam
posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas
dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping
yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal
bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan
ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan
menguasai materi pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada
setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis
cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk
tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu
bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari
masing-masing garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau
untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan (
2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti
peran. Begitu juga kelompok lainnya.
7. Kesimpulan/penutup.
2. Prinsip Dasar Mind Mapping
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas,
simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
a. Merencana
b. Berkomunikasi
c. Menjadi Kreatif
d. Menghemat Waktu
e. Menyelesaikan Masalah
f. Memusatkan Perhatian
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model pembelajaran untuk menempatkan
informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti
peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model pembelajaran Mind Mapping
sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas,
simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat
materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai
teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan
pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind
mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan
semakin kreatif.
Kelebihan :
b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
Kekurangan :
1. PENGERTIAN
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas,
interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang
terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa
bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung
belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh
siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas
permasalahan atau konsep yang dipelajari.
Ternyata suatu penelitian telah membuktikan setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar
siwa tenyata dengan pendekatan seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal. Hal ini
tampak pada pencapaian nilai akhir siswa .
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang
dilakukan belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan dan
partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur keterampilan siswa .
Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan
sekitarnya .Atas dasar itulah mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran
dengan metode make a match.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim
(2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa
mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup
lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie,
2003:30)
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan
yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode
pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu
siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya,
siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada metode ini. Di samping manfaat yang dirasakan
oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di lapangan
mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam
proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah
suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan
mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap
suara. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan
siswa sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu tergantung
bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a match, siswa nampak
lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu
pasangan ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang
ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match
dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang
yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa
lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa
mencari pasangan kartunya masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada
akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Hamalik (1994:116), “Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan
keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar
dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa
diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif.” Selanjutnya, penerapan metode make a
match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu
menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar
kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahunan dan imajinasi;
memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang
menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik
mata pelajaran.
Strategi think –pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagai adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
1. Pengertian
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai
yang dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi
atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu
berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi
penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang
guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan
dialami .Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab
kelompok keseluruhan.
1. Langkah-langkah
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta
siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.
Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas
yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke
pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk
melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).
Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang
dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana
mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap
mengacu pada materi/tujuan pembelajaran
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
6. Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kelas.
9. Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara
berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan
(diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan
temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
12. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok,
dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh
siswa sehingga ide yang ada menyebar.
14. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
15. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS
menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang
diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi
dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
16. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat
selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka
siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
17. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi
siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran
dengan model konvensional.
18. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa
malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan
menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton
dibandingkan metode konvensional.
19. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa
yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam
menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar”
materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab
semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
20. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh
siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara
bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
21. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan
dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga
siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui
secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang
berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat
meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
8. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu
siswa tidak mempunyai pasangan.
11. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung
guru melakukan intervensi secara maksimal.
12. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf
berfikir anak
13. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti
dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan
sendiri bagi siswa.
14. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu
yang terbatas.
16. Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar
siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
A. PENGERTIAN DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan
maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara
formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-
negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan
yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan
debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah
dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan (“format”)
yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah
pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan
pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil
menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk
menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat
secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan
berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat
formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah “debat parlementer” sebagai
salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer yang
masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World
Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat
universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah
menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai
pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa
kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang
hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language – ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan
Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh
kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas
adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P.
Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate
(IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut
diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap
tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan
oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking
(ACT).
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh
pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato
penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak
Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan
tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam
hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan
ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila
diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15
detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi
sebelum melanjutkan pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri
menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel,
keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan
membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder’s Trophy yang diselenggarakan
oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim
(tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak
Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information – POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat
diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating Championship
(ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga
menggunakan format ini.
e. American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan
sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat
pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA),
American Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament
of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan
pidato sebagai berikut:
Prime Minister – 7 menit
Leader of the Opposition – 8 menit
Member of the Government – 8 min
Member of the Opposition – 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal – 4 min
Prime Minister Rebuttal – 5 min
California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate
League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan
susunan pidato sebagai berikut:
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan
kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato.
Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
Ibarat pakaian yang penuh variasi lengkap dengan berbagai corak warna dan modelnya, semua
itu adalah dengan tujuan agar si pemakai merasa nyaman, aman, terlindung, juga agar merasa
percaya diri dan dihargai/dihormati orang lain. Orang lain yang memandang cara berpakaian pun
akan merasa senang, simpati, bahkan mungkin tertarik akan performa dan potongan/model
pakaian tersebut. Maka secara lugas dapat dikatakan bahwa tujuan daripada berpakaian sudah
tercapai.
Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam strategi pembelajaran, pendekatan, metode
pembelajaran dan juga model pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya berbagai macam strategi
pembelajaran, metode pembelajaran dan model pembelajaran adalah agar guru/pendidik lebih
mudah, lebih efektif dan efisien dalam menerapkan suatu pembelajaran sehingga apa yang
menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai secara maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi, tertantang sehingga
pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan ). Tidak ada lagi pembelajaran yang monoton dan menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena selalu ada
inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan guru/pendidik, ahli pendidikan dan kaum
cerdik cendikiawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan oleh kecanggihan
suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya tidak ada satu model pembelajaran pun
yang terbaik. Model pembelajaran yang terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut penulis sampaikan salah
satu contoh model pembelajaran yakni model pembelajaran Artikulasi.
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya
apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa
berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam
pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam
kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang
baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari
guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti
peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
3. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A. Kelemahannya:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
B. Kelebihannya:
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
artikulasi.html#ixzz2uZYtdYcN
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan
praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-
temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri
murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi memahami kebebasan
berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi
kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak
dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut
dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas,
maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan, manfaat yang
dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden
practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang
telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup
banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada murid
kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan
merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita
antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan
untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan
bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua ilmu ada
kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam cakupan cara
dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat
kelemahan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-role-
playing.html#ixzz2uZYxvua6
Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran
atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut
para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri,
pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group,
(Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan
respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman
belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika
kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang
melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling
beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan
metode Group Investigationadalah:
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan
memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai
informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang
diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2. Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa
yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam
kelas.
3. Peran Guru.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59).
Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat
terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya di depan kelas.
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-
kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6
orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1
diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para
siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.
Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas
mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan
kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau
kelompok, atau keduanya.
Tahap I
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk
memberi kontribusi apa yang akan mereka
Mengidentifikasi topik
selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan
dan membagi siswa ke
heterogenitas.
dalam kelompok.
Kelompok akan membagi sub topik kepada
Tahap II seluruh anggota. Kemudian membuat
perencanaan dari masalah yang akan diteliti,
Merencanakan tugas. bagaimana proses dan sumber apa yang akan
dipakai.
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan
Tahap III mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan
dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam
Membuat penyelidikan. pengetahuan baru dalam mencapai solusi
masalah kelompok.
Tahap IV
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir
Mempersiapkan tugas yang akan dipresentasikan di depan kelas.
akhir.
Tahap V
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Mempresentasikan tugas Kelompok lain tetap mengikuti.
akhir.
Tahap VI Soal ulangan mencakup seluruh topik yang
telah diselidiki dan dipresentasikan.
Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit diterapkan dalam
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni sebagai berikut:
2. pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar
siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok
memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam
memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi
kelompok.
4. adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan
sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-group-
investigation.html#ixzz2uZZPsRyR
1. Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup
tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus
kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif
yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan
struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et
al., 2003: 206).
Jadi ,model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang
demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam
memberdayakan potensi siswa secara maksimal.dan menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran., Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam
pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang diampu guru.
Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan
dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi
edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator
dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa
akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-
masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan memilih
manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Dalam hal ini
Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif
sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
3. Langkah-langkah pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya
atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup
tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus
kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif
yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan
struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et
al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan) Muslim
Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya
atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
Keunggulan :
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena
kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga
melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan
demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus
menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka
peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman
kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan
dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan
pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian
masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu
dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa
saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain
selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.
Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar
siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual,
sosial, dan emosional yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk
mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan
menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi
berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan untuk mata
pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu pengetahuan social adalah
ilmu yang cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan pengembangan yang
mendalam karena materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya berkutat
pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan model pembelajaran snowball
throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cenderung
menggunakan rumus yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya
pembelajaran di kelas.
Kelebihan:
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-snowball-
throwing.html#ixzz2uZZZU5Zc
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana
siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya.
Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan
atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang
materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama
akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi
maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui
bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada
dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pengertian-model-pembelajaran-
student.html#ixzz2uZZdtnxx
1. Pengertian
Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang
dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-yel
lainnya yang disukai.
Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model pembelajaran
yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang
lebih menyenangkan. Sehingga para siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model
pembelajaran course review horay ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara
benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang
disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri.
Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran
dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan
pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang
mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung
berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini pengujian
pemahaman siswa dengan menggunakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan
jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang benar
harus langsung segera menyoraki kata-kata “horay” atau menyoraki yel-yelnya.
Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka
seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse Review Horay
menjadi salah satu alternative sebagai pembelajaran yang mengarah pada pemahaman
konsep. Pembelajaran Course Review Horay, merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil.
2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan
kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau
kotak yang nomornya disebutkan guru.
6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru
dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
7. Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( √ ) dan langsung berteriak horay
atau menyanyikan yel-yelnya.
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .
9. Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak
memperoleh horay.
10. Penutup
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-course-
review-horay.html#ixzz2uZZtkw00
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan
pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol
Locust berikut ini :The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as
a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council
circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come
before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the
discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick,
and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be
passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The
stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Artinya:
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai
alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan
kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat
pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat
berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau
menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke
orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua
mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan
rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda
seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
Kelebihan:
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).
D. Kesimpulan
1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang
diberikan secara bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih mental anak
didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-talking-
stick.html#ixzz2uZZyAQpF
METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN
METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya atau
praktek dengan menggunaka peragaan yang di tujukan pada siswa yang tujuannya ialah
agar supaya semua sisiwa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekan dari apa
yang telah di perokehnya dan dapat mengatasi sutu permasalah apabila terdapat
perbedaan .
Metode Demonstrasi
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau
anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam
penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat,
memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di
Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu
kecil atau penjelasannya tidak jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa
sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang
berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu
besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di
Demonstrasikan.
Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih
dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang
sesuai dengan petunjuk.
4. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya
sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.
• Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru
dapat di amati
• Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses
anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah
lain
• Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
• Dapat menambah pengalaman anak didik
• Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
• Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
• Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut
serta berperan secara langsung.
a. Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah ;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan
dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan
c. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
• Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
• Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga
semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
• Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
b. Pelaksanaannya:
Hal-hal yang mesti di lakukan adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6. Menghindari ketegangan
6. Evaluasi:
Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat
laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun
di rumah.
7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut
adalah:
• Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
• Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai
dengan skenario yang telah di rencanakan.
• Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
• Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
B. Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit bersama-sama
mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari
sesuatu aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi pendidikan agama Islam”
mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan
murid untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya
mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di
lakuka dalam mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen
adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan
dan pemecahan masalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat
dan lain-lainnya.
Hal yang menarik tentang metode ini dalam pendidikan agama Islam ialah bahwa metode
ini ada kolerasinya dengan pendidikan agama Islam terutama bidang studi fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk air suci
atau air najis atau air yang suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di buktikan secara
langsung dan di adakan penelitian secara ilmiah, maka metode Eksperiman dapat
membuktikannya dengan tepat.
2) Segi kekurangannya
Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen adalah sebagai
berikut;
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan
petunjuk-petunjuk seperlunya
a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang di Demonstrasikan
atau di Eksperienkan
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan
keterampilan dalam berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka
mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau eksperimen.
Kesimpulan
Metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan menggunakan peragaan
untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan
sesuatu dengan jalan mendemonstrasikan terlebih dulu kepada siswa
Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga siswa akan semakin memahami
materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan agar metode ini
dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Metode Eksperimen adalah suatu metode di mana murid melakukan pekerjaan akademis
dalam mata pelajaran tertentu dengan menyaksikan peragaan-peragaan tersebut.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang Metode Demonstrasi dan Eksperimen
ialah karna kedua metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan.
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-dan-
eksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
Model pembelajaran Explicit instruction
Model pembelajaran Explicit instruction
Pengertian
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola
selangkah demi selangkah.
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu
siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model
Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends (2001:264) juga mengatakan hal
yang sama yaitu :”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and
knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model
is labeled the direct instruction model”. Apabila guru menggunakan model pengajaran
langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan
pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau
keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang
dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan
balik.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,
selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa:
“The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of
procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be
taught in a step-by-step fashion.”
B. Prinsip
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-explicit-
instruction.html#ixzz2uZaSlNPM
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat
dikategorikan pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat
dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model
nested (terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan),
model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap
tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu
konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman
belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa
berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO
dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to
know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be),
dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa dapat
memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang
dijelaskan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circ-
cooperative.html#ixzz2uZamkHzS
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk
lingkaran kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama menghadap ke dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE-LINGKARAN-
KECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan
oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang di lingkaran
besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian
seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur.
Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan :
Membutuhkan ruang kelas yang besar.Ø
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga rumit untuk
dilakukan.Ø
Alasan :
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran besar –
lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi dengan menjelaskan isi
materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat
cocok untuk model outside – inside – circle (lingkaran besar – lingkaran kecil). Karena materi ini
sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari guru tentang
penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan
sehari-hari dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk
lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak
mudah mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini
juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru untuk
membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing masing-masing
anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.
Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran besar – lingkaran
kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside – circle) (lingkaran besar – lingkaran
kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah permukaan
bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan informasi untuk
setiap anak, maka mempermudah pekerjaan guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang
sama dapat diberikan kepada beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka
dapat dari teman pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran outside – inside – circle
materi akan mudah dipahami oleh anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan
eratur, misalnya berkaitan dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat
diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside – inside – circle ini cakupan materi
yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh anak.
St standar Kompetisi :
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
A. Indikator :
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan
B. Tujuan pembelajaran :
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
C. Materi pembelajaran :
• LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong
memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial
sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan
kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdo’a bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan tingkat
kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup
F. Sumber bahan :
– Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
– LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
– Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
G. Penilaian
– Test perbuatan dalam kegiatan
– Tes lisan
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-inside-
outside.html#ixzz2uZauLNPm
A. Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua) macam,
yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan pembelajaran
aktif yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai
center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat
merespon pemelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa atau
peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar atau
tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana dengan
pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap
lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu
teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan
dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui
permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam
menanamkan konsep pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk
bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran
IPS.
Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah sebagai
berikut :
1. siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media: :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada
jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-
kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan
di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya.
Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca
(dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya
sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila
sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila
belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal
jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya
CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
• tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
• yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.
JAWABAN:
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-cooperative-
learning.html#ixzz2uZaxj99D
Pengertian
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang
diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya
yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh
Mujiman (2007)
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat
dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar
mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat
yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan.
3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara
vertikal, horizontal maupun diagonal.
S Y E N I E K K K
A G U A N D M E N
N B A R T I R T D
G A N R N R S U S
U D G T U T G R Z
I O O L S A I U I
N R P A I P A N F
I A S O L I O A U
S R I N H B C N U
CONTOH SOALNYA :
2. Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan yang disebut asas
ius…
3. Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang berbeda
disebut…
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang
disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam
lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana
yang paling tepat.
3. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang
dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing,
dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh
guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat
menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar
kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan
suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan tepat. Namun
sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word square mempunyai
kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima
bahan mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya
dituntut untuk mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing.
Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa. Karena
siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban
yangada dalam lembar kerja.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-word-
square.html#ixzz2uZb6Ll3H
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word Square, bedanya
jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun
dengan susunan yang acak, nah siswa nanti bertugas mengkoreksi ( membolak-balik huruf )
jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/ benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya
jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun
dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban
tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar.
Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan
pada kolom A!
Kolom A
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
scramble.html#ixzz2uZbB3HCM
MODEL PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran
yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru
dan teman sebayanya (siswa lain).
Kelebihan :
Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan
informasi dari guru dan siswa yang lain.
Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan informasi.
Kelemahan:
Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang
diterima siswa lain pun akan kurang tepat.
b) Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi
informasi, kompetensi dan sajian materi.
1. Contoh Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI :
3. dst.
1. Langkah-langkah Umum
2. Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
3. Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan selama 45 menit.
4. Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan, setiap siswa
diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.
5. Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan untuk saling
menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus mencatat nama teman
pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.
6. Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan menerima materi
masing-masing (take and give).
7. Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give dengan memberikan
siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
8. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.
9. Guru menutup pelajaran.
1. Materi Pembelajaran IPA yang Sesuai untuk Model Pembelajaran Take and Give
2. Materi Pelajaran IPA kelas 5
Pemilihan materi yang sesuai untuk model pembelajaran take and give adalah materi yang
mengandung informasi yang singkat, jelas dan padat. Hal ini dikarenakan model pembelajaran
ini lebih menekankan pada unsur ingatan dengan materi yang ringan dan mudah serta
membutuhkan pemahaman yang cepat. Pembelajaran model ini pun tidak memerlukan
pemahaman materi dengan teknik pelajaran praktek maupun diskusi.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-take-and-
give.html#ixzz2uZbEwKLz
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang
tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam
arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu
mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa belajar
dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah
diberikan oleh guru kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang
dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari
sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk
memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang telah diberikan
oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim wakil
dari masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok diharuskan
membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka
mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui tingkat-
tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara
sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci sesuai
materi yang disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata
kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-consept-
sentence.html#ixzz2uZbLHxbH
1. Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di
mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci
jawaban yang tersedia.
b. Kekurangan
1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena biasanya
hanya kata hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
4. Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di mana
siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban
yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru namun terkadang gurunya
kurang inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk mencari
jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang yang jawabannya telah
disediakan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-complete-
sentence.html#ixzz2uZbQhplK
Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari
penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang
demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus
mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi
bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang
proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka
selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi
bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan
sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru memberi
sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum
berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara
satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang
telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus
bicara sampai semua kuponnya habis.
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat
digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa
mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan dengan
tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time token digunakan
agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi. Dengan membatasi waktu berbicara misalnya
30 detik, diharapkan siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-time-
token.html#ixzz2uZc6sCmJ
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan
persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-
partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan gender,
karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi.
Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok mendapat serta
pemikiran anggota lain.
4) Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil pemikiran
5) Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
v Langkah-langkah pembelajaran
4) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan
dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
6) Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk atau dari
kiri ke kanan
2) Ketika suatu kelompok mempresentasikan hasil dari deskripsinya, maka kelompok lain
lebih bertanya dari hasil deskripsi materinya
3) Setelah selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau kelompok selanjutnya
yang mempresentasikan dan yang alinnya bisa mengajukan pandangan dan pemikiran anggota
lainnya
4) Kegiatan tersebut terus-menerus sampai kelompok yang terakhir yang silaksanakan arah
perputaran jarum jam
( RPP)
Kelas/Semester : V/II
A. Standar Kompetensi
B. Kompotensi Dasar
Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak dapat kembali ke
wujud semula.
C. Indikator
D. Tujuan Pembelajaran
mempengaruhinya
E. Materi Pokok
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demosntrasi
4. Tugas kelompok
5. Evaluasi
a. Sumber
b. Media Pembelajaran
3. Kertas 8. Air
5. Lilin
H. Langkah-langkah Pembelajaran
a. Guru memberi salam, berdo’a, menanyakan kabar siswa dan mengabsen siswa.
c. Guru memberitahukan indicator dan tujuan yang akan di capai setelah pembelajaran
c. Guru menjelaskan sifat-sifat benda seperti bentuk, warna, kelenturan, kekerasan dan bau
e. Guru mendemostrasikan bagaimana penyebab perubahan sifat benda itu dapat terjadi
i. Siswa disuruh untuk mengisi table-tabel yang ada di buku paket hal.71 dan 74 dan
menyalinnya di buku tugas.
j. Siswa disuruh memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka
kerjakan
k. Siswa dalam kelompok lain juga disuruh ikut memberikan kontribusinya dan dilaksanakan
searah dengan perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
I. Penilaian
– evaluasi
Bentuk istrumen : tes isian
J. Evaluasi
SOAL :
a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Sumber :
http://rumahdesakoe.blogspot.com
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-round-club-
atau.html#ixzz2uZcCRIFb
A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan
yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran
berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga
untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pair-cecks-spencer-kagen-
1993.html#ixzz2uZcOcgGX
1. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada
cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar
di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan
kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
4. Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung
lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing
siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus
sesuai dengan kebutuhan..
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-tari-
bambu.html#ixzz2uZcS0HYt
1. Pengertian
Menurut definisi, “belajar otentik” berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan membahas
masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk mereka.
Pendekatan ini sangat berbeda dari kelas tradisional “kuliah”, di mana profesor memberikan
fakta-fakta mahasiswa dan konten lain yang siswa kemudian harus menghafalkan dan ulangi
pada tes. misalnya, siswa tidak hanya harus terhubung sejarah pasca-Perang Sipil untuk peristiwa
terkini dan kehidupan mereka sendiri, mereka juga harus membantu mengajar kelas dan
didorong untuk memberikan pandangan mereka sendiri pada peristiwa sejarah. Akibatnya,
mereka menjadi sejarawan.
Otentik belajar juga merupakan pendekatan untuk pembelajaran yang kokoh didasarkan pada
penelitian tentang belajar dan kognisi. Satu secara luas teori belajar diadakan, konstruktivisme,
mendalilkan bahwa siswa belajar terbaik dengan terlibat dalam tugas-tugas belajar otentik,
dengan mengajukan pertanyaan, dan dengan menggambar pada pengalaman masa lalu.
Singkatnya, untuk belajar terjadi bagi siswa, itu harus dilakukan dengan cara dan di tempat yang
relevan dengan “nyata” kehidupan mereka, baik di dalam maupun di luar kelas.
Pembelajaran otentik (authentic learning) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep-
konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan
dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah ‘otentik’ berarti asli, sejati, dan
nyata (Webster’s Revised Unabridged Dictionary, 1998). Pembelajaran ini dapat digunakan
untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat
kemampuan.
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode tradisional
pengajaran. Literatur menunjukkan bahwa pembelajaran otentik memiliki beberapa karakteristik
kunci.
• Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi peserta didik.
• Siswa terlibat dalam eksplorasi dan penyelidikan.
• Belajar, paling sering, adalah interdisipliner.
• Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
• Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan berpikir lebih tinggi,
seperti menganalisis, sintesis, merancang, memanipulasi dan mengevaluasi informasi.
• Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
• Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar semua membantu /
pembinaan dalam proses pembelajaran.
• Pembelajar menggunakan perancah teknik.
• Siswa memiliki peluang untuk wacana sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995 Nolan & Francis,
1992).
4. Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks
yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik.
Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Webster’s Revisi lengkap
Dictionary , 1998). Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar
asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung antara material
baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka sebelumnya. Jenis pengalaman akan
meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah “tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan
rendah di sekolah dan menghambat [belajar] transfer” (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995).
Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas. Mereka
membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik
menyediakan sarana untuk menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi
hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka
pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan
sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa
dan menyentuh motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode tradisional
pengajaran.
b. Kekurangan
– Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang memiliki taraf
intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan secara aktif
– Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik, karena materi yang
sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
– Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk melaksanakannya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-otentik-outentic-
learning.html#ixzz2uZcbsNg1
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan
tipe NHT yaitu :
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai
berikut :
Kelebihan:
– Setiap siswa menjadi siap semua
– Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
– Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
– Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
– Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih
siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain,
karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena
setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh
karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-numbered-
head_21.html#ixzz2uZcgQ9Hv
Model Pembelajaran Inquiry
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Inquiry
merupakan perluasan proses discovery, yang digunakan lebih mendalam, inkuiry yang dalam
bahasa InggrisInquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu
proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.
3. Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses
inkuiri.
Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
1. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah
kedalam waktu yang relative singkat, Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan weil (1992)
menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam
berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang
sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki beberapa ciri utama,
yaitu:
1. Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam
proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti
dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri. Dalam strategi pembelajaran
inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar
siswa.
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan
yang ingin dipecahkan.
2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah
jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4. Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemamuan dan
kemampuan berpikir.
5. Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada
siswa.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri menurut Sanjaya
(2009).
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan demikian
, strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses
belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi
inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh
mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
2. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun
interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah guru sebagai
penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berfikir.
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berfikir
(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri
maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
5. Prinsip Keterbukaan
Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual
tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan.
Secara umum proses pembelajaran SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari
langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting
dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
berpikir.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan
dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan
dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
3. Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa
yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah
pokok.
5. Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur
penunjangnya.
Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru
terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.
Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi.
Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.
Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar
dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada
pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik
melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan
menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai
dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada
tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses
inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan
diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran
matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang
terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa,
sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafoldingyang
diperlukan oleh siswa.
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan
pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah
bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk
diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau
langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan
sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa
dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih
dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri.
Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah
ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a. Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu
yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,
b. Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada
kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum,
c. Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru
akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,
d. Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan
kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau
individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya,
yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu
permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani
acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau
menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan
pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh
bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak
terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya
terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri
penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya,
maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok
lain.
1. Keunggulan :
b. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan.
d. SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.Artinya
siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah
dalam belajar.
2. Kelemahan
a. SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan
siswa dalam belajar
d. Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran,maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa waktu dan sumber
yang tersedia merupakan permasalahan dalam pembelajaran. Menanggapi permasalahan ini,
Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model inkuiri ini menunjukkan bahwa
keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi belajarnya juga meningkat.
Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa siswa akan
menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah
secara langsung. Selajutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada
sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Joyce dalam Trianto (2009) menyatakan,
bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :
4. Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya “ya’
atau “tidak”.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009) mempunyai kelebihan,
yaitu :
1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini
memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan mereka akan
terampil melakukan inkuiri.
Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan
data melalui bertanya, maka dari itu model pembelajaran inkuiri menurut Schuman harus
memperhatikan :
1. Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting
dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan
siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa
yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila
siswa bekerja sendiri.
2. Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk
mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua
aturan penting, yaitu : Pertanyaan harus dapat dijawab “ya” atau “tidak” dan harus diucapkan
dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan;
Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan
jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.
3. Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA
Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya sekedar ceramah.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara
aktif dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan
bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan
pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009). Adapun
tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam
proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar ,
mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Namun dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri ini memiliki kelemahan seperti adanya
kesulitan dalam mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang
memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam
implementasi yang dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
inquiry.html#ixzz2uZcmpOn0
Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang dipimpin oleh Dr. A.S.
Broto pada waktu itu telah menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S. Broto khususnya
disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD. Lebih luas
lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran. Dalam proses
operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan
urutan : Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik
melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya
bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa
Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi
dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah. Landasan
psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan bahwa anak usia
sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu).
Segi baiknya
a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti
prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai bacaan dengan
lancar.
Segi lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah sekolah
tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini Metode
ini tidak dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata dan kartu kalimat.
Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar dengan sebagian anak yang lain.
Menempel-empelkan kata kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya
sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan yang paling
mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain papan tulis, papan panel, papn tali,
OHP (Over Head Projector) dapat juga digunakan.
Metode Struktural Analitik Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang disertai
dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struktur analitik sintetik. Metode SAS
menurut Djauzak (1996) adalah suatu metode pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan
atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita yang
diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis huruf, kartu suku
kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-angkah
dengan urutan sebagai berikut :
(3) Sintetik yaitu melakukan penggabungan pada struktur semula. Demikian langkah-langkah
yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS, sehingga
hasil belajar itu benar-benar menghasilkan Struktur Analitik Statis. (Subana : 176).
Sementara itu, status warga negara Indonesia telah dibicarakan dalam UU RI Pasal 4 no.12 tahun
2006, yang menjadi warga negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau bersdasarkan
perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah
menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Indonesia dan ibu
warga negara asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara asing dan ibu
warga negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang di akui
oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
kewarganegaraan ayah ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan ibunya tidak di
ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan
atau tidak di ketahui keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu warga negara
Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau janji setia.
2.Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara asas ius sanguinis
dan asas ius soli.
a. Ius soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau
negara tempat dimana ia dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi warga negara A,
walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut oleh negara Inggris, Mesir Amerika
Serikat dan lain-lain.
b. Ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut pertalian
darah atau keturunan dari orang tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga negara B, maka orang
tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh RRC)
Kondisi seseorang dengan status dwikewarganegaraan, sering terjadi pada penduduk yang
tinggal di daerah perbatasan diantara 2 negara.
Dalam menentukan status kewarganegaraan, pemerintah lazim menggunakan stelsel aktif dan
stelsel pasif.
Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut, sesorang warga negara dalam suatu warga negara pada
dasarnya mempunyai hak opsi dan hak repudiasi.
1. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel pasif)
3. Cara Mendapatkan dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Pada umumnya ada 2 kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga negara yang
memperoleh status kewrganegaranya melalui stelsel pasif dikenal juga warga negara by opertion
of law dan warga negara yang memperoleh status kewarganegaraannya melali stelsel aktif atau
dikenal dengan by registration.
1. Seseorang warga negara juga bisa kehingan kewarganegaran Indonesia. UU RI No.12 tahun
2006 pasal 23, menyatakan bahwa seseorang bisa kehiolngan kewarganegaraan indonesia apabila
memenuhi hal-hal berikut :
2. Memperoleh kewarganegaran lain atas kemauannya sendiri.
3. Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaran lain, sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu.
4. Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang
bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal diluar negeri, dan
dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa kewarganegaraanya.
5. Bertempat tinggal diluar wilayah negara Indonesia selama 5 tahun terus menerus bukan dalam
rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya
untuk tetap menjadi warga negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan
setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi
warga negara Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia di wilayah kerjanya meliputi
tempat tingal yang bersangkutan padahal perwakilan Republik Indonesia tersebut telah
memberitahukan kepada yang bersangkutan, sepajang yang tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.
Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh kembali
kewrganegaraannya apabila memenuhi syarat-syarat seperti yang tertera dalam pasal 31 dan 32.
UU RI No.3 tahun 1976 tentang perubahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958 yaitu :
1. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan karena 5 tahun berturut-turut tinggal diluar
negeri tanpa keterangan, dapat memperoleh kewarganegaraan RI kembali jika ia bertempat
tinggal di Indonesia berdasarkan kartu ijin masuk dan menyatakan ingin kembali menjadi warga
negara Indonesia
2. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Rikarna sebab lain, dapat memperoleh kembali
kewarganegaraan RI jika ia mlaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk kembali ke
kewarganegaaan RI kepada perwakilan RI dinegara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1
tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU No.3 tahun 1976 pada 5 April 1976.
5.Kedudukan Warga Negara di Indonesia
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada dasarnya adalah
sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka Indonesia
mempunyai kedudukan yang sama dengan negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga
negara bagi negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan tentang
kewarganegaraan, yaitu :
1. UUD 1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam pasal 26 yaitu :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2. UU No. 3 tahun 1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara adalah peraturan derivasi
dibawah dibawah UU 1945 yang digunakan untuk menegakan kedudukan Negara RI dengan
warga negaranya dan kedudukan penduduk negara RI.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini memencarkan persamaan akan keadilan
sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur
pelaksanaanya.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud persamaan kedudukan warga negara di indonesia dalam
berbagai bidang kehidupan.
1. Bidang ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti berdagang, bertani,
berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan meningkatkan taraf hidupnya.
2. Bidang budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan seni, misalnya berkreasi
dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni bangunan dsb.
3. Bidang politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih, menjadi anggota
salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak untuk
mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan, dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama dalam memeluk agama,
menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya, berpindah agama ataupun belajar tentang agama
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat dan martabat warga
negara sebagai manusia, secara bersama-sama kita wajib saling menghargai , menghormati
prinsip persamaan kedudukan sesama warga negara.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-pembelajaran-struktural-
analitik.html#ixzz2uZctBaXr
Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai
berikut :
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force
in the curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam
mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu
bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya
yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun
emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa
dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk
mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa
yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal
ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu
kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun
antarmata pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai
beberapa ciri yaitu :
1. berpusat pada siswa (student centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, bahwa dengan adanya pemaduan itu siswa
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi
bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa
akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
nyata yang menghubungkan antarkonsep dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran.
Pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga
siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa
memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini
diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar
di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk
berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya
sekedar keterampilan.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembalajaran terpusat pada anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada
dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan
keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif
mencari, menggali, dan manemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang
harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk
semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada
kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep
yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan
mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.hal ini diharapkan dapat berakibat pada
kemampuan siswa untuk dapat menerapakan perolahan belajaranya pada pemecahan masalah-
masalah yang nyata dalam kehidupannya.
3. Belajar melalui proses pengalaman langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep
dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara
langsung. Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung dan kemudian siswa
akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan
sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang
membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan
informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing)
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat
keinginan, minat, dan kemampua siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar
terus-menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau
peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi,
yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau
menghadapi kejadian yang ada.
b. Kekurangan
1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum
menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara
mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait
karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan
konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
b. Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi
siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
b. Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin
dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari
keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari
keterkaitan dan mencari tema.
1. Kelebihan
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah
memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya
dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar
siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar
penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka
pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang
relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena
model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan
asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menggali dan
menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini
sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau
sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini
akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini
tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi
kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran
peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian
terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan
prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk
berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah
satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat
mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan
substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan
guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan
memadukan materi-materidari matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas diikuti
oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika
bersama-sama. Cara ini tentunya memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang
bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1
dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih
tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.
2. Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan
pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran misal
matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik
(tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik unit. Tematik unit merupakan
rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar merupakan
pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami
siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar
tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema (subtema).
I. Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun
antarmata pelajaran. Disini dituntut keprofesionalan seorang guru dalam mengkaitkan beberapa
materi dalam satu mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru sangat
dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengkaitkan antar beberapa mata
pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi suatu kesatuan yang utuh.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
terpadu.html#ixzz2uZczpIaO
Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
Dalam pem bel ajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau pro yek yang kompleks, cukup
sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di be rikan bantuan secukupnya agar mereka dapat
menyelesaikan tugas. Di sam ping itu, penerapan strategi pembel ajaran berbasis proyek/ tugas
ini mendo rong tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas, ke mandirian, tanggung
jawab, keper cayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang bersandar pada ide bahwa
pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri di dalam konteks pengalaman mereka
sendiri (Murphy, 1997; Brook & Brook, 1993, 1999; Driver & Leach, 1993; Fraser, 1995).
Pembelajaran konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif pebelajar dalam memperoleh
pengalaman langsung (“doing”), ketimbang pasif “menerima” pengetahuan. Dari perspektif
konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulus-respon sebagaimana dikonsepsikan
para behavioris, akan tetapi belajar adalah proses yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-
regulation) dan pembangunan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von Glaserfeld,
dalam Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang dilakukan dalam proyek memberikan pengalaman
belajar yang dapat membantu refleksi dan mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan
pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat berkembang lebih luas
dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech, Bransford, & The
Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang mendasarkan pada aktivitas
dunia nyata, berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan konseptual dan prosedural
(Gagne, 1985), yang pada khasanah lain disebut juga knowing that dan knowing how (Wilson,
1995). Knowing ‘that’ and ‘how’ is not sufficient without the disposition to ‘do’ (Kerka, 1997).
Perluasan dan pendalaman pemahaman pengetahuan tersebut dapat diamati dengan mengukur
peningkatan kecakapan akademiknya.
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa dalam belajar, dan
memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti, dan argumen-argumen.
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberikan pengalaman
belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa ( Gear, 1998). Sedangkan menurut Buck
Institute For Education (1999)dalam Made (2000, 145) belajar berbasis proyek memiliki
karakteristik yaitu :
Ada lima criteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran berbasis proyek ,
lima criteria itu yaitu :
1. Keterpusatan ( centrality)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap
kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan
belajar konsep – konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat
strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja
proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari
konsep yang sedang dipelajari , melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang mendorong pelajar
menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap
proyek
1. Bersifat realisme
Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL yang akan dibuat
di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan, pembelajaran dan evaluasi,
tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut
1. Persiapan
Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek
tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu
pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan pelajar dalam menyelesaikan suatu proyek
dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan, beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi
sesuatu yang penting untuk dibaca dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus
melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan kurikulum,
mengumpulkan pertanyaan, mencari web site atau sumber yang dapat membantu pelajar dalam
menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.
1. Penugasan/menentukan topik.
Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri, pelajar akan
memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat
membantu. Dengan berdasar pada referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar
dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan
proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang
dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub
topik suatu proyek.
1. Merencanakan kegiatan.
Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas. Pelajar
menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan
waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya di dalam web. Jika bekerja dalam
kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan
pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga
orang tua dapat ikut serta membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui e-mail, memeriksa web
site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan serta melakukan survei melalui web. Dalam
perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat
dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui chating. Lalu penyajian hasil dapat berupa
gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin, orang tua dan
pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.
1. Finishing.
Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil dari
kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk pengembangan
selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok, teman, dan
pengajar. Fasilitas feedback online disajikan untuk memungkinkan setiap individu secara
langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi orang
lain.
1. Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar
berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
2. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yang
diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta
didik, baik secara individual maupun secara kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan
memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan.
empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar
mandiri yang efektif.
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan pekerjaan
kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat
mudah bagi sisa untuk kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya
apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang dapat
mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan
tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa
yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas
selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi tugas-
tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan
pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya, guru menekankan pada
arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak menjelaskan
kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya.
Sementar petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan” adalah penting guru tidak
menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses
pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya
mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu
cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
1. Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas pekerjaan
kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap terlibata dan mengerjakan pekerjaan
mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada rutindan monoton. Guru yang
efektif mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas beljar dan
strategi-strategi kognitif yang telibat. Membaca di dalam hati, laporan proyek-proyek khusus,
dan bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan
mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi guru untuk membuat jenis
tugas yang sama dari hari ke hari.
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa
merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk
penyelesaian tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas
tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil tinggi. Siswa
tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru terlalu mudah. Mereka menyikapi
tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik
perlu memiliki tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai
sesuatu yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan
pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas pekerjaan kelas dan
pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk mengetahui apakah siswa
memahami tugas mereka dan proses-proses kognitif yang telibat. Monitoring ini juga termasuk
pengecekan pekerjaan siswa dan mengembalikan tugas dengan umpan balik. Pad saat beberfapa
siswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa lain.a dianjurkan agar
guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk
memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain.
Apabila siswa bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam
kelompok-kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling di antara siswa yang bekerja
secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru mengoreksi
pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda mereka dengan umpan balik.
Kompetensi yang telah diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan kompetensi yang amat
penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan kompetensi yang
amat penting di tempat kerja. Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka
pengembangan kompetensi tersebut berlangsung di antara pebelajar. Di dalam kerja kelompok
suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu
keseluruhan.
6. Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek atau tugas
1. Meningkatkan motivasi.
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun
sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan
pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa
belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya
bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk
pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber
yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif
dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
1. Meningkatkan kolaborasi.
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan
tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik menberikan kepada siswa
pembelajaran dan praktik dalam pengorganisasian proyek dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperi perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang peserta didik dapat
mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah , membatasi
waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan menyediakan peralatan
yang sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar , memilih lokasi penelitian yang terjangkau
yang tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-berbasis-proyek-
atau.html#ixzz2uZd5hMce
A. Pengertian
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran
kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel, sehingga dapat diterapkan dari satu
permasalahan atau konteks, ke permasalahan atau konteks lainnya.
Jadi dalam pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mampu memahami makna materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru, sehingga siswa memiliki ketrampilan yang dapat diterapkan
dalam kehidupan nyata berkaitan dengan materi yang diajarkan tersebut. Kehidupan nyata siswa
tersebut berkaitan dengan kehidupan sosialnya, kehidupan pribadinya maupun kehidupan budaya
dari lingkungan siswa tersebut.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Jadi pembelajaran kontekstual menitikberatkan pada suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual ini dapat kita temui dalam pembelajaran
berbasis jasa layanan, yakni menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah, guna
merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan
dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan
praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi
kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
B. Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan
salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, ciri-ciri pembelajaran
berbasis jasa layanan harus sesuai dengan cirri-ciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri tersebut
antara lain:
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami
bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan kerjasama kelompok yang
dilakukan dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi
kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).
C. Kesimpulan
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan kerjasama kelompok yang
dilakukan dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi
kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan oleh guru,
dan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, peranan guru bukan semata-mata
memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar proses
belajar lebih memadai. Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar yang dibangun guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
dapat meningkatkan kemampuan untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
pelajaran.
Namun, pada kenyataannya kadang siswa mengalami kesulitan pada pembelajaran seperti
kesulitan dalam memusatkan perhatian atau mengingat, yang berujung pada rendahnya hasil
pembelajaran. Sebab untuk mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, dan
membahas dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa perlu mengerjakannnya yakni
menggambarkan sesuatu degan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba
mempraktekkan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah mereka dapat.
Salah satu mata pelajaran yang menuntut siswa untuk selalu memusatkan perhatiannya dalam
proses pembelajarannya adalah mata pelajaran matematika. Matematika merupakan mata
pelajaran yang mengutamakan sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan juga
sistematis.
Tetapi, pada kenyataannya dalam proses pemebalajaran yang terjadi dalam dunia pendidikan,
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang membuat siswa merasa sulit untuk
memusatkan perhatiannya. Hal ini dikarenakan situai belajar yang kurang mendukung dan factor
lainnya adalah karena sarana berpikir dalam pembelajaran matematika haruslah berstruktur,
artinya jika siswa tidak menguasai materi-materi dasar matematika dengan kuat maka siswa akan
merasa sulit untuk mengikuti materi-materi matematika selanjutnya. Sehingga ketika siswa sudah
merasa sulit untuk mencerna materi, siswa akan merasa bosan dan ketika siswa masuk dalam
situasi tes siswa akan merasa kesulitan untuk mengerjakan soal matematika dikarenakan siswa
tidak mempunyai dasar yang kuat dalam mata pelajaran matematika hal ini mengakibatkan mata
pelajaran matematika dicap sebagai mata pelajaran yang sulit.
Masalah yang terjadi ini tidak terlepas dari peranan seorang guru. Guru sebagai fasilitator
dalam kegiatan pembelajaran memegangperanan penting dalam peningkatan kualitas siswa dan
prestasi belajar siswa terutama dalam belajar matematika. Guru harus benar-benar memperhatikan,
memikirkan dan sekaligus merencanakan proses pembelajaran yang menarik bagi siswa, agar
siswa semangat dalam belajar dan mau terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran
tersebut menjadi efektif.
Untuk itu dalam proses pembelajaran matematika guru harus mampu memilih model
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi dan dapat
mengembangkan potensi yang tersimpan dalam dirinya, sehingga mereka akan lebih termotivasi
untuk belajar matematika dan tidak menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit bahkan
menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Dalam
pembelajaran siswa akan lebih termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya,
relevan dengan kebutuhan siswa, menyebabkan mereka puas dan menambah percaya dirinya.
Salah satu model yang mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik, memotivasi
siswa dan menyenangkan ketika siswa mempelajari materi adalah model Mind Map (peta pikiran).
Menurut Iwan Sugiarto (2004:75) Mind Map (peta pikiran) merupakan suatu metode pembelajaran
yang sangat baik digunakan oleh guru untuk meningkatkan daya hafal siswa dan pemahaman
konsep siswa yang kuat, siswa juga dapat meningkat daya kreatifitasnya melalui kebebasan
berimajinasi. Mind Map (peta pikiran) juga merupakan teknik meringkas bahan yang akan
dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik
sehingga lebih mudah memahaminya. Selain kegiatan belajar mengajar akan lebih menarik, siswa
juga akan lebih termotivasi dengan pembelajaran matematika. Sehingga dengan penerapan metode
Mind Map (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika, diharapkan dapat meningkatkan
motivasi belajar matematika siswa.
Melihat kurangnya pengusaan siswa terhadap materi matematika khususnya materi statistika
dan peluang, maka dalam penelitian ini peneliti memilih model pembelajaran mind mapping.
Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan
memberi kesan yang kuat kepada siswa.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang
berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping pada materi statistika dan peluang untuk
siswa kelas IX SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah
model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi
statistika dan peluang untuk siswa Kelas IX SMP?”
C. Tujuan Penulisan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi
statistika dan peluang pada siswa kelas IX SMP.
D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat :
1. Bagi guru, dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran
di kelas.
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa
khususnya pada pokok bahasan statistika dan peluang.
3. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah.
dalam rangka memberikan pembelajaran matematika pada khususnya.
4. Bagi penulis: sebagai latihan bagi penulis dalam usaha menyatukan
serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam
bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan bandingan atau referensi
khususnya kepada penulis lain yang akan mengkaji masalah yang
relevan.
E. Penjelasan Istilah
1. TML, TML (Total-Mind Learning) merupakan istilah yang mungkin baru untuk anda dan
mungkin juga saya. TML sendiri merupakan suatu langkah revolusioner yang merubah paradigma
kita tentang arti "Belajar". TML ini sendiri hadir sebagai jawaban atas pemahaman manusia
kebanyakan tentang arti belajar dengan memperluas arti belajar itu sendiri dengan
mengoptimalkan segala potensi yang ada namun belum termanfaatkan sehingga pada akhirnya
dapat mengoptimalisasi hasil pembelajaran.
2. Generalisasi, Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju
kesimpulan umum.
3. Teknik Radiant Thinking, Radiant thinking adalah rasional dan artistik, tertata dan kreatif,
seperti sebuah pohon
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belajar
Belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau
bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian bagaimana informasi itu diproses dalam pikiran
siswa. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan
pemahaman siswa sebagai hasil belajar.
Menurut Herman Hudojo (2005: 83) belajar merupakan proses dalam memperoleh
pengetahuan baru sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah
laku dalam proses belajar terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2008: 28).
Menurut Nana Sudjana (1987: 28) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kemampuan dan aspek lain yang ada pada diri individu.
Menurut Sardiman (2006: 21) belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar
berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-
individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan,
tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan
penyesuaian diri.
Winkel (2004:59) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi individu dengan sumber belajarnya, yang menghasilkan sejumlah
perubahan. Perubahan-perubahan itu bersifat tetap yang meliputi perubahan pengetahuan atau
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha
perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi secara sadar, intensional, positif, aktif, efektif dan
fungsional karena interaksi dengan lingkungan sekitarnya, yang mengarah kepada tingkah laku
yang lebih baik yang tidak ditentukan oleh unsur-unsur turunan genetik, tetapi lebih banyak
ditentukan oleh factor-faktor eksternal baik melalui latihan atau pengalaman yang berlaku dalam
waktu yang cukup lama.
B. Pembelajaran
Menurut Mulyasa (2007: 14) pembelajaran merupakan proses yang sengaja direncanakan dan
dirancang sedemikian rupa dalam rangka memberikan bantuan bagi terjadinya proses belajar. Guru
berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran.
Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa
dengan guru, dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan
menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Erman Suherman dkk., 2001: 9).
C. Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan
Yunani mathematike yang berarti “relating to learning”. Kata itu mempunyai akar kata mathema
yang berarti pengetahuan atau ilmu (Erman Suherman, dkk., 2003: 15).
Menurut James yang dikutip oleh Erman Suherman (2003: 19), mengatakan matematika
adalah ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu Aljabar,
Analisis dan Geometri.
Herman Hudojo (2005: 36) mengartikan matematika sebagai ilmu yang berkenaan dengan
ide-ide atau gagasangagasan, struktur-struktur dan hubungannya yang diatur secara logis bersifat
abstrak, penalarannya deduktif dan dapat memasuki wilayah cabang ilmu lainnya.
Menurut Johnson dan Rising (Erman Suherman, 2001: 19) matematika adalah pola
berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis. Matematika adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat, representasinya dengan
symbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi (Erman
Suherman dkk., 2001: 19).
Reys, et al (1998: 2) menyatakan bahwa matematika mempelajari tentang pola dan
hubungan, cara berpikir, seni yang bersifat urut dan konsisten, bahasa yang menggunakan istilah
dan simbol, serta alat yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam bidang lain,
dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
Soedjadi (2000: 11) menyatakan beberapa definisi matematika berdasarkan sudut pandang
pembuatnya, sebagai berikut:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematis.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan
dengan bilangan.
4. Matematika adalah pengetahun tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6. Matematika pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung mengukur, menurunkan
dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi
aljabar, geometri, logika matematika, peluang dan statistika. Matematika juga berfungsi
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang
dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel
(http://www.lkp2i.org/pdf/smp/Matematika. pdf ).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu
terstruktur yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang
berkaitan dengan konsepkonsep abstrak terstruktur dan terorganisir secara sistematis dalam
rangkaian urutan yang logis. Jadi matematika merupakan ilmu yang tidak sekedar menghitung
secara teknis dan mekanis, tetapi matematika merupakan suatu ilmu deduktif formal dan abstrak
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika
terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
D. Pembelajaran Matematika
Menurut Idris Harta (2006: 4) pembelajaran matematika ditujukan untuk membina
kemampuan siswa diantaranya dalam memahami konsep matematika, menggunakan penalaran,
menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai terhadap
matematika. Pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi
matematis, kritis serta sikap yang terbuka dan objektif (Utari Sumarmo, 2004: 5).
Herman Hudojo (2005: 135) menyatakan bahwa pembelajaran matematika berarti
pembelajaran tentang konsep-konsep atau struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang
dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep atau struktur-struktur tersebut.
Sesuai dengan pengertian di atas, pembelajaran matematika seharusnya dilaksanakan secara
terpadu dengan mengoptimalkan peran siswa sebagai pembelajar. Siswa tidak hanya mendapatkan
pemahaman konsep tetapi siswa juga diharapkan memiliki keterampilan dan kreativitas dalam
belajar matematika sehingga mampu menerapkannya dalam menyelesaikanmasalah sehari-hari.
Menurut Utari Sumarmo (2004: 5) pembelajaran matematika diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan
masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis, kritis serta sikap yang terbuka dan
objektif. Dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman
melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan
objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan
siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep (Erman Suherman, 2001: 55).
Tujuan pembelajaran matematika menurut Arini (http://arinimath.
blogspot.com/2008/02/definisi-matematika.html) adalah:
1. Melatih cara berpikir dan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif dalam memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan
antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Mind Map (peta pikiran) merupakan suatu metode pembelajaran yang dirancang untuk
membantu siswa dalam menentukan dan menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran,
serta metode yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam
penguasaan konsep dari suatu pokok materi pelajaran. Adapun tahapan dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan metode ini adalah:
1. mempelajari konsep suatu materi pelajaran,
2. menentukan ide-ide pokok,
3. membuat peta pikiran,
4. mempresentasikandidepan kelas.
Dalam mempelajari konsep suatu materi pelajaran siswa dibimbing oleh guru, siswa membaca
seluruh isi materi dan memahami materi secara keseluruhan. Peranan guru hanyalah sebagai
fasilitator dan pembimbing sehingga diharapkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri
atas bimbingan guru. Menentukan ide-ide pokok dalam hal ini siswa aktif menemukan dan
memilih kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang telah dipelajari.
Membuat atau menyusun peta pikiran dalam hal ini setelah siswa menemukan seluruh kata-kata
kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang telah dipelajari, kemudian siswa
menyusun kata kunci tersebut menjadi suatu struktur peta pikiran yang paling mudah dipahami
dan dimengerti oleh siswa. Mempresentasikan yang dimaksud adalah aktifitas siswa dalam
menjelaskan materi yang telah dipelajari, serta menuangkan ide peta pikirannya didepan kelas
guna mengkomunikasikan ide dari siswa kepada siswa lain.
Pada pelaksanaan pembelajaran dengan metode Mind Map (peta pikiran) siswa dapat
mengembangkan kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk
mengembangkan pengetahuannya sendiri. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin
berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan
penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses
pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu
konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide. Setiap individu mempunyai potensi yang harus
dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali motivasi siswa untuk
selalu kreatif dan berkembang.
Pembelajaran dengan metode Mind Map lebih menekankan pada keaktifan dan kegiatan
kreatif siswa, akan meningkatkan daya hafal dan pemahaman konsep siswa yang kuat, serta siswa
menjadi lebih kreatif. Selain kegiatan belajar mengajar akan lebih menarik, siswa juga akan lebih
tekun dalam belajar dan menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, senang mencari dan
memecahkan masalah matematika yang bervariasi, sanggup bekerja mandiri, dan dapat
mempertahankan pendapatnya. Hal ini menguatkan bahwa penerapan metode Mind Map (peta
pikiran) merupakan metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar siswa. Sehingga ada dugaan bahwa pembelajaran matematika dengan metode
Mind Map (peta pikiran) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Bobbi de Porter dan Hernacki (1999: 152) menjelaskan, Mind Mapping (peta pikiran)
merupakan metode pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana
grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam.
Mind Mapping (peta pikiran) adalah teknik meringkas konsep yang akan dipelajari dan
memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih
mudah memahaminya (Iwan Sugiarto, 2004: 74).
Menurut Eric Jensen (2002: 95) Mind Mapping (peta pikiran) sangat bermanfaat untuk
memahami materi, terutama materi yang telah diterima oleh siswa dalam proses pembelajaran.
Mind Mapping (peta pikiran) bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis
yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang
telah dipelajari.
Menurut Tony Buzan (2004: 68) Mind Mapping (peta pikiran) dapat menghubungkan konsep
yang baru diperoleh siswa dengan konsep yang sudah didapat dalam proses pembelajaran,
sehingga menimbulkan adanya tindakan aktif yang dilakukan oleh siswa. Sehingga akan
menciptakan suatu hasil peta pikiran berupa konsep materi yang baru dan berbeda. Peta pikiran
merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar.
Menurut Hudojo (2002: 25) Melalui proses pembelajaran dengan metode Mind Mapping (peta
pikiran) ini, Guru membimbing siswa mempelajari konsep suatu materi pelajaran. Siswa mencari
inti-inti pokok yang penting dari materi yang dipelajari. Setelah siswa memahami konsep materi
yang dipelajari, kemudian siswa melengkapi dan membuat peta pikiran. Kegiatan berikutnya guru
memberikan contoh soal kemudian dikerjakan oleh siswa, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi yang dipelajari. Sehingga
diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki
kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri dan guru cukup berperan sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2007: 14)
Menurut teori motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), siswa akan
termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa,
apa yang mereka pelajari menyebabkan mereka puas dan menambah percaya dirinya. Dalam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping, Pertama siswa mempelajari
konsep suatu materi dengan bimbingan guru, dalam kegiatan ini siswa lebih banyak melakukan
kegiatan sendiri sehingga menumbuhkan rasa tekun dalam belajar dan ulet menghadapi kesulitan
pada diri siswa. Kedua menentukan ide-ide pokok, dalam kegiatan ini siswa aktif menemukan dan
memilih kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang telah dipelajari
sehingga mengembangkan kemampuan siswa dalam mencari dan memecahkan bermacam-macam
masalah. Ketiga membuat atau menyusun Mind Mapping (peta pikiran), dalam hal ini setelah siswa
menemukan seluruh kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang telah
dipelajari, kemudian siswa menyusun kata kunci tersebut menjadi suatu struktur peta pikiran yang
paling mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa sehingga kegiatan ini mengembangkan
kemandirian siswa dalam menyelasaikan tugas. Keempat presentasi didepan kelas,
mempresentasikan yang dimaksud adalah aktifitas siswa dalam menjelaskan peta pikirannya
didepan kelas guna mengkomunikasikan ide dari siswa kepada siswa lain yang pada akhirnya ada
kesempatan cukup bagi siswa untuk mempertahankan dan mempertanggungjawabkan
pendapatnya. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping ini
siswa aktif menyusun inti-inti dari suatu materi pelajaran menjadi peta pikiran. Menurut Tony
Buzan (2008: 171) dalam bukunya yang berjudul “Buku Pintar Mind Mapping” menunjukan
bahwa Mind Map (peta pikiran) ini akan membantu anak:
(1) Mudah mengingat sesuatu;
(2) Mengingat fakta, Angka, dan Rumus dengan mudah;
(3) Meningkatkan Motivasi dan Konsentrasi;
(4) Mengingat dan menghafal menjadi lebih cepat.
Tony Buzan juga menunjukan bahwa siswa akan menghafal dengan cepat dan mudah
berkosentrasi dengan teknik peta pikiran sehingga menimbulkan keinginan untuk memperoleh
pengetahuan serta keinginan untuk berhasil.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa metode Mind Map (peta pikiran) adalah
metode yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa dalam proses belajar, menyimpan
informasi berupa materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat pembelajaran, dan membantu
siswa menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran kedalam bentuk peta atau grafik
sehingga siswa lebih mudah memahaminya.
Salah satu hal yang berperan dalam pengingatan adalah asosiasi yang kuat antar informasi
dengan interpretasi dari informasi tersebut. Kondisi ini, hanya bisa terjadi ketika informasi tersebut
memiliki representasi mental di pikiran.
Bentuk pencatatan yang dapat mengakomodir berbagai maksud di atas adalah dengan peta
pikiran (mind mapping). Konsep mind mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan
tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Mind mapping merupakan
tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar
optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind
mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Dengan peta pikiran, individu dapat mengantisipasi derasnya laju informasi dengan memiliki
kemampuan mencatat yang memungkinkan terciptanya “hasil cetak mental. Hal ini tidak hanya
dapat membantu dalam mempelajari informasi yang diberikan, tapi juga dapat merefleksikan
pemahaman personal yang mendalam atas informasi tersebut. Selain itu mind mapping juga
memungkinkan terjadinya asosiasi yang lebih lengkap pada informasi yang ingin dipelajari, baik
asosiasi antar sesama informasi yang ingin dipelajari ataupun dengan informasi yang telah
tersimpam sebelumnya diingatan (Yovan dalam Astutiamin, 2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Belajar
belajar merupakan usaha perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi secara sadar, intensional,
positif, aktif, efektif dan fungsional karena interaksi dengan lingkungan sekitarnya, yang mengarah
kepada tingkah laku yang lebih baik yang tidak ditentukan oleh unsur-unsur turunan genetik, tetapi
lebih banyak ditentukan oleh factor-faktor eksternal baik melalui latihan atau pengalaman yang
berlaku dalam waktu yang cukup lama.
b. Pembelajaran
pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik, sumber belajar dan
lingkungan belajar dalam situasi edukatif sehingga menghasilkan perubahan yang relatif tetap pada
pengetahuan dan tingkah laku untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c. Matematika
matematika adalah suatu ilmu terstruktur yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan
hubungan-hubungan yang berkaitan dengan konsepkonsep abstrak terstruktur dan terorganisir
secara sistematis dalam rangkaian urutan yang logis.
d. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika merupakan proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman
matematika oleh siswa yang berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, siswa dituntut aktif,
memiliki kemandirian, dan bertanggungjawab selama mengikuti proses pembelajaran matematika.
Dimana guru sebagai perencana pembelajaran, pelaksana pembelajaran yang mendidik, dan
penilai proses hasil pembelajaran.
e. Pembelajaran dengan metode Mind Map lebih menekankan pada keaktifan dan kegiatan kreatif
siswa, akan meningkatkan daya hafal dan pemahaman
konsep siswa yang kuat, serta siswa menjadi lebih kreatif.
f. Hakikat mind mapping
Dengan peta pikiran, individu dapat mengantisipasi derasnya laju informasi dengan memiliki
kemampuan mencatat yang memungkinkan terciptanya “hasil cetak mental.
g. Kelemahan dan Kelebihan metode mind mapping
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu:
a. Cara ini cepat
b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang
muncul dikepala anda
c. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk
menulis.
Kekurangan model pembelajaran mind mapping:
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan
h. Statistika Dan Peluang
a. Statistika adalah ilmu yang merupakan cabang dari matematika. Definisi statistika sendiri
merupakan ilmu yang mempelajari proses pengolahan dan analisis data hingga penarikan
kesimpulan dari data tersebut.
b. Peluang atau keboleh jadian atau dikenal juga sebagai probabilitas adalah cara untuk
mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah
terjadi.
Dalam pembelajaran matematika merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan pendidik dan
peserta didik secara aktif untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan matematika.
Pembelajaran matematika juga merupakan proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman
matematika oleh siswa yang berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, siswa dituntut aktif,
kreatif, memiliki kemandirian, dan bertanggungjawab selama mengikuti proses pembelajaran
matematika. Untuk itu dalam proses pembelajaran matematika dibutuhkan model yang mampu
membuat siswa aktif dalam kelas kemudian mampu membangun kreatifitas siswa dan juga mudah
untuk memahami dan mengerti materi secara terstruktur., salah satu model pembelajarannya yaitu
model pembelajaran mind mapping diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar matematika
pada materi statistika dan peluang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mempunyai beberapa saran yang
perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Map (peta pikiran) membutuhkan
pengelolaan kelas dan waktu yang baik, sehingga diperlukan perencanaan kegiatan pembelajaran
agar penggunaan waktu dalam pembelajaran dapat lebih efektif.
b. Pembelajaran matematika dengan metode Mind Map (peta pikiran) dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif kegiatan pembelajaran matematika di SMP karena pembelajaran menggunakan
metode ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
I. STANDAR KOMPETENSI:
5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
II. KOMPETENSI DASAR:
Menjumlahkan bilangan bulat
III. INDIKATOR:
Menjumlahkan dua bilangan positif
Menjumlahkan dua bilangan negatif
Menjumlahkan dua bilangan positif dan negatif
V. MATERI AJAR:
* Bilangan Bulat
VI. SKENARIO PEMBELAJARAN:
Metode : Demonstrasi, Diskusi, dan Tanya jawab
VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN:
NO. Kegiatan Siswa Pengorganisasian
Nilai Karakter Alokasi Waktu
1. Pra Kegiatan
Mengucap Salam
Berdoa
Mengamati kehadiran siswa, kerapian, dan kelengkapan pakaian seragam siswa
Religius
Disiplin
5 Menit
2. Kegiatan Awal
apersepsi dan pemberian motivasi belajar kepada siswa
menuliskan topik pembicaraan (indikator)
guru mengajak siswa untuk mengingat sekilas tentang bilangan bulat.
Elaborasi
Siswa memperhatikan dengan seksama penggunaan Mistar Bilangan tersebut.
Guru mengajak siswa untuk melakukan penjumlahan bilangan bulat negatif dan positif dengan
menggunakan Mistar Bilangan.
Guru dan Siswa menyanyikan sebuah lagu berjudul ”…………………………………………”
yang berhubungan dengan cara penggunaan Mistar Bilangan dalam menjumlahkan bilangan
bulat positif dan negatif.
Semua siswa mencatat contoh permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan
bilangan bulat positif dan negatif.
Selanjutnya, siswa diminta menuliskan soal-soal yang ada di buku siswa.
Siswa menyampaikan hasil tentang soal-soal yang ada di buku.
Konfirmasi
Siswa lain diberi kesempatan memberikan komentar tentang penggunaan Mistar Bilangan
ataupun menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
55 Menit
Kegiatan Akhir:
Siswa ditugasi untuk menyelesaikan evaluasi yang dikumpul pada hari itu juga.
Disiplin
10 menit
2.
Tes Lisan ( Aspek Kognitif)
Logis dan tepat 3
Kurang Logis dan tepat 2
Tidak Logis dan tepat 1
3.
Kinerja (Aspek Afektif)
Mampu 3
Kurang Mampu 2
Tidak Mampu 1
CONTOH SKENARIO
PEMBELAJARAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
STANDAR KOMPETENSI :
Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah
KOMPETENSI DASAR
Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
INDIKATOR
1) Bagian-bagian dari bilangan bulat
2) Menentukan letak bulat bilangan pada garis bilangan
3) Operasi tambah, kurang, kali, bagi dan pangkat bilangan bulat termasuk
4) operasi campuran.
5) Sifat perkalian dari urutan bilangan bulat
6) Sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat.
7) Memberikan contoh-contoh operasi bilangan bulat.
8) Menentukan lawan dari masing-masing bilangan bulat
9) Melakukan operasi campuran dari bilangan bulat
Langkah-langkah pembelajarannya
siswa menyebutkan
Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari:
a. Bilangan bulat positif (bilangan asli)
b. Bilangan nol
c. Bilangan bulat negatif (lawan bilangan asli)
3. Guru menjelaskan tentang “Sifat Perkalian dari Urutan Bilangan Bulat”
melalui contoh-contohnya
a. Jika a > b, dan c bilangan bulat positif, maka a x c > b x c
Jika a < b, dan c bilangan bulat positif, maka a x c < b x c
Contoh
1) 6 > 2 dan 6 bilangan bulat positif, maka 6x6 > 2x6
2) 5 < 7 dan 3 bilangan bulat positif, maka 5x3 < 7x3
b. Jika a > b, dan c bilangan bulat negatif, maka axc < bxc
Jika a < b, dan c bilangan bulat negatif, maka axc > bxc
Contoh
1) -2 >-6 dan -3 (bilangan bulat negatif), maka -2 x (-3) < -6 x (-3)
2) -3 < 2 dan -5 (bilangan bulat negatif), maka -3 x (-5) > 2x(-5)
c. Jika a > b atau a < b, dan c adalah bilangan nol, maka axc = bxc = 0
Contoh
1) 4 > -2, maka 4 x 0 = -2 x 0 = 0
2) 3 < 5, maka 3 x 0 = 5 x 0 = 0
4. Sesekali guru menanyakan kepada siswa, apakah siswa sudah memahami materi yang disampaikan atau
belum. Jika siswa belum memahami materi yang disampaikan, guru memberikan contoh-contoh yang
sejenis namun berbeda nilainya.
5. Guru menjelaskan tentang “lawan bilangan bulat”
a) Setiap bilangan bulat mempunyai tepat satu lawan yang juga merupakan bilangan bulat
b) Dua bilangan bulat dikatakan berlawanan, apabila dijumlahkan menghasilkan nilai nol.
a + (-a) = 0
Contoh
1) Lawan dari 4 adalah -4, sebab 4 + (-4) = 0
2) Lawan dari -7 adalah 7, sebab -7 + 7 = 0
3) Lawan dari 0 adalah 0, sebab 0 + 0 = 0
6. Guru menjelaskan materi tentang “Operasi bilangan bulat”
Sifat komutatif
Contoh:
1) 2 + 4 = 4 + 2 = 6
2) 3 + 5 = 5 + 3 = 8
3) 4 x 2 = 2 x 4 = 8
4) 3 x 2 = 2 x 3 = 6
Sifat asosiatif
Sifat asosiatif (pengelompokan) pada penjumlahan dan perkalian.
(a + b) + c = a + (b+c)
(a x b) x c = a x (bxc), berlaku untuk semua bilangan bulat
Contoh:
1) (2+4) + 6 = 2 + (4+6) = 12
2) (3+6) + 7 = 3 + (6+7) = 16
3) (3x2) x 4 = 3 x (2x4) = 24
4) (3x5) x 2 = 3 x (5x2) = 30
3. a. 20 + 30 – 12 =
b. 40 – 10 - 5 =
c. 40 - (10 - 5) =
4. a. 600 : 2O : 5 =
b. 600 : (20 : 5) =
c. 5 x 8 : 4 =
5. a. 5 x (8 + 4) =
b. 5 x 8 -4 =
c. 5 x (8 – 4) =
11. Guru memberikan tugas pekerjaan rumah berupa mengisi lembar LKS yang telah dimiliki siswa ”bab
operasi bilangan bulat” dan harus dikumpul dipertemuan selanjutnya.
3. Penutupan (8.15-8.20)
1) Guru membereskan media belajar yang telah dipakainya
2) Guru mengakhiri kelas dengan salam
Respon yang diharapkan : siswa menjawab salam
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
IDENTIFIKASI MASALAH
1.
Materi peluang adalah materi yang membutuhkan pemahaman yang baik karena dalam materi
peluang kebanyakan soalnya berbentuk soal cerita. 2.
Siswa harus membaca soal dengan baik dan memahami apa yang ditanyakan atau diingikan dari
soal tersebut. 3.
Rendahnya nilai atau hasil belajar siswa kelas X TITL 2 pada materi peluang.
1.3
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas agar tidak terjadi kerancuan , maka
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan Penelitian Tindakan Kelas kali ini adalah :
1.
1.6
Siswa
Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar dalam proses kegiatan belajar di kelas.
2.
Guru Menambah wawasan guru matematika mengenai alternatif model pembelajaran khususnya
model
Numbered Heads Together.
3.
Peneliti a.
Dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar untuk pengembangan ilmu
pendidikan. b.
DEFINISI OPERASIONAL
Untuk mempermudah memahami dan menghindari kesalahan terhadap penelitian, perlu
diberikan penjelasan beberapa istilah yang ada dalam penelitian ini. Beberapa istilah yang perlu
ditegaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Metode pembelajaran
Numbered Heads Together(NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. isi pelajaran tersebut. 2.
Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil
belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Siswa butuh perhatian lebih dan mudah jenuh. Maka dari itu penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe
NHT (Numbered Heads Together
) diharapkan bisa membangkitkan semangat siswa untuk belajar lebih aktif dan tidak merasa
jenuh.
3.4 Data Penelitian 3.4.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Hasil tes tertulis siswa kelas X TITL 2 SMK N 1 Bangil Pasuruan pada tiap siklus 2.
Catatan Lapangan
Silabus Seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas,
serta penilaian hasil belajar. 2.
Soal Tes Soal tes dalam penelitian ini berupa isian dan diujikan diakhir pembelajaran yang
berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa didalam memahami materi setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
5.
Lembar Observasi Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung, dalam hal ini
pengamatan secara langsung dilakukan oleh observer dengan mencatat data sebagaimana yang
terjadi dalam keadaan yang sebenarnya dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT
di kelas. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. 6.
Ketuntasan Individual
b.
Membentuk kelompok pembelajaran yang didasarkan pada prinsip pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan cara : -
Membuat instrumen penelitian yang meliputi alat evaluasi berupa tes disertai jawaban dan
panduan penskoran. e)
Membuat lembar observasi 2. Pelaksanaan tindakan : kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini
disesuaikan dengan rencana yang telah disusun dalam rencana pembelajaran. 3. Observasi dan
evaluasi: kegiatannya adalah melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan melakukan evaluasi hasil belajar
siswa setelah dilakukan tindakan. 4. Refleksi : pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dan evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Dari hasil tersebut akan dilihat apakah
telah memenuhi target yang ditetapkan pada indikator kerja. Jika belum memenuhi target, maka
penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi
pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
Alur dari desain Penelitian Tindakan Kelas dapat digambarkan sebagai berikut : Sumber:
Suharsimi Arikunto Sumber: Suharsimi Arikunto
Observasi
(Keterlaksanaan RPP, Aktivitas Guru, dan Aktivitas Siswa)
SIKLUS I
Perencanaan
(Penyusunan RPP, LKS dan pedoman observasi)
Pelaksanaan/Tindakan
(Metode
NHT
)
Refleksi Observasi
(Keterlaksanaan RPP, Aktivitas Guru, dan Aktivitas Siswa)
SIKLUS II
Perencanaan
(Penyusunan RPP, LKS dan pedoman observasi)
Pelaksanaan/Tindakan
(Metode
NHT
)
Refleksi
DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi, Arikunto. 1998.
Prosedur Penelitian
. Jakarta: PT Bineka Cipta. Dinas P dan K Propinsi Jawa Timur. Pedoman Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas SMA. Surabaya: Dinas P dan K Propinsi Jawa Timur. 2005.
Departemen Pendidikan Nasional . Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dasar GBPP
Matematika Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
http://darwisbulukumba.blogspot.com/2011/03/proposal-penelitian-matematika.html
http://remenmaos.blogspot.com/2011/08/contoh-proposal-ptk-matematika-smp.html
A. Pendahuluan
Pada saat saya memakai metode ini, pertama saya membagi kelas menjadi
beberapa kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok sengaja diberi nomor untuk
memudahkan kinerjakerja kelompok, mengubah posisi kelompok, menyusun materi,
mempresentasikan, dan mendapat tanggapan dari kelompok lain. Setelah itu tiap
kelompok memberikan kesimpulan.
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing siswa dalam setiap
kelompoknya mendapatkan nomor urut. Pengalaman saya adalah, ketika dalam kelas
PPL 1 saya membuat exercise yang didalamnya ada 5 soal, pertanyaan dimulai dengan
W/H questions. Terdapat 25 siswa didalam kelas sehingga saya membagi mereka
kedalam 5 grup, yang tiap grup beranggotakan 5 orang. Tiap orang ini bertanggung
jawab dengan soal exercise nya.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan permasalahannya.
Tiap kelompok mendiskusikan bersama.
3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap
anggotanya mengetahui jawaban tersebut.
4. Guru memanggil salah satu nomor secara random dan siswa yang bernomor tersebut
melaporkan jawabannya. Dalam tahap ini, seluruh kelompok yang bernomor sama yang
dipanggil guru harus siap. Tiap kelompok yang nomornya dipanggil memberikan
jawaban mereka. Apabila tidak bisa menjawab, maka guru dapat memberikan
punishment.
Kelebihan
Kekurangan
1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang
lama.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Karena kemungkinan waktu yang
terbatas.
C. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan saya, dengan menerapkan model pembelajaran NHT ini,
keantusiasan siswa dalam mempelajari materi guru sangat tinggi. Karena dirasa menarik
dan “menegangkan’. Siswa diharuskan bertanggung jawab terhadap soal yang diberikan,
sehingga memicu siswa menjadi aktif dalam menjawab. Disamping itu, dalam tiap
kelompok mungkin terdapat siswa yang kurang pandai, dengan model pembelajaran ini,
maka siswa yang kurang pandai dapat berdiskusi dengan siswa yang pandai, sehingga
mereka dapat bersama-sama belajar.
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu
yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama
tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan
kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.