Anda di halaman 1dari 3

Hakikat Fisika Dan Hakikat Pembelajaran Fisika, Serta Dampaknya Pada Pendidikan

Dan Pembelajaran Fisika


Mengapa kita belajar fisika? Ada dua alasan. Pertama, fisika adalah salah satu ilmu
yang paling dasar dari ilmu pengetahuan. Ilmuwan dari segala disiplin ilmu memanfaatkan
ide-ide dari fisika, mulai dari ahli kimia yang mempelajari struktur molekul sampai ahli
paleontologi yang berusaha merekonstruksi bagaimana dinosaurus berjalan. Fisika
merupakan dasar dari semua ilmu rekayasa dan teknologi. Tidak ada insyinyur yang dapat
merancang alat-alat praktis tanpa terlebih dahulu mengerti prinsip-prinsip dasar yang
digunakan. Untuk merancang sebuah pesawat antariksa atau sebuah perangkap tikus yang
lebih baik anda harus mengerti hukum-hukum dasar fisika. Kedua, mempelajari fisika
merupakan suatu petualangan. Anda akan menemukan bahwa ilmu ini begitu menantang,
kadang-kadang membuat frustasi, sewaktu-waktu menyakitkan, dan seringkali bermanfaat
dan memberikan kepuasan batin.
Hakikat fisika menurut pendapat Suparno (2009: 75-76) adalah sebagai berikut.
1) IPA, termasuk di dalamnya fisika, bukan hanya berisi tentang pengetahuan, melainkan juga
proses penemuan.
2) Fisika mendasari perkembangan teknologi dan juga konsep hidup harmonis dengan alam.
3) Beberapa alasan mengapa fisika perlu diajarkan di SMA/MA sebagai mata pelajaran
tersendiri, antara lain sebagai berikut.
a) Fisika mampu menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna dalam pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari.
b) Memberikan bekal pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan yang diperlukan di
perguruan tinggi dan pengembangan ilmu serta teknologi.
c) Pelajaran Fisika perlu dilaksanakan secara inkuiri ilmiah agar menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah dalam hidup.
Dalam belajar fisika, yang pertama dituntut adalah kemampuan untuk memahami
konsep, prinsip maupun hukum-hukum, kemudian diharapkan siswa mampu menyusun
kembali dalam bahasanya sendiri sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan
intelektualnya.

Belajar fisika yang dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan
deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. (Depdiknas, 2003: 1)

Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang diungkapkan oleh
Abu Hamid(sulistyono,1998:12), adalah sebagai berikut:

1. Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-
hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang dapat dipahami
dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.
2. Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih strategi
mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan upaya
untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi belajar Fisika yang kondusif, agar murid
secara fisik dan psikologis dapat melakukan proses eksplorasi untuk menemukan
konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk memperoleh
konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan eksperimentasi, serta
kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.

TEORI DAN FILOSOFI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

Pengertian media pembelajaran berbasis lingkungan adalah media yang keberadaannya


sudah tersedia disekitar kita dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Media pembelajaran berbasis lingkungan secara umum dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok besar yaitu orang dan lingkungan. Orang akan meliputi lapisan masyarakat dan
semua profesi; sedangkan lingkungan akan meliputi benda benda buatan manusia, batu
batuan, flora, fauna, peristiwa, kejadian, hukum alam dsb

Filosofis dasar yang terkait dengan pendidikan (pembelajaran) yang berbasis alam
adalah pandangan bahwa kegiatan pendidikan (sekolah atau kurikulum) harus dapat
membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan yang dipergunakan untuk
beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam.
Filosofis pendidikan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran yang berbasis
pada lingkungan alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas atau Autoactivity
(aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan terjadi proses active
learning (belajar secara aktif).
Filosofis ketiga dalam pembelajaran berbasis alam adalah pandangan bahwa
lingkungan alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar langsung (real learning)
dan/atau pembelajaran secara nyata (real instructions)
Filosofis keempat, konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan suasana atau
kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian atau sensitivitas
terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini sekaligus tidak hanya membangun
kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga kecerdasan intra dan interpersonal, kecerdasan
spiritual dan berbagai kecerdasan lainnya.
Filosofis kelima, konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak
memperoleh proses dan hasil belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta
pembelajaran yang fungsional praktis (practical and functional intruction)

Anda mungkin juga menyukai