Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembelajaran sebagai salah satu komponen kurikulum merupakan aktivitas yang terjadi di
dalam kelas dan tidak terlepas dari peran guru. Pembelajaran matematika umumnya
didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada
penjelasan yang cukup terhadap siswa sehingga kurangnya pemahaman pada siswa.
Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti
kegiatan pembelajaran tersebut.
Segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam
proses pembelajaran itu sendiri dalam bentuk interaksi antar siswa dengan guru dengan cara
pengelompokkan. Tujuan di kelompokkan itu dalam memberikan insentif kepada siswa untuk
saling membantu satu sama lain dan untuk saling mendorong untuk melakukan usaha yang
maksimal. Hasil belajar akan optimal bila siswa berusaha maksimal untuk menyerap informasi
baru, adanya suasana yang kondusif sehingga siswa dapat belajar sesuai gaya belajar
alaminya.
Menurut Slavin (1997) keuntungan lain yang diperoleh dari penerapan pembelajaran
kooperatif, diantaranya berikut ini :
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma – norma
kelompok.
2. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk bersama –sama berhasil.
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4. Interaksi antar-siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
5. Interaksi antar-siswa juga membantu meningkatkan perkembangan kognitif yang
nonkonservatif menjadi konservatif.
Berdasarkan pengamatan yaitu guru mengenalkan materi, memberikan contoh soal
latihan, mengajukan satu atau dua pertanyaan, dan meminta siswa yang pasif untuk aktif
dengan memulai melengkapi latihan dari buku teks, pelajaran diakhiri dengan
pengorganisasian yang baik dan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan skenario yang
serupa. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar mengajar memegang
peran penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Selanjutnya hasil diskusi tanggal 27
Agustus 2015 dengan guru pengajar matematika kelas X-4 SMA Negeri 3 Balikpapan
umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi khususnya dalam
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persoalan sifat-sifat pada soal logaritma.
Hal ini disebabkan karena materi logaritma masih dianggap sukar. Siswa masih kesulitan
mencapai ketuntasan belajar. Rekapitulasi hasil belajar nilai ulangan harian yang didapatkan
siswa masih sangat rendah di bawah KKM, dari 40 siswa yang terdiri dari 22 siswa putri dan
18 siswa putra hanya 17,5% yang tuntas. Sedangkan kriteria ketuntasan minimal untuk mata
pelajaran Matematika adalah 75.
Penelitian ini didukung dengan penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh Nur
Asma (2008) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual Kecamatan Koto VII
Kabupaten Sijunjung” mengemukakan bahwa pada pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) siswa di tuntut untuk bekerja sama, dengan bekerja
sama siswa akan lebih mudah memahami materi tersebut karena melalui belajar dari teman
sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan
semakin mudah dan cepat terhadap materi yang di pelajari. Penelitian tindakan kelas di SMA
Negeri 3 Balikpapan kelas X-4 pada tahun 2015 diharapkan dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini dapat
meningkatkan hasil belajar matematika dalam menyelesaikan soal-soal logaritma, sekaligus
diharapkan agar dapat merubah paradigma guru dalam melakukan pembelajaran dari guru
sebagai pusat belajar beralih ke siswa.
Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas peneliti memilih judul penelitian
“Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) pada Materi Logaritma di Kelas X-4 SMA Negeri 3
Balikpapan Tahun Ajaran 2015/2016”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dibuat rumusan masalah penelitian
sebagai berikut yaitu “Apakah pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi logaritma di kelas
X-4 SMA Negeri 3 Balikpapan” ?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar matematika pada
materi logaritma di kelas X-4 SMA Negeri 3 Balikpapan melalui penerapan pembelajaran
kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a) Bagi Siswa
Melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama, saling membantu dan saling memotivasi
dalam belajar serta bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah atau
menyelesaikan soal.
b) Bagi Guru
Menjadi masukan tentang cara yang tepat agar siswa lebih tertarik dan aktif untuk
mengikuti pembelajaran.
c) Bagi Sekolah
Sebagai masukkan dan referensi dalam pembelajaran matematika khususnya menulis
logaritma.
d) Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
penerapan teori-teori yang sudah diperoleh di bangku kuliah.
e) Bagi Ilmu Praktis :
1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pembangunan
pendidikan oleh setiap sekolah, khususnya dalam bidang pengembangan kompetensi
guru.
2. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya melihat
kesesuaian dan manfaat berbagai teori manajemen strategis yang berkembang saat
ini dan sekaligus pada hasil penelitian ini menjadi inspirasi dan dapat dikembangkan
lebih lanjut oleh peneliti lain.
1.5. Definisi Istilah
Definisi istilah, yakni :
1. Peningkatan hasil belajar adalah sejumlah kompetensi yang diperoleh seseorang
setelah menjalani proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2. Matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengolah logika, baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
3. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam berkelompok untuk menjalin kerja sama mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.
4. Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu model atau
pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang
baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. STAD juga merupakan
suatu model pembelajaran kooperatif yang efektif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok – kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 – 5
orang siswa secara heterogen. Berikut ini adalah gambar skema diskusi kelompok
dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD)
Gambar 1.1. Skema Diskusi Kelompok STAD

Guru

K.1 K.5

K.2 K.4
K.3
KET :
K = Kelompok
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Teori Belajar


2.1.1. Pengertian Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan,
keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek –aspek yang lain yang ada pada individu
yang belajar.
Menurut Jerome Brunner dalam (Romberg & Kaput, 1999) belajar adalah suatu proses
aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
pengalaman / pengetahuan yang sudah dimilikinya. Selanjutnya Mc Mahon (1996)
menyatakan bahwa pandangan konstruktivisme ‘Belajar’ bukanlah semata-mata mentransfer
pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan
menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya
dalam format yang baru. Demikian juga Sudjana (1989: 28) menjelaskan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar
dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat , mengamati, dan memahami
sesuatu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar
merupakan proses perubahan pada diri/tingkah laku seseorang karena adanya suatu
pengalaman dan latihan-latihan.

2.2. Model Pembelajaran


2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce & Weil (1980) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas.
Selanjutnya Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000 : 10) menjelaskan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar. Demikian juga Teoti Soekamto dan Winataputra (1995:78)
mengemukakan bahwa ‘model pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi
para siswa uuntuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain.

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif


2.3.1.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa
kita pernah mengunakannya atau mengalaminya sebagai contoh saat bekerja dalam
laboratorium (Slavin, 1995 ; Eggen & Kauchak).
Menurut Nurulhayati (2002:25) model pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling
berinteraksi. Selanjutnya Tom V. Savage (1987:217) mengemukakan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam
kelompok. Demikian juga Sanjaya (2006:239) menjelaskan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif
adalah strategi belajar mengajar dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan
kemampuan kognitif yang heterogen.
2.3.2.Karakteristik atau Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Arends (1997:111) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b) Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras, budaya, suku, jenis kelamin
berbeda-beda.
d) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

2.3.3.Prinsip – prinsip Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (19992), terdapat empet prinsip dasar
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk
mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali
semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan
bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam
hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.
Salingemberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan
seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah
ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya.
Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar – menukar ide
mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
3. Tanggung jawab individual
Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab
siswa dalam hal : (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak
hanya sekedar “mencotek” pada hasil kerja teman sekelompoknya.
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan
seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam
kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai kelompok dan menyampaikan ide
dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
5. Proses kelompok
Belajar kooperatif tidak akakn berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok
terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan
dengan baik danmembuat hubungan kerja yang baik.
2.4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
2.4.1.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD)
STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin
dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. Tipe ini merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus untuk memulai
bagi seorang guru yang baru untuk menggunakan pendekatan kooperatif.
Menurut Slavin (2007) pembelajaran kooperatif STAD merupakan variasi pembelajaran
kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah
digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan
pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Selanjutnya Trianto (2010:68)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif STAD adalah salah satu jenis dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Demikian juga Rusman (2011:214) memaparkan bahwa, “Gagasan utama di belakang STAD
adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai
keterampilan yang diajarkan guru”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan STAD adalah model pembelajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang heterogen (tingkat prestasi, jenis
kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4-5 siswa. Kegiatan pembelajarannya diawali
dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok. Ciri terpenting dalam model pembelajaran kooperatif STAD adalah
kerja tim.

2.4.2.Langkah-langkah Model Student Teams Achievement Divisions (STAD)


Langkah-langkah model STAD menurut Slavin (2007:215)
a) Penyampaian tujuan dan motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelaajaran tersebut dan
memotivasi siswa untuk belajar.
b) Pembagian kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri 4 -5
siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam presentasi
akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.
c) Presentasi dari guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan
tersebut dipelajari
d) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja
sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan
masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan
pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim
ini merupakan cirri terpenting dari STAD.
e) Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing
kelompok. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal. Misalnya 60,
75. 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
f) Penghargaan prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka
dengan rentang 0 – 100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan
kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1) Menghitung skor individu
Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung perkembangan skor individu
dihitung sebagai berikut :

Tabel 2.1. Menghitung Skor Individu


Skor
No. Nilai Tes
Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin
2. 10 sampai 1 poin dibawah skor dasar 10 poin
3. Skor 0 sampai dengan 10 poin diatas skor dasar 20 poin
4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin
5. Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar) 30 poin

2) Menghitung skor kelompok


Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota
kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu
anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai
dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagai
berikut :
Tabel 2.2. Menghitung skor kelompok
No. Rata-rata Skor Kualifikasi
1. 0≤N≤5 -
6 ≤ N ≤ 15
2. Tim yang baik (Good team)
3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great team)
4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa(Super team)

3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok


Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan
hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan
prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

2.4.3.Kelebihan Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)


Kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Davidson (dalam Nurasma,
2006 : 26 ), yaitu :
a) Meningkatkan kecakapan individu.
b) Meningkatkan kecakapan kelompok.
c) Meningkatkan komitmen, percaya diri
d) Menghilangkan prasangka terhadap teman sebaya dan memahami perbedaan.
e) Tidak bersifat kompetitif.
f) Tidak memiliki rasa dendam dan mampu membina hubungan yang hangat.
g) Meningkatkan motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling membantu dan mendukung
dalam memecahkan masalah.

2.4.4.Kekurangan Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)


Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin (dalam Nurasman
2006 : 2007) , yaitu :
a) Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder berkerja sama dengan
teman-teman yang lebih mampu.
b) Terjadi situasi kelas yang gaduh singga siswa tidak dapat bekerja secara efektif dalam
kelompok.
c) Pemborosan waktu.

2.5. Hasil Belajar


2.5.1.Pengertian Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat
belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan
yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil
belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selanjutnya
Hamalik (2003:155) menyatakan bahwa hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Demikian juga
Sudjana (2003:3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah
menerima pengalaman belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan
perilaku pada diri seseorang setelah menerima pengalaman belajar. Perubahan-perubahan
tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.6. Hakikat Penilalain Hasil Belajar


2.6.1.Pengertian Penilaian
Menurut Depag (2007) penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai
informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang
telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang ditetapkan sehingga dapat
dijakian dasar untuk menentukan langkah selanjutnya. Selanjutnya Hamalik (2001:145-147)
menyatakan bahwa penilaian adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur
prestasi belajar siswa sebagai hasil dari suatu program instruksional. Demikian juga Nana
Sudjana (1989:220) mengemukakan bahwa penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan penilaian adalah suatu proses
pengumpulan informasi secara menyeluruh yang dilakukan secara terus menerus untuk
mengetahui kemampuan atau kelebihan siswa dalam pembelajaran dengan menilai kinerja
siswa baik kinerja secara individu maupun dalam kegiatan kelompok.

2.6.2.Prinsip Penilaian
Berdasarkan Permendikbud 104 tahun 2014 prinsip penilaian meliputi aspek sebagai
berikut:
1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik diterapkan berdasarkan prinsip umum dan prinsip
khusus.
2. Prinsip umum sebagaimana dimaksud berlaku untuk semua bentuk penilaian.
3. Prinsip umum sebagaimana dimaksud meliputi sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka,
holistik dan berkesinambungan, sistematis, akuntabel, dan edukatif.
4. Prinsip khusus sebagaimana dimaksud berlaku untuk masing-masing bentuk penilaian.
5. Prinsip khusus sebagaimana dimaksud mengacu kepada karakteristik pendekatan, model,
dan instrumen yang digunakan.
6. Prinsip khusus untuk Penilaian Autentik meliputi:
a. materi penilaian dikembangkan dari kurikulum;
b. bersifat lintas muatan atau mata pelajaran;
c. berkaitan dengan kemampuan peserta didik;
d. berbasis kinerja peserta didik;
e. memotivasi belajar peserta didik;
f. menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik;
g. memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya;
h. menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
i. mengembangkan kemampuan berpikir divergen;
j. menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran;
k. menghendaki balikan yang segera dan terus menerus;
l. menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata;
m. terkait dengan dunia kerja;
n. menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata;
o. menggunakan berbagai cara dan instrumen;
7. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik menggunakan acuan kriteria.
8. Acuan kriteria sebagaimana dimaksud merupakan penilaian kemajuan peserta didik
dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi yang ditetapkan.

2.6.3.Fungsi Penilaian
Berdasarkan Permendikbud 104 tahun 2014 fungsi penilaian meliputi aspek sebagai
berikut:
1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar,
memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan.
2. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik sebagaimana dimaksud dilaksanakan untuk
memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian.
3. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik memiliki tujuan untuk:
a. mengetahui tingkat penguasaan kompetensi;
b. menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi;
c. menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan
kompetensi; dan
d. memperbaiki proses pembelajaran.
2.6.4.Tujuan penilaian
Berdasarkan Permendikbud 104 tahun 2014 tujuan penilaian meliputi aspek sebagai
berikut:
1. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk
ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan.
2. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun
waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesterana, satu semesteran, satu tahunan, dan
masa studi satuan pendidikan.
3. Menetapkan Program perbaikan atau program pengayaan berdasarkan tingkat
penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang
lambat atau cepat dalam belajar dan pecapaian hasil belajar
4. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.

2.7. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Logaritma


Logaritma adalah salah satu materi pokok mata pelajaran matematika SMA/MA kelas X
semester I. Adapun standar kompetensinya adalah memecahkan masalah yang berkaitan
dengan bentuk pangkat, akar dan logaritma. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah
menggunakan aturan pangkat, akar dan logaritma.
Dalam penelitian ini, materi logaritma yang akan dibahas adalah mengenai bentuk dasar
logaritma dan sifat – sifat logaritma. Sifat–sifat logaritma dapat digunakan untuk
menyelesaikan persoalan bentuk logaritma. Adapun materi logaritmanya adalah sebagai
berikut:
Logaritma merupakan invers (kebalikan) dari perpangkatan. Misalkan n bilangan positif
(n > 0) dan a bilangan positif yang tidak sama dengan 1 (0 < a < 1 atau a > 1), maka:

a
log b = n jika dan hanya jika an = b

Sifat-sifat pokok logaritma sebagai berikut:

 g
Log gn = n
 g
log g = 1
 g
log 1 = 0
Sifat-sifat logaritma sebagai berikut :
(1) glog a + glog b = glog (a × b) (6) glog a × alog b = glog b
𝑎 gn
(2) glog a – glog b = glog (𝑏) (7) log a m = m g
n
log a
gn
(3) glog an = n × glog a (8) log a n = glog a
p
log a
a
g
log a
(4) glog a = p
(9) g
log g
1
(5) glog a = a
log g

2.8. Penelitian Relevan


Penelitian ini didukung peneliti yang relevan yang dilakukan oleh Nur Asma (2008)
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD N 6 Bukit Bual Kecamatan Koto VII Kabupaten
Sijunjung” mengemukakan bahwa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) siswa di tuntut untuk bekerja sama, dengan bekerja sama siswa akan
lebih mudah memahami materi tersebut karena melalui belajar dari teman sebaya dan di
bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah
dan cepat terhadap materi yang di pelajari.

2.9. Kerangka Berpikir


Gambar kerangka berpikirnya sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
Pembelajaran Tradisional
Kondisi Awal (Siswa kesulitan dalam menggunakan
aturan pangkat, akar, dan logaritma)

Dengan pembelajaran kooperatif


Siklus 1
STAD mempermudah siswa dalam
Pelaksanaan menggunakan aturan pangkat, akar,
dan logaritma Siklus 2

Dengan menerapkan model


Kondisi Akhir pembelajaran kooperatif STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka proses belajar mengajar
yang optimal dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning
tipe STAD sebagaimana ditunjukan pada kerangka berpikir di atas.

2.10. Hipotesis
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada materi logaritma di kelas X-4 SMA Negeri 3 Balikpapan dalam proses
pembelajaran.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


3.1.1.Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-4 SMA Negeri 3
Balikpapan yang berjumlah 40 orang, yang terdiri dari18 orang siswa laki – laki dan 22 orang
siswa perempuan.

3.1.2.Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika dengan standar kompetensi “Memecahkan masalah yang berkaitan dengan
bentuk pangkat, akar dan logaritma” dan kompetensi dasar “Menggunakan aturan pangkat,
akar, dan logaritma”.

3.1.3.Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X-4 SMA Negeri 3 Balikpapan
Kecamatan Balikpapan Barat pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 terhitung mulai
tanggal 10 Agustus sampai dengan 30 Oktober 2015. Dengan pertimbangan sebagian besar
siswa di sana memiliki motivasi belajar yang rendah, siswa baru memasuki tahun pelajaran
baru, dan bertepatan dengan praktik latihan profesi peneliti di sekolah tersebut.
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
Rencana pelaksanaan PTK dilakukan dengan 2 siklus dengan rincian :
1) Materi Pembelajaran dan Waktu Pelaksanaan Siklus I
Tabel 3.2. Materi Pembelajaran dan Waktu Pelaksanaan Siklus I
Pertemuan
Tanggal Materi Pembelajaran
Ke -
1 22 September 2015  Menentukan logaritma bilangan 1
sampai 10 dengan menggunakan
tabel logaritma
 Menentukan antilogaritma suatu
bilangan dengan menggunakan
tabel logaritma
 Tes siklus I

2) Materi Pembelajaran dan Waktu Pelaksanaan Siklus 2


Tabel 3.3. Materi Pembelajaran dan Waktu Pelaksanaan Siklus 2
Pertemuan
Tanggal Materi Pembelajaran
Ke -
1 29 September 2015  Pengertian logaritma
 Sifat – sifat logaritma (operasi
aljabar logaritma)
2 01 Oktober 2015  Tes siklus II

3.1.4.Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Balikpapan, Jalan Wolter Monginsidi, RT. 53, No.
01, Kelurahan Baru Ulu.

3.2. Variabel Penelitian


Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 60). Jadi yang dimaksud dengan variabel
penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu sebagai objek penelitian yang ditetapkan
dan dipelajari sehingga memperoleh informasi untuk menarik kesimpulan. Sugiyono (2009:
61) menyampaikan bahwa variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :
1) Variabel Bebas (independen variable)
Variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas (X) pada
penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).
2) Variabel Terikat (dependent variable)
Variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah hasil belajar
matematika.

3.3. Prosedur / Langkah – langkah Penelitian


Menurut Kurt Lewin, prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat
komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus
(Depdikbud, 1999).
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas

(Sumber: Kemmis dan Taggart dalam Suharsimi 2006)

Dari bagan di atas terlihat jelas alur aktivitas dalam penelitian tindakan kelas yang di
awali dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada, selanjutnya untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut diadakan sebuah perencanaan tindakan pada siklus I yang diawali
dengan perencanaan tindakan I yaitu rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk
meningkatkan atau sebagai solusi dari masalah yang ada, selanjutnya penerapan latihan atau
tindakan yaitu sesuatu yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya perbaikan, perubahan,
dan peningkatan yang diinginkan, setelah itu pengamatan/pengumpulan I yaitu aktivitas
mengamati proses dan hasil dari suatu tindakan dan melakukan refleksi I yaitu suatu kegiatan
mengkaji, dan melihat dan mempertimbangkan hasil dari suatu tindakan. Jika hasil refleksi
menunjukkan perlu adanya perbaikan atas tindakan, maka penelitian tindakan akan dilanjutkan
ke siklus II dengan mengulangi langkah tindakan sebelumnya dengan adanya perbaikan.
Demikian seterusnya sampai tujuan penelitian tindakan kelas tercapai.
1. Pra Siklus
Tahap pra siklus ini dilaksanakan sebelum dimulai siklus I yang nantinya digunakan
sebagai acuan untuk membuat perencanaan tindakan. Adapun kegiatan-kegiatan yang
dilakukan peneliti antara lain mengamati proses pembelajaran di kelas, mewawancarai guru
mata pelajaran, dan studi dokumen.
2. Siklus I
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan menggunakan model pembelajaran
Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran matematika materi
logaritma. Kegiatan yang dilakukan pada siklus ini antara lain :
1) Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan adalah menyusun
perangkat pembelajaran yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD), kisi-kisi dan instrumen
penilaian berupa lembar kerja siswa (LKS) dan kuis I , menyusun lembar observasi
aktivitas siswa dan guru, dan membuat media pembelajaran berupa power. Peneliti juga
menyusun dan mengembangkan bahan ajar (materi ajar). Penyusunan perangkat
pembelajaran dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran.
2) Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan desain pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) yaitu meliputi:
a) Presentasi Materi Pelajaran, Peneliti yang bertindak sebagai guru membuka
pembelajaran dan melakukan kegiatan pendahuluan, Selanjutnya peneliti
menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media power poin;
b) Belajar Kelompok, Peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok yang heterogen, dan
menempatkan siswa pada kelompoknya masing-masing. Peneliti membagikan LKS I
kepada setiap kelompok untuk dikerjakan dan didiskusikan secara berkelompok.
Sebagai bahan belajar di rumah siswa diberikan tugas rumah yang berhubungan
dengan soal-soal yang telah diajarkan;
c) Evaluasi, Peneliti memeriksa hasil diskusi dan membagikan hasil diskusi untuk
dipresentasikan sesuai kelompoknya masing-masing. Selanjutnya poin setiap anggota
tim di rata-rata. Bagi kelompok yang memiliki poin rata-rata tertinggi dan terbanyak
sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan, akan mendapatkan penghargaan berupa
bingkisan yang akan diumumkan pada pertemuan selanjutnya;
d) Kuis, Peneliti memberikan kuis kepada siswa yang dikerjakan secara individu dan
tidak boleh bekerja sama. Hasil dari kuis ini akan digunakan sebagai hasil belajar siswa
di siklus I.
3) Observasi
Observasi yang dimaksud pada tahap ini adalah pengumpulan data. Observasi
dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Data yang dikumpulkan antara
lain hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa oleh observer dilakukan untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi,
Hasil kerja kelompok menggunakan LKS, dan Hasil belajar siswa pada siklus I
menggunakan kuis I.
4) Refleksi
Setelah tahap tindakan dan observasi, hasilnya dianalisis untuk digunakan sebagai
refleksi. Karena hasil analisis data yang diperoleh belum sesuai dengan rencana yang
diharapkan,maka peneliti mengambil tindakan untuk melanjutkan siklus II. Dengan
kegiatan ini diharapkan, peneliti dapat merencanakan upaya perbaikan pada siklus
berikutnya.
3. Siklus II
Meliputi tahapan langkah-langkah seperti pada siklus I, tetapi berbeda bentuk dan sifat
tindakan yang dilakukan, atau bisa dikatakan siklus II merupakan perbaikan dan peningkatan
dari siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada siklus ini antara lain:
1) Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan adalah menyusun
perangkat pembelajaran yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran Student Teams Achievement Divisio (STAD), kisi-kisi dan instrumen
penilaian dan kuis II , menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru, dan membuat
media pembelajaran berupa power point, kali ini peneliti menggunkan kartu log (kartu
logaritma). Peneliti juga menyusun dan mengembangkan bahan ajar (materi ajar).
Penyusunan perangkat pembelajaran dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran.
2) Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan desain pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) yaitu meliputi:
a) Presentasi Materi Pelajaran, Peneliti yang bertindak sebagai guru membuka
pembelajaran dan melakukan kegiatan pendahuluan, Selanjutnya peneliti
menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media power poin;
b) Belajar Kelompok, Peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok yang heterogen, dan
menempatkan siswa pada kelompoknya masing-masing. Peneliti membagikan Kartu
Log kepada setiap kelompok untuk dikerjakan dan didiskusikan secara berkelompok.
Sebagai bahan belajar di rumah siswa diberikan tugas rumah yang berhubungan dengan
soal-soal yang telah diajarkan;
c) Evaluasi, Peneliti memeriksa hasil diskusi dan membagikan hasil diskusi untuk
dipresentasikan sesuai kelompoknya masing-masing. Selanjutnya poin setiap anggota
tim di rata-rata. Bagi kelompok yang memiliki poin rata-rata tertinggi dan terbanyak
sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan, akan mendapatkan penghargaan berupa
bingkisan.
d) Kuis, Peneliti memberikan kuis kepada siswa yang dikerjakan secara individu dan tidak
boleh bekerja sama. Hasil dari kuis ini akan digunakan sebagai hasil belajar siswa di
siklus II.
3) Observasi
Observasi yang dimaksud pada tahap ini adalah pengumpulan data. Observasi
dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Data yang dikumpulkan antara
lain hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa oleh observer dilakukan untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi,
Hasil kerja kelompok menggunakan Kartu Logaritma, dan Hasil belajar siswa pada siklus
II menggunakan kuis II.
4) Refleksi
Setelah tahap tindakan dan observasi, hasilnya dianalisis untuk digunakan sebagai
refleksi.

3.4. Indikator Keberhasilan


Setiap tindakan yang telah dirancang memiliki acuan keberhasilan untuk menentukan
tindakan pada siklus berikutnya. Kriteria tersebut adalah siswa dikatakan tuntas dalam
belajarnya apabila mencapai nilai rata-rata kelas minimal 75, ketetapan tersebut mengikuti
kriteria ketuntasan minimal di SMA Negeri 3 Balikpapan untuk mata pelajaran matematika.
Jika dalam penelitian ini lebih dari 85% siswa mencapai standar nilai KKM yang telah
ditetapkan maka penelitian ini dikatakan telah berhasil dan berakhir.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang akan dianalisis adalah data yang dikumpulkan baik pada saat
pratindakan, selama tindakan, maupun sesudah tindakan pembelajaran dilaksanakan.
1) Wawancara, Wawancara dilakukan untuk studi pendahuluan dalam menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan juga untuk memperoleh data atau informasi terkait
proses pelaksanaan tindakan.
2) Observasi, Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati
individu atau kelompok secara langsung. Dalam penelitian tindakan kelas, observasi
dipusatkan pada proses maupun hasil tindakan beserta segala peristiwa yang
melingkupinya. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan
pembelajaran. Yang terlibat aktif adalah guru dan teman sejawat. Observasi
dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
tindakan. Dalam tindakan ini digunakan lembar observasi untuk mengumpulkan data
tentang keadaan subjek penelitian yang meliputi situasi dan aktifitas siswa maupun
peneliti selama kegiatan pembelajaran.
3) Tes Tertulis, Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan
suatu nilai tentang tingkah laku dan hasil belajar anak tersebut, yang dapat dibandingkan
dengan nilai yang dicapai oleh anak yang lain atau dengan standar yang ditetapkan. Tes
ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan pemahaman siswa
terhadap materi bangun ruang sisi datar.
4) Catatan Lapangan, Catatan lapangan yang dalam penelitian ini dilakukan untuk
mencatat berbagai temuan selama proses pelaksanaan tindakan dan berguna untuk
melihat perkembangan tindakan serta perkembangan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.

3.6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data
kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis deskriptif dengan menentukan presentasi ketuntasan belajar dan mean (rata-
rata) kelas.
Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentasi dan angka dengan
mengacu pada referensi Aqib (2010) sebagai berikut :
a) Rumus untuk menghitung persentase ketuntasan belajar adalah sebagai berikut :

b) Rumus untuk menghitung nilai rata-rata adalah sebagai berikut :


Keterangan :
X = Nilai rata-rata
∑ X = Jumlah semua nilai siswa
∑ N = Jumlah siswa
Penghitungan presentase dengan menggunakan rumus di atas harus sesuai dan
memperhatikan kriteria ketuntasan belajar siswa kelas X-4 di SMA Negeri 3 Balikpapan yang
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas dengan kriteria sebagai
berikut :
Tabel 3.4. Kriteria Ketuntasan
Kriteria Ketuntasan Kualifikasi
≥ 75 Tuntas
≤ 75 Tidak Tuntas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Sekolah


4.1.1.Identitas dan Alamat
1) Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Balikpapan
Status : Negeri
NPSN/NSS : 30401489/301166105001
Status Akreditasi : A ( 91,44 )
2) Alamat Sekolah
Propinsi : Kalimantan Timur
Kabupaten/ Kota : Kota Balikpapan
Kecamatan : Balikpapan Barat
Desa : Sepaku
Jalan : Wolter Monginsidi Rt. 32 No. 40
Kode Pos : 76133
Telepon / Fax : 0542-412245 / 0542-412245
Email : sma3bpp@yahoo.com,
smagabalikpapan@yahoo.co.id
Website : www.sman3-bpn.sch.id
3) Identitas Kepala Sekolah
Nama Lengkap : Daliya, S.Pd, MM.Pd
Pendidikan terakhir : S2
Jurusan Ijazah : Manajemen Pendidikan
4) Fasilitas yang dimiliki SMA Negeri 3 Balikpapan
Luas Lahan : ± 16,085.27 m²
Total Luas Bangunan : ± 2.913 m²

4.1.2.Sejarah Singkat Sekolah


SMA Negeri 3 Balikpapan yang beralamat di Jln. Wolter Monginsidi Rt. 32 No. 40
Balikpapan, klasifikasi geografisnya adalah daerah perkampungan. Lingkungan sekitar
sekolah adalah perkampungan penduduk, yang kondusif untuk pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
SMA Negeri 3 Balikpapan diresmikan pada tanggal 12 Februari 1982 sesuai dengan
Prasasti yang ditandatangani oleh Bapak Prof. Dr. Daud Yusuf sebagai Menteri Department
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. SMA Negeri 3 Balikpapan merupakan sekolah di
wilayah Kalimantan Timur yang membuka jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Sekolah yang
dibangun sejak tahun 1982. Kepala Sekolah yang pertama kali menjabat adalah Bapak
KOESWANDI BA (Alm.) 1983 s.d 1990, selanjutnya oleh Dra. SITI MARLIYAH 1990
(Karena Kepala Sekolah meninggal dunia, jadi tugas digantikan oleh beliau). Pada tahun 1990
s.d 1993 kepala sekolah dijabat oleh Drs. PONIMAN. Kemudian dari tahun 1993 s.d 2002
dijabat oleh Drs. SUWANDI. Selanjutnya pada tahun 2002 s.d 2003 kepala sekolah dijabat
oleh Drs. KADRI ABDJAD. Pada tahun 2003 s.d 2011 dijabat oleh Drs. H.A SUGENG
ANDAN,M.M. Kemudian pada tahun 2011-2014 dijabat oleh Drs. Heru Marsono. Terakhir
yang menjabat sebagai Kepala Sekolah Daliya, S.Pd, MM.Pd hingga sekarang.

4.1.3.Kondisi Fisik dan Fasilitas Sekolah


SMA Negeri 3 Balikpapan memiliki 955 siswa terdiri dari 28 rombongan belajar dengan
rincian kelas X sebanyak 9 kelas, XI IPA sebanyak 3 kelas, XI BAHASA sebanyak 1 Kelas,
XI IPS sebanyak 5 kelas, XII IPA sebanyak 3 kelas, XII BAHASA sebanyak 1 Kelas, XII
IPS sebanyak 5 kelas. Mayoritas orang tua / wali siswa berpekerjaan sebagai 48 % sebagai
karyawan swasta, 32 % sebagai PNS/TNI/Polri , 14 % sebagai pedagang, petani, nelayan,
buruh dan 6 % sebagai lain-lain. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 3
Balikpapan sebanyak 75 orang, terdiri dari 48 orang guru berstatus pegawai negeri , 7 orang
guru berstatus pegawai honorer, 20 orang tenaga kependidikan.
SMA Negeri 3 Balikpapan menempati sebidang tanah dengan luas 16.017,00 m2 , pada
tahun 2015 - 2016 jumlah ruang belajar 28 ruang, 6 ruang laboratorium, 1 ruang multimedia, 1
ruang BP/BK, 2 Ruang Wakaur, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang mushola, 1 ruang kepala
sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang TU,1 ruang UKS, 3 WC guru, 20 WC siswa, 1 ruang OSIS, 1
ruang PMR, 1 ruang pramuka, 1 ruang Pusat Belajar Guru Olahraga, 1 ruang koperasi, 8 petak
kantin siswa, 1 rumah dinas guru.
Adapun visi, misi dan tujuan dari SMA Negeri 3 Balikpapan adalah sebagai berikut :
Visi Sekolah :
Unggul Dalam Prestasi, Cerdas, Santun Dan Peduli Lingkungan Yang Dilandasi Iman
Dan Taqwa,
Indikator Pencapaian Visi, Dengan dilandasi iman dan taqwa :
a. Unggul dalam kegiatan keagamaan
b. Unggul dalam Prestasi akademik maupun non akademik
c. Cerdas dalam sikap dan perbuatan
d. Santun dalam berkata, berperilaku dan dalm pergaulan
e. Peduli terhadap kelestarian lingkungan alam dan peduli sesama.
f. Unggul dalam pembelajaran dan mampu bersaing untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.
Misi Sekolah :
1. Menciptakan suasana keimanan yang optimal.
2. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang di anutnya dan juga
budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
3. Menciptakan suasana belajar yang optimal.
4. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.
5. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga
dapat dikembangkan secara optimal.
6. Menerapkan manajemen partisipasi dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan
kelompok kepentingannya yang terkait dengan sekolah.
7. Menerapkan Budaya Bersih Hijau dan Sehat di Sekolah.
Proses Belajar Mengajar di SMA Negeri 3 Balikpapan dilaksanakan pagi hari, mulai
pukul 07.15 s/d 15.00 untuk hari Senin sampai Kamis, sedang hari Jum’at pukul 07.15 s/d
11.30 dan pada hari Sabtu pukul 07.15 s/d 10.15. Kurikulum yang digunakan saat ini tahun
pelajaran 2015/2016 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

4.2. Hasil Penelitian


Penelitian dilakukan di kelas X-4 SMA Negeri 3 Balikpapan. Pelaksanaan pembelajaran
disepakati oleh guru yaitu pada jam mata pelajaran matematika di kelas tersebut. Penelitian ini
terdiri dari lima kali pertemuan di mana sebelum siklus dilaksanakan sebanyak dua kali
pertemuan, siklus pertama dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan dan siklus kedua
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Adapun jadwal pembelajaran setiap siklus sebagai
berikut :
Tabel 4.1. Jadwal Pembelajaran Kelas X-4
Pertemuan
Hari/Tanggal Siklus/Kegiatan
Ke-
I Kamis, 10-09-2015  Presentasi Guru
II Kamis, 17-09-2015  Presentasi Guru
 Siklus I, Presentasi Guru, Belajar Kelompok,
III Selasa, 22-09-2015
Evaluasi dan KUIS I.
IV Selasa, 29-09-2015  Siklus II, Presentasi Guru dan Pembagian Kelompok
 Siklus II, Belajar Kelompok, Evaluasi, Memberikan
V Kamis, 01-10-2015
Penghargaan dan KUIS II.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada setiap siklus diuraikan sebagai berikut:

1. Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti menemukan tidak adanya diskusi dalam
kelompok kecil. Dan berdasarkan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran pada tanggal
tanggal 27 Agustus 2015, diperoleh masalah yang dihadapi siswa yaitu rendahnya keberanian
siswa mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, rendahnya kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal-soal cerita, dan masih kurang berminat dalam mempelajari mata pelajaran
matematika. Berdasarkan rekapitulasi nilai ulangan harian siswa X-4 pada materi eksponen
diperoleh nilai rata-ratanya siswa yaitu 34,05, sedangkan KKM yang ditentukan dari pihak
sekolah untuk mata pelajaran matematika adalah 75. Persentase ketuntasan yang dicapai hanya
17,5 % atau hanya 7 siswa yang tuntas dari total keseluruhan siswa di kelas tersebut adalah 40
siswa.
2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan tindakan yang dilakukan peneliti merupakan perencanaan dari
seluruh kegiatan pembelajaran model kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD). Adapun perangkat pembelajaran yang disiapkan peneliti yaitu: 1)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan tiga; 2) Soal-soal yang akan di
gunakan selama siklus 1 yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS), Kuis dan Tugas Rumah.;
3) media pembelajaran yang berupa Slide Power Point materi. Dalam tahap ini
peneliti menyusun, sambil konsultasi dengan guru mata pelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan


Pelaksanaan siklus I selama satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 22
September 2015. Dalam pelaksanaan tindakan di siklus I, peneliti bertindak sebagai
guru yang melakukan pembelajaran, sedangkan guru mata pelajaran bertindak
sebagai observer yang mengamati aktivitas selama pembelajaran.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran siklus I:
a. Presentasi Materi
Pada hari Rabu tanggal 22 September 2015, telah dilaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) yang dihadiri 40 siswa, guru membuka pembelajaran dengan
salam dan dilanjutkan dengan berdoa. Selanjutnya guru menanyakan apa saja yang
dipelajari pada pertemuan sebelumnya, memberikan motivasi,
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran serta menjelaskan apa saja kegiatan
yang akan mereka lakukan pada pertemuan ini. Kegiatan dilanjutkan dengan
penyampaian materi oleh guru. Guru menyampaikan materi logaritma
menggunakan slide presentasi Power point dan ada sebuah video yang
berhubungan dengan logaritma di tampilkan guru. Ada beberapa siswa yang maju
untuk mengerjakan soal di papan tulis dan di koreksi bersama-sama.
b.Belajar Kelompok
Setelah tahap presentasi materi, pembelajaran dilanjutkan dengan pembagian
kelompok oleh guru. Kelompok yang terbentuk ada 8 kelompok yang terdiri dari 5
siswa, setiap kelompok memiliki anggota yang heterogen. Guru meminta siswa
untuk berkumpul bersama dengan kelompoknya masing-masing dan memberikan
LKS untuk didiskusikan dan diselesaikan secara berkelompok. Selama proses
belajar kelompok guru menekankan bahwa semua anggota kelompok harus bisa
mengerjakan, jika ada anggota kelompok yang tidak paham anggota yang paham
bertugas menjelaskan ke temannya.
c. Evaluasi
Setelah tahap belajar kelompok, guru memberikan poin pada lembar tersebut yang
selanjutnya poin setiap anggota satu tim akan di hitung rata-ratanya, setelah itu
pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi perwakilan masing-masing kelompok.
d.Kuis
Setelah tahap evaluasi, guru memberikan kuis I yang dikerjakan secara individu.
Guru mengawasi jalannya kuis. Setelah kuis selesai guru bersama-sama siswa
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilalui pada siklus I
c. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Observasi yang
dilakukan guru mata pelajaran pada saat pembelajaran berlangsung menggunakan
lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.Berikut nilai awal dan hasil tes
belajar siswa yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2.berikut.
Tabel 4.2. Nilai Awal dan Hasil Kuis I pada Siklus I

Nama Nilai Awal Nilai Kuis I Keterangan

Ade Yusuf 37 58 Meningkat


Agus Fina Angriani 20 53 Meningkat
Alif Farhanul 76 85 Meningkat
Ananta 58 40 Menurun
Arbainah 35 77 Meningkat
Arman Asdi 76 90 Meningkat
Chatami Putri 57 28 Menurun
Daniel 48 35 Menurun
Dhania Listianingrum 62 53 Menurun
Eka Rhismayani 32 38 Meningkat
Fahreza Ramadanu 76 80 Meningkat
Gunawan 46 42 Menurun
Herdiansyah 56 40 Menurun
Irawati 38 52 Meningkat
Keren 20 78 Meningkat
La Panca 58 63 Meningkat
Lulu ul Maknunah 5 50 Meningkat
Muhammad Farras 73 88 Meningkat
Miranda 7 53 Meningkat
Muhammad Azim 0 40 Meningkat
Muhammad Rizal 0 72 Meningkat
Nila Ariyanti 24 67 Meningkat
Nur Hamni 23 32 Meningkat
Nur Hadi 0 65 Meningkat
Nurul Azzahrah 80 90 Meningkat
Putri Rahmawati 12 73 Meningkat
Ririn Andriani 16 53 Meningkat
Rizaldy Darmawan 0 52 Meningkat
Rusita Purmias 4 33 Meningkat
Sekar Widhyanetta 22 72 Meningkat
Suci Aulia 68 82 Meningkat
Ulfa Pramita Sari 12 58 Meningkat
Vieri Prayoga 68 83 Meningkat
Yulia Ayu 76 95 Meningkat
Ahmad Huda 50 45 Menurun
Riyan Maulana 0 47 Meningkat
Fenny Saas Ananda 2 48 Meningkat
Yanti Puspita Sari 25 63 Meningkat
Herniyati Toding 0 62 Meningkat
Rezky Deny 0 63 Meningkat
Nilai Rata-rata Kuis I 59,95
Jumlah Siswa Tuntas 10
Persentase Ketuntasan 25%
(Sumber: Data Hasil Belajar Siswa Siklus I oleh Peneliti)

Gambar 4.1. Grafik Diagram Ketuntasan Siswa Siklus I

Diagram Ketuntasan Siswa


Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas

25%

75%

Berdasarkan tabel 4.2. dan grafik 4.1., maka peneliti menentukan nilai rata – rata dan
ketuntasan klasikal siswa sebagai berikut :
1) Nilai Rata – rata Siswa
Hasil belajar siswa dalam siklus I dengan penerapan model kooperatif tipe STAD
pada materi logaritma dapat dicari dengan rata – rata (mean) dengan rumus :
∑ 𝑥𝑖
x= 𝑛
2398
= 40

= 59,95
2) Ketuntasan Belajar Secara Klasikal
Dari tabel 4.2., dari ketuntasan belajar secara individu dapat pula diketahui
ketuntasan secara klasikal dengan menggunakan rumus :
Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 75
Ketuntasan Klasik = x 100%
Jumlah siswa yang mengikuti
10
= 40 x 100%

= 25 %
d. Tahapan Refleksi
Dari data yang diperoleh diatas dan dari catatan lapangan, dapat disimpulkan
yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan peneliti memiliki tingkat
keberhasilan sangat tinggi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bisa dilihat pada
peningkatan nilai rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa. Adapun keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus I adalah nilai rata – rata yang telah diperoleh 59,95 dan siswa
yang tuntas sebanyak 10 orang siswa (25%). Adapun perbaikan yang harus dilakukan
pada siklus I yaitu hasil belajar siswa, karena masih terdapat 30 orang siswa yang
belum tuntas secara klasikal pada materi logaritma atau sebanyak 75%.
Dengan munculnya hambatan pada saat penelitian, maka perlu adanya perbaikan
yang harus dilakukan pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus I menjadi dasar dalam
perubahan yang harus dilakukan oleh peneliti pada siklus II.
3. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II ini meliputi perencanaan
pembelajaran seperti biasa dan kegiatan perbaikan yang sudah dijelaskan diatas.
Adapun perangkat pembelajaran yang disiapkan peneliti yaitu: 1) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan keempat dan lima; 2) Soal-soal yang
akan di gunakan selama siklus 2 yaitu Kuis, dan Tugas Rumah; 3) media
pembelajaran yang berupa Slide Power Point materi , Lembar materi diskusi, dan
kartu logaritma.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus II selama dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 2
September 2015 dan 01 Oktober 2015. Dalam pelaksanaan tindakan di siklus II,
peneliti bertindak sebagai guru yang melakukan pembelajaran, sedangkan guru mata
pelajaran bertindak sebagai observer yang mengamati aktivitas selama pembelajaran.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran siklus II:
a. Presentasi Materi
Pada hari Selasa tanggal 29 September 2015, telah dilaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD), guru memulai membuka pembelajaran dan mempresentasikan
materi pelajaran. Selama presentasi banyak siswa yang bertanya dan ingin maju
untuk mengerjakan contoh soal.
b. Belajar Kelompok
Pada hari Kamis tanggal 01 Oktober 2015 telah dilaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) guru membuka pembelajaran dengan salam dan dilanjutkan
dengan berdoa. Guru mengecek kehadiran siswa, pada pertemuan kedua ini siswa
yang hadir sebanyak 40 orang. Selanjutnya guru menanyakan apa saja yang
dipelajari pada pertemuan sebelumnya.tahap berikutnya, Guru meminta siswa
untuk berkumpul bersama dengan kelompoknya masing-masing dan memberikan
kartu logaritma untuk didiskusikan dan diselesaikan secara berkelompok. Selama
proses belajar kelompok guru menekankan bahwa semua anggota kelompok harus
bisa mengerjakan. Pada saat belajar kelompok ini siswa terlihat lebih menguasai
materi.
c. Evaluasi
Setelah tahap belajar kelompok, guru memberikan poin pada lembar tersebut yang
selanjutnya poin setiap anggota satu tim akan di hitung rata-ratanya, setelah itu
pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi perwakilan masing-masing kelompok.
Setelah itu guru memberikan hadiah berupah bingkisan.
d. Kuis
Setelah tahap evaluasi, guru memberikan kuis II yang dikerjakan secara individu.
Guru mengawasi jalannya kuis. Setelah kuis selesai guru bersama-sama siswa
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilalui pada siklus II.
c. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Observasi yang
dilakukan guru mata pelajaran pada saat pembelajaran berlangsung menggunakan
lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Berikut hasil tes belajar siswa
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3.berikut.
Tabel 4.3. Hasil Kuis I dan Hasil Kuis II pada Siklus II

Nama Nilai Kuis I Nilai Kuis II Keterangan

Ade Yusuf 58 81 Meningkat


Agus Fina Angriani 53 88 Meningkat
Alif Farhanul 85 86 Meningkat
Ananta 40 79 Meningkat
Arbainah 77 82 Meningkat
Arman Asdi 90 89 Menurun
Chatami Putri 28 77 Meningkat
Daniel 35 75 Meningkat
Dhania Listianingrum 53 83 Meningkat
Eka Rhismayani 38 83 Meningkat
Fahreza Ramadanu 80 81 Meningkat
Gunawan 42 79 Meningkat
Herdiansyah 40 76 Meningkat
Irawati 52 86 Meningkat
Keren 78 82 Meningkat
La Panca 63 75 Meningkat
Lulu ul Maknunah 50 68 Meningkat
Muhammad Farras 88 79 Menurun
Miranda 53 88 Meningkat
Muhammad Azim 40 82 Meningkat
Muhammad Rizal 72 77 Meningkat
Nila Ariyanti 67 78 Meningkat
Nur Hamni 32 62 Meningkat
Nur Hadi 65 78 Meningkat
Nurul Azzahrah 90 82 Menurun
Putri Rahmawati 73 77 Meningkat
Ririn Andriani 53 80 Meningkat
Rizaldy Darmawan 52 74 Meningkat
Rusita Purmias 33 61 Meningkat
Sekar Widhyanetta 72 74 Meningkat
Suci Aulia 82 79 Menurun
Ulfa Pramita Sari 58 77 Meningkat
Vieri Prayoga 83 77 Menurun
Yulia Ayu 95 93 Menurun
Ahmad Huda 45 77 Meningkat
Riyan Maulana 47 83 Meningkat
Fenny Saas Ananda 48 82 Meningkat
Yanti Puspita Sari 63 89 Meningkat
Herniyati Toding 62 66 Meningkat
Rezky Deny 63 77 Meningkat
Nilai Rata-rata Kuis II 79,05
Jumlah Siswa Tuntas 34
Persentase Ketuntasan 85%
(Sumber: Data Hasil Belajar Siswa Siklus II oleh Peneliti)

Gambar 4.2. Grafik Diagram Ketuntasan Siswa Siklus II

Diagram Ketuntasan Siswa


Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas

15%

85%

Berdasarkan tabel 4.3. dan grafik 4.2., maka peneliti menentukan nilai rata – rata dan
ketuntasan klasikal siswa sebagai berikut
1) Nilai Rata – rata Siswa
Hasil belajar siswa dalam siklus II dengan penerapan model kooperatif tipe STAD
pada materi logaritma dapat dicari dengan rata – rata (mean) dengan rumus:
∑ 𝑥𝑖
x= 𝑛
3162
= 40

= 79,05
2) Ketuntasan Belajar Secara Klasikal
Dari tabel 4.3., dari ketuntasan belajar secara individu dapat pula diketahui
ketuntasan secara klasikal dengan menggunakan rumus :
Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 75
Ketuntasan Klasik = x 100%
Jumlah siswa yang mengikuti
34
= 40 x 100%

= 85 %
d. Tahapan Refleksi
Dari data yang diperoleh diatas dan dari catatan lapangan, dapat disimpulkan
yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan peneliti memiliki tingkat
keberhasilan sangat tinggi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bisa dilihat pada
peningkatan nilai rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa. Adapun keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus II adalah nilai rata – rata yang telah diperoleh yaitu 79,05
dan siswa yang tuntas sebanyak 34 orang siswa (85%). Sedangkan siswa yang masih
belum tuntas sebanyak 6 orang (15%).
Berdasarkan hasil analisa data, hasil belajar disimpulkan bahwa ketuntasan
belajar siswa secara klasikal sudah tuntas, hal ini disebabkan oleh siswa sudah aktif
dengan peran dan tangggung jawabnya masing-masing. Setelah pembelajaran siklus II
selesai dengan merefleksikan dari permasalahan-permasalahan yang muncul, akhirnya
dapat disimpulkan adalah pembelajaran dengan model STAD sudah tuntas karena
persentase ketuntasan belajar mencapai 85 %.

4.3. Perbandingan Siklus I dan Siklus II


Dari hasil studi dokumen yang menjadi data awal penelitian dan hasil pelaksanaan
tindakan yang dilakukan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II diperoleh rekapitulasi
data sebagai berikut:
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Nilai Awal dan Hasil Siklus I
Hasil Siklus I
No. Uraian Hasil Nilai Awal
(Kuis I)
1. Nilai Rata-rata siswa 34,05 59,95
2. Jumlah siswa yang tuntas 7 10
3. Persentase Ketuntasan 17,5% 25%

Berikut adalah grafik hasil belajar matematika siswa kelas X-4 pada Data awal dan siklus I

59,95

60
50
34,05
40
30
20 7 10
17,5% 25%
10
0
Rata-rata Nilai Jumlah Siswa yang Persentase
Tuntas Ketuntasan

Nilai Awal Siklus I

Gambar 4.3. Grafik Histogram Hasil Belajar Siswa I

Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata pada nilai awal adalah 34,05 meningkat
menjadi 59,95 pada siklus I. Sedangkan persentase ketuntasan klasikal pada nilai awal siswa
adalah 17,5% yang artinya hanya ada 7 siswa yang memenuhi KKM, selanjutnya meningkat
menjadi 25% yang artinya jumlah siswa yang tuntas di kelas tersebut bertambah menjadi 10
siswa pada siklus I.
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Siklus I dan Hasil Siklus II
Hasil Siklus I Hasil Siklus II
No. Uraian
(Kuis I) (Kuis II)
1. Nilai Rata-rata siswa 59,95 79,05
2. Jumlah siswa yang tuntas 10 34
3. Persentase Ketuntasan 25% 85%
Berikut adalah grafik hasil belajar matematika siswa kelas X-4 pada siklus I dan siklus II
Gambar 4.4. Grafik Histogram Hasil Belajar Siswa II

79,05
80 59,95
70
60
50 34
40
30
10
20 25% 85%
10
0
Rata-rata Nilai Jumlah Siswa yang Persentase
Tuntas Ketuntasan

Siklus I Siklus II

Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata pada siklus I adalah 59,95 meningkat
menjadi 79,05 pada siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan klasikal pada nilai siklus I
adalah 25% yang artinya 10 siswa sudah memenuhi KKM, selanjutnya meningkat menjadi
85% yang artinya jumlah siswa yang tuntas di kelas tersebut bertambah menjadi 34 siswa pada
siklus II.

Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Nilai Awal, Hasil Siklus I, dan Hasil Siklus II
Hasil Siklus I Hasil Siklus II
No. Uraian Hasil Nilai Awal
(Kuis I) (Kuis II)
1. Nilai Rata-rata siswa 34,05 59,95 79,05
2. Jumlah siswa yang tuntas 7 10 34
3. Persentase Ketuntasan 17,5% 25% 85%
Berikut adalah grafik hasil belajar matematika siswa kelas X-4 pada Data awal, Siklus I, dan
Siklus II
Gambar 4.5. Grafik Histogram Hasil Belajar Siswa III

79,05
80
70 59,95
60
50
34,05 34
40
30
20 7 10
17,5% 25% 85%
10
0
Rata-rata Nilai Jumlah Siswa yang Persentase
Tuntas Ketuntasan

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata pada nilai awal adalah 34,05 meningkat
menjadi 59,95 pada siklus I, kemudian meningkat lagi menjadi 79,05 pada siklus II.
Sedangkan persentase ketuntasan klasikal pada nilai awal adalah 17,5% meningkat menjadi
25% pada siklus I, kemudian meningkat lagi menjadi 85%. Artinya jumlah siswa yang sudah
memenuhi KKM sebelum dilakukannya tindakan hanya 7 siswa meningkat menjadi 10 siswa
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) pada siklus I, kemudian jumlah siswa yang tuntas meningkat lagi menjadi
34 siswa setelah dilakukannya tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siklus II dengan adanya
perbaikan dari siklus I.

4.4. Pembahasan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus yakni siklus I
dan siklus II, dimana siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dan siklus II
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada hari selasa 22 September
2015, pelaksanaan siklus I dilakukan melalui empat tahapan yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Selanjutnya pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada
hari selasa 29 September 2015 dan hari kamis 01 Oktober 2015, pelaksanaan siklus kedua
juga melalui empat tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada materi
logaritma di kelas X-4 SMA Negeri 3 Balikpapan tahun ajaran 2015/2016.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara sebelumnya, diketahui beberapa
permasalahan pada mata pelajaran matematika di kelas X-4. Diperoleh juga data hasil belajar
siswa yang menunjukkan nilai rata-rata siswa masih dibawah KKM dengan persentase
ketuntasan klasikal kurang dari 85%. Karena hal tersebut peneliti melakukan tindakan melalui
penggunaan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Pada saat model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini
diterapkan, respon dari siswa cukup antusias ketika mengikuti pelajaran, terlebih lagi ketika
proses belajar memasuki tahap berkelompok. Namun, setelah diterapkan siklus I nilai rata-rata
siswa yang dicapai siswa masih kurang dan masih ada beberapa siswa yang nilainya belum
mencapai KKM dikarenakan:

1. Saat mengerjakan secara berkelompok masih ada siswa yang enggan untuk
berdiskusi bersama teman sebayanya.
2. Masih ada siswa yang enggan untuk bertanya apabila masih kurang paham.
3. Hanya siswa yang pintar saja yang masih terlihat aktif.

Dari hasil pengamatan siklus I diatas, guru dan peneliti mengubah teknik penugasan
siswa pada siklus II, dari yang menggunakan LKS menjadi menggunakan Kartu Log (Kartu
Logaritma). Setelah penerapan tindakan siklus II, hasil belajar siswa meningkat, secara
berkelompok siswa bersemangat berdiskusi bersama teman sebayanya, siswa lebih berani
untuk bertanya, semua siswa menjadi lebih aktif.
Hasil belajar yang diperoleh dari data awal mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata
siswa 34,05 pada nilai awal meningkat menjadi 59,95 dengan persentase ketuntasan klasikal
17,5% meningkat menjadi 25% pada siklus I. Hal tersebut terjadi karena penggunaan model
pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang sebelumnya tidak
digunakan. Selanjutnya hasil belajar yang diperoleh dari siklus I mengalami peningkatan yaitu
nilai rata-rata 59,95 meningkat menjadi 79,05 dengan ketuntasan klasikal 25% meningkat
menjadi 85% pada siklus II. Hal tersebut terjadi karena penggunaan pembelajaran Teams
Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan adanya beberapa perbaikan yaitu
pemberian kartu logaritma pada saat diskusi kepada setiap kelompok.

4.5. Keterbatasan Penelitian


Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan peneliti menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada materi
logaritma di kelas X-3 SMA Negeri 3 Balikpapan. Adapun beberapa keterbatasan penelitian
yang dialami oleh peneliti antara lain:
1. Penelitian ini hanya meneliti hasil belajar matematika materi logaritma dalam notasi
angka dari nilai rata-rata dan persentase ketuntasan.
2. Pelaksanaan pembelajaran belum dapat dikatakan maksimal karena masih ada siswa
yang belum aktif mengikuti proses pembelajaran.
3. Penelitian ini merupakan sesuatu yang baru bagi peneliti. Oleh karena itu, kemampuan
peneliti terbatas untuk meneliti secara lebih mendalam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada materi logaritma di kelas X-4 SMA Negeri 3 Balikpapan. Hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada kondisi awal hanya mencapai
34,05 , setelah siklus I mencapai 59,95 dan pada siklus II naik menjadi 79,05.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan kartu logaritma pada kelas X-4 SMA
Negeri 3 Balikpapan tahun ajaran 2015/2016, maka saran – saran yang diberikan sebagai
sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
meningkatkan kompetensi peserta didik di SMA Negeri 3 Balikpapan pada khususnya sebagai
berikut :
a) Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan masukan untuk peningkatan kinerja
guru.
b) Bagi Guru
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika (materi logaritma) diharapkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD).
c) Bagi Peneliti
Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD), agar hasil belajar siswa meningkat.

Anda mungkin juga menyukai