Anda di halaman 1dari 180

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA


PADA MATERI BUNYI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:
ASMAWATI R.
106016300640

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M

ABSTRAK

Asmawati R., Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi. Skripsi Program
Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendididkan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi bunyi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kota Tangerang
Selatan pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2011. Metode penelitian yang
digunakan adalah kuasi eksperimen dan teknik pengambilan sampel menggunakan
Cluster Sampling. Sampel dalam penelitian ini, siswa kelas VIII-4 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII-9 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa masingmasing 36 siswa. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas kontrol diberi perlakuan
pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes
pilihan ganda sebanyak 18 soal dengan empat alternatif pilihan jawaban.
Berdasarkan uji statistik dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh
thitung = 8,55 > ttabel = 1,99, dengan thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima,
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi bunyi.

Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, Konsep bunyi,


Penguasaan konsep siswa

ABSTRACT

Asmawati R., Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi. Skripsi Program
Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendididkan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
The aim of this research to knowing influence cooperative learning STAD type to
mastery in concept of the student in the physics at sound concept. This research
was conducted of SMP Negeri 13 Tangerang Selatan at April until May in
academic year 2010/2011. The research method is used quasi experiment and
technics sampling is used cluster sampling. Sample of this research are VIII-4
class as experiment group and VIII-9 class as control group and taken severally
36 students. The experiment group was given cooperative learning STAD type
and control group was given conventional learning. Instrument were used in these
research is test instrument used 18 test multiple choise. Data was got from test test
instrument was analyzed by analysis t-test. Based on result of statistical analysis
t-test at the level of significant ( = 0,05), it is shown that tvalues greater than ttabel
8,55 > 1,99, with the result that zero hypotesis (Ha) was refused and alternative
hypotesis (Ha) was accepted, that can be concluded, cooperative learning STAD
type can influence students concept mastery of the physics study in sound
concept.

Key Words: Cooperative learning model of STAD type, Concept of sound,


Mastery in concept of student

KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum. Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang telah menghubungkan kejalan yang benar dan memimpin kepada
agama yang lurus, semoga rahmat dan kesejahteraan senantiasa terlimpahkan
kepada Beliau dan kepada Nabi-nabi lain serta keluarga dan orang-orang yang
saleh.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi
ini berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap
Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
tanpa lelah memberikan dorongan dan masukan moril maupun materil kepada
penulis, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan

Keguruan

UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta,

sekaligus

dosen

pembimbing I yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan


bimbingan, dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.

5. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang selalu


meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dan pengarahan dalam
penulisan skripsi ini.
6. Ibu Erina Hertanti, M.Si., selaku dosen penasehat akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis selama proses
perkuliahan.
7. Bapak Rohman, S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung.
8. Ibu Silvani Damanik, S.Pd, selaku guru bidang studi fisika kelas VIII di SMP
Negeri 13 Kota Tangerang Selatan yang telah member dukungan moril kepada
penulis selama proses penelitian.
9. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Pada akhirnya, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan


keterbatasan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis dengan terbuka
menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi, amin.
Wassalaamualaikum. Wr.Wb.

Jakarta, Juni 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK . .................................................................................................

ABSTRACT .................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ................................................................................

iii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

ix

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................

B. Identifikasi Masalah ................................................................

C. Pembatasan Masalah ...............................................................

D. Perumusan Masalah ................................................................

E. Tujuan Penelitian ....................................................................

F. Manfaat Penelitian ..................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................

A. Kajian Teori ............................................................................

1. Pembelajaran Kooperatif ...................................................

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...................

15

3. Konsep dan Penguasaan Konsep .......................................

19

4. Konsep Bunyi ....................................................................

23

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................

29

C. Kerangka Berpikir ...................................................................

32

D. Pengajuan Hipotesis ................................................................

36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................

37

A. Metode Penelitian ....................................................................

37

B. Desain Penelitian .....................................................................

37

C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................

37

D. Prosedur Penelitian ..................................................................

38

E. Variabel Penelitian ..................................................................

39

F. Populasi dan Sampel Penelitian ..............................................

39

G. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................

39

H. Teknik Pengambilan Data .......................................................

40

I. Instrumen Penelitian ................................................................

42

J. Teknik Analisis Data ...............................................................

45

K. Hipotesis Statistik ...................................................................

49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................

50

A. Hasil Penelitian .......................................................................

50

B. Analisis Data Angket ..............................................................

54

C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................

60

BAB V PENUTUP ....................................................................................

63

A. Kesimpulan .............................................................................

63

B. Saran ........................................................................................

64

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

65

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Peta Konsep Bunyi ..................................................................

23

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ........................................................

33

Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .

48

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok
Belajar Tradisional ......................................................................

11

Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu ..........................

18

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok .................................................

18

Tabel 3.1 Desain Penelitian .........................................................................

35

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen tes ................................................................

38

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas .....................................................................

41

Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan


Kontrol ........................................................................................

48

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest


Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ..........................

49

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest


Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ..........................

50

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan Uji-t Pretest


dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .....

51

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Indikator Metode Pembelajaran yang


Digunakan Guru ..........................................................................

52

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Indikator Aktivitas Siswa ..............................

53

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Kognitif Siswa ..........

54

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Afektif Siswa ............

55

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Psikomotor Siswa .....

56

Tabel 4.10Hasil Perhitungan Indikator Peranan Guru dalam Proses


Pembelajaran ...............................................................................

57

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Uji Validitas .............................................................................

68

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ................................................................

71

Lampiran 3 Perangkat Pembelajaran ..........................................................

93

Lampiran 4 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan


Kelompok Kontrol ..................................................................

115

Lampiran 5 Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ..............................

116

Lampiran 6 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas


Data Pretest Kelompok Eksperimen .......................................

119

Lampiran 7 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen ..............

120

Lampiran 8 Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ...........................

121

Lampiran 9 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas


Data Posttest Kelompok Eksperimen ......................................

124

Lampiran 10 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen ............

125

Lampiran 11 Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol ...................................

126

Lampiran 12 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas


Data Pretest Kelompok Kontrol .............................................

129

Lampiran 13 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol ....................

130

Lampiran 14 Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol ..................................

131

Lampiran 15 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas


Data Posttest Kelompok Kontrol ...........................................

134

Lampiran 16 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Kontrol ...................

135

Lampiran 17 Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan


Kelompok Kontrol

136

Lampiran 18 Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan


Kelompok Kontrol .

138

Lampiran 19 Perhitungan Uji-t Hipotesis Hasil Pretest Kelompok


Eksperimen dan Kelompok Kontrol .......................................

140

Lampiran 20 Perhitungan Uji-t Hipotesis Hasil Posttest Kelompok


Eksperimen dan Kelompok Kontrol .

142

Lampiran 21 Lembar Pembagian Kelompok STAD ....................................

144

Lampiran 22 Lembar Rekapitulasi Kelompok STAD

145

Lampiran 23 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan I) .....

148

Lampiran 24 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan II) ....

150

Lampiran 25 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan III) ...

152

Lampiran 26 Lembar Uji Referensi .............................................................

157

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada
dasarnya bertujuan mempelajari dan memberi pemahaman kuantitatif terhadap
gejala atau proses alam dan sifat serta penerapannya, demikian menurut
Wosparkik.1 Fisika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan bagian dari sains
yang bertujuan untuk mempelajari fenomena-fenomena yang berhubungan dengan
materi. Oleh karena itu, hakikat fisika sama dengan hakikat sains yakni terdiri dari
produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Pendidikan fisika diharapkan
mampu memberikan pengalaman secara langsung. Pendidikan fisika juga harus
mampu mengembangkan daya nalar dalam pemecahan masalah di kehidupan
sehari-hari, karena siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah
keterampilan proses agar mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara utuh.
Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran
yang berdiri sendiri untuk mencapai fungsi dan tujuannya. Adapun fungsi dan
tujuan mata pelajaran fisika di SMA adalah sebagai sarana untuk:
1.

Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

2.

Memupuk sikap ilmiah;

3.

Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melaui


percobaan: merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan,
mengolah,

dan

menafsirkan

data,

menyusun

laporan,

serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis;

Widodo Budhi, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Model STAD Mata Kuliah
Fisika Matematika Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika JPMIPA FKIP Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Tahun Akademik 2004/2005 dalam Jurnal Varidika, Vol.
17, No. 2, Desember 2005, h. 106

4.

Mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan


menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa
alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Pada kelas I perangkat matematika yang mendukung fisika adalah aljabar.
Pada kelas II selain aljabar penggunaan kalkulus juga diperkenalkan di
beberapa bagian. Di Kelas III penggunaan kalkulus diferensial dan integral
dilakukan dengan porsi yang lebih banyak lagi;

5.

Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai


keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya
diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi;

6.

Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan menyadari


keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat menjelaskan berbagai
peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika dalam teknologi.2

Oleh karena itu, maka penguasaan terhadap ilmu fisika hendaklah terus
ditingkatkan.
Pada kenyataannya, tingkat penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran
fisika masih rendah. Rendahnya penguasaan konsep siswa diduga ada kaitannya
dengan proses pembelajaran fisika yang masih berpusat pada guru (teacher
centered) dan siswa hanya mendapatkan konsep-konsep yang bersifat informasi
yang disampaikan guru di kelas. Konsep-konsep tersebut seharusnya dikuasai oleh
siswa agar mereka dapat memecahkan masalah fisika yang kelak akan mereka
hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Konsep tersebut seharusnya diperoleh siswa
melalui pemberian pengalaman oleh guru untuk dapat merumuskan masalah,
mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, mengumpulkan, dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis, tidak banyak dialami oleh siswa sehingga siswa sulit memahami konsepkonsep fisika dan cepat melupakannya. Selain itu, faktor terpenting yang

Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Fisika
SMA, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003), h. 7

mempengaruhi rendahnya penguasaan konsep siswa yaitu keaktifan, interaksi dan


kemampuan kerjasama siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang masih lemah.
Salah satu tindakan pembelajaran yang perlu dilakukan guru adalah
pengembangan model pembelajaran berdasarkan teori belajar kognitif. Termasuk
teori belajar kognitif adalah teori belajar konstruktivis. Pendekatan konstruktivis
dalam pembelajaran, salah satunya pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
kooperatif berarti juga belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan
yang lain dalam belajar dan memastikan setiap orang dalam kelompok mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, demikian menurut Johnson.3
Salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif adalah Student
Teams Achievment Divisions (STAD). Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini, pengajar terlebih dahulu menyajikan materi, membentuk kelompok secara
heterogen. Selanjutnya pengajar memberi tugas kepada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Setelah itu, pengajar memberi
kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa (pada saat menjawab kuis, siswa tidak boleh
saling membantu). Kemudian pengajar memberi evalusi, lalu bersama-sama
dengan siswa membuat kesimpulan.
Pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD didasarkan pada prinsip
bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab
terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang yang
merupakan campuran menurut prestasi akademik dan jenis kelamin. Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD materi dirancang untuk pembelajaran
kelompok. Siswa secara kooperatif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
dalam bentuk LKS. Dalam model pembelajaran ini siswa lebih bebas bertanya
kepada teman satu timnya, sebab biasanya siswa tidak mau bertanya kepada guru
apabila menemukan permasalahan.

Isjoni. Pembelajaran Kooperatif. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Cet. ke-1, h.63

Pembelajaran dengan menggunakan metode STAD diharapkan dapat


membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif, menarik dan menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran fisika
khususnya pada pokok bahasan suhu dan kalor. Pembelajaran fisika yang efektif
adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar
dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai
yang diharapkan.
Adapun dipilihnya topik bunyi sebagai materi pembelajaran dalam model
ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama, materi bunyi menuntut
berpikir kompleks, sehingga diperlukan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam
merancang dan melakukan percobaan sehingga dapat meningkatkan pemahaman
dan penguasaan konsep siswa. Kedua, materi bunyi tergolong sulit sehingga
membutuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap
sosial siswa. Dalam pembelajaran materi bunyi hendaknya siswa berperan aktif
dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa dapat memahami serta dapat
meningkatkan penguasaan konsep, hal ini dapat dicapai salah satunya melalui
pembelajaran kooperatif.
Dewimarhelly dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai. Dalam
hasil penelitiannya, Dewimarhelly melaporkan adanya peningkatan hasil belajar
yang signifikan antara sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).4 Annisa Firdhausi
melakukan penelitian tindakan kelas mengenai Upaya Meningkatkan Aktifitas
dan Prestasi Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatid Tipe STAD dengan
Menggunakan Media Alternatif. Hasilnya, secara keseluruhan aktivitas siswa di
setiap siklusnya terjadi peningkatan yang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan
bahwa media dan model pembelajaran yang telah diterapkan mampu
meningkatkan aktivitas siswa. Begitupun, secara keseluruhan prestasi belajar
4

Dewimarhelly, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams


Achievement Division) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai
dalam Skripsi Program Studi Pendidkan Kimia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009, h. 64

meningkat cukup baik di setiap siklusnya hingga mencapai indikator keberhasilan


yang ditetapkan pada penelitian ini.5
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Penguasaan Konsep Siswa
pada Materi Bunyi.

B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:
1.

Terdapat kesenjangan hasil belajar antara siswa kelompok atas dan siswa
kelompok bawah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya penguasaan konsep
siswa kelompok bawah.

2.

Siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran dan lemahnya kemampuan


kerjasama siswa dalam kegiatan kelompok.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini diadakan pembatasan masalah pada penguasaan konsep.
Dimana penguasaan konsep siswa yang diteliti, dibatasi hanya pada aspek
meningat (C2) pada ranah kognitif dari taksonomi Bloom.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi bunyi?.

Annisa Firdhausi, Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media Alternatif dalam Skripsi
FPMIPA Jurusan Pendidikan Fisika UPI, Bandung, 2010, h. 92

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD
terhadap penguasaan konsep siswa antara sebelum dan sesudah proses
pembelajaran.
2. Mengetahui respon siswa terhadap KBM dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.

F.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitan ini, yaitu:

1. Bagi siswa, diharapkan dapat menumbuhkan kerjasama pada kegiatan


kelompok dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran fisika, khususnya
penguasaan konsep siswa pada materi bunyi.
2. Bagi guru fisika, diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif guru untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.
Dimana, model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model
pembelajaran

yang

menarik

sehingga

siswa

berpartisipasi

dalam

pembelajaran.
3. Bagi peneliti, dapat menjadi pengalaman langsung dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1.

Pembelajaran Kooperatif

a.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama


lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.6 Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana
para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.7
Eggen mendefinisikan bahwa belajar kooperatif adalah sebagai kumpulan
strategi mengajar yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain
dalam suatu kelompok untuk mempelajari sesuatu.8 Sedangkan Slavin
menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif secara ekstenfsif, atas dasar teori
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang
sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan
temannya.9
Menurut Muslimin dkk., pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina, model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
6

Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007),


cet. ke-3 h. 15
7
Robert E. Slavin, Cooperative Learning-Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005),
h. 4
8
Henny Ekana Chrisnawati, Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Student Teams Achievement Divisions )Terhadap Kemampuan Problem Solving Siswa SMK
(Teknik) Swasta di Surakarta Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa dalam Jurnal MIPA, Vol. 17,
No. 1, Januari 2007, h. 67
9
Ibid, h. 67

dirumuskan. Sementara menurut Anita dalam Cooperative Learning, model


pembelajaran

kooperatif

merupakan

suatu

model

pembelajaran

yang

mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan


kerjasama.10 Pembelajaran kooperatif ini bukan saja sekedar melibatkan dan
menempatkan siswa secara bersama dalam suatu kelompok kecil dan memberikan
kepada mereka tugas, akan tetapi juga di dalamnya melibatkan pemikiran dan
perhatian penuh pada berbagai macam aspek dari proses kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk saling bekerja sama dan membantu
antara satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan atau mempelajari suatu
pokok bahasan.
Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai lingkungan belajar dimana
siswa bekerjasama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbedabeda untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pengorganisasian pembelajaran
kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, yang dimaksud struktur tugas kooperatif
adalah siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif harus
bekerjasama pada suatu tugasnya. Struktur tujuan kooperatif adalah seorang siswa
dalam suatu kelompok dikatakan dapat mencapai tujuan jika siswa lain dalam
kelompok tersebut juga dapat mencapai tujuan. Terdapat tiga macam struktur
tujuan sebagai berikut dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Tujuan individualistik, jika tujuan yang ingin dicapai siswa secara individual
tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan siswa lainnya.
2) Tujuan kompetitif, jika seorang siswa dapat mencapai tujuan sedangkan siswa
lain tidak mencapai tujuan tersebut.
3) Tujuan kooperatif, jika siswa bersama-sama mencapai tujuan tersebut.
Tiap-tiap individu ikut andil menyumbang pencapaian tujuan. Tujuan kelompok
akan tercapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan secara kolektif.11

10

Widyantini. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP.


(Yogyakarta: DEPDIKNAS, 2008), h. 4
11
Wahyu Sulistyorini, Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Jigsaw dalam Pembelajaran
Biologi di SMA dalam Jurnal Biomatik, h. 43

Model pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu cara


penyampaian pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred learning).
Student centred learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
siswa dalam proses pembelajaran, metode belajar ini berfokus pada kebutuhan
siswa, kemampuan, minat, dan cara mengajar guru sebagai fasilitator dalam
pemebelajaran. Siswa yang aktif adalah siswa yang dapat mengkonstruk dan
membangun sendiri pemahamannya lewat indera sensoriknya sendiri seperti
penglihatan, suara, penciuman dan sebagainya. Asumsi tersebut berkembang
berdasarkan alasan bahwa siswa bukan merupakan pembelajar pasif, tetapi
mereka merupakan seorang pencipta di lingkungannya.
Dari berbagai penjelasan mengenai pembelajaran kooperatif di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran kelompok untuk setiap kelompok mempunyai anggota yang
heterogen. Pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model yang setiap
anggota kelompok telah mencapai tujuan individu apabila kelompoknya telah
berhasil. Untuk mencapai tujuan individu dalam kelompok, sangat dipengaruhi
oleh keaktifan anggota kelompok tersebut dalam melakukan apa saja untuk
keberhasilan kelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga tujuan
pembelajaran yaitu: prestasi akademik, penerimaan pendapat yang beraneka
ragam dan pengembangan keterampilan sosial.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tidak identik dengan pembelajaran
kelompok. Dalam pembelajaran kelompok guru dapat mengoptimalkan siswa
bekerja bersama dengan siswa lainnya. Pembelajaran kelompok berbeda dengan
pembelajaran kooperatif, karena ciri-ciri pembelajaran kooperatif seperti
dikemukakan oleh Slavin tidak tersirat secara sistematis. Oleh karena itu guru
dapat mengoptimalkan kinerja yang telah dilaksanakannya dengan memilih satu
metode yang dikemukakan Slavin, antara lain Student Teams Achievement
Divisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), Teams Assisted

Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition


(CIRC) dan Jigsaw.12

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif


Belajar secara kooperatif dalam kelompok kecil membantu siswa dan
anggota dalam tim untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Secara
umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu:13
1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk
menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.
2) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa
membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama. Pembelajaran yang
paling baik ditangani jika melalui kerja kelompok.
3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5
siswa.
4) Siswa menggunakan perilaku kooperatif.
5) Setiap siswa secara mandiri bertanggungjawab untuk pekerjaan pembelajaran
mereka.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:14
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,
rendah.
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda-beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

12

Suprayekti, Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif, dalam Jurnal Pendidikan


Penabur, No.07/Th.V/Desember 2006, h. 90
13
Zulfiani, dkk.., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009)
cet. ke-1 h. 131
14
Wahyu Sulistyorini, Op. Cit., h. 44

Carin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif ditandai oleh ciriciri sebagai berikut:15
1) Setiap anggota mempunyai peran
2) Terjadi interaksi langsung diantara siswa
3) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga temanteman sekelompoknya
4) Peran guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok
5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Bannet menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan
pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:16
1) Positive interdependence
2) Interaction face to face
3) Adanya tanggungjawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok
4) Membutuhkan keluwesan
5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok)
Pada pembelajaran kooperatif siswa dikondisikan untuk bekerja dan
belajar dalam kelompok. Aktivitas kerja dan belajar dalam kelompok belajar
kooperatif berbeda dengan kelompok belajar tradisional. Kelompok tradisional
adalah kelompok belajar yang sering diterapkan di sekolah, seperti kelompok
diskusi, kelompok tugas dan kelompok belajar lainnya. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tabel 2.1 berikut.17

15

Zulfiani, dkk.., Op. Cit., h. 132


Isjoni, Op. Cit.,, h. 60
17
Zulfiani, dkk, Op. Cit., h. 135
16

Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan


Kelompok Belajar Tradisional
No.

Kelompok Belajar Kooperatif

Kelompok Belajar Tradisional

1.

Kepemimpinan bersama

Satu pemimpin

2.

Saling ketergantungan positif

Tidak saling bergantung

3.

Kelompok heterogen

Kelompok homogen

4.

Mempelajari ketarampilan kooperatif

Asumsi adanya keterampilan sosial

5.

Sama-sama bertanggungjawab

Tanggungjawabnya hanya untuk diri


sendiri

6.

Menekankan pada penyelesaian tugas

Hanya menekankan pada

dan mempertahankan hubungan

penyelesaian tugas

Guru memperhatikan proses

Guru tidak memperhatian proses

kelompok belajar sehingga efektif

kelompok belajar

8.

Satu hasil kelompok

Beberapa hasil kelompok

9.

Evaluasi kelompok

Evaluasi individual

7.

c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keunggulan, antara lain
sebagai berikut:
1) Semua anggota kelompok wajib mendapat tugas
2) Ada interaksi langsung antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru
3) Siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan sosial
4) Mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain
5) Dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa
6) Melatih siswa untuk berani berbicara di depan kelas18
Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai
kelemahan-kelemahan, antara lain sebagai berikut:
1) Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan
mengatur dan mengankat tempat duduk.
18

Ruhadi. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah Satu Alternatif dalam
Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu, Sept 2008, Volume 6 Nomor I, h. 49

2) Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 40 orang, maka guru
kurang maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.
3) Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan
dengan pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan
siswa, menentukan perubahan kelompok belajar.
4) Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan
kemudian melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.19

d. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif


Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil
dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University yaitu: STAD
(Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games Tournament), TAI
(Teams Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative Integrated Reading &
Composition), dan Jigsaw.
1) STAD (Student Teams Achievement Division)
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan pendekatan
kooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa dibagi dalam
bentuk kelompok beranggotakan 4 5 orang yang berbeda jenis kelamin, etnis
dan kemampuan. Guru menyajikan informasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Secara individual
setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis itu di skor perkembangan.

2) Jigsaw
Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap
anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu yang diberikan.
Jigsaw terdiri dari lima langkah, yaitu mahasiswa membaca dan mengkaji
bahan ajar, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok mahasiswa (homogen),
tes/kuis, dan penguatan dari guru.

19

Ibid, h. 49

3) TGT (Team Games Tournament)


TGT hampir sama dengan STAD, namun dalam TGT tidak menggunakan kuis
atau saling tanya melainkan menggunakan turnamen atau lomba mingguan.
Dalam lomba itu siswa berkompetisi dengan anggota tim lain agar dapat
menyumbangkan poin pada skor mereka. TGT terdiri dari empat langkah,
yaitu identifikasi masalah, pembahasan masalah dalam kelompok, presentasi
hasil bahasan kelompok (turnamen), dan penguatan dari guru.

4) TAI (Team Accelerated Instruction)


Teknik ini menggabungkan metode belajar kelompok dengan belajar secara
individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal-soal bertahap yang harus
mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Setelah itu, hasil
pekerjaan mereka diperiksa oleh anggota tim yang lain. Jika seorang siswa
telah mampu mengerjakan soal dalam satu tahap, maka ia diperbolehkan untuk
mengerjakan soal selanjutnya dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Namun jika ia belum mampu menjawab suatu soal, maka ia harus
mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya sama sebelum ia
melanjutkan ke soal yang lebih sulit.

5) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)


Teknik ini sejenis dengan TAI, namun hanya ditekankan pada pengajaran
membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri dari siswa
mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim dan kuis.20

Pada penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif


tipe STAD. Alasan dipilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena
model pembelajaran ini merupakan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep
materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh
guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain.
20

Zulfiani, dkk, Op. Cit., h. 137

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD

yang

dikemukakan

oleh

Slavin

adalah

sebuah

metode

pembelajaran yang terdiri dari 4 atau 5 orang yang heterogen dari segi tingkat
kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang budaya.21 Pada STAD dinyatakan
Slavin bahwa Most often, the study involves students discussing problems
together, comparing answers, and correcting any misconceptions if teammates
make mistakes, artinya siswa mendiskusikan masalah bersama, membandingkan
jawaban dan memeriksa miskonsepsi jika tim membuat kesalahan. Penekanan
diletakkan pada anggota tim melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.22
STAD merupakan salah satu metode pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana dan merupakan sebuah model pendekatan yang cocok
untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif. Selain itu,
STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif
(Slavin).23
Menurut Davidson & Worshman (dalam Supraptama), Cooperative
learning adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan
siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Senada dengan
pendapat tersebut, Johnson menyatakan bahwa dalam cooperative learning
Students discuss the material with each other, help one another understand it,
and encourage each other to work hard. Pada cooperative learning para siswa
mendiskusikan bahan antara siswa yang satu dengan lainnya, saling membantu
memahami siswa yang satu dengan yang lain dan masing-masing memberi
semangat untuk bekerja keras antara siswa yang satu dengan yang lain.24
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
STAD merupakan salah satu model pembelajaran secara berkelompok (anggota
21

Suprayekti. Op. Cit., h. 90


Marjoko. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning Teknik
Student Teams Achievement Division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap dalam Jurnal Widyatama,
Vol. 5 No.1, Maret 2008, h. 64
23
Ruhadi, Op. Cit., h. 48
24
Marjoko, Op. Cit., h. 64
22

kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang heterogen) dengan mengintegrasikan


keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman
belajar baik individu maupun kelompok. Bentuk partisipasi siswa yang
diharapkan dapat berupa keterlibatan mereka dalam suatu kelompok diskusi. Pada
aktivitas ini terjadi proses belajar mengajar antar siswa, berupa saling bertanya,
saling menjelaskan, dan mempraktikkan kemampuan-kemampuan lain dalam
wadah kelompok diskusi. Dalam proses pembelajaran ini dapat diharapakan
mampu meransang siswa untuk berpikir kritis, inovatif, aktif dan kreatif serta
mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh struktur tugas,
tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi tipe STAD
didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan
mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Dalam penerapan tipe STAD, dua atau lebih individu saling bergantung satu sama
lain untuk mencapai satu penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil
sebagai kelompok.25
Unsur-unsur dasar tipe STAD sebagai berikut: siswa dalam kelompoknya
haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama; siswa
bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik
mereka sendiri; siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelomponya memiliki tujuan yang sama; siswa haruslah membagi tugas dan
bertanggung jawab yang sama diantara kelompoknya; siswa akan dikenakan
evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk
semua anggota keompok; siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.26
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki ciri-ciri berikut:
(a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
25

Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 90
26
Ibid, h. 90

belajarnya; (b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah; (c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda; dan (d) Penghargaan lebih berorientasi
kelompok ketimbang individu.27

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: penyajian kelas, kegiatan
kelompok, tes, peningkatan individu dan pengakuan kelompok. Lima komponen
utama dalam pembelajaran kooperatif akan dijelaskan sebagai berikut.
1) Penyajian kelas
Penyajian kelas adalah tahap dimana siswa memulai pembelajaran dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
Tahapan ini diikuti dengan penyajian informasi sebagaimana biasanya, dengan
menggunakan berbagai metode atau pendekatan yang sesuai misalnya
ceramah, tanya jawab, peragaan, dan demonstrasi.
Penyajian kelas dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan
penelusuran kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dulu untuk
menemukan informasi atau konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum
pembelajaran.

2) Kegiatan kelompok
Siswa bekerja dan belajar bersama didalam kelompok. Waktu yang digunakan
1 2 jam pelajaran. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota 4 5 orang yang beragam, baik itu kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras ataupun etnik dalam satu kelompok. Kerja tim merupakan
ciri terpenting STAD. Pada setiap saat, penekanan diberikan kepada anggota
tim agar melakukan yang terbaik untuk timya. Sesama anggota tim
memberikan dukungan kepada temannya untuk kinerja akademik dan
menunjukkan saling peduli.

27

Ibid, h. 90

3) Tes individual
Setelah siswa berlatih dalam kelompok, siswa diberi tes individu. Pada tahap
ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberitahu atau bekerja sama
dengan yang lain. Setiap siswa diharapkan berusaha untuk bertanggungjawab
secara individual untuk menjawab soal tes dan memberikan hasil yang terbaik
sebagai konstribusinya kepada kelompok.

4) Memberikan skor peningkatan individual


Pemberian skor peningkatan individual bertujuan untuk memberikan
kesempatan bagi setia siswa agar dapat menunjukkan gambaran kinerja
pencapaian tujuan dari hasil kerja maksimal setiap individu yang
disumbangkan untuk kelompokknya.
Pengelolaan hasil kerja kelompok adalah skor awal, skor tes, skor peningkatan
individu dan skor kelompok. Skor peningkatan didapat dari kaitan skor awal
dan skor tes. Jika ada peningkatan atau penurunan maka akan diberi poin
tersendiri, dan skor untuk kelompok dikumpulkan dari peningkatan seluruh
anggota kelompok, dicatat dan dijumlahkan maka itu akan menjadi skor
kelompok. Contoh pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu


Skor Tes

Skor Peningkatan

a. Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal

b. Antara 10 sampai 1 di bawah nilai awal

10

c. Antara 0 sampai 10 di atas nilai awal

20

d. Lebih dari 10 poin di atas nilai awal

30

e. Nilai terbaik (tidak berdasarkan nilai awal)

40

5) Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing
kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok
yang diperoleh dengan mengumpulkan kemajuan masing-masing anggota

kelompok. Berdasarkan skor kemajuan kelompok tersebut, guru memberikan


hadiah (award) berupa predikat kepada kelompok yang memenuhi kriteria
tertentu. Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk
prestasi kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut ini.28

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok


Rata-rata Kelompok

Penghargaan

15

Good Team (tim yang bagus)

20

Great Team (tim yang hebat)

25

Super Team (tim yang super)

3. Konsep dan Penguasaan Konsep


a. Konsep
Konsep adalah hasil berfikir abstrak manusia yang merangkum banyak
pengalaman sehingga konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang.
Konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek-obyek,
kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut
yang sama (Rosser dalam Dahar). Sedangkan Herron (dalam Liliasari)
menyatakan bahwa konsep sama dengan ide, ide sebagai contoh dari konsep.29
Menurut Dahar, konsep merupakan kategori-kategori yang kita berikan
pada stimulus-stimulus yang ada dilingkungan kita. Konsep-konsep menyediakan
skema-skema terorganisasi untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara
kategori-kategori. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental
yang lebih tinggi

28

untuk

merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-

Zulfiani dkk., Op. Cit., h. 140


Akhmad Akhyani. Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri Laboratorium
untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA dalam
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. II, No. 1, Maret 2008, h. 102
29

generalisasi.30 Sedangkan Oemar Hamalik menyatakan bahwa konsep adalah


suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum. 31
Berdasarkan berbagai definisi mengenai konsep dapat disimpulkan bahwa
konsep merupakan suatu idea tau gagasan yang menerangkan suatu objek
berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta.
Adapun ciri-ciri konsep yaitu:32
1) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu
dengan konsep lainnya.
2) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut.
3) Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep
lainnya.
4) Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih
dominan (obvious) daripada yang lainnya.
Jenis-jenis konsep adalah sebagai berikut:33
1) Konsep konjungtif, nilai-nilai tertentu (yang penting) dari berbagai atribut
disajikan bersama-sama. Nilai-nilai dan atribut ditambahkan bersama untuk
menghasilkan suatu konsep konjungtif.
Contoh:
Atribut

Nilai

- Nomor

Tiga

- Warna

Hitam kekuning-kuningan

- Bentuk

Bulat/bundar

Konsep
Tiga bulatan yang hitam
kekuning-kuningan

2) Konsep konjungtif sangat mudah dipelajari dan diajarkan, sebab hanya


menambah (kualitas adaptif) antara atribut dan nilai-nilai. Dengan cara itu,
kita dengan mudah membedakan antara anjing, kucing, dan kuda.
30

Armiza. Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pemantulan Cahaya dalam Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA, Vol. I, No, 1, Maret 2007, h. 79
31
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta: Bumi
Aksara: 2005), cet. ke-4, h. 161
32
Ibid, h. 162
33
Ibid, h. 163

3) Konsep disjungtif, sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara yang
berbeda-beda. Antara atribut-atribut dan nilai-nilai dapat didistribusikan antara
yang satu dengan yang lainnya.
4) Konsep hubungan, yakni suatu konsep yang mempunyai hubungan-hubungan
khusus antaratribut. Misalnya konsep jarak dan konsep arah. Jarak menunjuk
pada hubungan antara dua titik, yakni terdapat dua titik yang terpisah arah,
juga menunjukkan hubungan antara dua titik gerakan dari satu titik ke titik
lainnya.

b. Penguasaan Konsep
Dari proses pembelajaran yang berlangsung, diharapkan siswa dapat
menguasai konsep-konsep dari materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Dalam
hal ini penguasaan konsep sangat penting dimiliki siswa yang telah mengalami
pembelajaran. Penguasaan konsep yang dimaksud di sini tidak terbatas hanya
mengenal konsep itu, tetapi siswa harus dapat menghubungkan antara konsep
yang satu dengan konsep yang lain yang masih ada kaitannya. Berkaitan hal ini
Novak dan Gowin (dalam Baihaqi), menyatakan bahwa penguasaan konsep tidak
didasarkan pada kemampuan siswa untuk mengetahui seluruh konsep yang
diajarkan saja, tetapi lebih merupakan perkembangan hubungan proporsional
antara konsep yang menjadi pusat perhatian dan konsep lain yang dihubungkan.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penguasaan konsep identik dengan
pemahaman konsep, yaitu sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan)
siswa yang dipengaruhi oleh kemampuan

berpikir dengan jenjang: ingatan (C 1),

pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisa (C4), evaluasi (C5), dan kreatif (C6)
(Bloom dalam Anderson dan Krathwohl).34
Adapun penguasaan konsep fisika dimaksudkan sebagai tingkatan dimana
seorang siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep fisika, melainkan benarbenar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam
menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri

34

Akhmad Akhyani, Op. Cit., h. 102

maupun penerapannya dalam situasi baru. Berdasarkan taksonomi Bloom,


penguasaan konsep dalam penelitian ini hanya pada ranah kognitif C2.
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, kelompok berkompetisi dengan
kelompok-kelompok lain, siswa dalam satu kelompok bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas yang telah disiapkan oleh guru, hasil kerja dan penghargaan
adalah untuk kelompok bukan untuk perorangan, siswa merasa keberhasilan
mereka bergantung pada perilaku dan kinerja siswa lainnya dalam kelompok,
efektif dalam mengurangi dominansi siswa yang pintar dalam belajar kelompok,
dan guru memberi umpan balik untuk kelompok. Dengan demikian, interaksi
dalam kelompok dan antar kelompok lebih efektif dan efisien karena adanya
bahan diskusi yang telah dirancang sedemikian rupa oleh guru dan adanya
bimbingan dan arahan guru secara intensif.
Tipe STAD lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan
dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Peningkatan
belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktivitas
belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir
kritis, dan pembelajaran konseptual meningkatkan secara nyata pada saat
digunakan strategi-strategi kooperatif, siswa lebih memiliki kemungkinan
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam
kelompok kooperatif daripada mereka bekerja secara individual atau kompetitif.
Jadi materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih
lama.35 Hal yang demikian diharapkan dapat lebih meningkatkan penguasaan
konsep fisika siswa khususnya pada materi bunyi.

35

Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 90

4. Konsep Bunyi
a. Peta Konsep

Bunyi

memiliki

memiliki

Daerah frekuensi

Karakteristik
bunyi

terdiri atas

Pemantulan

terdiri atas

Warna bunyi

Infrasonik
(f < 20 Hz)

mengalami

Kuat bunyi

Audiosonik
(20 Hz s/d 20 kHz)

Tinggi bunyi

Ultrasonik
(f > 20 kHz)

dihasilkan oleh

Getaran
dirambatkan oleh

Gelombang mekanik
(perambatannya melalui medium)
berupa

Gelombang
longitudinal

Gambar 2.1 Peta Konsep Bunyi

Resonansi

b. Bunyi
Benda yang bergetar menimbulkan bunyi. Benda tersebut dapat kita sebut
sebagai sumber bunyi.36 Bunyi merupakan salah satu bentuk gelombang
longitudinal. Bunyi merambat dalam bentuk rapatan dan renggangan yang silih
berganti.
Kita telah membahas bahwa bunyi ditimbulkan oleh benda yang bergetar,
yaitu sumber bunyi. Dengan demikian, syarat terjadi dan terdengarnya bunyi
adalah:
1) Ada benda yang bergetar (sumber bunyi),
2) Ada medium yang merambatkan bunyi, dan
3) Ada penerima yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi.37

c. Kelajuan Rambat Bunyi


Kelajuan rambat bunyi adalah jarak yang ditempuh oleh bunyi tiap satu
satuan waktu. Satuan kelajuan rambat bunyi dalam SI adalah m/s. karena itu dapat
dinyatakan: Cepat rambat bunyi adalah besarnya jarak yang ditempuh oleh bunyi
tiap sekon.

.. (2.1)

dengan: v = kelajuan rambat bunyi (m/s)


s = jarak yang ditempuh (m)
t = waktu tempuh (s)38
Oleh karena bunyi merupakan suatu bentuk gelombang, dapat dituliskan:

= . . (2.2)

dengan: T = periode bunyi (s)


= panjang gelombang bunyi (m)39
f = frekuensi bunyi
36

Mikrajuddin Abdullah. IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 untuk Kelas VIII. (Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama, 2006), h. 110
37
Ibid, h. 111
38
Tim Abdi Guru. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 152
39
Saeful Karim dkk.Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. (Jakarta: CV. Pustaka Indah, 2008), h. 257

d. Batas Pendengaran Manusia


Kemampuan telinga manusia untuk mendengar bunyi sangat terbatas.
Telinga manusia normal umumnya hanya dapat mendengar bunyi dengan
frekuensi antara 20 20.000 Hz. Bunyi yang berada dalam daerah jangkauan
tersebut disebut audiosonik. Gendang telinga manusia hanya dapat menghasilkan
gelombang listrik syaraf yang dapat diterjemahkan otak jika bergetar dengan
frekuensi dalam jangkauan audiosonik.40
Bunyi dengan frekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasonik (infra artinya
lebih rendah). Bunyi dengan frekuensi di atas 20.0000 Hz disebut ultrasonik (ultra
artinya lebih tinggi).
Manusia tidak mampu mendengar bunyi infrasonik maupun ultrasonik.
Beberapa hewan memiliki pendengaran yang sangat peka sehingga dapat
mendengar bunyi infrasonik maupun bunyi ultrasonik. Kemampuan ini
merupakan kemampuan alamiah hewan tersebut. Hewan yang dapat mendengar
bunyi infrasonik, misalnya jangkrik, anjing, dan kelelawar.
Selain dapat mendengar bunyi infrasonik, kelelawar juga dapat menghasilkan
dan mendengar bunyi ultrasonik. Dengan memancarkan bunyi ultrasonik dan
menangkap kembali pantulannya, kelelawar dapat mengetahui jarak benda yang
ada di depannya.

e. Resonansi
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena getaran
benda lain. Syarat terjadinya resonansi adalah frekuensi yang sama dengan
sumber getarnya.41
Resonansi pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya pada kolom udara dapat
terjadi dengan syarat sebagai berikut.
1) Syarat agar terjadi resonansi I (R1): panjang kolom udara =
2) Syarat agar terjadi resonansi II (R2): panjang kolom udara =

40
41

Mikrajuddin Abdullah, Op. Cit., h. 114


Saeful Karim dkk., Op. Cit., h. 265

3) Syarat agar terjadi resonansi III (R3): panjang kolom udara = 5/4 , dan
seterusnya.
Jadi, agar terjadi resonansi ke-n, panjang kolom udara () pada tabung adalah:
1

= 2 1 (2.3)
4

dengan n = 1, 2, 3, 4, .

Banyak sekali alat musik yang memanfaatkan peristiwa resonansi.


Kegunaan sifat resonansi di antaranya adalah hanya dengan getaran yang kecil
akan diperoleh getaran yang besar. Resonansi terjadi pada alat musik senar, alat
musik tiup, gamelan, dan alat musik selaput tipis.
Selain bermanfaat, resonansi dapat juga menimbulkan masalah. Saat
terjadi resonansi, amplitudo getaran benda seringkali jauh lebih besar daripada
amplitudo penyebab benda tersebut bergetar. Resonansi harus diperhitungkan saat
membuat bangunan. Bangunan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada
faktor lingkungan di sekitarnya, seperti getaran angin atau gempa bumi, yang
memiliki frekuensi sama dengan frekuensi alamiah bangunan tersebut. Jika hal ini
diabaikan dapat menyebabkan bangunan runtuh.42

f. Pemantulan Bunyi
Pemantulan gelombang bunyi memenuhi Hukum Pemantulan yang
menyatakan sebagai berikut.
1) Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak pada satu bidang datar.
2) Sudut bunyi datang sama dengan sudut bunyi pantul.43
Berdasarkan hukum pemantulan bunyi, jika bunyi yang datang berimpit
dengan garis normal (sudut datang = 0o), bunyi pantulnya juga berimpit dengan
garis normal (sudut pantul = 0o). Dengan kata lain, bunyi pantulnya akan berbalik
ke arah datangnya bunyi. Jika sudut datangnya lebih dari 0o, bunyi pantulnya tidak
akan kembali ke arah datangnya bunyi.44
42

Mikrajuddin Abdullah, Op. Cit., h. 121


Saeful Karim dkk., Op. Cit., h. 267
44
Mikrajuddin Abdullah, Op. Cit., h. 123
43

Macam-macam bunyi pantul:


1) Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli
Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika jarak antara sumber bunyi dan
bidang pemantul sangat dekat. Dengan demikian, selang waktu yang
diperlukan oleh bunyi pantul untuk kembali berlangsung singkat. Dapat
dianggap bunyi pantul bersamaan waktunya dengan bunyi asli, sehingga bunyi
pantul memperkuat bunyi asli.
2) Gaung atau kerdam
Gaung atau kerdam adalah bunyi pantul yang sebagian bersamaan dengan
bunyi aslinya, sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas. Perhatikan contoh
berikut ini.
Bunyi asli

: mer de ka

Bunyi pantul :
Terdengar

mer de ka

: mer . . ka

Untuk menghindari terjadinya gaung, dinding-dinding dalam bioskop, studio


radio atau televisi, studio rekaman, dan gedung pertunjukan dilapisi oleh zat
kedap (peredam) suara.
3) Gema
Jika jarak antara sumber bunyi dengan bidang pemantul sangat jauh
(misalnya: kamu berada jauh di depan lereng gunung kemudian berteriak), ada
kemungkinan bunyi pantul kembali setelah bunyi asli selesai diucapkan.
Bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan dinamakan
gema.45
Adapun pemanfaatan pemantulan bunyi yaitu:
1) Menentukan cepat rambat bunyi di udara
Pemantulan bunyi dapat dimanfaatkan untuk menentukan cepat rambat bunyi
di udara, atau jika cepat rambat bunyi di udara diketahui, kita dapat
menentukan jarak antara dua tempat.

45

Marthen Kanginan. IPA Fisika 2 untuk SMP kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006),
h. 180-182

2) Survei geofisika
Suatu gemap bumi atau ledakan dahsyat membangkitkan gelombanggelombang bunyi yang dapat menempuh perjalanan yang sangat jauh melalui
Bumi. Jika getaran-getaran ini dicatat oleh seismograf di berbagai tempat di
permukaan Bumi, catatan-catatan ini dapat digunakan untuk mendeteksi,
menentukan lokasi, dan mengklasifikasikan gangguan-gangguan atau untuk
memberikan informasi tentang struktur Bumi.
3) Kacamata tunanetra
Prinsip pengiriman dan penerimaan pulsa ultrasonik pada kelelawar
dimanfaatkan pada kacamata tunanetra. Kacamata ini dilengkapi dengan
pengirim dan penerima pulsa. Penerima akan menghasilkan suatu bunyi tinggi
atau rendah, bergantung pada apakah benda yang memantulkan pulsa berada
dekat atau jauh dari si tunanetra.
4) Mengukur kedalaman laut
Kedalaman laut, bahkan lokasi kawanan ikan di bawah kapal, dapat ditentukan
dengan teknik pantulan pulsa ultrasonik. Pulsa ultrasonik dipancarkan oleh
instrumen yang dinamakan fathometer.
5) Penggunaan dalam bidang kedokteran
Pemeriksaan

untuk

menggunakan
(ultrasonografi).

melihat

pulsa-pulsa

bagian

dalam

ultrasonik

Pemeriksaan

dan

tubuh

dinamakan

pengobatan

manusia
pemeriksaan

penyakit

batu

dengan
USG
ginjal

menggunakan teknik ultrasonografi. Pulsa-pulsa ultrasonografi juga digunakan


oleh dokter gigi. Getaran-getaran ultrasonik dapat mengguncang kotoran dan
plak (karang) gigi sehingga terlepas dari gigi.
6) Mendeteksi cacat dan retah pada logam
Cacat dan retak pada logam dapat dideteksi dengan teknik pantulan ultrasonik.
Ketika pulsa ultrasonik mengenai retak pada logam yang tidak dapat dilihat,
pulsa ultrasonik dipantulkan kembali ke detektor. Berdasarkan pantulan inilah
kita dapat mendeteksi adanya retak pada logam di temapt tertentu.

7) Mengukur ketebalan pelat


Teknik pantulan ultrasonik dapat kita gunakan untuk mengukur ketebalan
sebuah pelat logam walaupun kita hanya diizinkan mengukurnya dari satu sisi
pelat logam.46

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang model pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Dewimarhelly
Dewimarhelly dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai. Adapun
masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Proses pembelajaran yang masih monoton,
(2) Belum adanya pembelajaran kimia yang terintegrasi dengan nilai,
(3) Kurangnya penggunaan model, metode, dan pendekatan dalam pembelajaran
kimia, dan (4) Hasil belajar kimia yang masih rendah. Adapun upaya yang
dilakukan untuk memecahkan masalah yang muncul, yaitu dengan cara
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang bertujuan
meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa dalam belajar secara kelompok.47
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan mengintegrasikan nilai-nilai yang diterapkan di
kelas eksperimen dapat memberikan hasil lebih baik. Hal ini, terbukti pada tes
awal rata-rata hasil tes siswa hanya sebesar 44,9 sedangkan setelah dilaksanakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD tampak terdapat peningkatan hasil tes
sehingga mencapai rata-rata sebesar 73,56. Sedangkan pada kelas kontrol, ratarata hasil tes awal siswa sebesar 38,93, sedangkan rata-rata hasil tes akhir siswa
sebesar 65,05. Dengan demikian, proses pembelajaran dengan menggunakan
STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

46
47

Ibid, h. 177-180
Dewimarhelly, Op. Cit., h. 3

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis


yang telah dilakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel
(2,9 > 2,000), yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep redoks terintegrasi
nilai.48

2. Fitriani
Fitriani dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit. Berdasarkan latar belakang penelitian,
maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Pembelajaran masih
didominasi oleh guru, (2) Guru masih banyak menerapkan pembelajaran secara
konvensional sebagai sarana untuk mentransfer pengetahuan,dan (3) Pembelajaran
berlangsung dalam situasi yang kurang kondusif bagi pengembangan skill setiap
siswa. Permasalahan yang muncul dapat diatasi dengan merancang sistem
pembelajaran sedemikian rupa melalui peralihan pendekatan dan metode yang
tepat. Salah satu upaya yang relevan dengan hal tersebut adalah melalui
pembelajaran

yang

berorientasi

pada

pendekatan

konstrutivistik

yaitu

pembelajaran kooperatif. Adapun dalam penelitian ini, menerapkan pembelajaran


kooperatif tipe STAD.49
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa
yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional, hal ini dapat
dilihat pada nilai rata-rata kelas eksperimen 77,68 dan kelas kontrol 61,66. Dari
hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t didapatkan thitung 6,13
dengan ttabel 2,00, maka thitung > ttabel yang berarti bahwa Ho ditolak dan
menerima Ha, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan
48

Ibid, h. 64
Fitriani, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dalam Skripsi Program Studi Pendidikan
Kimia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008, h. 4

49

dari pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep
larutan elektrolit dan nonelektrolit.50

3. Annisa Firdhausi
Annisa Firdhausi melakukan penelitian tindakan kelas mengenai Upaya
Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media Alternatif . Permasalahan
dalam penelitian ini yaitu rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran fisika di kelas X di salah satu SMA swasta kabupaten Bandung.
Adapun cara pemecahan masalah mengenai rendahnya aktivitas dan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran fisika akan dipecahkan dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.51
Hasil penelitiannya, secara keseluruhan aktivitas siswa di setiap siklusnya
terjadi peningkatan yang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa media dan
model pembelajaran yang telah diterapkan mampu meningkatkan aktivitas siswa.
Begitupun, secara keseluruhan prestasi belajar meningkat cukup baik di setiap
siklusnya hingga mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada
penelitian ini.52

4. Jumrah
Jumrah dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Ketuntasan
Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu melalui Pendekatan Keterampilan Proses
Model Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Asam-basa. Permasalahan
dalam penelitian ini yaitu: (1) Masih banyak siswa SMA Negeri 5 Palu
mengalami kesulitan dalam mempelajari pengetahuan kimia, baik menyangkut
proses maupun produk.; (2) Siswa dalam pembelajaran kimia memperlihatkan
kekurang mampuan menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan perhitungan
kimia. Adapun upaya pencapaian keberhasilan pembelajaran kimia secara kasikal
yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pilihan
50

Ibid, h. 58
Annisa Firdhausi, Op. Cit., h. 5
52
Ibid, h. 92
51

yang baik, mengingat kecenderungan interaksi siswa dalam proses belajarnya.


Siswa yang hasil belajarnya rendah termotivasi untuk meningkatkan hasil
belajarnya sejajar dengan temannya yang hasil belajarnya tinggi. 53
Hasil belajar siswa baik secara individu, kelompok maupun klasikal
di setiap siklusnya pada mata pelajaran kimia dengan Pokok Bahasan Asam dan
Basa dengan menggunakan keterampilan kooperatif tipe STAD sangat baik.
Terdapat pengaruh positif yang signifikan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan proses belajar siswa
yang berdampak pada peningkatan ketuntasan hasil belajar.54

C. Kerangka Berpikir
Materi fisika tentang bunyi dirasakan sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, penting untuk dapat memahami dan menyadari
kegunaannya. Namun pada kenyataannya siswa masih kesulitan dalam memahami
konsep bunyi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan itu, maka perlu untuk menerapkan suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan terlibat
langsung dalam proses pembelajaran siswa diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman dan penguasaan konsep siswa. Salah satu model pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yaitu model pembelajaran
kooperatif.
Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan
ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 5 siswa. Bersama dengan
kelompoknya, siswa melakukan serangkaian kegiatan yang dapat membantu siswa
untuk memahami materi pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif
memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Interaksi dan komunikasi yang terjadi diantara siswa dapat
memotivasi belajar siswa.
53

Jumrah, Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu melalui Pendekatan
Keterampilan Proses Model Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Asam-basa dalam Jurnal
Media Eksakta 2 (2): 111-115, Juli 2006, h. 112
54
Ibid, h. 114

Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran


kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
membantu guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapinya. Model
ini dikembangkan setidak-tidaknya untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang
penting, yaitu hasil belajar akademik siswa yang meningkat, penerimaan terhadap
keragaman (di mana siswa akan saling menghormati akan kelebihan dan
kekurangan diantara mereka dan melakukan hubungan yang sinergis serta saling
menguntungkan), dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 1997).55
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada prinsip
bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab
terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang yang
merupakan campuran menurut prestasi akademik dan jenis kelamin. Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi dirancang untuk pembelajaran
kelompok. Siswa secara kooperatif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan bahwa dalam
setiap proses pembelajaran siswa aktif dalam membangun pengetahuannya
sendiri, dalam hal ini pembelajaran tidak dimaksudkan untuk mengumpulkan
pengetahuan sebanyak mungkin tetapi lebih pada bagaimana proses mendapatkan
pengetahuan tersebut. Selain itu, dalam model pembelajaran ini dimungkinkan
siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak
positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi diantara siswa. Interaksi dan
komunikasi yang berkualitas ini dapat memotivasi belajar siswa
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 5 tahapan,
yaitu presentasi kelas, belajar tim, kuis, skor kemajuan individual, dan
penghargaan tim. Adanya tahapan belajar tim dalam pembelajaran kooperatif tipe
STAD memungkinkan siswa untuk lebih banyak melakukan aktivitas saat
kegiatan belajar mengajar. Kemudian tahapan skor kemajuan individual dan
55

Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 89

penghargaan tim dapat memotivasi siswa untuk meraih skor yang lebih tinggi.
Akibatnya yaitu penguasaan konsep siswa meningkat. Meningkatnya penguasaan
konsep siswa juga dikarenakan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, setiap
kelompok dituntut untuk bertanggung jawab atas keberhasilan belajarnya baik
secara individu maupun kelompok.

Konsep Bunyi

Perlu adanya pemilihan KBM yang dapat


meningkatkan kemampuan kerjasama dan
aktivitas siswa, sehingga tidak terjadi
kesenjangan penguasaan konsep

Pembelajaran Kooperatif

Model STAD

Pembelajaran berpusat
pada siswa

Siswa aktif dalam


proses pembelajaran

Penguasaan Konsep
Siswa Meningkat

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian
Dalam sebuah penelitian perlu adanya hioptesis, karena hipotesis sebagai
indikasi untuk mengarahkan jalannya penelitian. Hipotesis ini berupa indikasi
yang berbentuk generalisasi yang akan dibuktikan dan akan diteliti serta diuji
kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut:
Ho

: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD


(Student Teams Achievement Divisions) terhadap penguasaan konsep
siswa pada materi bunyi.

Ha

: Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student


Teams Achievement Divisions) terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi bunyi.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
yang berlokasi di Jl. Beruang II Peladen Pd. Ranji, Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2010/2011, yaitu pada tanggal 11 April sampai 10 Mei 2011 .

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.56 Pelaksanaannya melibatkan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment Division) dan kelompok
kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional.

C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group
Design. Desain ini digambarkan sebagai berikut.57

Tabel 3.1 Desain Penelitian


Kelompok

Pretest

Perlakuan (X)

Posttest

Eksperimen

O1

XE

O2

Kontrol

O1

XK

O2

56

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2008),
Cet. ke-5, h. 77
57
Ibid, h. 79

Keterangan:
O1

= Pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen

O2

= Posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen

X1

= Perlakuan terhadap kelompok eksperimen menggunakan model


pembelajaran kooperatif tipe STAD

X2

= Perlakuan terhadap kelompok eksperimen menggunakan model


pembelajaran konvensional

D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi literatur tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Mengurus Surat Ijin Penelitian.
c. Melakukan observasi lapangan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal yang berkenaan dengan
subyek penelitian.
d. Menentukan kelas yang dijadikan sampel penelitian dan materi fisika yang
akan diajarkan pada saat penelitian.
e. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum
pempelajaran.

Selanjutnya

memberikan

penjelasan

tentang

model

pembelajaran kooperatif tipa STAD dan mengelompokkan siswa pada kelas


eksperimen.
b. Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen.
Sedangkan pada kelas kontrol,
c. Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap Pengolahan Data


a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
b. Melakukan uji hipotesis.

E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yaitu segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan
penelitian atau sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
yang akan diteliti. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran
yang menggunakan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment
Division) sebagai variabel bebas (variabel X) dan variabel terikatnya adalah
penguasaan konsep siswa (variabel Y).

F. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.58 Populasi target dalam
penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan tahun
pelajaran 2010/2011. Sedangkan populasi terjangkau yaitu siswa kelas VIII SMP
Negeri 13 Kota Tangerang Selatan.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.59 Dari seluruh
kelas VIII di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan diambil dua kelas untuk
dijadikan sampel penelitian. Satu kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan satu
kelas lagi untuk dijadikan kelas kontrol.

G. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik cluster sampling, yaitu teknik sampling daerah digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.60
Setelah melakukan teknik pengambilan sampel, maka yang menjadi sampel dalam

58

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), Cet. ke-13, h. 130
59
Ibid, h. 131
60
Sugiyono, Op. Cit., h. 83

penelitian ini adalah siswa kelas VIII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-9
sebagai kelas kontrol yang berjumlah masing-masing 36 siswa.

H. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan tes dan nontes. Tes yang diberikan untuk mengukur
penguasaan konsep siswa sebelum (pretest) dan sesudah dilakukan pembelajaran
(posttest) pada materi bunyi dengan menggunakan tes objektif. Sedangkan nontes
yang digunakan berupa angket yang berfungsi untuk mengukur respon siswa
terhadap metode pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.61 Selain itu, tes diartikan
sebagai alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, denan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.62 Tes
dalam penelitian ini berupa tes objektif pilihan ganda sebanyak 18 soal. Kisi-kisi
instrumen tes dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen tes


No
1.

Indikator
Memaparkan

Jenjang Kognitif

Jumlah

Persentase

1*, 2*, 3, 4*, 5, 6*

20%

7*, 8, 9, 10, 11*,

20%

C2

karakteristik gelombang
bunyi
2.

Membuktikan terjadinya
gelombang bunyi

61

12*

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), Cet. ke-13, h. 150
62
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. ke5, h. 53

3.

Membedakan bunyi

13, 14*, 15, 16,

infrasonik, ultrasonik,

20%

20%

20%

30

100%

17*, 18*

dan audiosonik
4.

Menunjukkan gejala

19*, 20*, 21*, 22*,

resonansi dalam

23*, 24

kehidupan sehari-hari
5.

Memberikan contoh

25*, 26*, 27*,

pemanfaatan dan

28,29,30

dampak pemantulan
bunyi dalam kehidupan
sehari-hari
Jumlah soal

Keterangan: *Nomor soal yang digunakan

2. Nontes
Nontes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket
termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatatkan data atau informasi, sikap,
dan paham dalam hubungan kausal.63 Bentuk angket yang digunakan adalah
angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan kemungkinan jawaban.

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen tes


No

63

Indikator

Butir

Metode pembelajaran yang digunakan guru

Aktivitas siswa

2,3

Kemampuan kognitif siswa

4,5

Kemampuan afektif siswa

6,7

Kemampuan psikomotor siswa

Peranan guru dalam proses pembelajaran

8
9,10

Zainal Arifin. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. (Bandung: Remaja Rosdakarya,


1991), h. 62

I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada
penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah tes dan nontes. Tes dalam
penelitian ini dengan menggunakan tes objektif dan nontes berupa angket.
Tes digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep siswa
sebelum (pretest) dan sesudah dilakukan pembelajaran (posttest). Tes yang
disusun berupa tes tertulis yang berupa soal pilihan ganda sebanyak 30 soal
dengan 4 alternatif pilihan jawaban.
Sebelum soal tes objektif digunakan untuk mengambil data, soal tes diuji
cobakan terlebih dahulu kepada siswa di luar sampel. Setelah itu, dilakukan uji
validitas, uji reabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan soal yang layak untuk dijadikan instrumen
penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk tes uji coba instrumen
yaitu:
1. Uji Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Perhitungan validitas pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi
point biserial sebagai berikut:64

. (3.1)

Keterangan:

= koefisien korelasi biserial

Mp

= rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya

Mt

= rerata skor total

St

= standar deviasi dari skor total

= proporsi siswa yang menjawab benar

= proporsi siswa yang menjawab salah

64

Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 79

Berdasarkan hasil analisis butir soal dengan menggunakan Anates diperoleh soal
yang valid sebanyak 18 soal. Nomor soalnya yaitu 1, 2, 4, 6, 7, 11, 12, 14, 17, 18,
19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, dan 27.

2. Uji Reabilitas
Reabilitas tes yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan
menggunakan rumus Kuder Richardson atau yang dikenal dengan K-R 20, yaitu:65

r11 =

S 2 pq

n1

S2

.................. (3.2)

Keterangan:
r11

= reliabilitas tes secara keseluruhan

= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

pq

= jumlah hasil perkalian antara p dan q

= banyaknya item

= standar deviasi dari tes


Tabel 3.4 kriteria Reliabilitas
Koefisien r

Klasifikasi

0,90 < r 1,00

Sangat tinggi

0,70 < r 0,90

Tinggi

0,40 < r 0,70

Cukup

0,20 < r 0,40

Rendah

0,00 < r 0,20

Sangat rendah

Berdasarkan pengujian reabilitas instrumen tes melalui perhitungan Anates


diperoleh reabilitas tes 0,69 (reabilitas cukup).

65

Ibid, h. 101

3. Uji Tingkat Kesukaran


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak meransang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Pengujian taraf kesukaran dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:66

P=

B
JS

.. (3.3)

Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang mejawab soal dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran:


IK = 0,00

: soal terlalu sukar

0,00 < IK 0,30

: soal sukar

0,30 < IK 0,70

: soal sedang

0,70 < IK 1,00

: soal mudah

4. Uji Daya Pembeda


Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Adapun cara perhitungan daya pembeda adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:67

D=
Keterangan:
J

= jumlah siswa

JA

= banyaknya peserta kelompok atas

66
67

Ibid, h. 208
Ibid, h. 211

BA
JA

BB
JB

. (3.4)

JB

= banyaknya peserta kelompok bawah

BA

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB

= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Klasifikasi daya pembeda:


D 0,00

: sangat jelek

0,00 < D 0,20

: jelek

0,20 < D 0,40

: cukup

0,40 < D 0,70

: baik

0,70 < D 1,00

: baik sekali

J. Teknik Analisis Data


Pengolahan data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena
dengan melakukan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam pemecahan masalah dalam penelitian. Adapun langkahlangkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
Liliefors tunggal. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melakukan
uji normalitas data dengan uji Liliefors tunggal yaitu:
1)

Hitung rata-rata nilai skor sampel.

2)

Hitung standar deviasi nilai skor sampel.

3)

Urutkan data sampel dari terkecil ke terbesar (X1, X2, , Xn). Nilai Zi
dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ., Zn. Dimana nilai baku Zi ditentukan
dengan rumus:

Zi =
4)

X i X
S

....... (3.5)

Tentukan besar peluang masing-masing nilai z berdasarkan tabel Z (luas


lengkungan di bawah kurva normal standar dari 0 ke z, dan disebut dengan
F(zi)).

5)

Hitung frekuensi kumulatif atas dari masing-masing nilai z, dan disebut


dengan S(zi) kemudian dibagi dengan jumlah number of cases (N) sampel.

6)

Tentukan nilai Lo(hitung) = F zi S zi

dan bandingkan dengan nilai Ltabel

(tabel nilai kritis untuk uji Liliefors).


7)

Apabila Lo(hitung) < Ltabel, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.68

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal
dari populasi yang variansnya sama. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji
Fisher dengan rumus:69

F=

S 21

S 22

(3.6)

dengan,

S2 =

nf i x 2i f i x i 2
n n2

.. (3.7)

Keterangan:
F

= nilai uji F

S12

= varians terbesar

S22

= varians terkecil

Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:


Jika Fh < Ft, dimana data memiliki varian yang homogen, maka Ho diterima dan
jika Fh > Ft, dimana data memiliki varian yang tidak homogen, maka Ho ditolak.

68
69

Darwyan Syah dkk., Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), h. 249

h. 67

3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan
keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan oleh peneliti
sebelumnya.70 Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka dilakukan uji
hipotesis sebagai berikut:
a. Data berdistribusi normal dan kedua varians homogen
Rumus yang digunakan, jika data berdistribusi normal dan kedua varians
homogen yaitu:71

t hit =

X E X K
1

s n +n
K
E

(3.8)

dengan,

s2 =

n 1 1 S 21 + n 2 1 S 22
n1+ n2 2

Keterangan :
XE

= nilai rata-rata hasil tes kelompok eksperimen

XK

= nilai rata-rata hasil tes kelompok kontrol

nE

= jumlah sampel kelompok eksperimen

nK

= jumlah sampel kelompok kontrol

S E2

= varians kelompok eksperimen

SK2

= varians kelompok kontrol

= hasil hitung distribusi t

= nilai standar deviasi gabungan

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut:


-

Terima Ho, jika thitung < ttabel

Tolak Ho, jika thitung > ttabel

70
71

Darwyan Syah, dkk., Op. Cit., h. 63


Sudjana, Op. Cit., h. 239

. (3.9)

b. Data berdistribusi normal dan kedua varians tidak homogen


Jika kedua simpangan baku tidak sama tetapi kedua populasi berdistribusi
normal, hingga sekarang belum ada statistik yang tepat yang dapat digunakan.
Pendekatan yang cukup memuaskan adalah dengan menggunakan statistik uii-t
sebagai berikut:72
X E X K

t =

s2
E
nE

s2
K
nK

(3.10)

Keterangan:
t = rata-rata yang dicari
XE = rata-rata hasil tes kelompok eksperimen
XK = rata-rata hasil tes kelompok kontrol
nE = jumlah sampel kelompok eksperimen
nK = jumlah sampel kelompok kontrol
Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis Ho jika

w 1 t 1 +w 2 t 2
w 1 +w 2

< t <

w 1 t 1 +w 2 t 2
w 1 +w 2

dengan: w1 = s12/n1
w2 = s22/n2
t1 = t(1 1/2), (n1 1)
t2 = t(1 1/2), (n2 1)
Keterangan:
t = hasil perhitungan dengan rumus t
w1 = varians kelompok 1 dibagi sampel kelompok satu
w2 = varians kelompok 2 dibagi sampel kelompok dua
t1 = tabel distribusi t (0,95), (n1 1)
t2 = tabel distribusi t (0,95), (n2 2)

72

Ibid, h. 240

(3.11)

K. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini adalah:
Untuk uji-t
Ho : E = K
Ha : E > K
Keterangan:
E = rata-rata siswa kelompok eksperimen
K = rata-rata siswa kelompok kontrol

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest
Ringkasan hasil pretest dan posttest penguasaan konsep pokok bahasan
bunyi yang dicapai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut.

Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Pretest
Kelas

Nilai

Nilai

Rata-

Maks

Min

rata

Eksperimen

66,67

22,22

41,97

Kontrol

66,67

16,67

40,43

Posttest
Nilai

Nilai

Rata-

Maks

Min

rata

9,92

100

61,11

81,17

9,73

12,6

88,89

50,00

68,68

9,84

SD

SD

90
80
Nilai rata-rata

70
60
50
Pretest

40

Posttest

30
20
10
0

Eksperimen

Kontrol

Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan data pada tabel 4.1 untuk kelas eksperimen diperoleh nilai
rata-rata pretest siswa adalah 41,97 dan nilai rata-rata posttest siswa adalah 81,17
dengan standar deviasi masing-masing 9, 92 dan 9,73. Sedangkan untuk kelas
kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest adalah 40,43 dan nilai rata-rata posttest
siswa adalah 68,68 dengan standar deviasi masing-masing 12,6 dan 9,84. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas kontrol.

2. Deskripsi Data Hasil Uji Normalitas


Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan perhitungan dan analisis data yang diperoleh dari lapangan.
Adapun hasil uji normalitas data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest


Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variabel
Hasil Pretest
Kelas Eksperimen
Hasil Posttest
Kelas Eksperimen
Hasil Pretest Kelas
Kontrol
Hasil Posttest
Kelas Kontrol

Jumlah

Lhitung

Ltabel

Keterangan

36

0,1411

0,1480

Normal

36

0,1463

0,1480

Normal

36

0,1189

0,1480

Normal

36

0,1128

0,1480

Normal

Sampel

Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil pretest kelas eksperimen


diperoleh Lhitung = 0,1411 sedangkan Ltabel untuk taraf signifikansi 0,05 dengan
jumlah sampel 36 adalah 0,1480. Sehingga Lhitung < Ltabel (0,1411 < 0,1480), maka

dapat disimpulkan Ho diterima. Selanjutnya, dari hasil perhitungan uji normalitas


hasil posttest kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,1463 sedangkan Ltabel untuk
taraf signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel 36 adalah 0,1480. Sehingga Lhitung
< Ltabel (0,1463 < 0,1480), maka dapat disimpulkan Ho diterima. Dengan
demikian data pada kelas eksperimen berdistribusi normal.
Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil pretest kelas kontrol diperoleh
Lhitung = 0,1189 sedangkan Ltabel untuk signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel 36
adalah 0,1480. Sehingga Lhitung < Ltabel (0,1189 < 0,1480), maka dapat
disimpulkan Ho diterima. Selanjutnya, dari hasil perhitungan uji normalitas hasil
posttest kelas kontrol diperoleh Lhitung = 0,1128 sedangkan Ltabel untuk taraf
signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel 36 adalah 0,1480. Sehingga Lhitung < Ltabel
(0,128 < 0,1480), maka dapat disimpulkan Ho diterima. Dengan demikian data
pada kelas kontrol berdistribusi normal.

3. Deskripsi Data Hasil Uji Homogenitas


Untuk menentukan apakah data sampel berasal dari populasi yang
variansnya sama, maka data hasil tes pretest dan posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol diuji dengan menggunakan uji Fisher. Adapun hasil perhitungan uji
homogenitas data pretest dan posttest pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Varians
Pretest

Posttest

S12 (eksperimen)

54,48

S12 (eksperimen)

37,12

S12 (kontrol)

73,19

S12 (kontrol)

37,17

Fhitung

1,34

Fhitung

Ftabel

1,2

Ftabel

1,2

F hitung > Ftabel, maka data kedua

Fhitung < Ftabel, maka data kedua

kelompok tidak homogen

kelompok homogen

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas hasil pretest kelas eksperimen


(lampiran ) didapat Fhitung = 1,34 dan Ftabel = 1,2 sehingga Fhitung > Ftabel
(1,34 > 1,2), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan data hasil
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol bersifat tidak homogen. Selanjutnya
dari hasil perhitungan uji homogenitas hasil posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol didapat Fhitung = 1 dan Ftabel = 1,2 sehingga Fhitung < Ftabel (1 < 1,2), maka
Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan data hasil posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol bersifat homogen.

4. Deskripsi Data Hasil Uji Hipotesis


Setelah uji prasyarat dilakukan dan diketahui bahwa data hasil pretest dan
posttest kedua kelas sampel berdistribusi normal dan varians data hasil pretest dan
posttest kedua kelas sampel tidak homogen, maka pengujian selanjutnya yaitu
pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan uji-t dengan hasil sebagai
berikut.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan Uji-t


Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variabel

Penguasaan

Jumlah Sampel

thitung

ttabel

Kesimpulan

Pretest

NE dan NK = 36

0,82

1,7

Ha ditolak

Posttest

NE dan NK = 36

8,55

1,99

Ha diterima

konsep
siswa

Berdasarkan data tabel 4.4, diperoleh hasil uji-t data pretest kedua kelas
sampel, diperoleh thitung sebesar 0,82 dan ttabel sebesar 1,7 (0,82 < 1,7), maka
Ho diterima dan Ha ditolak. Dan hasil uji-t data posttest kedua kelas sampel
diperoleh, thitung sebesar 8,55 dan ttabel sebesar 1,99 (8,55 > 1,99), maka Ho ditolak
dan Ha diterima Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep bunyi memberikan peningkatan


penguasaan konsep siswa.

B. Analisis Data Angket


1. Deskripsi Data Angket
Setelah data angket terkumpul, maka dilakukan perhitungan data angket.
Adapun hasil perhitungan data angket sebagai berikut.

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Data Angket


No

Indikator

Metode pembelajaran
yang digunakan guru

Aktivitas siswa

Kemampuan kognitif
siswa

Kemampuan afektif
siswa

Kemampuan
psikomotor siswa

Kemampuan
psikomotor siswa

SS

TS

STS

Persentase
SS

Persentase
S

15

10

22,22 %

41,67%

15

14

41,67%

40,28

14

14

38,89%

38,89%

12

13

33,33%

36,11%

10

14

12

27,78%

38,89%

20

32

20

27,78%

44,45%

2. Pembahasan Hasil Angket


a.

Indikator Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru


Metode mengajar adalah cara mengajar yang digunakan oleh guru atau

instruktur ketika menyampaikan bahan ajar/materi pelajaran.73 Penilaian pada


indikator metode pembelajaran yang digunakan guru bertujuan untuk menekankan
pentingnya guru menyesuaikan metode yang akan digunakan untuk materi
tertentu, supaya pembelajaran yang dilaksanakan mendapatkan hasil yang
73

Zulfiani dkk., Op. Cit., h. 96

maksimal. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator metode


pembelajaran yang digunakan guru adalah sebagai berikut.

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Indikator Metode Pembelajaran


yang Digunakan Guru
No

Pernyataan

Butir 1
Frekuensi

Persentase (%)

Sangat Setuju

22,22%

Setuju

15

41,67%

Ragu-ragu

10

27,78%

Tidak Setuju

8,33%

Sangat Tidak Setuju

36

100%

Jumlah

Berdasarkan data pada tabel 4.5 terlihat bahwa siswa yang menyatakan
sangat setuju sebanyak 8 siswa (22,22%), setuju sebanyak 15 siswa (41,67%),
ragu-ragu sebanyak 10 siswa (27,78%), dan tidak setuju sebanyak 3 siswa
(8,33%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
menyukai metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Indikator Aktivitas Siswa


Penilaian pada indikator aktivitas siswa, bertujuan untuk mengetahui
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun data angket yang diperoleh dari
indikator aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Indikator Aktivitas Siswa


Butir 2
No

Pernyataan

Frekuensi

Butir 3

Persentase
(%)

Frekuensi

Persentase
(%)

Sangat Setuju

12

33,33

18

50

Setuju

17

47,22

12

33,33

Ragu-ragu

19,44

16,67

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

36

100%

36

100%

Jumlah

Berdasarkan data pada tabel 4.6, angket butir 2 terlihat bahwa siswa yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 12 siswa (33,33%), setuju sebanyak 17 siswa
(47,22%), dan ragu-ragu sebanyak 7 siswa (19,44%). Selanjutnya, untuk angket
butir 3 terlihat terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 18
siswa (50%), setuju sebanyak 12 siswa (33,33%), dan ragu-ragu sebanyak 6 siswa
(16,67%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pada kegiatan dikusi siswa
menyetujui adanya sikap saling menghargai pendapat masing-masing kelompok.
c. Indikator Kemampuan Kognitif Siswa
Penilaian pada indikator kemampuan kognitif siswa, bertujuan untuk
melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peningkatan
penguasaan konsep siswa terhadap aspek kognitif siswa. Adapun data angket yang
diperoleh dari indikator kemampuan kognitif siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Kognitif Siswa


Butir 4
No

Pernyataan

Frekuensi

Butir 5

Persentase
(%)

Frekuensi

Persentase
(%)

Sangat Setuju

15

41,67

13

36,11

Setuju

10

27,78

18

50

Ragu-ragu

11

30,56

13,89

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

36

100%

36

100%

Jumlah

Berdasarkan data pada tabel 4.7, angket butir 4 terlihat bahwa siswa yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 15 siswa (41,67%), setuju sebanyak 10 siswa
(27,78%), dan ragu-ragu sebanyak 11 siswa (30,56%). Selanjutnya, untuk angket
butir 3 terlihat terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 13
siswa (36,11%), setuju sebanyak 18 siswa (50%), dan ragu-ragu sebanyak 5 siswa
(13,89%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
menyetujui bahwa pemecahkan masalah melalui diskusi kelompok dan kegiatan
demonstrasi dan percobaan sangat membantu siswa dalam menguasai konsep
fisika, khususnya konsep pada pokok bahasan bunyi.

d. Indikator Kemampuan Afektif Siswa


Tujuan penilaian kemampuan afektif siswa dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah:
1) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi: perbaikan tingkah laku anak
didik, pemberian laporan kepada orang tua, dll.
2) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak
didik.

3) Untuk mengetahui latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
anak didik. (Depdikbud)74
Sehubungan dengan tujuan penilaiannya ini maka yang menjadi sasaran
penilaian kemampuan afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya.
Adapun data angket yang diperoleh dari indikator kemampuan afektif siswa
adalah sebagai berikut.

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Afektif Siswa


Butir 6
No

Pernyataan

Frekuensi

Butir 7

Persentase
(%)

Frekuensi

Persentase
(%)

Sangat Setuju

22,22

16

44,44

Setuju

14

38,89

12

33,33

Ragu-ragu

25

22,22

Tidak Setuju

13,89

Sangat Tidak Setuju

36

100%

36

100%

Jumlah

Berdasarkan data pada tabel 4.8, angket butir 6 terlihat bahwa siswa yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 8 siswa (22,22%), setuju sebanyak 14 siswa
(38,89%), ragu-ragu sebanyak 9 siswa (25%), dan tidak setuju sebanyak 5 siswa
(13,89%). Selanjutnya, untuk angket butir 7 terlihat terlihat bahwa siswa yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 16 siswa (44,44%), setuju sebanyak 12 siswa
(33,33%), dan ragu-ragu sebanyak 8 siswa (22,22%). Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang dengan cara belajar
dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena dapat menambah
percaya diri siswa dan siswa semakin senang dan bersemangat untuk belajar
bersama teman-temannya.

74

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),


h. 178

e. Indikator Kemampuan Psikomotor Siswa


Pengukuran kemampuan psikomotor siswa dilakukan terhadap hasil-hasil
belajar yang berupa penampilan. Dalam hal ini, kemampuan siswa dalam
memahami petunjuk percobaan pada LKS, tugas-tugas dan soal-soal yang
diberikan. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator kemampuan
psikomotor siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Psikomotor Siswa


No

Pernyataan

Butir 8
Frekuensi

Persentase (%)

Sangat Setuju

10

27,78

Setuju

14

38,89

Ragu-ragu

12

33,33

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

36

100%

Jumlah

Berdasarkan data pada tabel 4.9 terlihat bahwa siswa yang menyatakan
sangat setuju sebanyak 10 siswa (27,78%), setuju sebanyak 14 siswa (38,89%),
dan ragu-ragu sebanyak 12 siswa (33,33%). Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa mampu memahami petunjuk percobaan pada LKS,
tugas-tugas dan soal-soal yang diberikan.

f. Indikator Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran


Data mengenai indikator peranan guru dalam proses pembelajaran
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan guru dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator peranan
guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Indikator Peranan Guru


dalam Proses Pembelajaran
Butir 9
No

Pernyataan

Frekuensi

Butir 10

Persentase
(%)

Frekuensi

Persentase
(%)

Sangat Setuju

22,22

12

33,33

Setuju

15

41,67

17

47,22

Ragu-ragu

13

36,11

19,44

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

36

100%

36

100%

Jumlah

Berdasarkan data pada tabel 4.10, angket butir 9 terlihat bahwa siswa
yang menyatakan sangat setuju sebanyak 8 siswa (22,22%), setuju sebanyak 15
siswa (41,67%), dan ragu-ragu sebanyak 13 siswa (36,11%). Selanjutnya, untuk
angket butir 7 terlihat terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju
sebanyak 12 siswa (33,33%), setuju sebanyak 17 siswa (47,22%), dan ragu-ragu
sebanyak 7 siswa (9,44%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar siswa menyetujui guru memiliki peranan positif dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
dan mengemukakan pendapat dan guru selalu memberikan tanggapan yang
meyenangkan terhadap pertanyaan dan jawaban yang diberikan siswa.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


Pembelajaran kooperatif tipe STAD, merupakan salah satu metode
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

telah

dilaksanakan,

STAD

mampu

meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, siswa


juga lebih mudah untuk memahami materi yang sedang dipelajari, siswa lebih
antusias dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Dengan
STAD siswa lebih mudah memahami materi konsep bunyi. Hal ini disebabkan

materi yang disampaikan kepada siswa bukan hanya sekedar konsep yang harus
dihafal siswa, tetapi siswa dapat menyaksikan atau mengenal langsung materi
yang disajikan melalui masalah yang ada dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Siswa lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat dibandingkan kalau mereka
harus menghafal. Dengan demikian STAD mampu memberikan pengaruh positif
terhadap penguasaan konsep siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rata-rata pretest kelas eksperimen
sebesar 41,97 dan posttest sebesar 81,48. Sedangkan rata-rata pretest kelas kontrol
sebesar 40,43 dan rata-rata posttest sebesar 68,68. Dari hasil tersebut diketahui
bahwa siswa setelah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD memiliki tingkat penguasaan konsep lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
konvensional.
Dari hasil analisis uji-t diperoleh thitung sebesar 8,55 dan ttabel sebesar 1,99.
Karena thitung > ttabel (8,55 > 1,99), maka Ha diterima. Dengan ditolaknya hipotesis
nol (Ho) dari hasil pengujian hipotesis uji-t pada taraf signifikansi 0,05 dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
proses pembelajaran mempunyai pengaruh positif terhadap penguasaan konsep
siswa pada pokok bahasan bunyi.
Adanya

pengaruh

positif

terhadap

penguasaan

konsep

siswa

membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk


kelas eksperimen dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan
kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat siswa aktif bekerjasama dan
saling membantu jika ada satu teman kelompoknya mengalami kesulitan dalam
memahami materi. Selain itu, aktifitas siswa dalam belajar kelompok yang
diterapkan oleh guru lebih menekankan sikap kepemimpinan dan tanggung jawab
siswa, baik secara pribadi maupun sebagai ketua/anggota kelompok, karena
kemajuan kelompok menjadi tanggung jawab semua anggota dan nilai yang
diperoleh kelompok adalah nilai dari masing-masing anggota. Dengan demikian
semua anggota kelompok memiliki hak dan tanggung jawab yang sama.

Terdapatnya pengaruh positif terhadap tingkat penguasaan konsep siswa


juga ditunjang dengan hasil angket yang diberikan kepada siswa untuk
mengetahui respon siswa terhadap KBM dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada indikator metode pembelajaran yang
digunakan guru dalam KBM, 63,89% siswa menyatakan setuju. Indikator yang
mengukur aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, 81,95% siswa menyatakan setuju.
Indikator yang mengukur kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe STAD, 77,78% siswa menyatakan setuju. Indikator yang
mengukur kemampuan afektif siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe
STAD, 69,44% siswa menyatakan setuju. Indikator yang mengukur kemampuan
psikomotor siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD, 66,67%
menyatakan setuju. Dan pada indikator yang mengukur peranan guru dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, 72,23% siswa menyatakan setuju. Pada masing-masing indikator yang
dinilai, rata-rata respon siswa positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
respon siswa terhadap KBM dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah positif.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penggunaan

model

pembelajaran

kooperatif

tipe

STAD

dalam

pembelajaran konsep bunyi dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa


dibandingkan dengan dengan penggunaan pembelajaran konvensional. Hal ini,
ditunjukkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD memiliki rata-rata posttest lebih besar dibandingkan dengan
rata-rata posttest siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Dengan demikian, tingkat penguasaan konsep siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan uji-t pada hasil posttest
siswa diperoleh thitung lebih besar daripada ttabel. Karena thitung > ttabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
positif pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
penguasaan konsep siswa pada materi bunyi.
Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang belajar dan termotivasi
untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep fisika, baik secara
individu maupun berkelompok. Memiliki rasa kebersamaan dan tanggung jawab
untuk membantu teman mereka yang masih belum memahami konsep dengan
memberikan bimbingan tutor sebaya dalam diskusi kelompok sehingga teman
yang belum paham mau bertanya dengan aktif untuk dapat mempelajari konsep
fisika dengan baik.

B. Saran
Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Guru dapat menjadikan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement division) sebagai alternatif penggunaan metode dalam proses
pembelajaran di kelas. Penerapan model pembelajaran ini harus disesuaikan
dengan konsep fisika yang cocok dalam penggunaan model pembelajaran
tersebut.
2. Peneliti dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan penguasaan konsep
siswa dengan pokok bahasan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Akhyani, Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri


Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMA dalam Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol.
II, No. 1, Maret 2008
Annisa Firdhausi, Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media
Alternatif dalam Skripsi FPMIPA Jurusan Pendidikan Fisika UPI,
Bandung, 2010
Armiza, Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi
Pemantulan Cahaya dalam Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. I, No,
1, Maret 2007
Darwyan Syah dkk., Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006)
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Mata
Pelajaran Fisika SMA, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas,
2003)
Dewimarhelly, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep
Redoks Terintegrasi Nilai dalam Skripsi Program Studi Pendidkan Kimia
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009
Fitriani, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
dalam Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2008
Henny Ekana Chrisnawati, Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD Student Teams Achievement Divisions )Terhadap
Kemampuan Problem Solving Siswa SMK (Teknik) Swasta di Surakarta

Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa dalam Jurnal MIPA, Vol. 17, No. 1,
Januari 2007
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:
Alfabeta, 2007)
Jumrah, Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu melalui
Pendekatan Keterampilan Proses Model Kooperatif Tipe STAD pada
Pembelajaran Asam-basa dalam Jurnal Media Eksakta 2 (2): 111-115,
Juli 2006
Marjoko, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative
Learning Teknik Student Teams Achievement Division (STAD) di SMP
Negeri 3 Cilacap dalam Jurnal Widyatama, Vol. 5 No.1, Maret 2008
Marthen Kanginan, IPA Fisika 2 untuk SMP kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006)
Mikrajuddin Abdullah, IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 untuk Kelas VIII.
(Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2006)
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Jakarta: Bumi Aksara: 2005), cet. ke-4
Robert E. Slavin, Cooperative Learning-Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung:
Nusa Media, 2005)
Ruhadi, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah Satu Alternatif
dalam Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Sept 2008, Volume 6
Nomor I
Rusmansyah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1,
April 2006
Saeful Karim dkk, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: CV.
Pustaka Indah, 2008)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2008), Cet. Ke-5

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,


2005)
Suprayekti, Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif, dalam Jurnal
Pendidikan Penabur, No.07/Th.V/Desember 2006
Tim Abdi Guru. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006)
Wahyu Sulistyorini, Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Jigsaw dalam
Pembelajaran Biologi di SMA dalam Jurnal Biomatik
Widodo Budhi. Pengembangan Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD
Mata Kuliah Fisika Matematika Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Fisika

JPMIPA

FKIP

Universitas

Sarjana

Wiyata

Tamansiswa

Yogyakarta Tahun Akedemik 2004/2005 dalam Jurnal Varidika, Vol. 12


No. 2, Desember 2005
Widyantini, Penerapan Pendekatan Kooperatif

STAD dalam Pembelajaran

Matematika SMP, (Yogyakarta: DEPDIKNAS, 2008)


Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991)
Zulfiani dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009)

LAMPIRAN 1
UJI VALIDITAS

Lampiran 1.1

Rekap Analisis Butir

Lampiran 1.2

Daya Pembeda

Lampiran 1.3

Tingkat Kesukaran

Lampiran 1.4

Reliabilitas Tes

Lampiran 1.1

Rekap Analisis Butir


Rata-rata= 17.75
Simpangan Baku= 4.22
Korelasi= 0.53
Reliabilitas Tes= 0.69
Butir Soal= 30
Jml Subyek= 36
Btr Baru

Btr Asli

D. Pembeda(%)

T. Kesukaran

Korelasi

Sign. Korelasi

60.00

Sedang

0.439

Signifikan

80.00

Sedang

0.560

Sangat Signifikan

-10.00

Sedang

-0.067

40.00

Sedang

0.441

Signifikan

-10.00

Mudah

-0.048

40.00

Sedang

0.538

Sangat Signifikan

50.00

Sedang

0.365

Signifikan

10.00

Sedang

0.004

20.00

Sedang

0.227

10

10

-40.00

Sedang

-0.205

11

11

40.00

Sedang

0.453

Sangat Signifikan

12

12

90.00

Sedang

0.678

Sangat Signifikan

13

13

40.00

Mudah

0.276

14

14

60.00

Sedang

0.390

Signifikan

15

15

10.00

Mudah

0.139

16

16

0.00

Sedang

-0.047

17

17

50.00

Sedang

0.383

Signifikan

18

18

70.00

Sedang

0.565

Sangat Signifikan

19

19

50.00

Sedang

0.511

Sangat Signifikan

20

20

30.00

Sangat Mudah

0.404

Signifikan

21

21

60.00

Sukar

0.528

Sangat Signifikan

22

22

50.00

Sangat Mudah

0.594

Sangat Signifikan

23

23

50.00

Sangat Mudah

0.555

Sangat Signifikan

24

24

20.00

Sedang

0.202

25

25

40.00

Sangat Mudah

0.595

Sangat Signifikan

26

26

50.00

Sedang

0.349

Signifikan

27

27

40.00

Mudah

0.366

Signifikan

28

28

30.00

Sangat Mudah

0.199

29

29

0.00

Sedang

0.052

30

30

0.00

Sangat Sukar

-0.006

Lampiran 1.2
Daya Pembeda
Jml Subyek= 36
Klp atas/bawah (n)= 10
Butir Soal= 30
No Butir

No Butir

Baru

Asli

Kel. Atas

Kel. Bawah

Beda

Indeks DP (%)

60.00

80.00

-1

-10.00

40.00

-1

-10.00

40.00

50.00

10

10.00

20.0

10

10

-4

-40.00

11

11

40.00

12

12

10

90.00

13

13

40.00

14

14

60.00

15

15

10.00

16

16

0.00

17

17

50.00

18

18

70.00

19

19

10

50.00

20

20

10

30.00

21

21

60.00

22

22

10

50.00

23

23

10

50.00

24

24

20.00

25

25

10

40.00

26

26

10

50.00

27

27

40.00

28

28

30.00

29

29

0.00

30

30

0.00

Lampiran 1.3

Tingkat Kesukaran
Jml Subyek = 36
Butir Soal = 30
No Butir Baru

No Butir Asli

Jumlah Betul

Tkt. Kesukaran(%)

Tafsiran

24

66.67

Sedang

13

36.11

Sedang

16

44.44

Sedang

23

63.89

Sedang

28

77.78

Mudah

24

66.67

Sedang

17

47.22

Sedang

25

69.44

Sedang

15

41.67

Sedang

10

10

13

36.11

Sedang

11

11

24

66.67

Sedang

12

12

23

63.89

Sedang

13

13

26

72.22

Mudah

14

14

20

55.56

Sedang

15

15

29

80.56

Mudah

16

16

18

50.00

Sedang

17

17

24

66.67

Sedang

18

18

17

47.22

Sedang

19

19

25

69.44

Sedang

20

20

32

88.89

Sangat Mudah

21

21

25.00

Sukar

22

22

31

86.11

Sangat Mudah

23

23

31

86.11

Sangat Mudah

24

24

16

44.44

Sedang

25

25

32

88.89

Sangat Mudah

26

26

20

55.56

Sedang

27

27

27

75.00

Mudah

28

28

11

30.56

Sangat Mudah

29

29

23

63.89

Sedang

30

30

8.33

Sangat Sukar

Lampiran 1.4
Reliabilitas Tes
Rata2= 17.75
Simpang Baku= 4.22
Korelasi XY= 0.53
Reliabilitas Tes = 0.69
Kode/Nama

Skor

Subyek

Ganjil

No. Urut

No. Subyek

Skor Genap

Skor Total

11

20

16

10

15

11

10

21

10

11

21

10

16

10

10

20

12

11

23

12

10

22

10

10

14

11

11

16

12

12

13

13

13

12

19

14

14

10

17

15

15

17

16

16

14

17

17

13

10

23

18

18

12

20

19

19

12

20

20

20

14

21

21

11

19

22

22

12

10

22

23

23

13

24

24

10

17

25

25

15

26

26

12

13

25

27

27

AA

10

18

28

28

AB

15

29

29

AC

13

11

24

30

30

AD

10

31

31

AE

11

20

32

32

AF

11

11

22

33

33

AG

10

34

34

AH

12

35

35

AI

11

36

35

AJ

13

12

25

LAMPIRAN 2
INSTRUMEN PENELITIAN

Lampiran 2.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 2.2

Instrumen Uji Coba

Lampiran 2.3

Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba

Lampiran 2.4

Kisi-kisi Soal Tes

Lampiran 2.5

Kisi-kisi Angket

Lampiran 2.6

Lembar Kuisioner

Lampiran 2.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran
Kelas/semester
Jumlah Soal
Bentuk Soal
Standar Kompetensi

: SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan


: Fisika
: VIII/Genap
: 30 Soal
: Pilihan Ganda
: 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang,
dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Kompetensi Dasar
: 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan
sehari-hari.
Jenjang Kognitif
No
Indikator
Jumlah
Persentase
C2
1.

Memaparkan

1*, 2*, 3, 4*, 5, 6*

20%

7*, 8, 9, 10, 11*,

20%

20%

20%

20%

30

100%

karakteristik gelombang
bunyi
2.

Membuktikan terjadinya
gelombang bunyi

3.

Membedakan bunyi

12*
13, 14*, 15, 16, 17*,

infrasonik, ultrasonik,

18*

dan audiosonik
4.

Menunjukkan gejala
resonansi dalam

19*, 20*, 21*, 22*,


23*, 24

kehidupan sehari-hari
5.

Memberikan contoh
pemanfaatan dan

25*, 26*, 27*,


28,29,30

dampak pemantulan
bunyi dalam kehidupan
sehari-hari
Jumlah soal
Keterangan: *Nomor soal yang digunakan

Lampiran 2.2

INSTRUMEN UJI COBA


POKOK BAHASAN BUNYI
Nama
Kelas
Hari/tanggal

:
:
:

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang (X) pada huruf a, b, c,
atau d!

1.

Pernyataan di bawah ini menyatakan bahwa bunyi dapat terdengar oleh


manusia, kecuali.
a. frekuensinya 20 20.000 Hz
b. ada medium perantara
c. diterima oleh telinga normal dan pendengaran dalam keadaan sadar
d. tidak ada medium

2.

Berikut ini ciri-ciri bunyi, kecuali .


a. dihasilkan oleh benda yang bergetar
b. merupakan gelombang longitudinal
c. arah gelombang bunyi searah dengan arah rambatnya
d. merupakan gelombang transversal

3.

Pernyataan berikut tentang cepat rambat bunyi yang benar adalah .


a. bergantung pada ketinggian tempat
b. makin tinggi suhu udara kecepatannya makin bertambah
c. makin tinggi suhu udara kecepatannya makin berkurang
d. semakin renggang letak partikel-partikel zat, bunyi semakin cepat
merambat

4.

Perhatikan tabel di bawah ini!


Suhu (oC)
0
15
25
Cepat rambat 332
340
347
bunyi (m/s)
Dari data di atas membuktikan bahwa sifat bunyi dipengaruhi oleh .
a. keadaan
b. derajat Celcius
c. lamanya merambat
d. suhu

5.

Sebuah pemancar radio memiliki frekuensi 1,2 MHz. Frekuensi pemancar


radio tersebut sebanding dengan .
a. 1,2 x 10-6 Hz
b. 1,2 x 10-3 Hz
c. 1,2 x 103 Hz
d. 1,2 x 106 Hz

6.

Kasus-kasus berikut ini yang tidak memperbolehkan gelombang-gelombang


bunyi untuk disalurkan adalah .
a. dari sebuah kapal ke kapal selam
b. dari satu pesawat antariksa ke pesawat antariksa lainnya
c. dari satu sisi rel kereta ke sisi rel lainnya
d. dari satu ujung balon yang diisi helium ke ujung lainnya

7.

Jika kita menyetel lagu pada MP3, telinga kita akan menangkap gelombang
bunyi. Pernyataan-pernyataan berikut ini tentang gelombang bunyi yang tidak
tepat adalah .
a. gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal
b. gelombang bunyi tidak dapat melalui ruang vakum
c. gelombang bunyi merambat lebih pelan dalam air daripada di udara
d. panjang gelombang bunyi berkurang ketika frekuensinya bertambah

8.

Pernyataan berikut ini yang tidak menghasilkan gelombang bunyi tetapi dapat
terdengar oleh manusia adalah .
a. sebuah bel yang berbunyi di dalam air
b. sebuah senjata yang meletus dalam ruangan tanpa gema
c. sebuah palu yang menghantam sebatang logam
d. suatu ledakan dalam ruang hampa

9.

Suatu percobaan umum dengan gelombang bunyi adalah menempatkan


sebuah bel yang sedang berbunyi dalam sebuah kotak bel dan mengeluarkan
seluruh udaranya. Begitu udara telah seluruhnya dipompa keluar, bunyi bel
tidak terdengar lagi. Alasan yang tepat untuk peristiwa ini adalah .
a. pemukul bel tidak dapat bergerak dalam vakum
b. gelombang bunyi tidak dapat merambat melalui vakum
c. gelombang bunyi merambat jauh lebih cepat melalui vakum dan karena
itu tidak dapat didengar
d. frekuensi gelombang bunyi meningkat di atas tingkat yang dapat
didengarkan

10. Ketika kamu memegang tenggorokan pada saat berbicara, kamu merasakan
adanya getaran. Hal ini membuktikan bahwa .
a. otot tenggorokan selalu bergetar
b. sumber bunyi adalah tenggorokan
c. berbicara memerlukan energi
d. sumber bunyi adalah getaran

11. Perhatikan gambar berikut.

Suara anak tersebut lebih jelas jika di antara kaleng diberi kawat atau benang.
Hal ini membuktikan bahwa .
a. bunyi merambat memerlukan zat antara
b. bunyi merambat lebih baik dalam zat padat daripada dalam gas
c. bunyi merambat lebih baik dalam gas daripada dalam zat padat
d. suara anak tersebut terpusat dalam kaleng
12. Seorang peneliti melakukan sebuah percobaan dengan memetik dua utas
senar yang diletakkan di atas sonometer (lihat gambar).

Senar A dan B memiliki luas penampang yang sama. Setelah kedua senar
tersebut dipetik, frekuensi yang tercatat pada sonometer sama yaitu 300 Hz.
Jika peneliti tersebut mengganti senar B dengan senar yang memiliki luas
penampang lebih kecil dari senar sebelumnya agar menghasilkan kuat bunyi
yang berbeda, maka frekuensi yang dihasilkan senar B adalah .
a. < 300 Hz
b. 300 Hz
c. > 300 Hz
d. tidak menghasilkan frekuensi
13. Frekuensi bunyi berikut yang dapat dideteksi oleh telinga manusia adalah .
a. 10 Hz
b. 1000 Hz

c. 100000 Hz
d. 1000000 Hz
14. Seekor serangga mampu mendengar suara mangsanya pada kisaran frekuensi
17 Hz. Bunyi pada kisaran tersebut termasuk .
a. infrasonik
b. ultrasonik
c. audiosonik
d. supersonik
15. Dua syarat agar bunyi dapat terdengar manusia adalah .
a. ada zat antara dan frekuensi bunyi 20 Hz 20 kHz
b. ada zat antara dan frekuensi bunyi lebih dari 20 kHz
c. ada sumber bunyi dan frekuensi bunyi lebih dari 20 kHz
d. ada sumber bunyi dan frekuensi bunyi kurang dari 20 kHz
16. Kelelawar bisa terbang pada malam hari dan tidak menabrak, padahal
kelelawar tidak dapat melihat. Hal ini, karena kelelawar dapat .
a. mendengar dan menimbulkan infrasonik
b. mendengar dan menimbulkan ultrasonik
c. mendengar dan menimbulkan audiosonik
d. mendengar dan menimbulkan supersonik
17. Hewan yang mempunyai kemampuan menangkap gelombang infrasonik
adalah .
a. jangkrik dan lumba-lumba
b. kelelawar dan lumba-lumba
c. lumba-lumba dan anjing
d. kelelawar dan jangkrik
18. Penggunaan ultrasonik di bidang kedokteran antara lain untuk
a. USG dan kacamata tunanetra
b. menggoncang kotoran pada gigi
c. mengetahui cacat retak pada gigi
d. memonitor detak jantung pasien
19. Perhatikan pernyataan berikut.
(1) benda mempunyai selaput tipis
(2) frekuensi benda sama dengan frekuensi sumber bunyi
(3) panjang gelombang sama dengan panjang gelombang sumber bunyi
(4) panjang kedua ayunan sama
Syarat terjadinya resonansi ditunjukkan oleh pernyataan nomor .
a. (1), (2), dan (3)
b. (1), (2), dan (4)
c. (1), (3), dan (4)
d. (2), (3), dan (4)

20. Kaca jendelamu kadang bergetar ketika ada pesawat terbang melintas.
Peristiwa ini disebabkan .
a. kaca jendela beresonansi dengan getaran udara yang diakibatkan oleh
pesawat terbang
b. getaran yang ditimbulkan pesawat tersebut sangat besar sehingga mampu
menggetarkan kaca jendela yang letaknya jauh
c. pesawat tersebut pasti terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi
d. pesawat terbang tersebut mengeluarkan gelombang ultrasonik yang
frekuensi getarannya di atas 20.000 Hz
21. Perhatikan gambar keempat garpu tala berikut ini.

f = 300 Hz

f = 325 Hz

f = 300 Hz

f = 325 Hz

Apabila garpu tala A digetarkan, maka garpu tala yang ikut bergetar adalah
.
a. B
b. C
c. B dan C
d. B dan D
22. Perhatikan gambar berikut.

B
A

Jika bandul B diayun, maka bandul yang turut berayun adalah .


a. A
b. C
c. D
d. E

23. Resonansi udara kedua akan terjadi jika panjang kolom udara .
a. kali panjang gelombang sumber getar
b. kali panjang gelombang sumber getar
c. 2 kali panjang gelombang sumber getar
d. sama dengan panjang gelombang sumber getar
24. Berikut ini adalah masalah-masalah yang ditimbulkan oleh resonansi, kecuali
.
a. pemasangan shock beker pada mobil
b. pecahnya gelas karena suara dari seorang penyanyi
c. resonansi udara dalam kotak gitar
d. ayunan besar dari jembatan gantung karena hentakan-hentakan kaki yang
seirama
25. Berikut ini merupakan bahan peredam bunyi yang ditimbulkan gaung adalah
.
a. karpet
d. wol
b. aluminium
e. plastik
c. busa
a.
b.
c.
d.

(1), (2), dan (3)


(1), (3), dan (4)
(3) dan (5)
semuanya benar

26. Suara gurumu lebih jelas didengar dalam ruangan kelas daripada di luar
kelas, karena .
a. jarak dinding pemantul dengan sumber bunyi lebih dekat
b. adanya dinding pemantul sedangkan di lapangan tidak ada
c. jarak dinding pemantul dengan sumber bunyi sangat mempengaruhi
amplitudo bunyi
d. jarak dinding pemantul sangat mempengaruhi frekuensi bunyi
27. Pada gedung-gedung pertunjukan misalnya gedung bioskop dan gedung
teater, dilengkapi peredam bunyi. Hal ini bertujuan untuk .
a. mendekatkan jarak dinding pemantul dengan sumber bunyi
b. membantu fungsi dinding pemantul, sehingga suara terdengar lebih keras
c. membantu fungsi dinding pemantul, sehingga frekuensi yang dihasilkan
bunyi menjadi lebih banyak
d. menghilangkan gaung maupun gema

28. Perhatikan gambar berikut.

s1

s2

A
s
B
Amir berteriak di antara dua batu. Apabila bunyi pantul pertama terdengar
setelah x sekon dan cepat rambat bunyi di udara y, maka persamaan rumus
untuk menentukan jarak antara Amir dengan batu A adalah . (B)
a. s = v . t
b. 2s = v . t
c. s = 2(v . t)
d. 2s = v . t
29. Berikut ini adalah manfaat pemantulan bunyi, kecuali .
a. pemeriksaan janin dengan USG
b. mengukur cepat rambat bunyi di udara
c. mendeteksi retak pada logam
d. menentukan jarak pesawat dari radar
30. Perhatikan gambar berikut ini!
dinding

08:40

Berdasarkan gambar di atas, langkah penelitian yang tepat untuk


membuktikan pemantulan bunyi adalah .
a. dengarkan bunyi detakan jarum jam dengan menggunakan tabung dari
karton
b. aturlah kedudukan kedua tabung karton, dengarkan bunyi detakan jarum
jam
c. tariklah garis tegak lurus dinding sebagai garis normal, atur kedudukan
tabung karton sehingga membentuk sudut, dengarkan bunyi detakan
jarum jam
d. tariklah garis tegak lurus dinding, aturlah kedudukan tabung karton,
biarkan bunyi merambat dalam tabung karton

Lampiran 2.3

Kunci Jawaban
Instrumen Uji Coba

1. A

11. B

21. C

2. B

12. D

22. B

3. B

13. B

23. B

4. D

14. A

24. B

5. B

15. A

25. A

6. A

16. A

26. B

7. B

17. D

27. D

8. C

18. B

28. C

9. B

19. A

29. B

10. D

20. A

30. A

Lampiran 2.5

KISI-KISI ANGKET

No

Indikator

Butir

Metode pembelajaran yang digunakan guru

Aktivitas siswa

2,3

Kemampuan kognitif siswa

4,5

Kemampuan afektif siswa

6,7

Kemampuan psikomotor siswa

Peranan guru dalam proses pembelajaran

8
9,10

Lampiran 2.6

LEMBAR KUISIONER
Nama
Kelas
Hari/tanggal

:
:
:

Berilah tanda checklist () pada pilihan jawaban yang anda anggap benar sesuai dengan
pilihan anda.

No
1

Pernyataan
Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat
menarik dan meyenangkan, sehingga membuat
saya senang belajar fisika daripada
sebelumnya

Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD,


siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran

Pada kegiatan dikusi, siswa saling menghargai


pendapat masing-masing kelompok

Memecahkan masalah melalui diskusi


kelompok membantu saya lebih menguasai
konsep fisika

Kegiatan demonstrasi dan percobaan sangat


membantu saya dalam menguasai pelajaran

Cara belajar yang telah dilakukan membuat


saya akrab dengan guru, sehingga saya berani
bertanya, berpendapat, menjawab pertanyaan,
dan tampil di depan kelas ketika presentasi

SS

TS

STS

Diskusi dan kegiatan berkelompok membuat


saya semakin akrab dengan teman-teman,
sehingga saya semakin senang dan
bersemangat untuk belajar bersama temanteman

Petunjuk percobaan, tugas-tugas, dan soal-soal


mudah dimengerti, sehingga dapat saya
kerjakan dengan baik

Guru selalu memberikan kesempatan kepada


siswa untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat

10

Guru selalu memberikan tanggapan yang


meyenangkan terhadap pertanyaan dan
jawaban yang diberikan siswa

LAMPIRAN 3
PERANGKAT PEMBELAJARAN

Lampiran 3.1 Perangkat Pembelajaran I


3.1.a RPP Pertemuan Pertama
3.1.b LKS I
Lampiran 3.2 Perangkat Pembelajaran II
3.2.a RPP Pertemuan Kedua
3.2.b LKS I
3.2.c Kuis I
Lampiran 3.3 Perangkat Pembelajaran III
3.3.a RPP Pertemuan Ketiga
3.3.b LKS II
3.3.c Kuis II

Lampiran 3.1.a

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )

Sekolah
: SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: VIII/Genap
Pertemuan
: Pertama
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran,
gelombang, dan optika dalam produk teknologi
sehari-hari.
Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan
sehari-hari.
Indikator
1. Menjelaskan proses terjadinya bunyi
2. Mendeskripsikan karakteristik gelombang bunyi
3. Membuktikan terjadinya gelombang bunyi
4. Menjelaskan perambatan bunyi dalam medium
5. Membedakan infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian bunyi.
2. Menyelidiki penyebab timbulnya bunyi.
3. Menjelaskan syarat terjadi dan terdengarnya bunyi.
4. Menjelaskan pengertian cepat rambat bunyi.
5. Mengukur cepat rambat bunyi.
6. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat bunyi.
7. Menentukan cepat rambat bunyi pada beberapa medium.
8. Membedakan pengertian infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.
9. Menyebutkan contoh infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.
10. Menyebutkan pemanfaatan bunyi ultrasonik dalam kehidupan sehari-hari.
11. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi, kuat
lemahnya bunyi, dan kualitas bunyi.
Materi Pembelajaran
Bunyi

Strategi Pembelajaran
1. Model pembelajaran: Koopertif tipe STAD
2. Metode belajar: Demonstrasi, praktikum, diskusi, tanya jawab, dan informasi
Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan
-

Pendahuluan
(10 menit)

Tahap 1
Penyajian Materi
-

Guru
Guru membuka pelajaran dan
mengucapkan salam,
memeriksa kehadiran siswa
dan memfokuskan perhatian
siswa dengan mengajak berdoa
dan memberi motivasi untuk
belajar.
Apersepsi dilakukan oleh guru
dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seputar
materi sebelumnya yaitu
getaran dan gelombang.
Pertanyaannya sebagai berikut:
Coba kalian ingat kembali
materi getaran dan
gelombang! Apa itu getaran?
Apa juga yang dinamakan
gelombang?
Guru menggali konsep awal
siswa dengan demonstrasi
berikut:
Guru meminta salah seorang
siswa untuk menarik sehelai
karet yang telah direntangkan
lalu kemudian guru bertanya:
Apakah kalian mendengar
karet gelang tersebut
berbunyi? Apa yang
menyebabkan karet tersebut
berbunyi?
Guru menjelaskan konsepkonsep penting tentang
karakteristik gelombang bunyi,
cepat rambat bunyi, dan
macam-macam bunyi
berdasarkan frekuensinya.
Guru menulis persamaan
rumus yang ada kaitannya
dengan materi di papan tulis.

Siswa
- Siswa menjawab salam
dan selanjutnya berdoa
sebelum belajar.

- Siswa menjawab
pertanyaan dari guru.

- Siswa memperhatikan
demonstrasi dan
menjawab pertanyaan
dari guru.

- Siswa menyimak
penjelasan dari guru.

- Siswa mencatat
persamaan rumus yang
ditulis oleh guru.

Inti
(65 menit)

Penutup
(5 menit)

- Guru membagi siswa ke dalam


kelompok-kelompok kecil
(masing-masing kelompok
terdiri dari 4 orang).
- Guru membagikan LKS yang - Siswa melakukan
akan menjadi panduan siswa
percobaan sesuai LKS
dalam melakukan percobaan
II secara berkelompok
- Siswa mendiskusikan
hasil percobaan dan
mengerjakan tugas
bersama teman
sekelompoknya
Tahap 2
- Guru menunjuk salah satu
- Salah satu kelompok
Kegiatan Kelompok perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil diskusi diskusi kelompknya.
kelompoknya (kelompok yang
belum tampil pada pertemuan
sebelumnya). Kelompok yang
lain diberi kesempatan untuk
bertanya (guru memberi
penguatan dan mengarahkan
siswa pada konsep yang
benar).
- Guru membimbing siswa
- Siswa menyimpulkan
menyimpulkan hasil
hasil percobaan.
percobaan.
- Guru membagikan soal kuis I - Siswa mengerjakan soal
Tahap 3
kepada masing-masing siswa.
kuis secara mandiri di
Kuis
bawah pengawasan
guru.
Guru
menginformasikan
bahwa
Siswa memperhatikan
Tahap 4
perhitung nilai kuis akan
informasi dari guru.
Perhitungan Skor
dilakukan
pada
pertemuan
Perkembangan
berikutnya.
Individu
- Guru menginformasikan bahwa - Siswa memperhatikan
perolehan skor kelompok dan
informasi dari guru.
pemberian penghargaan kepada
Tahap 5
kelompok yang memenuhi
Penghargaan
kriteria good team, great team,
Kelompok
dan super team akan
diumumkan pada pertemuan
berikutnya.
- Guru menginformasikan bahwa - Siswa mendengarkan
materi yang akan dipelajari
informasi dari guru.
pada pertemuan berikutnya
adalah tentang pemantulan

bunyi.
- Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam.

- Siswa menjawab salam.

Sumber Belajar
a. Buku Fisika SMP Kelas VIII
b. Lembar Kerja Siswa
Penilaian Hasil Belajar:
a. Teknik Penilaian:
- Tugas (LKS)
- Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Tes Pilihan Ganda

Ciputat, April 2011

Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan

Rohman, S.Pd

Guru Mata Pelajaran

Asmawati R.

Lampiran 3.1.b

LEMBAR KERJA SISWA I


Nama kelompok :
Nama Siswa
: 1.
2.
3.
4.
5.
A. Penyebab timbulnya bunyi
1. Tujuan: Mengetahui penyebab timbulnya bunyi
2. Alat dan bahan:
1) Balon
2) Gunting
3. Langkah percobaan:
1) Guntinglah balon 1 cm dari mulut balon
2) Tempelkan mulut balon tersebut pada bibirmu
3) Tiuplah keras-keras seolah-olah kamu sedang mengisi udara kedalam balonmu
4) Kemudian persempit mulut balon dengan menjepit balon tersebut lebih keras,
tetapi usahakan udara masih bisa keluar, lalu tiup kembali balon tersebut dengan
keras
4. Diskusikan bersama teman sekelompok anda!
1) Pada saat kamu meniup mulut balon tersebut, apa yang terjadi?
...
2) Ketika mulut balon dipersempit, bagaimana bunyi yang dihasilkan bila
dibandingkan sebelumnya?
...
...
3) Mengapa mulut balon itu dapat menghasilkan bunyi?
...
...
4) Tahukah kalian, peluit yang suka digunakan para tukang parkir atau wasit sepak
bola? . Mengapa peluit itu dapat mengeluarkan bunyi
ketika ditiup?
...
5) Berbicaralah dengan temanmu, kemudian rabalah tenggorokanmu, apa yang
kamu rasakan? ..
...
...

5. Kesimpulan apa yang anda peroleh dari kegiatan di atas?


.
.
.
.
.
.

B. Bunyi merambat melalui medium


1. Tujuan: Mengetahui bunyi merambat melalui medium
2. Alat dan bahan:
1) gelas plastik (2 buah)
2) benang (2 meter)
3) penjepit kertas (2 buah)
4) paku kecil
3. Langkah percobaan:
1) Lubangi gelas plastik dengan menggunakan paku kecil.
2) Masukkan benang kedalam lubang pada gelas plastik tersebut, lalu ikatkan pada
penjepit kertas.
3) Lakukan langkah 1 dan 2 pada gelas kedua sehingga kedua gelas tersambung
dengan benang.
4) Pegang salah satu gelas oleh temanmu, lalu tariklah sampai meregang sehingga
tali kelihatan lurus.
5) Cobalah kamu berbisik ke dalam tabung. Apakah temanmu dapat mendengar
suaramu? ..
4. Diskusikanlah bersama teman sekelompok anda!
Menurut anda, bagaimana bunyi itu bisa sampai di telinga teman anda? Jelaskan!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

C. Cepat rambat bunyi dalam berbagai zat


Di bawah ini disajikan tabel data cepat rambat bunyi dalam berbagai medium pada
suhu 15C. Bacalah dengan teliti, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
Medium
Udara
Helium
Air
Marmer
Kayu
Aluminium
Besi

Cepat rambat bunyi (m/s)


340
977
1500
3810
3850
5000
5120

1) Pada medium apakah bunyi paling cepat merambat? ..


2) Medium apakah yang paling buruk digunakan untuk merambatkan bunyi?
. Mengapa demikian? ...
...
...
3) Kesimpulan apa yang anda peroleh dari kegiatan yang telah kalian lakukan?
...
...
...
...
...
...
D. Daerah frekuensi bunyi
1. Tujuan: Mengetahui daerah frekuensi bunyi
2. Alat dan bahan:
Penggaris plastik
3. Langkah percobaan:
1) Peganglah penggaris tersebut diujung meja tulismu.
2) Tekanlah penggaris tersebut dengan jarimu, kemudian lepaskan.
4. Diskusikan bersama teman sekelompok anda!
1) Apakah yang kamu lihat ? ....
...
2) Apakah kamu mendengar sesuatu? ..
5. Kesimpulan apa yang anda peroleh?
.
.....
.
.....
.
.....

6. Bacalah naskah berikut ini!


Pada percobaan yang telah kalian lakukan sebelumnya, kalian dapat
mengetahui bagaimana bunyi dapat terdengar. Pada contoh percobaan dengan
penggaris logam, kamu dapat mendengar bunyi jika getaran yang dihasilkan
penggaris tersebut banyak. Jika getaran itu dalam satu detiknya tidak banyak, kamu
tidak akan mendengar bunyi penggaris karena telinga kamu mempunyai batas
mendengar dengan banyak getaran tertentu. Akan tetapi, bukan berarti getaran itu
tidak menghasilkan bunyi, tetapi telingamulah yang mempunyai keterbatasan untuk
dapat mendengar. Telingamu akan mendengar bunyi getaran jika tiap detiknya benda
itu bergetar 20 kali sampai 20.000 kali (20 Hz 20.000 Hz) atau yang disebut sebagai
bunyi audiosonik. Jika kurang dari 20 Hz (yang disebut bunyi infrasonik) atau lebih
dari 20.000 Hz (yang disebut bunyi ultrasonik), kamu tidak dapat mendengarnya.
Akan tetapi, hewan tertentu dapat mendengarnya, seperti jangkrik, kelelawar dan
anjing yang mampu mendengar bunyi infrasonik, sedangkan bunyi ultrasonik dapat
didengar oleh ikan paus, lumba-lumba, kelelawar, dan anjing. Kelelawar selain bisa
mendengar bunyi infrasonik juga dapat memancarkan gelombang ultrasonik.
Pancaran gelombang ultrasonik tersebut memungkinkan kelelawar tidak pernah
mengalami tabrakan walaupun kelelawar tidak dapat melihat di malam yang gelap.
Sedangkan anjing, selain dapat mendengar bunyi infrasonik juga dapat mendengar
bunyi ultrasonik, sehingga anjing disebut hewan yang pendengarannya sangat tajam
dan digunakan digunakan oleh manusia sebagai penjaga rumah.
Berdasarkan naskah di atas, tulislah data yang anda peroleh pada tabel beriku!
No.
Pembeda
Audiosonik
Infrasonik
Ultrasonik
1.
Batas frekuensi
2.
Pendengar bunyi

Lampiran 3.2.a

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )

Sekolah
: SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: VIII/Genap
Pertemuan
: Kedua
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran,
gelombang, dan optika dalam produk teknologi
sehari-hari.
Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan
sehari-hari.
Indikator
1. Menjelaskan pengertian resonansi
2. Menunjukkan gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari
3. Membedakan nada, desah, dan dentum
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian resonansi.
2. Mengamati terjadinya resonansi pada garpu tala.
3. Mengamati terjadinya resonansi pada bandul sederhana.
4. Menjelaskan aplikasi konsep resonansi pada alat musik.
5. Menjelaskan masalah yang ditimbulkan resonansi.
Materi Pembelajaran
Bunyi
Strategi Pembelajaran
1. Model pembelajaran: Koopertif tipe STAD
2. Metode belajar: - Demonstrasi
- Praktikum
- Diskusi
- Tanya jawab
- Informasi

Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan
-

Pendahuluan
(10 menit)
-

Tahap 1
Penyajian Materi

Tahap 2
Kegiatan Kelompok

Guru
Guru membuka pelajaran
dan mengucapkan salam,
memeriksa kehadiran siswa
dan memfokuskan perhatian
siswa dengan mengajak
berdoa dan memberi
motivasi untuk belajar.
Apersepsi dilakukan oleh
guru dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
Masih ingat materi pada
pertemuan sebelumnya
tentang bunyi? Apa yang
menyebabkan timbulnya
bunyi?Apa saja yang
menjadi karakteristik
gelombang bunyi?
Guru menggali konsep awal
siswa dengan demonstrasi
yang dilakukan oleh siswa.
Guru menyuruh seorang
siswa memainkan alat musik
yang dia bisa. Kemudian
guru bertanya:
Apa kalian suka memainkan
alat musik? Alat musik apa
yang kalian bias mainkan?
Kalian pernah mendengar
istilah nada? Kira-kira apa
itu nada?
Guru menjelaskan konsepkonsep penting tentang
resonansi dan nada.
Guru menulis persamaan
rumus yang ada kaitannya
dengan materi di papan
tulis.
Guru membagi siswa ke
dalam kelompok-kelompok
kecil (masing-masing
kelompok terdiri dari 4
orang).

Siswa
- Siswa menjawab salam
dan selanjutnya berdoa
sebelum belajar.

- Siswa menjawab
pertanyaan dari guru.

- Siswa memperhatikan
demonstrasi dan
menjawab pertanyaan dari
guru.

- Siswa menyimak
penjelasan guru.
- Siswa mencatat persamaan
rumus yang ditulis oleh
guru.

Inti
(65 menit)

Tahap 3
Kuis

Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu

- Guru membagikan LKS


- Siswa melakukan
yang akan menjadi panduan
percobaan sesuai LKS II
siswa dalam melakukan
secara berkelompok
percobaan
- Siswa mendiskusikan hasil
percobaan dan
mengerjakan tugas
bersama teman
sekelompoknya
- Guru menunjuk salah satu
- Salah satu kelompok
perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil
diskusi kelompknya.
diskusi kelompoknya
(kelompok yang belum
tampil pada pertemuan
sebelumnya). Kelompok
yang lain diberi kesempatan
untuk bertanya (guru
memberi penguatan dan
mengarahkan siswa pada
konsep yang benar).
- Guru membimbing siswa
- Siswa menyimpulkan hasil
menyimpulkan hasil
percobaan.
percobaan.
- Guru menginformasikan
- Siswa memperhatikan
bahwa materi pertemuan
informasi dari guru.
kedua akan dijadikan bahan
soal kuis pada pertemuan
ketiga.
- Guru mengarahkan siswa
- Siswa mengikuti arahan
menghitung hasil kuis
guru.
(pertemuan sebelumnya).
Langkah-langkahnya
sebagai berikut.
Setiap kelompok menukar
lembar jawabannya
dengan kelompok lain
untuk memeriksa hasil
kuis.
Seluruh siswa memeriksa
hasil kuis dengan
mencocokkan jawaban
yang ditulis guru di papan
tulis.
Seluruh siswa menghitung
skor perkembangan

Tahap 5
Penghargaan
Kelompok

Penutup
(5 menit)

individu temannya pada


tabel yang tersedia pada
lembar jawaban.
- Guru mengumumkankan
- Siswa memperhatikan
perolehan skor kelompok
pengumuman dari guru.
(pertemuan sebelumnya)
dan memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang memenuhi
kriteria good team, great
team, dan super team.
- Guru menginformasikan
- Siswa memperhatikan
bahwa materi yang akan
informasi dari guru.
dipelajari pada pertemuan
berikutnya adalah tentang
pemantulan bunyi.
- Guru menutup pelajaran
- Siswa menjawab salam.
dengan mengucapkan salam.

Sumber Belajar
a. Buku Fisika SMP Kelas VIII
b. Lembar Kerja Siswa
Penilaian Hasil Belajar:
a. Teknik Penilaian:
- Tugas (LKS)
- Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Tes Pilihan Ganda

Ciputat, Mei 2011

Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan

Rohman, S.Pd

Guru Mata Pelajaran

Asmawati R.

Lampiran 3.2.b

LEMBAR KERJA SISWA II


Nama kelompok :
Nama Siswa
: 1.
2.
3.
4.
5.
A. Definisi dan penyebab resonansi
Diskusikanlah!
1) Apa yang kalian ketahui tentang resonansi?
...
...
2) Apa yang menyebabkan benda beresonansi?
...
...
...
B. Manfaat dan dampak resonansi
Lakukanlah percobaan berikut ini!
1. Resonansi pada alat musik tiup
Alat dan bahan:
1) Sedotan
2) Gunting
Langkah percobaan:
1) Runcingkan ujung sedotan dengan menggunakan gunting. Ukur panjang sedotan
dengan menggunakan mistar, lalu catatlah hasilnya kedalam tabel dibawah ini.
2) Tiuplah dengan kuat sedotan tersebut. Apakah menghasilkan bunyi?
...
3) Potonglah sedotan tersebut sepanjang 1 cm, kemudian tiuplah kembali sedotan
tersebut. Bagaimana bunyinya bila dibandingkan dengan bunyi yang pertama?
...
...

4) Ulangi langkah ketiga tersebut sampai tiga kali, lalu catatlah hasilnya kedalam
tabel.
Bunyi yang dihasilkan
Panjang sedotan (cm)
(lemah, sedang, atau kuat)

Diskusikanlah!
1) Apakah kamu mendengar bunyi?
...
2) Dari manakah bunyi tersebut berasal?
...
3) Apakah panjang-pendek sedotan mempengaruhi bunyi yang dihasilkan?
...
4) Apakah bunyi yang dihasilkannya membentuk nada?
...
5) Apa yang terjadi dengan frekuensi (tinggi) nadanya ketika sedotan diperpendek?
...
...
2. Resonansi pada alat musik selaput tipis
Alat dan bahan:
1) Potongan balon
2) 2 buah karet
3) Gelas aqua bekas
4) Gunting
5) Sumpit atau pensil
Langkah percobaan:
1) Lubangi bagian bawah gelas aqua bekas
2) Gunakan potongan balon untuk menutup bagian atas gelas aqua bekas
3) Ikatkan karet gelang agar lebih kencang dan kuat
4) Buatlah pemukul drum dengan menggunakan sumpit atau pensil yang diikatkan
karet diujungnya
5) Pukullah drum dengan pemukul drum
Diskusikanlah!
1) Apakah kamu mendengar bunyi?
...
2) Darimanakah bunyi tersebut berasal?
...
...

Lampiran 3.2.c
KUIS I
POKOK BAHASAN BUNYI
Nama
Kelas
Hari/tanggal

:
:
:

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang (X) pada huruf a, b, c,
atau d!

1.

2.

3.

4.

5.

Zat perantara di bawah ini, yang dapat merambatkan bunyi paling cepat
adalah .
a. helium
b. kayu
c. aluminium
d. besi
Jika kita memukul gong, maka terjadilah perapatan dan peregangan udara di
sekelilingnya. Akhirnya, bunyi sampai ke telinga kita. Gelombang yang
terjadi di atas dinamakan .
a. transversal
b. longitudinal
c. elektromagnetik
d. radiasi
Ketika kita melihat orang yang sedang menebang kayu dengan jarak yang
jauh, bunyi beradunya kapak terdengar beberapa saat setelah kapak mengenai
pohon. Hal ini terjadi karena .
a. perambatan bunyi memerlukan waktu
b. kecepatan bunyi lebih kecil dari kecepatan cahaya
c. perambatan bunyi memerlukan waktu, sedangkan perambatan cahaya
tidak
d. pengaruh gema yang terjadi
Sebuah gelombang bunyi merambat di udara dengan kecepatan 360 m/s. Jika
panjang gelombang bunyi 25 cm, maka frekuensinya adalah .
a. 14,4 Hz
b. 90 Hz
c. 1440 Hz
d. 9000 Hz
Periode suatu bunyi 0,025 sekon, maka frekuensi bunyi tersebut termasuk .
a. audiosonik
b. ultrasonik
c. infrasonik
d. supersonik

Lampiran 3.3.a

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )

Sekolah
: SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: VIII/Genap
Pertemuan
: Ketiga
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran,
gelombang, dan optika dalam produk teknologi
sehari-hari.
Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan
sehari-hari.
Indikator
1. Menjelaskan hukum pemantulan bunyi
2. Menjelaskan perbedaan gaung dan gema
3. Memberikan contoh pemanfaatan pemantulan bunyi dalam kehidupan seharihari dan teknologi
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
2. Menjelaskan syarat terjadinya pemantulan bunyi.
3. Menemukan hukum pemantulan bunyi.
4. Menyebutkan jenis-jenis bunyi pantul.
5. Membedakan antara gaung, gema dan bunyi pantul yang memperkuat bunyi
asli.
6. Menjelaskan manfaat pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Pembelajaran
Bunyi
Strategi Pembelajaran
1. Model pembelajaran: Koopertif tipe STAD
2. Metode belajar: - Demonstrasi
- Praktikum
- Diskusi
- Tanya jawab
- Informasi

Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan
-

Pendahuluan
(10 menit)

Tahap 1
Penyajian Materi

Tahap 2
Kegiatan Kelompok

Guru
Guru membuka pelajaran
dan mengucapkan salam,
memeriksa kehadiran siswa
dan memfokuskan perhatian
siswa dengan mengajak
berdoa dan memberi
motivasi untuk belajar.
Apersepsi dilakukan oleh
guru dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
Masih ingat materi pada
pertemuan sebelumnya?
Apa itu resonansi? Apa
yang menyebabkan suatu
benda beresonansi?
Guru menggali konsep awal
siswa dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
Pernahkah kalian
mengalami ketika sedang
berteriak terdengar kembali
teriakan kalian setelahnya?
Pernahkan juga kalian
mendengarkan suara dari
pengeras suara terdengar
tidak jelas seakan-akan ada
yang mengikuti? Suara
apakah itu? Apa yang
menyebabkannya?
Guru menjelaskan konsepkonsep penting tentang
pemantulan bunyi.
Guru menulis persamaan
rumus yang ada kaitannya
dengan materi di papan
tulis.
Guru membagi siswa ke
dalam kelompok-kelompok
kecil (masing-masing
kelompok terdiri dari 4
orang).

Siswa
- Siswa menjawab salam
dan selanjutnya berdoa
sebelum belajar.

- Siswa menjawab
pertanyaan dari guru.

- Siswa menjawab
pertanyaan dari guru.

- Siswa menyimak
penjelasan guru.
- Siswa mencatat persamaan
rumus yang ditulis oleh
guru.

Inti
(65 menit)

Tahap 3
Kuis

Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu

- Guru membagikan LKS


- Siswa melakukan
yang akan menjadi panduan
percobaan sesuai LKS II
siswa dalam melakukan
secara berkelompok
percobaan
- Siswa mendiskusikan hasil
percobaan dan
mengerjakan tugas
bersama teman
sekelompoknya
- Guru menunjuk salah satu
- Salah satu kelompok
perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil
diskusi kelompknya.
diskusi kelompoknya
(kelompok yang belum
tampil pada pertemuan
sebelumnya). Kelompok
yang lain diberi kesempatan
untuk bertanya (guru
memberi penguatan dan
mengarahkan siswa pada
konsep yang benar).
- Guru membimbing siswa
- Siswa menyimpulkan hasil
menyimpulkan hasil
percobaan.
percobaan.
- Guru membagikan soal
- Siswa mengerjakan soal
kuis II kepada masingkuis secara mandiri di
masing siswa
bawah pengawasan guru.
- Guru mengarahkan siswa
- Siswa mengikuti arahan
menghitung hasil kuis.
guru.
Langkah-langkahnya
sebagai berikut.
Setiap kelompok menukar
lembar jawabannya
dengan kelompok lain
untuk memeriksa hasil
kuis.
Seluruh siswa memeriksa
hasil kuis dengan
mencocokkan jawaban
yang ditulis guru di papan
tulis.
Seluruh siswa menghitung
skor perkembangan
individu temannya pada
tabel yang tersedia pada
lembar jawaban.

Tahap 5
Penghargaan
Kelompok

Penutup
(5 menit)

- Guru mengumumkankan
- Siswa memperhatikan
perolehan skor kelompok
pengumuman dari guru.
dan memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang memenuhi
kriteria good team, great
team, dan super team.
- Guru menginformasikan
- Siswa mendengarkan
bahwa materi yang akan
informasi yang diberikan
dipelajari pada pertemuan
guru.
berikutnya adalah tentang
pemantulan bunyi.
- Guru menutup pelajaran
- Siswa menjawab salam.
dengan mengucapkan salam.

Sumber Belajar
a. Buku Fisika SMP Kelas VIII
b. Lembar Kerja Siswa
Penilaian Hasil Belajar:
a. Teknik Penilaian:
- Tugas (LKS)
- Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Tes Pilihan Ganda

Ciputat, Mei 2011

Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan

Rohman, S.Pd

Guru Mata Pelajaran

Asmawati R.

Lampiran 3.3.b

LEMBAR KERJA SISWA III


Nama kelompok :
Nama Siswa
: 1.
2.
3.
4.
5.
A. Hukum pemantulan bunyi
Salah satu sifat bunyi adalah dapat dipantulkan. Permukaan yang keras seperti
dinding kelas, dinding sumur atau dinding lereng gunung akan memantulkan
gelombang-gelombang bunyi. Pemantulan bunyi telah banyak dimanfaatkan baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam teknologi, diantaranya:
a. Menentukan cepat rambat bunyi di udara
b. Melakukan survei geofisika
c. Mendeteksi cacat dan retak pada logam
d. Mengukur ketebalan pelat logam
Adapun hukum pemantulan bunyi dinyatakan sebagai berikut.
(1) Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak pada satu bidang
(2) Sudut pantul sama dengan sudut datang
Tugas kalian adalah:
Rancanglah sebuah percobaan untuk menemukan hukum pemantulan bunyi! (alat dan
bahan serta langkah kerja) dan gambarlah percobaan tersebut!
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................

Lampiran 3.3.c
KUIS II
POKOK BAHASAN BUNYI
Nama
Kelas
Hari/tanggal

:
:
:

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang (X) pada huruf a, b, c,
atau d!

1.

2.

Perhatikan pernyataan berikut.


1) Benda mempunyai selaput tipis.
2) Frekuensi benda sama dengan frekuensi sumber bunyi.
3) Panjang gelombang sama dengan panjang gelombang sumber bunyi.
4) Panjang kedua ayunan sama.
Syarat terjadinya resonansi ditunjukkan oleh pernyataan nomor .
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2, dan 4
c. 1, 3, dan 4
d. 2, 3, dan 4
e.
Pada percobaan tabung resonansi, tinggi kolom udara dalam tabung pada saat
sumber bunyi beresonansi pertama yaitu 0,19 m. Panjang gelombang sumber
bunyi adalah .
a. 0,19 m
b. 0,39 m
c. 0,57 m
d. 0,96 m

3.

Berikut ini adalah pemanfaatan bunyi pantul, kecuali .


a. mengukur kedalaman laut
b. menyelidiki keadaan janin dalam rahim
c. mendeteksi cacat bagian dalam logam
d. mengukur resonansi kolom udara

4.

Suatu pulsa bunyi dari sebuah kapal pengirim bunyi gema merambat ke
bawah melalui air laut pada kelajuan 1500 m/s. Dasar laut di bawal adalah
padatan dan kedalaman laut yaitu 600 m. waktu yang diperlukan pulsa untuk
kembali ke kapal adalah .
a. 0,4 s
b. 0,6 s
c. 1,2 s
d. 2,4 s

5.

Seorang anak berada di antara dua bukit yang saling berhadapan. Anak itu
berjarak 70 m dari bukuit pertama dan 30 m dari bukit lainnya. Ia kemudian
membunyikan pistol dan mengamati bahwa beda waktu bunyi pantul pertama
dan kedua yang didengar olehnya adalah 0,25 s. Cepat rambat bunyi di udara
pada saat anak itu melakukan percobaan adalah .
a. 320 m/s
b. 330m/s
c. 340 m/s
d. 350 m/s

Lampiran 4

Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol


Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Kelompok Eksperimen
Pretest
Posttest
44,44
88,89
33,33
77,78
50,00
88,89
44,44
83,33
33,33
72,22
55,56
94,44
50,00
88,89
33,33
72,22
38,89
77,78
50,00
88,89
33,33
77,78
44,44
83,33
27,78
66,67
38,89
83,33
22,22
61,11
27,78
66,67
44,44
88,89
50,00
88,89
44,44
88,89
33,33
72,22
50,00
88,89
33,33
72,22
61,11
100
55,56
94,44
38,89
77,78
66,67
94,44
55,56
88,89
44,44
88,89
44,44
83,33
27,78
61,11
44,44
83,33
38,89
77,78
33,33
72,22
33,33
66,67
38,89
77,78
44,44
83,33
1511,07
2922,21
41,97
81,17

Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Kelompok Kontrol
Pretest
Posttest
38,89
66,67
66,67
88,89
38,89
72,22
38,89
66,67
55,56
83,33
16,67
55,56
27,78
61,11
38,89
72,22
27,78
61,11
22,22
55,56
44,44
72,22
38,89
66,67
50,00
77,78
38,89
66,67
55,56
77,78
55,56
83,33
44,44
72,22
38,89
66,67
27,78
61,11
44,44
72,22
61,11
83,33
44,44
72,22
22,22
55,56
16,67
50,00
44,44
72,22
55,56
77,78
44,44
72,22
38,89
66,67
22,22
50,00
50,00
72,22
27,78
55,56
33,33
61,11
61,11
83,33
33,33
61,11
50,00
77,78
38,89
61,11
1455,56
2472,23
40,43
68,68

Lampiran 5

Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

a. Banyak data (n) = 36


b. Data nilai pretest =
22,22
33,33
38,89
44,44
55,56

27,78
33,33
44,44
44,44
55,56

27,78
33,33
44,44
50,00
61,11

27,78
33,33
44,44
50,00
66,67

33,33
38,89
44,44
50,00

33,33
38,89
44,44
50,00

33,33
38,89
44,44
50,00

33,33
38,89
44,44
55,56

c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum nilai minimum


= 66,67 22,22
= 44,45
d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 6,14
=7
e. Panjang kelas interval (i) = R/K
= 44,45 / 6
= 7,4
=7

Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Pretest


Interval

xi

22 28
29 35
36 42
43 49
50 56
57 63
64 70
Jumlah

25
32
39
46
53
60
67

Batas
Nyata
21,5 28,5
28,5 35,5
35,5 42,5
42,5 49,5
49,5 56,5
56,5 63,5
63,5 70 5

fi

xi 2

fixi

4
8
5
9
8
1
1
36

625
1024
1521
2116
2809
3600
4489

100
256
195
414
424
60
67
1516

fixi2
2500
8192
7605
19044
22472
3600
4489
67902

Frekuensi
relatif (%)
11,11
22,22
13,89
25
22,22
2,78
2,78
100%

f. Perhitungan Mean
X=

fx
f

Keterangan:
X

= nilai mean

fx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi


f

= jumlah siswa

Maka,
fx
f
1511,07
X=
36
X=

X = 41,97

g. Perhitungan Median (Me)


1
nF
Me = b + p 2
f
Keterangan:
Me = median
b

= batas bawah kelas median

= jumlah siswa dalam kelompok

= jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median

= frekuensi kelas median

= panjang kelas interval

Maka,
1
. 36 17
Me = 42,5 + 7 2
9
Me = 42,5 + 7

18 17
9

Me = 42,5 +

7
9

Me = 43,28
h. Perhitungan Modus (Mo)
Mo = b + p

b1
b1 + b2

Keterangan:
Mo = modus
b

= batas bawah kelas modus

b1

= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sebelumnya
b2

= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sesudahnya
p

= panjang kelas interval

Maka,
Mo = b + p

b1
b1 + b2

Mo = 42,5 + 7
Mo = 42,5 +
Mo = 48,1

28
5

4
4+1

Lampiran 6

Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas


Data Pretest Kelompok Eksperimen
X

Fi

FiX

Xi

Xi2

FiXi2

22,22
27,78
33,33
38,89
44,44
50,00
55,56
61,11
66,67

1
3
8
5
9
5
3
1
1
36

22,22
83,34
266,64
194,45
399,96
250
166,68
61,11
66,67
1511,07
41,97
9,92

-19,75
-14,19
-8,64
-3,08
2,47
8,03
13,59
19,14
24,69

390,0625
201,3561
74,6496
9,4864
6,1009
64,4809
184,6881
366,3396
609,5961
1906,7602

390,0625
604,0683
597,1968
47,432
54, 9081
322,4045
554,0643
366,3396
609,5961
3546,0722

SD
Xi X 2
n1
1906,7602
S2 =
35

S2 =

S 2 = 54,48

Lampiran 7

Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen


X

Zi

Zt

F(Z)

22,22
-1,99
0,4767
0,0233
27,78
-1,43
0,4236
0,0764
27,78
-1,43
0,4236
0,0764
27,78
-1,43
0,4236
0,0764
33,33
-0,87
0,3078
0,1922
33,33
-0,87
0,3078
0,1922
33,33
-0,87
0,3078
0,1922
33,33
-0,87
0,3078
0,1922
33,33
-0,87
0,3078
0,1922
33,33
-0,87
0,3078
0,1922
33,33
-0,87
0,3078
0,1922
33,33
-0,87
0,3078
0,1922
38,89
-0,31
0,1217
0,3783
38,89
-0,31
0,1217
0,3783
38,89
-0,31
0,1217
0,3783
38,89
-0,31
0,1217
0,3783
38,89
-0,31
0,1217
0,3783
44,44
0,29
0,1141
0,6141
44,44
0,29
0,1141
0,6141
44,44
0,29
0,1141
0,6141
44,44
0,29
0,1141
0,6141
44,44
0,29
0,1141
0,6141
44,44
0,29
0,1141
0,6141
44,44
0,29
0,1141
0,6141
44,44
0,29
0,1141
0,6141
44,44
0,29
0,1141
0,6141
50,00
0,81
0,2910
0,7910
50,00
0,81
0,2910
0,7910
50,00
0,81
0,2910
0,7910
50,00
0,81
0,2910
0,7910
50,00
0,81
0,2910
0,7910
55,56
1,37
0,4147
0,9417
55,56
1,37
0,4147
0,9417
55,56
1,37
0,4147
0,9417
61,11
1,93
0,4732
0,9732
66,67
2,49
0,4936
0,9936
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1411

S(Z)

F(Z) S(Z)

0,0278
0,0556
0,0833
0,1111
0,1389
0,1667
0,1944
0,2222
0,2500
0,2778
0,3056
0,3333
0,3611
0,3889
0,4167
0,4444
0,4722
0,5000
0,5278
0,5556
0,5833
0,6111
0,6389
0,6667
0,6944
0,7222
0,7500
0,7778
0,8056
0,8333
0,8611
0,8889
0,9167
0,9444
0,9722
1,0000

0,0045
0,0208
0,0069
0,0347
0,0533
0,0255
0,0022
0,0300
0,0578
0,0856
0,1134
0,1411
0,0172
0,1060
0,0384
0,0661
0,0939
0,1141
0,0863
0,0585
0,0308
0,0030
0,0248
0,0526
0,0803
0,1081
0,0410
0,0132
0,0146
0,0423
0,0701
0,0258
0,0020
0,0297
0,0010
0,0064

Karena Lhitung < Ltabel (0,1411 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal

Lampiran 8

Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen

a. Banyak data (n) = 36


b. Data nilai posttest =
61,11
72,22
83,33
88,89
94,44

61,11
72,22
83,33
88,89
94,44

66,67
77,78
83,33
88,89
94,44

66,67
77,78
83,33
88,89
100

66,67
77,78
83,33
88,89

72,22
77,78
88,89
88,89

72,22
77,78
88,89
88,89

72,22
77,78
88,89
94,44

c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum nilai minimum


= 100 61,11
= 38,89
d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 6,14
=7
e. Panjang kelas interval (i) = R/K
= 38,89 / 6
= 6,48
=6

Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Posttest


Interval

xi

Batas
Nyata

59 64
65 70
71 76
77 82
83 88
89 94
95 100
Jumlah

61,5
67,5
73,5
79,5
85,5
91,5
97,5

58,5 64,5
64,5 70,5
70,5 76,5
76,5 82,5
82,5 88,5
88,5 94,5
94,5 100

fi

xi

2
3
5
6
6
13
1
36

3782,25
4556,25
5402,25
6320,25
7310,25
8372,25
9506,25

fixi

fixi

123
202,5
367,5
477
427,5
1281
97,5

7564,5
13668,75
27011,25
37921,5
36551,25
117211,5
9506,25

Frekuensi
relatif
(%)
5,56
8,33
13,89
16,67
13,89
38,89
2,78
100%

f. Perhitungan Mean
X=

fx
f

Keterangan:
X

= nilai mean

fx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi


f

= jumlah siswa

Maka,
fx
f
2922,21
X=
36
X=

X = 81,17

g. Perhitungan Median (Me)


1
nF
Me = b + p 2
f
Keterangan:
Me = median
b

= batas bawah kelas median

= jumlah siswa dalam kelompok

= jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median

= frekuensi kelas median

= panjang kelas interval

Maka,
1
. 36 22
Me = 88,5 + 6 2
13
Me = 88,5 + 6

4
13

Me = 88,5 +

24
13

Me = 90,35
h. Perhitungan Modus (Mo)
Mo = b + p

b1
b1 + b2

Keterangan:
Mo = modus
b

= batas bawah kelas modus

b1

= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sebelumnya
b2

= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sesudahnya
p

= panjang kelas interval

Maka,
Mo = b + p

b1
b1 + b2

Mo = 88,5 + 7
Mo = 88,5 +
Mo = 91,08

49
19

7
7 + 12

Lampiran 9

Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas


Data Posttest Kelompok Eksperimen
X

Fi

FiX

Xi

Xi2

FiXi2

61,11
66,67
72,22
77,78
83,33
88,89
94,44
100

2
3
5
6
6
10
3
1
36

122,22
200,01
361,1
466,68
499,98
888,9
283,32
100
2922,21
81,17
9,73

-20,06
-14,5
-8,95
-3,39
2,16
7,72
13,27
18,83

402,4036
210,2500
80,1025
11,4921
4,6656
59,5984
176,0929
354,5689
1299,174

804,8072
630,7500
400,5125
68,9526
27,9936
595,9840
528,2787
354,5689
3411,8475

SD
Xi X 2
S =
n1
1299,174
S2 =
35
2

S 2 = 37,12

Lampiran 10

Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen


X

Zi

Zt

F(Z)

61,11
-2,06
0,4803
0,0197
61,11
-2,06
0,4803
0,0197
66,67
-1,49
0,4319
0,0681
66,67
-1,49
0,4319
0,0681
66,67
-1,49
0,4319
0,0681
72,22
-0,92
0,3212
0,1788
72,22
-0,92
0,3212
0,1788
72,22
-0,92
0,3212
0,1788
72,22
-0,92
0,3212
0,1788
72,22
-0,92
0,3212
0,1788
77,78
-0,35
0,1368
0,3632
77,78
-0,35
0,1368
0,3632
77,78
-0,35
0,1368
0,3632
77,78
-0,35
0,1368
0,3632
77,78
-0,35
0,1368
0,3632
77,78
-0,35
0,1368
0,3632
83,33
0,22
0,0871
0,5871
83,33
0,22
0,0871
0,5871
83,33
0,22
0,0871
0,5871
83,33
0,22
0,0871
0,5871
83,33
0,22
0,0871
0,5871
83,33
0,22
0,0871
0,5871
88,89
0,79
0,2852
0,7852
88,89
0,79
0,2852
0,7852
88,89
0,79
0,2852
0,7852
88,89
0,79
0,2852
0,7852
88,89
0,79
0,2852
0,7852
88,89
0,79
0,2852
0,7852
88,89
0,79
0,2852
0,7852
88,89
0,79
0,2852
0,7852
88,89
0,79
0,2852
0,7852
88,89
0,79
0,2852
0,7852
94,44
1,36
0,4131
0,9131
94,44
1,36
0,4131
0,9131
94,44
1,36
0,4131
0,9131
100
1,94
0,4738
0,9738
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1463

S(Z)

F(Z) S(Z)

0,0278
0,0556
0,0833
0,1111
0,1389
0,1667
0,1944
0,2222
0,2500
0,2778
0,3056
0,3333
0,3611
0,3889
0,4167
0,4444
0,4722
0,5000
0,5278
0,5556
0,5833
0,6711
0,6389
0,6667
0,6944
0,7222
0,7500
0,7778
0,8056
0,8333
0,8611
0,8889
0,9167
0,9444
0,9722
1,0000

0,0081
0,0359
0,0152
0,0430
0,0708
0,0121
0,0156
0,0434
0,0712
0,0990
0,0576
0,0299
0,0021
0,0257
0,0535
0,0812
0,1149
0,0871
0,0593
0,0315
0,0038
0,0240
0,1463
0,1185
0,0908
0,0630
0,0352
0,0074
0,0203
0,0481
0,0759
0,1037
0,0036
0,0313
0,0591
0,0262

Karena Lhitung < Ltabel (0,1463 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal

Lampiran 11

Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol

a. Banyak data (n) = 36


b. Data nilai pretest =
16,67
27,78
38,89
44,44
55,56

16,67
33,33
38,89
44,44
61,11

22,22
33,33
38,89
50,00
61,11

22,22
38,89
38,89
50,00
66,67

22,22
38,89
44,44
50,00

27,78
38,89
44,44
55,56

27,78
38,89
44,44
55,56

27,78
38,89
44,44
55,56

c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum nilai minimum


= 66,67 16,67
= 50
d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 6,14
=7
e. Panjang kelas interval (i) = R/K
= 50 / 6
= 8,33
=8

Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Pretest


Interval

Batas
Nyata

16 23
24 31
32 39
40 47
48 55
56 63
64 71
Jumlah

19,5
27,5
35,5
43,5
51,5
59,5
67,5

15,5 23,5
23,5 31,5
31,5 39,5
39,5 47,5
47,5 55,5
55,5 63,5
63,5 71,5

5
4
11
6
7
2
1
36

380,25
756,25
1260,25
1892,25
2652,25
3540,25
4556,25

fx

fx

97,5
110
390,5
261
360,5
119
67,5

1901,25
3025
13862,75
11353,5
18565,75
7080,5
4556,25

Frekuensi
relatif
(%)
13,89
11,11
30,56
16,67
19,44
5,56
2,78
100%

f. Perhitungan Mean
X=

fx
f

Keterangan:
X

= nilai mean

fx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi


f

= jumlah siswa

Maka,
fx
f
1455,56
X=
36
X=

X = 40,43

g. Perhitungan Median (Me)


1
nF
Me = b + p 2
f
Keterangan:
Me = median
b

= batas bawah kelas median

= jumlah siswa dalam kelompok

= jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median

= frekuensi kelas median

= panjang kelas interval

Maka,
1
. 36 9
Me = 31,5 + 8 2
11
Me = 31,5 + 8
Me = 38,05

18 9
11

h. Perhitungan Modus (Mo)


Mo = b + p

b1
b1 + b2

Keterangan:
Mo = modus
b

= batas bawah kelas modus

b1

= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sebelumnya
b2

= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sesudahnya
p

= panjang kelas interval

Maka,
7
7+5
7
Mo = 31,5 + 8
12
56
Mo = 31,5 +
12
Mo = 31,5 + 8

Mo = 36,17

Lampiran 12

Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas


Data Pretest Kelompok Kontrol
X

Fi

FiX

Xi

Xi2

FiXi2

16,67
22,22
27,78
33,33
38,89
44,44
50,00
55,56
61,11
66,67

2
3
4
2
9
6
3
4
2
1
36

33,34
66,66
111,12
66,66
350,01
266,64
150
222,24
122,22
66,67
1455,56
40,43
12,6

-23,76
-18,21
-12,65
-7,1
-1,54
4,01
9,57
15,13
20,68
26,24

564,5376
331,6041
160,0225
50,4100
2,3716
16,0801
91,5849
228,9169
427,6624
688,5376
2561,7277

1129,0752
994,8123
640,0900
100,8200
21,3444
96,4806
274,7547
915,6676
855,3248
688,5376
5716,9072

SD
Xi X 2
n1
2561,7277
S2 =
35

S2 =

S 2 = 73,19

Lampiran 13

Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol


X

Zi

Zt

F(Z)

16,67
-1,89
0,4706
0,0294
16,67
-1,89
0,4706
0,0294
22,22
-1,45
0,4265
0,0735
22,22
-1,45
0,4265
0,0735
22,22
-1,45
0,4265
0,0735
27,78
-1,00
0,3413
0,1587
27,78
-1,00
0,3413
0,1587
27,78
-1,00
0,3413
0,1587
27,78
-1,00
0,3413
0,1587
33,33
-0,56
0,2123
0,2877
33,33
-0,56
0,2123
0,2877
38,89
-0,12
0,0478
0,4522
38,89
-0,12
0,0478
0,4522
38,89
-0,12
0,0478
0,4522
38,89
-0,12
0,0478
0,4522
38,89
-0,12
0,0478
0,4522
38,89
-0,12
0,0478
0,4522
38,89
-0,12
0,0478
0,4522
38,89
-0,12
0,0478
0,4522
38,89
-0,12
0,0478
0,4522
44,44
0,32
0,1255
0,6255
44,44
0,32
0,1255
0,6255
44,44
0,32
0,1255
0,6255
44,44
0,32
0,1255
0,6255
44,44
0,32
0,1255
0,6255
44,44
0,32
0,1255
0,6255
50,00
0,76
0,2764
0,7764
50,00
0,76
0,2764
0,7764
50,00
0,76
0,2764
0,7764
55,56
1,20
0,3849
0,8849
55,56
1,20
0,3849
0,8849
55,56
1,20
0,3849
0,8849
55,56
1,20
0,3849
0,8849
61,11
1,64
0,4495
0,9495
61,11
1,64
0,4495
0,9495
66,67
2,08
0,4812
0,9812
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1189

S(Z)

F(Z) S(Z)

0,0278
0,0556
0,0833
0,1111
0,1389
0,1667
0,1944
0,2222
0,2500
0,2778
0,3056
0,3333
0,3611
0,3889
0,4167
0,4444
0,4722
0,5000
0,5278
0,5556
0,5833
0,6111
0,6389
0,6667
0,6944
0,7222
0,7500
0,7778
0,8056
0,8333
0,8611
0,8889
0,9167
0,9444
0,9722
1,0000

0,0016
0,0262
0,0098
0,0376
0,0654
0,0080
0,0357
0,0635
0,0913
0,0099
0,0179
0,1189
0,0911
0,0633
0,0355
0,0078
0,0200
0,0478
0,0756
0,1034
0,0422
0,0144
0,0134
0,0412
0,0689
0,0967
0,0264
0,0014
0,0291
0,0516
0,0238
0,0040
0,0318
0,0051
0,0227
0,0188

Karena Lhitung < Ltabel (0,1189 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal

Lampiran 14

Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol

a. Banyak data (n) = 36


b. Data nilai posttest =
50,00
61,11
66,67
72,22
83,33

50,00
61,11
66,67
72,22
83,33

55,56
61,11
72,22
72,22
83,33

55,56
61,11
72,22
77,78
88,89

55,56
66,67
72,22
77,78

55,56
66,67
72,22
77,78

61,11
66,67
72,22
77,78

61,11
66,67
72,22
83,33

c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum nilai minimum


= 88,89 50
= 38,89
d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 6,14
=7
e. Panjang kelas interval (i) = R/K
= 38,89 / 6
= 6,48
=6

Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Posttest


Interval

Batas
Nyata

50 55
56 61
62 67
68 73
74 79
80 85
86 91
Jumlah

52,5
58,5
64,5
70,5
76,5
82,5
88,5

49,5 55,5
55,5 61,5
61,5 67,5
67,5 73,5
73,5 79,5
79,5 85,5
85,5 91,5

F
2
10
6
9
4
4
1
36

fx

fx

2756,25 315 16537,5


3422,25 351 20533,5
4160,25 387 24961,5
4970,25 634,5 44732,25
5852,25 306 23409
6806,25 330 27225
7832,25 88,5 7832,25

Frekuensi
relatif
(%)
16,67
16,67
16,67
25
11,11
11,11
2,78
100%

f. Perhitungan Mean
X=

fx
f

Keterangan:
X

= nilai mean

fx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi


f

= jumlah siswa

Maka,
fx
f
2472,23
X=
36
X=

X = 68,68

g. Perhitungan Median (Me)


1
nF
Me = b + p 2
f
Keterangan:
Me = median
b

= batas bawah kelas median

= jumlah siswa dalam kelompok

= jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median

= frekuensi kelas median

= panjang kelas interval

Maka,
1
. 36 2
Me = 55,5 + 6 2
10
Me = 55,5 + 6
Me = 65,1

18 2
10

h. Perhitungan Modus (Mo)


Mo = b + p

b1
b1 + b2

Keterangan:
Mo = modus
b

= batas bawah kelas modus

b1

= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sebelumnya
b2

= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sesudahnya
p

= panjang kelas interval

Maka,
Mo = b + p

b1
b1 + b2

Mo = 55,5 + 6
Mo = 55,5 +
Mo = 59,5

48
12

8
8+4

Lampiran 15

Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas


Data Pretest Kelompok Kontrol
X

Fi

FiX

Xi

Xi2

FiXi2

50,00
55,56
61,11
66,67
72,22
77,78
83,33
88,89

2
4
6
6
9
4
4
1
36

100
222,24
366,66
400,02
649,98
311,12
333,32
88,89
2472,23
68,68
9,84

-18,68
-13,12
-7,57
-2,01
3,54
9,1
14,65
20,21

348,9425
172,1344
57,3049
4,0401
12,5316
82,81
214,6225
408,4411
1300,8271

697,8848
708,5376
343,8294
24,2406
112,7844
331,24
858,49
408,4411
3485,4479

SD
Xi X 2
S =
n1
1300,8271
S2 =
35
2

S 2 = 37,17

Lampiran 16

Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Kontrol


X

Zi

Zt

F(Z)

50,00
-1,89
0,4706
0,0294
50,00
-1,89
0,4706
0,0294
55,56
-1,33
0,4082
0,0918
55,56
-1,33
0,4082
0,0918
55,56
-1,33
0,4082
0,0918
55,56
-1,33
0,4082
0,0918
61,11
-0,77
0,2794
0,2206
61,11
-0,77
0,2794
0,2206
61,11
-0,77
0,2794
0,2206
61,11
-0,77
0,2794
0,2206
61,11
-0,77
0,2794
0,2206
61,11
-0,77
0,2794
0,2206
66,67
-0,20
0,0793
0,4207
66,67
-0,20
0,0793
0,4207
66,67
-0,20
0,0793
0,4207
66,67
-0,20
0,0793
0,4207
66,67
-0,20
0,0793
0,4207
66,67
-0,20
0,0793
0,4207
72,22
0,36
0,1406
0,6406
72,22
0,36
0,1406
0,6406
72,22
0,36
0,1406
0,6406
72,22
0,36
0,1406
0,6406
72,22
0,36
0,1406
0,6406
72,22
0,36
0,1406
0,6406
72,22
0,36
0,1406
0,6406
72,22
0,36
0,1406
0,6406
72,22
0,36
0,1406
0,6406
77,78
0,92
0,3212
0,8212
77,78
0,92
0,3212
0,8212
77,78
0,92
0,3212
0,8212
77,78
0,92
0,3212
0,8212
83,33
1,49
0,4319
0,9319
83,33
1,49
0,4319
0,9319
83,33
1,49
0,4319
0,9319
83,33
1,49
0,4319
0,9319
88,89
2,05
0,4798
0,9798
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1128

S(Z)

F(Z) S(Z)

0,0278
0,0556
0,0833
0,1111
0,1389
0,1667
0,1944
0,2222
0,2500
0,2778
0,3056
0,3333
0,3611
0,3889
0,4167
0,4444
0,4722
0,5000
0,5278
0,5556
0,5833
0,6111
0,6389
0,6667
0,6944
0,7222
0,7500
0,7778
0,8056
0,8333
0,8611
0,8889
0,9167
0,9444
0,9722
1,0000

0,0016
0,0262
0,0085
0,0193
0,0471
0,0749
0,0262
0,0016
0,0294
0,0572
0,0850
0,1127
0,0596
0,0318
0,0040
0,0237
0,0515
0,0793
0,1128
0,0850
0,0573
0,0295
0,0017
0,0261
0,0538
0,0816
0,1094
0,0434
0,0156
0,0121
0,0399
0,0430
0,0152
0,0125
0,0403
0,0202

Karena Lhitung < Ltabel (0,1128 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal

Lampiran 17

Uji Homogenitas Pretest


Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Ho : sampel homogen
Ha : sampel tidak homogen
Kriteria: Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima
Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak
Langkah-langkah perhitungan uji homogenitas
1) Menentukan nilai rata-rata
2) Menentukan selisih X1 X , X2 X , , Xn X
3) Menentukan kuadrat selisih, yakni X1 X 2 , X2 X 2 , , Xn X
4) Menentukan jumlah kuadrat selisih, yakni X1 X
5) Kemudian jumlah kuadrat selisih dibagi (n 1)
S2 =

Xi X
n1

a. Varians
Xi X
SE2 =
n1
SE2

Xi X
=
n1

SE2 =

1906,7602
35

SE2 = 54,48

SK2 =

Xi X
n1

SK2 =

2561,7277
35

SK2 = 73,19
b. Uji hipotesis
Varians terbesar
Fhitung =
Varians terkecil
73,19
Fhitung =
54,48
Fhitung = 1,34
c. Perhitungan Ftabel
Df pembilang = 36 1 = 35
Df penyebut = 36 1 = 35
Ftabel = F () (df pembilang, df penyebut)
= F (0,05) (35, 35)
= 1,2

d. Interpretasi data
Karena Fhitung > Ftabel (1,34 > 1,2), maka kedua kelompok tidak homogen

Lampiran 18

Uji Homogenitas Posttest


Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

a. Varians
Xi X
SE2 =
n1
SE2 =

1302,9932
35

SE2 = 37,23

SK2 =

Xi X
n1

SK2 =

1299,174
35

SK2 = 37,12
b. Uji hipotesis
Varians terbesar
Fhitung =
Varians terkecil
37,23
Fhitung =
37,12
Fhitung = 1

c. Perhitungan Ftabel
Df pembilang = 36 1 = 35
Df penyebut = 36 1 = 35
Ftabel = F () (df pembilang, df penyebut)
= F (0,05) (35, 35)
= 1,2

d. Interpretasi data
Karena Fhitung < Ftabel (1 > 1,2), maka kedua kelompok homogen

Lampiran 19

Perhitungan Uji-t Hipotesis


Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kriteria pengujian:
Jika

w1 t2 +w2 t2
w1 +w2

< t <

w1 t2 +w2 t2
,
w1 +w2

maka Ho diterima dan Ha ditolak

Karena data pretest berdistribusi normal dan varians kedua kelompok tidak
homogen maka uji-t yang digunakan yaitu:
t =

xE xK
SE2 SK2
nE + nK

t =

t =

t =

41,97 40,43
54,48 73,19
+ 36
36
41,97 40,43
127,67
36
1,54
3,55

t = 0,82

Kemudian menghitung:
w1 t1 + w2 t 2
w1 t1 + w2 t 2

< t <
w1 + w2
w1 + w2

Diketahui:
t = 0,82
w1 = 54,48/36 = 1,51
w2 = 73,19/36 = 2,03
t1 = t2 = t (0,95) 35 = 1,7

w1 t1 + w2 t 2
w1 t1 + w2 t 2
< t <
w1 + w2
w1 + w2

1,51 x 1,7 + 2,03 x 1,7


1,51 x 1,7 + 2,03 x 1,7
< 0,82 <
1,51 + 2,03
1,51 + 2,03

2,567 + 3,451
2,567 + 3,451
< 0,82 <
3,54
3,54

1,7 < 0,82 < 1,7


Karena

w1 t2 +w2 t2
w1 +w2

dan Ha ditolak

< t <

w1 t2 +w2 t2
w1 +w2

(1,7 < 0,82 < 1,7), maka Ho diterima

Lampiran 20

Perhitungan Uji-t Hipotesis


Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kriteria pengujian: Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima


thitung > ttabel, maka Ho ditolak
Karena data posttest berdistribusi normal dan varians kedua kelompok homogen
maka uji-t yang digunakan yaitu:
xE xK

t hitung =
Sg

Sg =

1
1
nE + nK

, dimana Sg =

nE 1 SE2 + nK 1 SK2
nE + nK 2

Sg =

(35 x 37,12) + (35 x 37,17)


36 + 36 2

Sg =

1299,2 + 1300,95
70

Sg =

37,145

Sg = 6,09

n 1 SE2 + n 1 SK2
nE + nK 2

Sehingga,
t hi tung =

t hitung =

xE xK
1
1
Sg n + n
K
E
81,17 68,68
6,09

1
1
+
36 36

t hitung =

12,49
6,09 x 0,24

t hitung =

12,49
1,46

t hitung = 8,55

Ttabel = 1,999 dengan = 0,05 dan dk = (n1 + n2) 2


Karena thitung > ttabel (8,55 > 1,999), maka Ho ditolak dan Ha diterima

Lampiran 21

Lembar Pembagian Kelompok STAD


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Nama Siswa
Silvia
Bongo
Septi
Fissilmy
Iis
Bondan
Aldi
Rico
Riana
Eko
Shela
Syifa
Nurdin
Kelvin
Dyah
Devani
Syahrul
Nabela
Nabila
Amelia
Selvi
Herdiani
Ihya
Yunita
Dhede
Widya
Nita
Dody
Razi
Agam
Sintia
Rofiq
Linda
Maulana
Zaeni
Lia

Ranking

Kelompok

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
9
8
7
6
5
1
2
3
4
9
8
7
6
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kemampuan

Tinggi

Sedang

Rendah

Lampiran 22

Lembar Rekapitulasi Kelompok STAD

Kelompok I
Nilai Kuis
No.
1.
2.
3.
4.

Nama
Silvia
Eko
Nabila
Dody

II

80
100
80
80
60
40
60
80
Total
Rata-rata

Ratarata
90
80
50
70

Nilai
Peningkatan
30
20
5
30
85
21,25

Nilai
Penghargaan
Kelompok
21,25
(Great Team)

Kelompok II
Nilai Kuis
No.
1.
2.
3.
4.

Nama
Bongo
Shela
Amelia
Razi

II

100
100
80
100
60
80
60
60
Total
Rata-rata

Ratarata
100
70
70
60

Nilai
Peningkatan
20
30
30
20
100
25

Nilai
Penghargaan
Kelompok
25
(Super Team)

Kelompok III
Nilai Kuis
No.
1.
2.
3.
4.

Nama
Septi
Syifa
Selvi
Agam

II

80
80
80
60
60
60
80
60
Total
Rata-rata

Ratarata
80
70
60
70

Nilai
Peningkatan
20
5
20
5
50
12,5

Nilai
Penghargaan
Kelompok
12,5
(Good Team)

Kelompok IV
Nilai Kuis
No.
1.
2.
3.
4.

Nama
Fissilmy
Nurdin
Herdiani
Sintia

II

100
100
80
60
60
60
80
40
Total
Rata-rata

Ratarata
100
70
60
60

Nilai
Peningkatan
20
5
20
5
50
12,5

Nilai
Penghargaan
Kelompok
12,5
(Good Team)

Kelompok V
Nilai Kuis
No.
1.
2.
3.
4.

Nama
Iis
Nabela
Nita
Rofiq

II

80
80
80
80
60
40
60
60
Total
Rata-rata

Ratarata
80
80
50
60

Nilai
Peningkatan
20
20
5
20
65
16,25

Nilai
Penghargaan
Kelompok
16,25
(Good Team)

Kelompok VI
Nilai Kuis
No.
1.
2.
3.
4.

Nama
Bondan
Syahrul
Widya
Linda

II

100
80
80
80
60
80
60
60
Total
Rata-rata

Ratarata
90
80
70
60

Nilai
Peningkatan
5
20
30
20
75
18,75

Nilai
Penghargaan
Kelompok
18,75
(Good Team)

Kelompok VII
Nilai Kuis
No.
1.
2.
3.
4.

Nama
Aldi
Devani
Dhede
Maulana

II

80
80
80
80
80
60
60
80
Total
Rata-rata

Ratarata
80
80
70
70

Nilai
Peningkatan
20
20
5
30
75
18,75

Nilai
Penghargaan
Kelompok
18,75
(Good Team)

Kelompok VIII
Nilai Kuis
No.
1.
2.
3.
4.

Nama
Rico
Dyah
Yunita
Zaeni

II

60
80
80
100
80
60
60
60
Total
Rata-rata

Ratarata
70
90
70
60

Nilai
Peningkatan
30
30
5
20
85
21,25

Nilai
Penghargaan
Kelompok
21,25
(Great Team)

Kelompok IX
Nilai Kuis
No.
1.
2.
3.
4.

Nama
Riana
Kelvin
Ihya
Lia

II

80
80
80
80
60
40
80
60
Total
Rata-rata

Ratarata
80
80
50
70

Nilai
Peningkatan
20
20
5
5
50
12,5

Nilai
Penghargaan
Kelompok
12,5
(Good Team)

Lampiran 23

Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan Pertama)
Tahap dalam

Terlaksana

Pembelajaran

Indikator
Ya

STAD
- Menyampaikan tujuan
Tahap 1

pembelajaran

Penyajian Materi - Meyampaikan materi sesuai dengan


apa yang akan dipelajari siswa
Tahap 2
Kegiatan

Ket.
Tidak

- Membimbing siswa dalam


mengerjakan LKS

Kelompok
Tahap 3
Kuis

- Membagikan soal-soal kuis


- Memantau siswa selama
mengerjakan kuis

Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu
Tahap 5
Penghargaan

- Membimbing siswa untuk saling


menukar lembar jawaban kuis dan

memeriksa jawaban kuis


- Membimbing siswa untuk
menghitung skor individu

- Memberikan penghargaan pada


kelompok terbaik

Kelompok

Keterangan:
1 cheklist Ya berniali 1
1 ckeklist Tidak bernilai 0

Berdasarkan

hasil

observasi

keterlaksanaan

model

pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama, diperoleh persentase sebagai


berikut:
5

Persentase keterlaksanaan pembelajaran = 8 X 100% = 62,5%

Lampiran 24

Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan Kedua)
Tahap dalam

Terlaksana

Pembelajaran

Indikator
Ya

STAD
- Menyampaikan tujuan
Tahap 1

pembelajaran

Penyajian Materi - Meyampaikan materi sesuai dengan


apa yang akan dipelajari siswa
Tahap 2
Kegiatan

Ket.

- Membimbing siswa dalam


mengerjakan LKS

Kelompok
Tahap 3
Kuis

- Membagikan soal-soal kuis


- Memantau siswa selama
mengerjakan kuis

Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu
Tahap 5
Penghargaan

- Membimbing siswa untuk saling


menukar lembar jawaban kuis dan

memeriksa jawaban kuis


- Membimbing siswa untuk
menghitung skor individu

- Memberikan penghargaan pada


kelompok terbaik

Kelompok

Keterangan:
1 cheklist Ya berniali 1
1 ckeklist Tidak bernilai 0

Tidak

Berdasarkan

hasil

observasi

keterlaksanaan

model

pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama, diperoleh persentase sebagai


berikut:
8

Persentase keterlaksanaan pembelajaran = 8 X 100% = 100%

Lampiran 25

Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan Ketiga)
Tahap dalam

Terlaksana

Pembelajaran

Indikator
Ya

STAD
- Menyampaikan tujuan
Tahap 1

pembelajaran

Penyajian Materi - Meyampaikan materi sesuai dengan


apa yang akan dipelajari siswa
Tahap 2
Kegiatan

Ket.

- Membimbing siswa dalam


mengerjakan LKS

Kelompok
Tahap 3
Kuis

- Membagikan soal-soal kuis


- Memantau siswa selama
mengerjakan kuis

Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu
Tahap 5
Penghargaan

- Membimbing siswa untuk saling


menukar lembar jawaban kuis dan

memeriksa jawaban kuis


- Membimbing siswa untuk
menghitung skor individu

- Memberikan penghargaan pada


kelompok terbaik

Kelompok

Keterangan:
1 cheklist Ya berniali 1
1 ckeklist Tidak bernilai 0

Tidak

Berdasarkan

hasil

observasi

keterlaksanaan

model

pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama, diperoleh persentase sebagai


berikut:
8

Persentase keterlaksanaan pembelajaran = 8 x100% = 100%

Anda mungkin juga menyukai